Anda di halaman 1dari 8

"Ciung Wanara"

Para Pelaku:
1. Raja Prabu Permana Di Kusuma(Ki Ajar Sukaresi/NagaWiru) RIO
2. Permaisuri Dewi Naganingrum RAHMA
3. Permaisuri Dewi Pangreyep ICHA
4. Menteri Aria Kebonan (Raden Galuh Barma Wijaya Kusuma)/Raja Pengganti ROFUL
5. Uwa Batara Lengser AKRAM
6. Ciung Wanara (bayi/anak) NANDO
7. Hariang Banga RASYA
8. Kakek Balangantrang DANI
9. Nenek SAFA
10. Prajurit/Pengawal RAHMAT
11. Rakyat GILANG

Narator:
Pada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan besar di pulau Jawa yang disebut Kerajaan Galuh,
Kerajaan ini diperintah oleh Raja Prabu Permana Di Kusuma. Prabu Permana Di Kusuma mempunyai
2 orang istri. Isteri yang pertama bernama Dewi Naganingrum, sedangkan yang kedua bernama Dewi
Pangrenyep.
Baginda Sang Permana di Kusuma telah lama memohon kepada Tuhan agar diberi putera, tapi telah
sekian lama, kedua isterinya tidak mengandung. Sekalipun baginda telah memohon dengan tekun, tapi
permohonannya belum terkabul juga.
Setelah memerintah kerajaan dalam waktu yang lama Raja memutuskan untuk menjadi seorang pertapa
dan karena itu ia memanggil menteri kesayangannya Aria Kebonan yaitu menteri yang menjadi
kepercayaan baginda di istana.
Pada suatu hari, datanglah Aria Kebonan ke istana untuk menghadap kepada sang Baginda. Ketika Aria
Kebonan mengetahui baginda sedang beristirahat, berbaring di kamar tidurnya, ia tidak jadi
menghadap. Hatinya sangat menyesal tidak dapat langsung menghadap kepada rajanya. Karena
menyangka baginda sedang tidur. Aria Kebonan mengeluh.
Adegan 1
Aria Kebonan: Hemmm! Alangkah senangnya jadi seorang raja. Segalanya serba dilayani. Tidak
seperti diriku ini, sekalipun telah bekerja keras, tapi tak bertemu dengan kesenangan. Alangkah
bahagianya jika aku bisa menjadi raja.
Narator:
Sang raja yang mendengar keluhan Aria Kebonan, segera memanggilnya.
Raja Prabu Permana Di Kusuma : Kau ingin menjadi raja, Aria Kebonan?
Aria Kebonan: Oooh ba baginda. Ampun baginda. Hamba kira baginda sedang beristirahat di kamar.
(segara datang menghadap dan menyembah di hadapan rajanya).
Narator: Aria Kebonan terkejut bukan kepalang, ia tak menyangka raja mendengar keluhannya. Karena
merasa bersalah, Aria Kebonan tak dapat menjawab pertanyaan baginda.
Raja Prabu Permana Di Kusuma: Jika benar-benar kau ingin menjadi raja, baiklah, aku akan
memberikan kerajaanku, asalkan kau dapat menjalankan pemerintahan dengan adil dan jujur. Aku
hendak pergi bertapa. Aku menitipkan kedua permaisuriku. Ingat, kau harus bertindak bijaksana selaku
seorang raja.
Aria Kebonan: Mohon ampun Tuanku atas kesalahan hambamu ini. Tapi jika sekiranya memang
baginda percaya dan bersedia menyerahkan kerajaan Galuh Pakuan ini kepada hamba, sudah tentu
hamba akan mengikuti pesan baginda.
Raja Prabu Permana Di Kusuma: Syukurlah jika kau bersedia dan merasa sanggup. Mulai malam ini,
dengan disaksikan oleh si Lengser, aku serahkan kerajaanku. Namamu sekarang kuganti menjadi
Raden Galuh Barma Wijaya Kusuma.
Narator: Setelah serah terima, baginda segera bersemedi dan lenyaplah baginda dari hadapan Aria
Kebonan dan Lengser. Di kemudian hari, raja Sang Permana di Kusuma, menjadi seorang brahmana
bernama Ajar Sukaresi.
Aria Kebonan sangat gembira. Ia berganti nama menjadi Raden Galuh Barma Wijaya Kusuma.
Sekarang ia telah menjadi raja yang kaya. Sedangkan Lengser kawannya sesama menteri, sekarang
harus menyembah kepadanya.
