Tokoh Drama:
1. Dayang Sumbi
2. Sangkuriang
Narator:
Dikisahkan pada beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang
ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan
cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang
Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali.
Adegan 1
Dayang Sumbi:
(marah) aaahhh! Jatuh lagi! Jatuh lagi! Aku malas mengambilnya lagi!
Aku bersumpah! Siapapun dia jika ada yang mengambilkan pintalan benangku, kalau dia laki-laki, akan
kujadikan suami, jika perempuan akan kujadikan saudara.
Narator:
Setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang.
Tumang:
Ini pintalan benangnya Tuan Putri!
Dayang sumbi:
(kaget) Haaahhh?? Kenapa se ekor anjing yang harus mengambil pintalan benangku? Berarti mau tak
mau....., aku harus melaksanakan sumpahku dan menikahi anjing ini.
Narator:
Kemudian Dayang Sumbi dan Tumang menikah dan hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang
anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama
Sangkuriang.
Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuriang selalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama
Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh
menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Adegan 2
Dayang sumbi:
Nak, bunda akan mengadakan suatu pesta. Pergilah kau berburu rusa di hutan bersama si Tumang.
Sangkuriang:
Baik, bunda.
Narator:
Sangkuriang:
Kemana lagi ya, supaya aku bisa mendapatkan seekor rusa? Dari tadi pagi sampai siang, aku
menjelajahi hutan ini tapi tak kutemui se ekor rusapun. Aku lelah sekali. Tapi aku tak ingin
mengecewakan bunda. Aku tidak ingin pulang, kalau pulang tidak membawa hasil. Maafkan aku
Tumang, terpaksa panah ini harus kutujukan padamu.
Narator:
Dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Dan.....
Adegan 4
Sangkuriang:
Dayang sumbi:
Terima kasih, sayang. Kau hebat sekali. Bunda sangat gembira, Nak. Kau sudah pintar berburu rusa.
Narator:
Setelah menerima daging buruan sangkuriang, Dayang Sumbi melanjutkan acara pestanya. Sesaat
setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada si Tumang.
Adegan 5
Dayang sumbi:
Dimana si Tumang ya? Dari kemarin aku tidak melihat dia. Coba kutanyakan pada Sangkuriang.
Sangkuriang! Sangkuriang!
Sangkuriang:
Dayang sumbi:
Dimana si Tumang, Nak? Dari kemarin bunda tidak melihatnya. Sepertinya hari terakhir kemarin, dia ada
bersamamu. Trus, sekarang kemana dia?
Sangkuriang:
Dayang Sumbi:
Sangkuriang:
Kemarin, waktu aku berburu di hutan, sudah kujelajahi seluruh hutan dari pagi sampai siang, tapi aku
tidak menemukan rusa se ekorpun. Aku tidak ingin mengecewakan bunda. Jika aku pulang tidak
membawa hasil buruan. Trus aku arahkan panahku pada si Tumang. Kemudian, kemudian.... dagingnya
aku serahkan pada bunda.
Dayang Sumbi:
Apa???!! Jadi, jadi daging yang kau serahkan pada bunda kemarin itu adalah daging si Tumang??
Sangkuriang:
Bettul bunda.
Dayang Sumbi:
Narator:
Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala
Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriangpun terluka.
Sangkuriang:
Aduh!!! K
Naskah Drama Cerita Rakyat berjudul "Ciung Wanara"
Para Pelaku:
7. Hariang Banga
8. Kakek Balangantrang
9. Nenek
10. Prajurit/Pengawal
11. Rakyat
Narator:
Pada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan besar di pulau Jawa yang disebut Kerajaan Galuh,
Kerajaan ini diperintah oleh Raja Prabu Permana Di Kusuma. Prabu Permana Di Kusuma mempunyai 2
orang istri. Isteri yang pertama bernama Dewi Naganingrum, sedangkan yang kedua bernama Dewi
Pangrenyep.
Baginda Sang Permana di Kusuma telah lama memohon kepada Tuhan agar diberi putera, tapi telah
sekian lama, kedua isterinya tidak mengandung. Sekalipun baginda telah memohon dengan tekun, tapi
permohonannya belum terkabul juga.
