A. Definisi Catur Purusa Artha Catur Purusa Artha berasal dari Bahasa Sanksekerta yang berarti Catur yang artinya empat, Purusa yang artinya manusia, dan Artha yang artinya tujuan. Jadi Catur Purusa Artha memiliki arti yaitu empat tujuan hidup manusia (Surpha, 2005). B. Bagian-bagian Catur Purusa Artha Bagian-bagian Catur Purusa Artha, yaitu 1. Dharma yaitu kebenaran atau perbuatan baik. 2. Artha yaitu barang-barang duniawi yang dapat memuaskan nafsu duniawi (Kama). Dapat diartikan juga, Artha yaitu kekuasaan atau kekayaan yang dimiliki seseorang. 3. Kama yaitu hawa nafsu, bisa dibilang juga sebagai sebuah keinginan atau dorongan untuk mencapai atau memiliki sesuatu. 4. Moksa yaitu tujuan akhir umat Hindu dimana bersatunya Atman dengan Brahman. 2. Catur Purusa artha dalam Mahabharata A. Dharma dalam Mahabharata Arjuna menyamar menjadi perempuan untuk membawa Rukmini ke kuil untuk membantu Sri Krisna agar dapat menemui Rukmini di Kuil. Dewabrata atau Bisma mengambil sumpah Brahmacari atau tidak menikah seumur hidup agar Satyawati mau menikah dengan ayahnya yaitu santanu, hal ini dilakukan juga agar kelak tidak adanya perebutan kekuasaan antara keturunan Bisma dan satyawati. Itulah sebabnya Bisma mengambil sumpah tersebut. Sri Krisna yang menolong Drupadi saat Perjudian berlangsung. Kain sari Drupadi yang tidak habis-habisnya saat ditarik oleh Dursasana dikarenakan oleh kehendak Sri Krisna. Hal itu, dikarenakan Sri Krisna balas budi keoada Drupadi karena saat jari tangan Sri Krisna Terluka, Drupadi Menyobek kain sarinya untuk membalut luka Sri Krisna Sri Krisna menyelamatkan Praikesit saat berada di dalam kandungan Utari. Para Pandawa melakukan Aswa Medha Yadnya setelah Perang Bharatayuda, yaitu upacara pengorbanan kuda dengan mengundang para pendeta. B. Artha dalam Mahabharata Kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki oleh dinasti kuru. Contohnya saat pandu dinobatkan sebagai raja, hal ini menunjukan bahwa Pandu memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar mengenai kerajaan Hastinapura Pandawa yang diundang untuk tinggal di Warnabrata (Istana Lilin) yang kemudian sengaja di bakar oleh pihak Kurawa saat Pandawa sedang beristirahat. Hal ini menunjukan kekayaan yang dimiliki untuk membangun Warnabrata tersebut. Pandawa memimpin daerah Indraprastha yang awalnya gersang, namun karna kepemimpinan Pandawa, kerajaan Indraprastha menjadi bebas dan Makmur. Hal ini juga contoh dari kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki oleh Pandawa. Berlangsungnya perang Bharatayudha antara Pandawa Dn Kurawa. Hal ini menunjukan besarnya kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki oleh kedua pihak, bahkan mereka juga memiliki banyak sekutu yang ikut serta dalam perang. Setelah perang, dinobatkannya Yudistira di Hastiniapura dan diteruskan oleh para keturunan Pandawa. Hal tersebut menggambarkan kekuasaan yang dimiliki oleh para Pandawa. C. Kama dalam Mahabharata Santanu yang sangat ingin menikahi Dewi Gangga dengan setuju memenuhi syarat apapun yang diberikan oleh Dewi Ganggan. Keinginan (nafsu) Santanu yang sangat besar untuk menikahi Satyawati sehingga membuat Bisma mengambil sumpah Brahmacari. Kematian Pandu yang disebabkan karena tidak bisa menahan keinginannya (nafsu) dalam melakukan hubungan suami istri dengan Madri. Keinginan (nafsu) Duryodana yang sangat besar untuk membunuh Pandawa, seperti meracuni Bima saat masih kecil dan juga membakar Warnabrata saat Pandawa beristirahat. Kurawa yang bersih kerasas menginginkan (nafsu) agar Hastinapura tetap tidak dibagi kepada Pandawa saat sudah selesai melakukan pengasingan, sehingga menyebabkan perang besar Bharatayuda terjadi. D. Moksa dalam Mahabharata Yudistira melakukan perjalanan akhirnya yaitu mendaki Gunung Himalaya, dan akhirnya moksa. Yudistira alah satu-satunya tokoh yang mengalam Parama Moksa yaitu moksa tanpa meninggalkan bekas, karna Yudistira tokoh yang sanggup sampai ke Pucak Gunung Himalaya. Adik-adik Yudistira yaitu Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa serta istri mereka yaitu Drupada mumutuskan ikut menaiki Gunung Himalaya dan akhirnya moksa saat berada di lerek gunung dengan masih meninggalkan jasad atau badan kasar pada lereng Gunung tersebut. Kematian Sri Krisna yang disebakan oleh seorang pemburu yang memanah kaki kiri Krisna karna mengira kaki tersebut merupakan seekor rusa. Jasad Sri Krisna dikremasi oleh Arjuna. Moksa ini merupakan bagian moksa dari Surupya atau Sadharma, yaitu moksa yang didapat karna kedudukan Atman yang merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri, contoh Sri Krisna, Sri Rama, Budha. Parikesit yang moksa karena digigit oleh Naga Taksaka, hal itu dikarenakan ia memakan jambu yang berisikan cacing yang ternyata merupakan jelmaan Naga Taksaka. Ini juga terjadi karena kutukan yang sudah dilontarkan oleh pendeta Srenggi.