Aria Kebonan: Lengser, sekarang juga kau harus memukul gong, dan umumkan kepada rakyat, bahwa
Raja Sang Permana Di Kusuma telah menjadi muda kembali. Dan ingat Lengser, kau dilarang
membuka rahasia, jika jiwamu ingin selamat!
Lengser: Baiik baginda. Perintah baginda segera saya laksanakan.
Narator: Lengser dengan hati agak kesal meninggalkan rajanya untuk memukul gong. Dengan berjalan
kaki, Lengser memukul gong sambil mengumumkan, bahwa rajanya telah berubah menjadi muda
kembali. Rakyat Galuh Pakuan semua percaya, karena mereka pun mengetahui, rajanya seorang yang
sakti.
Raja Galuh Pakuan yang baru, merasa dirinya berkuasa. Ia Telah lupa pada pesan-pesan Sang Permana
Di Kusuma. Tindakannya sangat kejam.
Pada suatu hari, Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep telah datang menghadap. Maksud
kedatangan kedua permaisuri baginda akan menceritakan tentang impian mereka semalam.
Adegan 2
Permaisuri(Dewi Pangreyep dan Dewi Naganingrum): Ampun baginda.Tadi malam, kami bermimpi.
Mimpi kami berdua ternyata sama. Kami bermimpi kejatuhan bulan. Bulan itu jatuh ke atas pangkuan
kami. Menurut seorang brahmana bernama Ajar Sukaresi, kami berdua akan mendapat putera.
Aria Kebonan(Raja): Apa??! Tidak mungkin! Tidak mungkin! (terkejut dan ketakutan sambil bicara
dalam hati: selama ini aku tidak bersalah memperlakukan kedua ratu sebagai istri-istri raja)
Aria Kebonan(raja): Lengser! Segera panggil Ajar Sukaresi untuk menghadapku sekarang juga!
Lengser: Baik baginda prabu.
Narator: Baginda yang hendak mempermalukan Ajar Sukaresi telah siap-siap dengan tipu dayanya.
Baginda telah menyuruh kedua permaisurinya memasang kuali pada perutnya, agar tampak seperti
sedang mengandung.
Lengser: Ampun Baginda. Ini brahmana yang bernama Ajar Sukaresi datang menghadap baginda.
Aria Kebonan(raja): Hei Ajar Sukaresi! Coba katakan, apakah kedua permaisuriku ini sedang hamil
atau tidak?
Ajar Sukaresi: Benar hamil, Tuanku.
Aria Kebonan(raja): Coba katakan laki-laki atau perempuan anak-anakku itu?!
Ajar Sukaresi: Menurut penglihatan hamba yang bodoh, putera Baginda keduanya laki-laki.
Narator: Alangkah marahnya sang baginda. Kuali yang diikatkan pada perut kedua istrinya segera
diperlihatkan. Ajar Sukaresi diam saja. Rupanya kemarahan baginda tidak sampai di situ. Segera ia
menyepak kuali itu jauh-jauh. Di kemudian hari, desa tempat jatuhnya kuali itu disebut Desa Kawali.
Aria Kebonan(raja): Haaaahhh! Kau! benar-benar membuatku kesal!!! Ku bunuh kau!
Narator: Tiba-tiba baginda mencabut keris dan menikamkannya kepada Ajar Sukaresi.Tapi
ajaib,kerisnya malah bengkok.
Aria Kebonan(raja): Hah!? kenapa kerisku malah bengkok.(terkejut keheranan melihat kejadian itu,
sesaat terdiam).
Ajar Sukaresi: Apakah Raja berkehendak aku mati? Bila begitu, saya akan mati.
Narator: Ki Ajar Sukaresi segera bersemadi. Tubuhnya segera jatuh ke lantai. Sedangkan nyawanya
kembali ke gunung Padang. Di kemudian hari, Ki Ajar Sukaresi akan menjadi ular naga bernama
Nagawiru, karena ular naga tersebut berwarna biru.
Di keraton, sesuatu yang aneh terjadi. Apa yang dikatakan oleh Ajar Sukaresi ternyata benar. Kedua
permaisuri baginda benar-benar hamil. Setelah sembilan bulan Dewi Pangrenyep melahirkan seorang
putera.Anak laki-laki ini oleh baginda diberi nama Hariang Banga.Sedangkan Naganingrum belum
melahirkan.Raja merasa heran,karena sudah sepuluh bulan,Naganingrum hamil,tapi belum ada tanda-
tanda akan melahirkan.