Setelah memerintah kerajaan dalam waktu yang lama Raja memutuskan untuk menjadi seorang pertapa
dan karena itu ia memanggil menteri kesayangannya Aria Kebonan yaitu menteri yang menjadi
kepercayaan baginda di istana.
Pada suatu hari, datanglah Aria Kebonan ke istana untuk menghadap kepada sang Baginda. Ketika Aria
Kebonan mengetahui baginda sedang beristirahat, berbaring di kamar tidurnya, ia tidak jadi menghadap.
Hatinya sangat menyesal tidak dapat langsung menghadap kepada rajanya.
Adegan 1
Aria Kebonan:
Hemmm! Alangkah senangnya jadi seorang raja. Segalanya serba dilayani. Tidak seperti diriku ini,
sekalipun telah bekerja keras, tapi tak bertemu dengan kesenangan. Alangkah bahagianya jika aku bisa
menjadi raja.
Narator:
Aria Kebonan:
Oooh ba baginda. Ampun baginda. Hamba kira baginda sedang beristirahat di kamar.
Narator:
Aria Kebonan terkejut bukan kepalang, ia tak menyangka raja mendengar keluhannya. Karena merasa
bersalah, Aria Kebonan tak dapat menjawab pertanyaan baginda.
Jika benar-benar kau ingin menjadi raja, baiklah, aku akan memberikan kerajaanku, asalkan kau dapat
menjalankan pemerintahan dengan adil dan jujur. Aku hendak pergi bertapa. Aku menitipkan kedua
permaisuriku. Ingat, kau harus bertindak bijaksana selaku seorang raja.
Aria Kebonan:
Mohon ampun Tuanku atas kesalahan hambamu ini. Tapi jika sekiranya memang baginda percaya dan
bersedia menyerahkan kerajaan Galuh Pakuan ini kepada hamba, sudah tentu hamba akan mengikuti
pesan baginda.
Syukurlah jika kau bersedia dan merasa sanggup. Mulai malam ini, dengan disaksikan oleh si Lengser,
aku serahkan kerajaanku. Namamu sekarang kuganti menjadi Raden Galuh Barma Wijaya Kusuma.
Narator:
Setelah serah terima, baginda segera bersemedi dan lenyaplah baginda dari hadapan Aria Kebonan dan
Lengser. Di kemudian hari, raja Sang Permana di Kusuma, menjadi seorang brahmana bernama Ajar
Sukaresi.
Aria Kebonan sangat gembira. Ia berganti nama menjadi Raden Galuh Barma Wijaya Kusuma. Sekarang
ia telah menjadi raja yang kaya. Sedangkan Lengser kawannya sesama menteri, sekarang harus
menyembah kepadanya.
Aria Kebonan:
Lengser, sekarang juga kau harus memukul gong, dan umumkan kepada rakyat, bahwa Raja Sang
Permana Di Kusuma telah menjadi muda kembali. Dan ingat Lengser, kau dilarang membuka rahasia, jika
jiwamu ingin selamat!
Lengser:
Narator:
Lengser dengan hati agak kesal meninggalkan rajanya untuk memukul gong. Dengan berjalan kaki,
Lengser memukul gong sambil mengumumkan, bahwa rajanya telah berubah menjadi muda kembali.
Rakyat Galuh Pakuan semua percaya, karena mereka pun mengetahui, rajanya seorang yang sakti.
Tokoh Drama:
1. Prabu Suwartalaya
2. Ratu Purbamanah
3. Gilang Rukmini
4. Penasehat
5. Tukang Perhiasan
6. Rakyat
Narator:
Dikisahkan pada zaman dahulu kala, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan
Kutatanggeuhan yang dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana yaitu Prabu Suwartalaya dan Ratu
Purbamanah. Rakyatnya hidup tenang, makmur, tenteram, damai dan sejahtera. Namun Sayangnya,
Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai seorang anak. Sehingga, ini menjadi
kegelisahan sang Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah.
