Anda di halaman 1dari 3

KISAH MAHABARATA

Riska Nashirotul Aliyah (Nim : 201010700043)

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang

Abstrak
Mahabharata (Sanskerta: महाभारत) adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh
Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka
dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, benar pula yang meyakini
bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan golongan dari jumlah kisah yang semula terpencar-
pencar, yang dikumpulkan semenjak masa zaman ke-4 sebelum Masehi.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu
mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya
adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlanjut selama delapan belas
hari.

1. PENDAHULUAN metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu


Mahabharata adalah karya sastra kuno yang yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha
konon ditulis oleh Begawan Vyasa atau Vyasa gubahan mpu Kanwa. Di luar itu, mpu Panuluh
dari India. Buku tersebut terdiri dari delapan juga menulis kakawin Hariwangśa pada masa
belas buku, oleh karena itu diberi nama Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah
Astadasaparwa. Namun, juga telah dikemukakan Gaţotkacāśraya pada masa raja Kertajaya dari
bahwa cerita tersebut sebenarnya adalah Kediri.
kumpulan dari banyak cerita yang tersebar yang Beberapa keturunan kakawin Mahabharata
dikumpulkan dari abad ke-4 SM dan seterusnya. lainnya juga penting, antara lain Kŗşņāyana dan
Singkatnya, Mahabharata menceritakan kisah Bhomāntaka dari zaman kerajaan Kediri, dan
konflik antara Pandawa lima dan sepupu mereka Pārthayajña menjelang akhir zaman Majapahit.
Baikorava atas kekuasaan tanah kerajaan Astina. Bali juga menyimpan salinan teks kuno yang
Puncaknya adalah pertempuran Bharatayuddha ditulis di atas daun lontar.
di alam Kurusetra yang berlangsung selama Lebih dari itu, karya-karya sastra tersebut
delapan belas hari. telah memberikan inspirasi bagi berbagai bentuk
Di Indonesia diketahui bahwa salinan ekspresi budaya dan seni khususnya di Jawa dan
berbagai bagian Mahabharata, seperti Adiparwa, Bali, mulai dari seni pahat dan ukiran di candi,
Wirataparwa, Bhismaparwa, dan kemungkinan tarian, lukisan hingga seni pertunjukan seperti
beberapa parwa lainnya, ditulis dalam prosa wayang kulit dan wow Orangutan Muda.
Kawi sejak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada
masa pemerintahan Prabu Dharmawangsa Teguh 2. Versi-versi Mahabharata
dari Kediri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini
Di India ditemukan dua versi utama
dikenal juga sebagai sastra parwa.
Mahabharata dalam bahasa Sanskerta yang agak
Yang terlebih populer dalam masa-masa
berbeda satu sama lain. Kedua versi ini disebut
kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam
dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi Selatan".
bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan
Biasanya versi utara dianggap lebih dekat dengan termasuk kerajaan Pandawa dan saudara mereka
versi yang tertua. dipertaruhkan dan akhirnya istrinya Drupadi pun
ikut bertaruh.
3. CERITA MAHABARATA
 Prabu Santanu dan keturunannya Setelah mengucapkan sumpah tersebut,
Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan
Ia menikah dengan Dewi Gangga yang menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan
dikutuk, namun Dewi Gangga meninggalkannya segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.
karena raja memutuskan akad nikahnya. Duryodana yang merasa kecewa karena
Hubungan raja dengan Dewi Gangga Dretarastra telah mengembalikan semua harta
menghasilkan seorang anak bernama Dewabrata yang sebenarnya akan menjadi miliknya,
atau Bisma. Setelah Pandu menikah dengan menyelenggarakan permainan dadu untuk yang
Kunti, Pandu menikah lagi dengan Madrem, kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus
namun karena kesalahan Pandu menembak rusa mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun,
karena cinta, kancil mengatakan bahwa Pandu setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama
tidak akan merasakan lagi hubungan suami istri, setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke
jika sudah, maka Pandawa akan mati. Batara kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya,
Guru kemudian mengutus Batara Dharma untuk Yudistira mengikuti permainan tersebut dan
membuahi Dewi Kunti agar lahir anak sekali lagi ia kalah.
pertamanya, Yudistira. Lahirlah, dan akhirnya
Batara Aswin diutus untuk membuahi Dewi Setelah masa pengasingan habis dan sesuai
Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa. dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak
untuk mengambil alih kembali kerajaan yang
Kelima putera Pandu tersebut dikenal dipimpin Duryodana.
sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta
menikahi Gandari, dan memiliki seratus orang  Perang di Kurukshetra
putera dan seorang puteri yang dikenal dengan
istilah Korawa. Widura memiliki seorang anak Pandawa berusaha mencari sekutu dan dia
bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin agar dibantu oleh pasukan dari Kerajaan Kekaya,
mampu melihat masa lalu, masa sekarang, dan Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan
masa depan. Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha,
Dinasti Yadawa, Kerajaan Dwaraka dan banyak
 Sabhaparwa lagi. Juga para pendekar besar Bharatawarsha
seperti Drupada, Satyaki, Drestadyumna,
Baik Hastinapura dan Indraprastha memiliki Srikandi, Wirata dan lain-lain memihak
istana megah di mana Duryodhana melompat ke Pandawa. Dalam pertempuran itu banyak
dalam apa yang dia yakini sebagai kolam di kesatria yang gugur seperti Abimanyu, Drona,
lantai, sehingga dia menjadi bahan ejekan Karna, Bisma, Gatokaka, Irawan, Prabu Wirata
Dropadi. Yudhistila yang gemar bermain dadu beserta putra-putranya, Baghdata, Sushama,
tidak menolak ajakan itu dan bersedia datang ke Shakuni, dll. 18 hari itu dipenuhi dengan
Hastinapura. Dalam permainan dadu, Sangkuni pertumpahan darah dan pembantaian yang
mewakili Duryodhana sebagai bandar dadu yang mengerikan.
berhak berbuat curang. Permainan taruhan
Senjata Perang dimulai dengan peningkatan  Penerus Wangsa Kuru
taruhan dalam permainan dan menjadi taruhan
harta kerajaan dan kemudian prajurit Setelah perang berakhir, Yudistira
dipertaruhkan hingga permainan mencapai dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Kemudian,
puncaknya dan kerajaan menjadi taruhan dan Yudistira bersama Pandawa dan Dropadi
Pandawa kehilangan semua harta mereka mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir
perjalanan mereka. Parikesit memerintah
Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana.
Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian
memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di
Hastinapura.

4. KESIMPULAN

Mahabharata adalah sebuah karya sastra


kuno yang konon ditulis oleh Begawan
Byasa atau Vyasa dari India. Di Indonesia,
salinan berbagai bagian dari Mahabharata,
seperti Adiparwa, Wirataparwa,
Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa
parwa yang lain, diketahui telah digubah
dalam bentuk prosa bahasa Kawi semenjak
akhir abad ke-10 Masehi. Di luar itu, mpu
Panuluh juga menulis kakawin Hariwangśa
pada masa Jayabaya, dan diperkirakan pula
menggubah Gaţotkacāśraya pada masa raja
Kertajaya dari Kediri.

5. REFERENSI

Penulisan artikel ini mengacu pada referensi

S Pendit, Nyoman (2003), Mahabharata, PT


Gramedia Pustaka Utama, ISBN 979-22-0352-4.

Haryanto, S. (1988), Pratiwimba Adiluhung,


sejarah dan perkembangan wayang., Penerbit
Djambatan, Jakarta., ISBN.

Zoetmulder P.J. (1983), Kalangwan, sastra Jawa


Kuno selayang pandang, Penerbit Djambatan,
ISBN

Anda mungkin juga menyukai