Pada suatu hari, Baginda datang ke tempat Naganingrum hendak menjenguk isterinya.
Adegan 3
Aria Kebonan(raja): Kenapa kau menangis Dinda? Apa yang membuatmu bersedih hingga menangis
seperti ini?
Dewi Naganingrum: Hamba sedih baginda. Sudah sepuluh bulan, bayi yang ku kandung ini belum lahir
juga ke dunia ini. Sedangkan bayi Dewi Pangreyep sudah lahir.
Aria Kebonan(raja): Sabar ya dinda. Pada saatnya bayi yang kau kandung akan lahir juga ke dunia ini.
Sebaiknya kita banyak-banyak berdo’a pada yang maha kuasa supaya dipermudah kelahiran bayi yang
kau kandung itu.
Narator: Setelah baginda menghibur Dewi Naganingrum, tiba-tiba secara ajaib janin dalam kandungan
Naganingrum yang belum lahir tersebut berbicara: "Barma Wijaya, Engkau telah melupakan banyak
janjimu. Semakin banyak Anda melakukan hal-hal kejam, kekuasaan Anda akan semakin pendek.."
Aria Kebonan(raja): Haaahh?? Ada suara dari dalam perut Naganingrum.(terkejut) Sungguh anehh!
Narator: Peristiwa aneh janin yang dapat berbicara tersebut membuat Raja sangat marah dan takut
terhadap ancaman janin tersebut. Dia ingin menyingkirkan janin itu dan segera menemukan cara untuk
melakukannya. Dia memanggil dan meminta bantuan Dewi Pangrenyep untuk dapat terlepas dari bayi
Dewi Naganingrum.
Adegan 4
Dewi Pangreyep: Ampun baginda. Ada apa gerangan baginda memanggil hamba?
Aria Kebonan(raja): Pangrenyep, puteramu Hariang Banga akan kujadikan penggantiku kelak.
Dewi Pangreyep: Oohh benarkah baginda? Jika memang benar demikian, hamba sangat senang sekali
baginda.
Aria Kebonan(raja): Tapi jika Naganingrum melahirkan, puteranya harus kau hanyutkan di sungai.
Dewi Pangreyep: Ba baik baginda. Perintah baginda akan saya laksanakan.
Narator: Dengan perasaan gembira Dewi Pangrenyep segera melaksanakan perintah suaminya dan
mengatur siasat. Semua dukun beranak dilarang membantu Naganingrum melahirkan. Semua harus
meninggalkan rumahnya, bila Naganingrum melahirkan.
Setelah hamil satu tahun, Naganingrum mencari dukun beranak. Tapi tak seorang pun yang
dijumpainya. Semua telah pergi atas perintah Dewi Pangrenyep yang dengki itu.
Adegan 5
Dewi Naganingrum: Aduuuhh perutku muleeess. Sakiiit. Apa aku akan segera melahirkan ya?
Narator: Dewi Pangrenyep yang mendengar Naganingrum akan melahirkan, datang pura-pura hendak
menolong.
Dewi Pangreyep: Oooh Naganingrum, kau akan melahirkan. Anakmu akan segera lahir. Ayo aku bantu
melahirkan.
Narator: Pangreyep segera beraksi. Naganingrum belum tahu cara-cara orang melahirkan. Telinganya
ditutup dengan kapas. Sedangkan matanya ditutup dengan malam pelekat. Tangannya diikat.
Naganingrum yang tidak mengerti menurut saja.
Tak berapa lama, Naganingrum melahirkan seorang anak lelaki yang molek parasnya. Bayi tersebut
cepat-cepat dimasukkan ke dalam kandaga oleh Dewi Pangrenyep. Kandaga ini diberi sebutir telur
ayam. Setelah itu, kandaga bayi dihanyutkan di sungai Citanduy. Sedangkan pengganti bayi yang
dilaporkan kepada raja adalah seekor anak anjing.
Adegan 6
Dewi Pangreyep: Ampun baginda. Hamba baru saja membantu Dewi Naganingrum melahirkan
bayinya. Dan ternyata, Naganingrum melahirkan seekor anak anjing.
Aria Kebonan(raja): Apa??! Naganingrum melahirkan bayi anjing??! Mempermalukan! Lengser!
Lengser: Hamba baginda.
Aria Kebonan(raja): Segera bunuh Dewi Naganingrum! Peristiwa ini pasti akan jadi aib bagi kerajaan
Lengser: Ba baik baginda. Perintah baginda segera saya laksanakan.