Adegan 1
Ratu Purbamanah:
Prabu Suwartalaya:
Sudahlah dinda. Jangan murung dan menangis terus. Kalau dinda bersedih terus seperti ini, kanda jadi
ikut bersedih.
Ratu Purbamanah:
Gimana dinda ga akan bersedih kanda, sudah bertahun-tahun kita berumah tangga tapi belum dikaruniai
seorang anak.
Penasehat:
Baginda, supaya Ratu Purbamanah tidak sedih terus bagaimana kalau mengangkat seorang anak saja
baginda. Barangkali bisa mengurangi kesedihan Ratu.
Ratu Purbamanah:
Prabu Suwartalaya:
Iya, penasehat.
Akupun juga tidak setuju jika mengangkat seorang anak. Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari
pada anak angkat.
Narator:
Prabu Suwartalaya:
Sudahlah dinda jangan menangis terus. Kanda akan berusaha lagi. Kanda akan pergi ke hutan untuk
bertapa agar kita cepat dikaruniai seorang anak.
Ratu Purbamanah:
Baiklah kalau begitu. Jika memang kanda harus pergi ke hutan untuk bertapa, Baiklah kanda. dinda juga
turut berdo’a. hati-hati kanda.
Narator:
Pergilah Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di hutan, sang prabu terus menerus berdo’a agar
dikaruniai anak.
Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu Purbamanahpun mulai hamil. Seluruh
rakyat senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Adegan 2:
Ratu Purbamanah:
Prabu Suwartalaya:
Ratu Purbamanah:
Iya Kanda. Kita harus bersyukur akhirnya kita dikaruniai seorang anak.
Prabu Suwartalaya:
Iya dinda. Putri kita ini juga manis, dan sangat menggemaskan!
Oleh karena itu, bagaimana kalau kita beri nama Gilang Rukmini?
Narator:
Penasehat:
Ampun baginda. Ini dari rakyat, mengirimkan beraneka hadiah untuk putri baginda. Mereka turut
bersuka cita dan mengucapkan selamat atas kelahiran putri baginda.
Prabu Suwartalaya:
Narator:
Tak hanya keluarga istana yang berbahagia, rakyat turut berbahagia mendengar kabar tersebut.
Sayangnya, Gilang Rukmini tidak diasuh secara baik oleh Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah.
Gilang pun tumbuh menjadi gadis yang manja dengan sifat-sifat yang kurang baik. Dia tak segan berkata
kasar untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Walaupun begitu, baik Prabu Suwartalaya, Ratu
Purbamanah, dan rakyat sangat mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis remaja tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari,
Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka
hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu
menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan
rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan.
Adegan 3
Prabu Suwartalaya:
Tukang perhiasan:
Narator:
Ahli perhiasan itu lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan
kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyay
05.01 16:08
Tokoh Drama:
1. Pak Kikir
3. Nenek
4. Warga Desa
Dikisahkan, pada jaman dahulu kala di daerah jawa barat hiduplah seorang lelaki petani yang sangat
kaya. Seluruh sawah dan ladang di desanya menjadi miliknya. Penduduk desa hanya menjadi buruh tani
penggarap sawah dan ladang lelaki kaya itu.
Petani kaya itu memiliki sifat kikir. Oleh karena itu, penduduk desa menjulukinya Pak Kikir.
Kekikiran Pak kikir tidak pandang bulu, sampai-sampai terhadap anak lelaki satu-satunya pun dia juga
sangat pelit. Untunglah sifat kikir itu tidak menular pada anak lelakinya itu.
Anak Pak Kikir itu adalah pemuda yang baik hati. Tanpa sepengetahuan ayahnya, dia sering membantu
tetangganya yang kesusahan.
Menurut anggapan dan kepercayaan masyarakat desa itu, jika menginginkan hasil panen yang baik dan
melimpah maka harus diadakan pesta syukuran dengan baik pula. Takut jika panen berikutnya gagal,
maka Pak Kikir terpaksa mengadakan pesta syukuran dan selamatan semua warga desa diundang oleh
Pak Kikir.
Pak Kikir:
Wahai, para penduduk desa! Datanglah, kemari! Aku akan mengadakan pesta syukuran dan selamatan.
Jangan lewatkan kesempatan ini!
Warga 1:
Hei, Kawan! tinggalkan dulu pekerjaannya. Pak kikir sedang mengadakan acara syukuran kita para warga
desa diundang untuk datang ke rumahnya.
Warga 2:
Warga 3:
Narator:
Warga 2:
Huuuuhh! Kita diundang orang terkaya se desa, ku kira akan disediakan makanan yang enak dan lezat.
Ternyata....cuman makanan apa ini?? Ga enak! Lagian makanannya dikiiit bangeeet. Ah! Ternyata
perkiraanku meleset.
Warga 3:
Iya betul. Tuh lihat para tamu undangan yang lain juga tidak mendapat makanan.
Warga 1:
Warga 2:
Huuh!! Sudah berani mengundang orang ternyata tidak dapat menyediakan makanan, sungguh
keterlaluan! buat apa hartanya yang segudang itu.
Tuhan tidak akan memberikan berkah pada hartanya yang banyak itu.
Narator:
Demikianlah pergunjingan dan sumpah serapah dari orang-orang miskin mewarnai pesta selamatan
yang diadakan Pak Kikir.
Pada saat pesta selamatan sedang berlangsung, iba-tiba datanglah seorang nenek tua renta,
Nenek:
(sambil merintih)
Pak Kikir:
Apa, sedekah?! Kau kira untuk menanak nasi tidak diperlukan jerih payah hah...?
Nenek:
Berilah saya sedikit saja dari harta tuan yang berlimpah ruah itu....Tuan,
Pak Kikir:
Tidak! Cepat pergi dari sini! kalau tidak, aku akan suruh tukang pukulku untuk menghajarmu!!
Narator:
Nenek tua itu segera berlalu dari hadapan Pak Kikir. Tidak mendapat sedekah tetapi malah diusir secara
kasar oleh Pak Kikir. Dengan hati pilu, dan mengeluarkan air mata.
nenek yang malang itu segera meninggalkan halaman rumah Pak Kikir. Ia berjalan sempoyongan
menyusuri jalan desa.
Kasihan Nenek itu. Sudah dibentak-bentak ayah tapi juga ga dikasih makanan oleh ayah. Gimana ya,
caranya aku bisa ngasih sedekah ke nenek itu?
Oooh iya, aku ambilkan saja jatah makan siangku buat nenek itu.
Narator:
Mana si nenek ya? Ooh itu dia! Sudah sampai di ujung desa.
Narator:
Nenek itu pun berhenti, lalu menoleh ke belakang. Ia melihat seorang anak muda berlari mendekatinya.
Nenek:
Saya anak Pak Kikir, Nek! Saya ingin meminta maaf atas perlakuan ayah saya tadi! Sebagai obat kecewa,
ambillah jatah makan siang saya ini, Nek!
Nenek:
(gembira)Terima kasih, Nak! Engkau anak yang baik hati. Semoga Tuhan akan membalas kebaikanmu ini
dengan kemuliaan.
Sama-sama, Nek! kalau begitu, saya langsung pulang ya, Nek. Khawatir ayah mencariku.
05.01 16:07
Narator:
Cerita rakyat Jaka Berek atau Sawunggaling atau Raden Mas Tumenggung Sawunggaling merupakan
salah satu cerita legenda Surabaya.
Konon kabarnya ia dikenal sebagai tokoh sejarah, yang masih belum banyak diceritakan sejarah
Indonesia. Oleh karena itu
Adegan 1
Anak-anak:
Jaka Berek:
Anak-anak:
Iya! Betul kamu memang punya ibu. Tapi tidak punya ayah! Alias anak haram!
Jaka Berek:
Jaka Berek marah kemudian pulang meninggalkan teman-temannya yang selalu mengejeknya dan
penasaran bukan kepalang karena teman-temannya selalu mengejek bahwa ia tak punya ayah sah alias
anak haram.