Narator:
Seteleh keluar dari istana, Lengser merasa tidak tenang dan bingung. Lengser tidak sampai hati
membunuh Naganingrum.
Adegan 7
Lengser: (apakah aku akan tega membunuh ratu. Sedangkan beliau juga ratu yang baik) Ampun
ratu.saya diperintahkan baginda untuk membunuh ratu. Tapi saya tidak sampai hati membunuh ratu.
Saya ada ide untuk menyelamatkan ratu. Bagaimana kalau ratu tinggal di hutan? Saya akan buatkan
pondok untuk ratu di hutan?
Dewi Naganingrum: Terimakasih lengser. Kau baik sekali. Kau masih mau melindungiku dari
kekejaman baginda prabu.
Lengser: Sudah menjadi tugas dan kewajiban saya melindungi keluarga istana, ratu.
Narator: Pada suatu hari kandaga yang berisi bayi itu hanyut masuk sungai Cipamali. Kandaga itu
tersangkut pada bubu, alat penangkap ikan yang dipasang oleh seorang kakek, yang tinggal dekat
sungai itu.
Pagi-pagi sekali, kakek Balangantrang dan nenek segera menuju ke bubu mereka. Semalam nenek
Balangantrang telah bermimpi kejatuhan bulan. Menurut kepercayaan mereka, mimpi demikian berarti
akan mendapatkan rejeki.
Ketika keduanya tiba di tepi sungai, bubunya tersangkut sebuah kandaga. Dan ketika kandaga tersebut
dibuka, mereka terkejut.
Adegan 8
Nenek: Kek! lihat ada bayi di dalam kandaga. Bayinya cakep sekali.
Kakek: Iya nek. Bayi ini cakep sekali. Ayo kita bawa pulang.
Narator: Kakek dan nenek Balangantrang senang sekali. Bayi tersebut segera dibawa pulang ke gubuk
mereka di dalam hutan.
Bayi yang cakap itu mendapat perawatan penuh kasih sayang. Tidak mengherankan jika bayi itu
tumbuh dengan sehat.
Beberapa tahun kemudian, bayi yang diketemukan dalam sungai sekarang telah berusia tujuh tahun.
Kakek dan nenek sangat sayang kepadanya.
Pada suatu hari, anak tersebut ikut kakek Balangantrang mencari kayu bakar. Kayu tersebut akan dijual
ke kota.
Ketika kakek sedang asyik membelah kayu, anak si kakek melihat seekor burung yang sedang
melompat-lompat di atas dahan.
Adegan 9
Anak: Burung apa itu, Kek?
Kakek: Burung Ciung namanya.
Anak: Bagus ya, Kek!
Kakek: Iya bagus. Emang kenapa?(sambil terus asyik dengan pekerjaannya).
Narator: Anak itu masih terdiam sambil melihat pada sebuah pohon. Dilihatnya seekor binatang
melompat-lompat yang tak dikenal anak itu. Kemudian ia bertanya lagi kepada kakek.
Anak: Binatang apakah itu, Kek?
Kakek: Itu Wanara (monyet)
Anak: Kek, alangkah bagusnya, jika nama kedua binatang itu digabung dan menjadi namaku
Kakek: oh iya! "Wah bagus! Bagus sekali! Jadi namamu Ciung Wanara!" (sejenak menghentikan
pekerjaannya)
Narator: Setelah mendapat kayu yang cukup banyak, pulanglah keduanya bersama-sama.
Pada suatu hari, Ciung Wanara meminta seekor ayam adu kepada kakek Balangantrang.
Adegan 10
Ciung Wanara: Kek, minta seekor ayam adu ya kek.
Kakek:
Apa? Kamu minta ayam adu?kakek kan tidak punya ayam. Eemm gimana yaah??!
Narator: kakek berfikir sejenak karena sangat menyesal tak dapat memenuhi permintaan Ciung
Wanara.
Kakek: Begini saja, Ini Nak. ada sebutir telur ayam, hanya ini yang kita miliki.
Ciung Wanara: Telur? Kok telur. Telur buat apa kek?
Kakek: Telur ini adalah telur yang dihanyutkan bersama-sama, ketika kau masih bayi dalam kandaga.
Untuk menetaskan telur ini, pergilah kau ke gunung Padang, dan mintalah bantuan Nagawiru.
Ciung Wanara: Oohh. Iya iya kek. Terima kasih kek. Akan aku laksanakan nasehatmu.