Adegan 2
Jaka Berek:
Dewi Sangkrah/Ibu:
Jaka Berek:
Ibu harus menjelaskan, siapakah sebenarnya ayahku?..Kalau sudah meninggal dimana kuburnya biar aku
mengirim do’a di pusaranya dan jika masih hidup, sudilah ibu menunjukkan tempatnya
padaku!(merengek)
Narator:
Hati Dewi sangkrah berdebar, Ia sudah menduga hal ini akan terjadi.Tak bisa tidak dia harus
menjawabnya dengan gamblang.
Dewi Sangkrah/Ibu:
Ayahmu adalah....
Jaka Berek:
Siapa ayahku ibu? Katakan padaku ibu!
Dewi Sangkrah/Ibu:
Anakku Jaka Berek, karena kau telah dewasa, sudah sepatutnya kau bertanya tentang ayahmu.
Ketahuilah anakku, ayahmu adalah seorang Adipati di Kadipaten Surabaya. Namanya Jayengrana. Bila
ingin bertemu dengannya datanglah kesana.
Jaka Berek:
Terima kasih bu. Baiklah bu, kalau begitu aku akan segera ke kadipaten sekarang juga. Jaka Pamit ya, bu.
Dewi Sangkrah/Ibu:
Narator:
Dengan bekal seadanya, Jaka Berek berangkat ke Kadipaten Surabaya untuk menjumpai ayahnya. Ketika
hendak memasuki pintu gapura kadipaten, Jaka Berek dicegat oleh seorang prajurit yang sedang
berjaga.
Adegan 3
Prajurit:
Jaka Berek:
Prajurit:
(membentak)Hai anak muda! ketahuilah aku adalah prajurit yang sedang berjaga. Kau tidak boleh
masuk ke kadipaten. Kau harus pergi dari sini sebelum ku usir!
Jaka Berek:.
Prajurit:
(jengkel sambil memukul) Hei anak muda! Dasar pemuda kampung! Tidak mau mendengarkan
perintahku!
Jaka Berek:
Aku tetap akan melawanmu prajurit sebelum aku bertemu sang Adipati! Panggil Adipatimu aku ingin
bertemu dengan dia!
Narator:
Jaka Berek bukannya pergi malah melawan dengan berani. Untunglah perkelahian itu diketahui oleh dua
orang putera Adipati Jayengrana yang bernama Sawungsari dan Sawungrana.oleh mereka perkelahian
itu dilerai.
Sawungrana:
Hei! Berhenti! Berhentiiii! Ada apa ini kalian berkelahi dan membuat keributan disini!?
Prajurit:
Maaf pangeran, pemuda ini hendak memaksa masuk kadipaten. Saya cegah tetapi dia malah melawan.
Narator:
Hemmm...Maaf, siapakah saudara dan ada keperluan apa hendak memaksa masuk kadipaten?
Jaka Berek:
Aku hendak menghadap Adipati Jayengrana. Ada yang ingin ku sampaikan kepada beliau.
Sawungsari:
Heh! Orang kampung.Tak ada orang luar yang boleh menemui ayahku. Sebaiknya kau pulang saja atau
aku yang memaksamu pulang .
Jaka Berek :
Sawungsari:
Heh! Pemuda masih membandel juga. Ayo kakang, kita usir pemuda ini beramai ramai!
Narator:
Melihat kenekatan Jaka, kedua putera Adipati itupun segera mengeroyoknya, dengan tangkas Jaka
Berek melawan.
Tokoh Drama:
2. Jaka Tarub
3. Pak Ranu
4. Nawang Wulan
5. 6 bidadari
Narator:
Pada jaman dahulu di sebuah desa di daerah Jawa Tengah. Hidup seorang pemuda bernama Jaka Tarub.
Ia tinggal bersama ibunya yang biasa dipanggil Mbok Randha. Ayahnya sudah lama meninggal. Sehari-
hari Jaka Tarub dan Mbok Randha bertani padi di sawah.
Pada suatu malam, ditengah tidurnya yang lelap, Jaka Tarub bermimpi mendapat istri seorang bidadari
nan cantik jelita dari kayangan.
Adegan 1
Jaka Tarub:
Ah! Ternyata aku Cuma mimpi.(sambil tersenyum) Mimpiku indah sekali dan nampak jelas terbayang
diingatanku. Duuuh ku jadi tidak bisa tidur lagi!
Narator:
Sesaat Jaka tarub sedang melamun, tiba-tiba terdengar ayam jantan berkokok menandakan hari sudah
pagi.Ibu Jaka Tarubpun terbangun dari tidurnya,
Mbok Randha:
(membuka jendela) oh! Itu dia pagi-pagi sudah duduk melamun di depan rumah. Apa yang sedang dia
pikirkan ya? Apa dia memikirkan ingin segera berumah tangga? Teman-teman sebayanyapun rata-rata
telah menikah. Kasian anakku. Aku harus membantu Jaka Tarub mencari istri yang baik untuknya.
Narator:
Siang hari ketika Mbok Randha sedang berada di sawah, tiba tiba datang Pak Ranu pemilik sawah
sebelah menghampirinya...
Adegan 2
Pak Ranu:
Mbok Randha:
Pak Ranu:
Tidak ada apa-apa Mbok. Aku bermaksud menjodohkan anakmu dengan anakku Laraswati.
Mbok Randha:
(terkejut) haah?
Narator:
Mendengar niat Pak Ranu yang baru saja diutarakan. Ia sangat senang. Laraswati adalah seorang gadis
perparas cantik yang tutur katanya lemah lembut. Ia yakin kalau Jaka Tarub mau menjadikan Laraswati
sebagai istrinya. Walaupun demikian Mbok Randha tidak ingin mendahului anaknya untuk mengambil
keputusan. Biar bagaimanapun ia menyadari kalau Jaka Tarub sudah dewasa dan mempunyai keinginan
sendiri.
Mbok Randha:
Aku setuju Pak Ranu. Tapi sebaiknya kita bertanya dulu pada anak kita masing masing.
Pak Ranu:
(mengangguk-angguk)
Iya, baik. Saya pikir apa yang dikatakan Mbok Randha benar. Nanti coba kita tanyakan pada anak kita
masing-masing.
Narator:
Hari berganti hari. Mbok Randha belum juga menemukan waktu yang tepat untuk membicarakan
rencana perjodohan Jaka Tarub dan Laraswati. Ia takut Jaka Tarub tersinggung. Mungkin juga Jaka Tarub
telah memiliki calon istri yang belum dikenalkan padanya. Lama kelamaan Mbok Randha lupa akan
niatnya semula.
Jaka Tarub adalah seorang pemuda yang sangat senang berburu. Ia juga seorang pemburu yang handal.
Keahliannya itu diperolehnya dari mendiang ayahnya. Pagi itu Jaka Tarub telah siap berburu ke hutan.
Adegan 3
Jaka Tarub:
Bu, aku pergi berburu dulu ya.(sambil merapikan busur, panah, pisau dan pedang telah disiapkannya)
Mbok Randha:
Heemmm semoga Jaka Tarub membawa pulang seekor menjangan besar yang bisa dipakai makan untuk
beberapa hari ke depan. Aku mau istirahat dulu(masuk ke dalam rumah)
Narator:
Tak lama kemudian di tengah hutan, Jaka tarub berhasil memanah seekor menjangan. Hatinya senang.
Namun sayang, begitu Jaka Tarub sedang berjalan pulang membawa hasil buruannya, tiba-tiba datang
seekor harimau menyerangnya dan membawa menjangan itu pergi,
Adegan 4
Jaka Tarub:
Sialll! Siaaaalll!Baru kali ini aku mengalami nasib sesial ini! Hewan buruan sudah ditangan malah
dimangsa binatang buas. Pertanda apa, ini ? Ah! Aku tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak. Sebaiknya
aku lanjutkan perjalananku.
Narator:
Nasib sial belum mau meninggalkan Jaka tarub. Setelah berjalan dan menunggu beberapa kali,
Jaka Tarub:
Para pembaca yang berbahagia, kali ini saya ingin menampilkan naskah drama untuk acara pentas seni
di suatu sekolah.
Selamat membaca.....