Narator: Ciung Wanara sangat senang mendengar petunjuk kakek dan segera berangkat ke gunung
Padang mencari Nagawiru. Setelah telur menetas dan menjadi seekor ayam jago, Ciung Wanara senang
sekali.
Sekembalinya dari gunung Padang, Ciung Wanara bertanya kepada kakek Balangantrang,
Adegan 11
Ciung Wanara: Kek, siapa sebenarnya ayah dan ibuku?
Kakek: Emmmm..(terdiam. Gimana ya aku jawab ga ya pertanyaan bocah ini? tapi bagaimanapun
bocah ini harus tau asal usul dia)
Ciung Wanara: Kek, kok diam saja aku tanya. Siapa ayah dan ibuku sebenarnya kek?
Kakek: Ciung, ayahandamu bernama Sang Permana di Kusuma, Raja Galuh Pakuan. Sedangkan yang
sekarang menjadi raja, bukan ayahmu.
Ciung Wanara: Ayahku seorang raja kek?!(terkejut)
Kakek: Betul nak. Kau adalah keturunan bangsawan Galuh
Ciung Wanara: Kalau begitu, aku ingin ke istana menemui raja galuh kek! Kakek, nenek aku pamit ya.
Aku akan segera kembali menjemput kakek dan nenek setelah semua urusan selesai.
Nenek: Baiklah, Nak. Hati-hatilah kau menjaga diri.
Narator: Kakek dan nenek sangat sedih ditinggalkan anak asuhannya yang telah mereka rawat dan
sayangi selama ini.
Setelah menerima restu dan membawa ayam aduannya, Ciung Wanara berangkat menuju negeri Galuh
Pakuan.
(terdengar suara ribut-ribut di depan istana)
Adegan 12
Pengawal: Hai anak muda! Jangan membuat keributan di depan istana! Nanti kalau raja mendengar ada
keributan di depan istana, pasti kau akan dibunuhnya!
Ciung Wanara: Aku ingin menghadap baginda! Sampaikan kepada baginda aku Ciung Wanara ingin
menghadap baginda prabu!
Pengawal: Berhenti! berhenti! Baik, baik akan aku adukan kau kepada baginda.
Adegan 13
Pengawal: Ampun baginda! Ada seorang pemuda tampan mengacau di depan istana. Dia ingin bertemu
dengan baginda.
Aria kebonan(raja): Apa? Berani-beraninya pemuda itu mengacau membuat keributan di depan
istanaku! Suruh dia datang menghadapku segera!
Pengawal: Baik baginda
Pengawal: Ampun baginda. Ini pemuda yang membuat keributan di depan istana baginda.
Ciung Wanara:
Betul baginda. Saya datang ingin menghadap baginda.(sambil menyembah)
Aria Kebonan(raja): Hai Anak Muda! Siapa namamu dan dari mana asalmu?!
Ciung Wanara: Nama hamba Ciung Wanara, putera kakek dan nenek Balangantrang dari desa Geger
Sunten. (dengan lantang.)
Aria Kebonan(raja): Apa maksudmu datang kemari?
Ciung Wanara: Begini, Tuanku. Hamba mempunyai seekor ayam sabung yang aneh. Induknya
mengandung selama setahun. Sarangnya sebuah kandaga. Lebih aneh lagi, sebelum menetas, telur ini
pernah hanyut di sungai.
Narator: Baginda teringat pada Naganingrum yang mengandung selama setahun. Sedangkan Dewi
Pangrenyep sudah mengira, bahwa yang sekarang berada di hadapannya adalah putera Naganingrum.
Kedatangannya hendak membalas dendam.
Aria Kebonan(raja): Heemmm. Jadi kau ingin mengadu ayammu dengan ayam milikku? Ayam jagoku
besar dan tidak pernah terkalahkan oleh ayam siapapun. Ayamku kunamai si Jelug. Ayammu pasti
kalah. Apa taruhannya?
Ciung Wanara: Jika ayam hamba yang kalah, hamba bersedia menyerahkan nyawa hamba. Tapi
sebaliknya, jika ayam baginda yang kalah, maka hamba mohon diberi separuh kerajaan Galuh Pakuan.
Aria Kebonan(raja): Baiklah! Aku setuju atas usulmu!
Narator: Karena raja Galuh Pakuan merasa yakin, bahwa ayam jagonya akan menang, Baginda segera
membawa ayamnya ke halaman dan diikuti oleh Ciung Wanara.
mulailah kedua ayam jantan itu dilepaskan untuk diadu. Terjadilah perkelahian yang seru antara ayam
Ciung Wanara dengan milik baginda Galuh Pakuan. Ayam milik baginda ternyata kalah, mati seketika
kena patuk ayam Ciung Wanara.
Adegan 14
Aria Kebonan(raja): (Kesal sambil bergumam: Haaahhh! Kurang ajar! ayamku mati dihajar ayam
Ciung Wanara. Bagaimanapun aku harus terima kekalahan ini dan kupenuhi janjiku). Baiklah aku
penuhi janjiku. Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui, kuserahkan separuh wilayah kerajaan
pada Ciung Wanara negara sebelah Barat. Sedangkan sebelah Timur kuserahkan kepada Hariang
Banga putraku. Dan Masing-masing dari kalian kuberikan gelar Prabu.
Narator: Pada suatu hari, Ciung Wanara yang telah membuat penjara besi untuk mengurung orangorang
jahat kemudian mengundang Prabu Barma Wijaya Kusuma dan Dewi Pangreyep untuk memeriksa
penjara yang baru dibangun.
Adegan 15
Ciung Wanara: Prabu, ratu, tolong lihat ruangan penjara ini. Apa sudah sesuai dengan ketentuan?
Untuk ruangan penjara? Silahkan masuk baginda!
Aria Kebonan(raja): (dengan tanpa curiga) Baik.baik akan kami periksa ruangan ini.
Ciung Wanara: Ha .. ha.. ha..Bagus! Bagus! Bagus! Masuk, masuklah terus ke dalam, prabu dan ratu.
Begitu sudah di dalam ruangan, akan segera aku kunci. (terdengar suara orang mengunci pintu)
Narator: Setelah selesai melakasanakan rencana dan siasat untuk menghukum Prabu Barma Wijaya dan
Dewi Pangrenyep. Dia kemudian memberitahu orang-orang di kerajaan tentang perbuatan jahat Barma
dan Pangrenyep.
Ciung Wanara: Wahai rakyat Galuh Pakuan. Dengarkan bahwa raja kalian Prabu Barma Wijaya dan
Dewi Pangreyep yang kejam kini telah menghuni penjara istana.
Narator: orang-orang pun bersorak.
Rakyat: Hore! Hore! hore!! Syukurlah. Pasti negara kita sekarang akan menjadi aman, tentram, damai
dan sejahtera.
Hariang Banga: Apa....?! Ciung Wanara memenjarakan ayah dan bundaku? Aku akan melawan Ciung
Wanara. Aku akan mengadakan pemberontakan!
Narator: Hariang Banga sangat marah, ketika mendengar ayah dan ibunya dipenjarakan.
Terjadilah perkelahian yang seru antara Ciung Wanara dengan Hariang Banga.
Hariang Banga: Hai ciung! Aku akan melawanmu! Aku tidak rela ayah bundaku kau siksa dalam
penjara! Ayo kita bertanding, Sekarang! Aku akan menghancurkanmu!
Ciung Wanara: Ayo, aku penuhi tantanganmu!
Narator: Tak seorangpun yang mengalah. Perkelahian dilakukan terus menerus siang dan malam. Tiba-
tiba muncullah Raja Prabu Permana Di Kusuma didampingi oleh Ratu Dewi Naganingrum dan Uwa
Batara lengser.
Raja Prabu Permana Di Kusuma: Hariang Banga dan Ciung Wanara! Hentikan pertempuran ini.
Pamali berperang melawan saudara sendiri! Kalian adalah saudara, kalian berdua adalah anak-anakku
yang akan memerintah di negeri ini. Ciung Wanara di Galuh dan Hariang Banga di timur sungai
Brebes, negara baru. Dan Semoga sungai ini menjadi batas dan mengubah namanya dari Sungai
Brebes menjadi Sungai pamali untuk mengingatkan kalian berdua bahwa adalah pamali untuk
memerangi saudara sendiri. Biarlah Dewi Pangrenyep dan Barma Wijaya yang dahulu adalah Aria
Kebonan dipenjara karena dosa mereka.
Narator: Setelah mendengar penjelasan ayahandanya Ciung Wanara segera menjemput kakek dan
nenek Balangantrang. Mereka semua hidup berbahagia di dalam istananya yang kemudian bernama
Pakuan Pajajaran.dan Sejak itu pula nama sungai pamali dikenal sebagai Cipamali (dalam Bahasa
Sunda) atau Kali Pemali (dalam Bahasa Jawa). pamali yang artinya ("tabu" atau "dilarang" dalam
bahasa Sunda dan Jawa).

Anda mungkin juga menyukai