(Musik pembuka dengan volume suara agak meninggi kemudian dikurangi pelan-pelan disusul muncul
suara narator)
Narator:
Assalamu’alaikum wr.wb.
Bapak/Ibu guru, teman-teman dan Para hadirin yang kami hormati, perkenankanlah kami untuk
menampilkan peragaan drama yang berjudul Timun Mas. Dengan para pemain:
Baiklah para hadirin yang berbahagia, marilah kita saksikan bersama penampilan dari rekan-rekan
kami....
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Alkisah, di sebuah desa di daerah Jawa Tengah, hiduplah seorang perempuan paruh baya. Ia ingin
memiliki seorang anak. Namun sayangnya suaminya telah meninggal dunia. Ia sangat berharap suatu
keajaiban datang padanya. Untuk meraih harapan itu, siang malam ia selalu berdoa kepada Tuhan Yang
Maha kuasa agar diberi anak.
Pada suatu malam, harapan itu datang melalui mimpinya. Dalam mimpinya, ia didatangi oleh sesosok
makhluk raksasa yang menyuruhnya pergi ke hutan tempat biasanya ia mencari kayu bakar untuk
mengambil sebuah bungkusan di bawah sebuah pohon besar.
(suara musik pengiring melemah lama-lama hilang berganti suara burung-burung berkicau di pagi hari)
Adegan 1
(tersentak terbangun dari tidur kemudian duduk ditempat tidur dan merenung)
Ah! Ternyata aku mimpi! Mimpiku seperti benar-benar nyata. Benar-benar ajaib! Rasanya..., aku tidak
percaya dengan mimpiku. Apakah mimpiku itu akan benar-benar terjadi pada diriku?
Ah! aku tidak boleh ragu. Aku harus cari tahu makna mimpiku itu.
Aku harus pergi ke hutan sekarang juga. Semoga mimpiku smalem, membawa kebaikan pada diriku.
Narator:
Dengan penuh harapan, perempuan janda itu bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk oleh raksasa
itu. Setibanya di hutan....,
**Musik**
Adegan 2
Hah?(terkejut) Ini ada bungkusan seperti yang ditunjukkan raksasa dalam mimpiku itu. Coba ku buka
isinya.
Hah? (terkejut) Cuma Sebutir biji timun? Kukira, isi bungkusan ini seorang bayi. Tapi, apa maksudnya ya,
raksasa itu menunjukkan aku sebutir biji timun ini? Buat apa biji timun ini?aku tidak mengerti.(bingung)
Narator:
Di saat perempuan janda itu kebingungan, tanpa disadari dibelakangnya tiba-tiba ada sesosok makhluk
raksasa berdiri sambil tertawa terbahak-bahak.
Raksasa:
Raksasa:
Jangan takut, perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu! Bukankah kamu menginginkan seorang
anak?
Raksasa:
Kalau begitu, segera tanam biji timun itu! Kelak kamu akan mendapatkan seorang anak perempuan.
Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu kepadaku saat ia sudah dewasa. Anak itu akan kujadikan
santapanku!
Narator:
Karena begitu besar keinginannya untuk memiliki anak, tanpa sadar Ibu Timun Mas menjawab.....
Narator:
Begitu perempuan janda itu selesai menyatakan kesediaannya, raksasa itu pun berlalu dari hadapannya.
Perempuan itu segera menanam biji timun itu di ladangnya. Setiap hari ia merawat tanaman itu dengan
baik. Dua bulan kemudian, tanaman itu pun mulai berbuah....
05.01 16:03
Narator:
Alkisah, di daerah Jawa Timur tersebutlah seorang raja bernama Kertamarta yang bertahta di Kerajaan
Daha. Ia mempunyai dua orang putri yang cantik jelita. Yang sulung bernama Dewi Galuh Ajeng,
sedangkan yang bungsu bernama Candra Kirana.
Berita tentang kecantikan kedua kakak-beradik tersebut tersebar hingga ke berbagai negeri.
Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota yang gagah dan tampan bernama Raden Inu Kertapati dari
Kerajaan Kahuripan untuk meminang salah seorang dari mereka. Kedatangan pangeran tampan itu
disambut baik oleh Raja Kertamarta bersama permaisuri dan kedua putrinya.
Saat melihat ketampanan Raden Inu Kertapati, Putri Galuh Ajeng langsung jatuh hati. Ia berharap
lamaran putra mahkota Kerajaan Kahuripan itu ditujukan kepadanya. Namun, ternyata Raden Inu
Kertapati lebih memilih Putri Candra Kirana. Raja dan permaisuri pun menyetujuinya dan segera
menunangkan mereka.
Adegan 1
Putri Galuh:
Haaahhh!! Aku kesal! Kesaaal! Kesaaal! Kenapa Raden Inu Kertapati lebih memilih Candra Kirana?
Padahal, aku kan yang lebih cantik daripada Candra Kirana. Kenapa juga ayahanda menyetujui Raden Inu
Kertapati memilih Candra Kirana. Padahal.... aku yang lebih tua daripada Candra Kirana.
Yang lebih menyakitkan lagi, mereka akan segera ditunangkan. Mestinya aku yang lebih pantas
bertunangan dengan Raden Inu Kertapati. Pokoknya aku tidak rela Candra Kirana bertunangan dengan
Raden Inu Kertapati. Aku harus menyingkirkan Candra Kirana dari istana ini. Bagaimanapun caranya
Raden Inu Kertapati harus menikah denganku!
Narator:
Suatu hari, secara diam-diam Putri Galuh pergi ke rumah seorang nenek sihir untuk mencelakai adiknya
Adegan 2
Putri Galuh:
Permisi Nek.
Nenek Sihir:
Putri Galuh:
Nenek Sihir:
Putri Galuh:
Kamu sihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong! Setelah itu buanglah dia ke laut!
Nenek Sihir:
Ampun, Tuan Putri! Ada apa gerangan dengan Tuan Putri Candra Kirana? Bukankah dia adik kandung
Tuan Putri sendiri?
Putri Galuh:
Dia itu adik yang tidak tahu diri. Ia telah merebut Raden Inu Kertapati dariku. Sudahlah Nek. tidak usah
banyak tanya! Laksanakan saja perintahku!
Nenek Sihir:
Tapi, bagaimana caranya, Tuan Putri? Bukankah Putri Candra Kirana jarang keluar istana? Jika aku
menyihirnya di istana, pasti akan ketahuan Baginda Raja
Putri Galuh:
Benar juga katamu, Nek! Ayahanda pasti curiga jika mengetahui hal ini. Ya sudah, kalau begitu aku cari
akal supaya Candra Kirana bisa keluar dari istana.
Narator:
Akhirnya, Putri Galuh pun memfitnah adiknya sehingga diusir dari istana.
Ketika Putri Candra Kirana berjalan menyusuri pantai, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tawa nenek-
nenek yang sangat menyeramkan.
Adegan 3
Nenek Sihir:
Candra Kirana:
Iiiihhh suara apa itu? Seperti suara nenek-nenek. Tapi di sekelilingku seperti tidak ada seorangpun.
Aneh! Kenapa ada suara tawa, tapi tidak ada orangnya? Iiih menyeramkan! Aku harus segera pindah dari
tempat ini
Narator:
Ketika Putri Candra Kirana hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba seorang nenek muncul dan berdiri
di depannya.
Nenek Sihir:
Candra Kirana:
Nenek Sihir:
Aku si Nenek penyihir! Aku diperintahkan oleh Putri Galuh untuk menyihirmu menjadi keong emas,
karena kamu telah menyakiti hatinya. Kamu telah merebut Raden Inu Kertapati darinya
Candra Kirana:
Narator:
Tanpa ampun lagi, Nenek Sihir itu menyihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong emas.
Nenek Sihir:
Hi...... hiiii.....hiiiiii sekarang kau sudah berubah jadi keong emas, putri.
Putri, sihir ini akan hilang jika kamu bertemu dengan tunanganmu.
Nah, sekarang putri akan aku buang ke tengah laut supaya kau bisa bermain dengan keong-keong di laut
Narator: