Anda di halaman 1dari 13

Yudistira

3 Juni 2009

Yudistira
Yudistira (Sanskerta: ; Yudhihira alias armawangsa adalah salah satu
tokoh protagonis dalam wiracarita ahabharata Ia merupakan seorang raja yang memerintah
kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura Ia merupakan yang tertua di antara
lima Pandawa atau para putera Pandu
Dalam tradisi pewayangan Yudistira diberi gelar 'Prabu dan memiliki julukan !untadewa
sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta
Arti nama
Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna 'teguh atau kokoh dalam peperangan Ia
juga dikenal dengan sebutan armaraja yang bermakna 'raja Dharma karena ia selalu
berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya
Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah:
O Ajatasatru 'yang tidak memiliki musuh
O rata 'keturunan Maharaja Bharata
O armawangsa atau armaputra 'keturunan Dewa Dharma
O urumuka 'pemuka bangsa Kuru
O urunandana 'kesayangan Dinasti Kuru
O urupati 'raja Dinasti Kuru
O !andawa 'putera Pandu
O !arta 'putera Prita atau Kunti
Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya
misalnya Arjuna Bisma dan Duryodana Selain nama-nama di atas dalam versi pewayangan
Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira misalnya:
O !untadewa 'derajat keluhurannya setara para dewa
O Yudistira 'pandai memerangi naIsu pribadi
O unatalikrama 'pandai bertutur bahasa
O amiaji 'menghormati orang lain bagai diri sendiri
Sifat dan kesaktian
SiIat-siIat Yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya sebagaimana telah disebutkan di
atas SiIatnya yang paling menonjol adalah adil sabar jujur taat terhadap ajaran agama penuh
percaya diri dan berani berspekulasi Kesaktian Yudistira dalam ahabharata terutama dalam
hal memainkan senjata tombak Sementara itu versi pewayangan Jawa lebih menekankan pada
kesaktian batin misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan
Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka
Yudistira dalam pewayangan beberapa pusaka antara lain Jamus Kalimasada Tunggulnaga dan
Robyong Mustikawarih Kalimasada berupa kitab sedangkan Tunggulnaga berupa payung
Keduanya menjadi pusaka utama kerajaan Amarta Sementara itu Robyong Mustikawarih
berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira Pusaka ini adalah pemberian
Gandamana yaitu patih kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan Pandu Apabila kesabaran
Yudistira sampai pada batasnya ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun
berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih
elairan
Yudistira adalah putera tertua pasangan Pandu dan Kunti Kitab ahabharata bagian pertama
atau Adiparwa mengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh brahmana
bernama Resi Kindama tanpa sengaja Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya
sedang bersanggama dalam wujud sepasang rusa Menjelang ajalnya tiba Resi Kindama sempat
mengutuk Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika mengawini istrinya Dengan penuh
penyesalan Pandu meninggalkan tahta Hastinapura dan memulai hidup sebagai pertapa di hutan
demi untuk mengurangi hawa naIsu Kedua istrinya yaitu Kunti dan Madri dengan setia
mengikutinya
Pada suatu hari Pandu mengutarakan niatnya ingin memiliki anak Kunti yang menguasai
mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya itu Mantra tersebut adalah ilmu
pemanggil dewa untuk mendapatkan putera Dengan menggunakan mantra itu Kunti berhasil
mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putera darinya tanpa melalui
persetubuhan Putera pertama itu diberi nama Yudistira Dengan demikian Yudistira menjadi
putera sulung Pandu sebagai hasil pemberian Dharma yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan
SiIat Dharma itulah yang kemudian diwarisi oleh Yudistira sepanjang hidupnya
'ersi pewaangan 1awa

Yudistira
Kisah dalam pewayangan Jawa agak berbeda Menurut versi ini Puntadewa merupakan anak
kandung Pandu yang lahir di istana Hastinapura Kedatangan Bhatara Dharma hanya sekadar
menolong kelahiran Puntadewa dan memberi restu untuknya Berkat bantuan dewa tersebut
Puntadewa lahir melalui ubun-ubun Kunti Dalam pewayangan Jawa nama Puntadewa lebih
sering dipakai sedangkan nama Yudistira baru digunakan setelah ia dewasa dan menjadi raja
Versi ini melukiskan Puntadewa sebagai seorang manusia berdarah putih yang merupakan
kiasan bahwa ia adalah sosok berhati suci dan selalu menegakkan kebenaran
Masa kecil dan pendidikan
Yudistira dan keempat adiknya yaitu Bima (Bimasena Arjuna Nakula dan Sadewa kembali ke
Hastinapura setelah ayah mereka (Pandu meninggal dunia Adapun kelima putera Pandu itu
terkenal dengan sebutan para Pandawa yang semua lahir melalui mantra Adityahredaya
Kedatangan para Pandawa membuat sepupu mereka yaitu para Korawa yang dipimpin
Duryodana merasa cemas Putera-putera Dretarastra itu takut kalau Pandawa sampai berkuasa di
kerajaan Kuru Dengan berbagai cara mereka berusaha menyingkirkan kelima Pandawa
terutama Bima yang dianggap paling kuat Di lain pihak Yudistira selalu berusaha untuk
menyabarkan Bima supaya tidak membalas perbuatan para Korawa
Pandawa dan Korawa kemudian mempelajari ilmu agama hukum dan tata negara kepada Resi
Krepa Dalam pendidikan tersebut Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai Krepa
sangat mendukung apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu Setelah itu
Pandawa dan Korawa berguru ilmu perang kepada Resi Drona Dalam pendidikan kedua ini
Arjuna tampil sebagai murid yang paling pandai terutama dalam ilmu memanah Sementara itu
Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak
4nflik memperebutkan kerajaan
Selama Pandu hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia tahta Hastinapura untuk
sementara dipegang oleh kakaknya yaitu Dretarastra ayah para Korawa Ketika Yudistira
menginjak usia dewasa sudah tiba saatnya bagi Dretarastra untuk menyerahkan tahta kepada
Yudhisthira selaku putera sulung Pandu Sementara itu putera sulung Dretarastra yaitu
Duryodana berusaha keras merebut tahta dan menyingkirkan Pandawa Dengan bantuan
pamannya dari pihak ibu yaitu Sangkuni Duryodana pura-pura menjamu kelima sepupunya itu
dalam sebuah gedung di Waranawata dimana gedung itu terbuat dari bahan yang mudah
terbakar
Ketika malam tiba para Korawa membakar gedung tempat para Pandawa dan Kunti ibu mereka
tidur Namun Yudistira sudah mempersiapkan diri karena rencana pembunuhan itu telah
terdengar oleh pamannya yaitu Widura adik Pandu Akibatnya kelima Pandawa dan Kunti
berhasil lolos dari maut Pandawa dan Kunti kemudian menjalani berbagai pengalaman sulit
!ernikaan dengan r4padi
Setelah lolos dari jebakan maut Korawa para Pandawa dan Kunti pergi melintasi kota
Ekachakra lalu tinggal sementara di kerajaan Panchala Arjuna berhasil memenangkan
sayembara di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang puteri cantik yang bernama Dropadi
Tanpa sengaja Kunti memerintahkan agar Dropadi dibagi lima Akibatnya Dropadi pun menjadi
istri kelima Pandawa
Dari perkawinan dengan Yudistira Dropadi melahirkan Pratiwindya dari Bima lahir Sutasoma
dari Arjuna lahir Srutasena dari Nakula lahir Satanika dan dari Sadewa lahir Srutakirti
Versi Jawa menyebut Dropadi dengan nama 'Drupadi Menurut pewayangan Jawa setelah
memenangkan sayembara Arjuna menyerahkan putri itu kepada Puntadewa selaku kakak tertua
Semula Puntadewa menolak namun setelah didesak oleh ibu dan keempat adiknya akhirnya ia
pun bersedia menikahi Drupadi Dari perkawinan itu lahir seorang putera bernama Pancawala
Jadi menurut versi asli tokoh Dropadi menikah dengan kelima Pandawa sedangkan menurut
versi Jawa ia hanya menikah dengan Yudistira seorang
Raja Indraprasta
Setelah menikahi Dropadi para Pandawa kembali ke Hastinapura dan memperoleh sambutan
luar biasa kecuali dari pihak Duryodana Persaingan antara Pandawa dan Korawa atas tahta
Hastinapura kembali terjadi Para sesepuh akhirnya sepakat untuk memberi Pandawa sebagian
dari wilayah kerajaan tersebut
Korawa yang licik mendapatkan istana Hastinapura sedangkan Pandawa mendapatkan hutan
Kandawaprastha sebagai tempat untuk membangun istana baru Meskipun daerah tersebut sangat
gersang dan angker namun para Pandawa mau menerima wilayah tersebut Selain wilayahnya
yang seluas hampir setengah wilayah kerajaan Kuru Kandawaprastha juga merupakan ibukota
kerajaan Kuru yang dulu sebelum Hastinapura Para Pandawa dibantu sepupu mereka yaitu
Kresna dan Baladewa dan berhasil membuka Kandawaprastha menjadi pemukiman baru
Para Pandawa kemudian memperoleh bantuan dari Wiswakarma yaitu ahli bangunan dari
kahyangan dan juga Anggaraparna dari bangsa Gandharwa Maka terciptalah sebuah istana
megah dan indah bernama Indraprastha yang bermakna 'kota Dewa Indra
!emerintaan Yudistira versi pewaangan 1awa
!embangunan kerajaan Amarta

Yudistira (kiri mencakupkan tangan sambil menghadap Narada (kanan yang berdiri di depan
Kresna saat penyelenggaraan Upacara Rajasuya di Indraprastha
Dalam versi pewayangan Jawa nama Indraprastha lebih terkenal dengan sebutan kerajaan
Amarta Menurut versi ini hutan yang dibuka para Pandawa bukan bernama Kandawaprastha
melainkan bernama Wanamarta
Versi Jawa mengisahkan setelah sayembara Dropadi para Pandawa tidak kembali ke
Hastinapura melainkan menuju kerajaan Wirata tempat kerabat mereka yang bernama Prabu
Matsyapati berkuasa Matsyapati yang bersimpati pada pengalaman Pandawa menyarankan agar
mereka membuka kawasan hutan tak bertuan bernama Wanamarta menjadi sebuah kerajaan baru
Hutan Wanamarta dihuni oleh berbagai makhluk halus yang dipimpin oleh lima bersaudara
bernama Yudistira Danduncana Suparta Sapujagad dan Sapulebu Pekerjaan Pandawa dalam
membuka hutan tersebut mengalami banyak rintangan Akhirnya setelah melalui suatu
percakapan para makhluk halus merelakan Wanamarta kepada para Pandawa
Yudistira kemudian memindahkan istana Amarta dari alam jin ke alam nyata untuk dihuni para
Pandawa Setelah itu ia dan keempat adiknya menghilang Salah satu versi menyebut kelimanya
masing-masing menyatu ke dalam diri lima Pandawa Puntadewa kemudian menjadi Raja
Amarta setelah didesak dan dipaksa oleh keempat adiknya Untuk mengenang dan menghormati
raja jin yang telah memberinya istana Puntadewa pun memakai gelar Prabu Yudistira
Anugera etentraman
Setelah menjadi Raja Amarta Puntadewa berusaha keras untuk memakmurkan negaranya
Konon terdengar berita bahwa barang siapa yang bisa menikahi puteri Kerajaan Slagahima yang
bernama Dewi Kuntulwinanten maka negeri tempat ia tinggal akan menjadi makmur dan
sejahtera Puntadewa sendiri telah memutuskan untuk memiliki seorang istri saja Namun karena
Dropadi mengizinkannya menikah lagi demi kemakmuran negara maka ia pun berangkat
menuju Kerajaan Slagahima Di istana Slagahima telah berkumpul sekian banyak raja dan
pangeran yang datang melamar Kuntulwinanten Namun sang puteri hanya sudi menikah dengan
seseorang yang berhati suci dan ia menemukan kriteria itu dalam diri Puntadewa Kemudian
Kuntulwinanten tiba-tiba musnah dan menyatu ke dalam diri Puntadewa Sebenarnya
Kuntulwinanten bukan manusia asli melainkan wujud penjelmaan anugerah dewata untuk
seorang raja adil yang hanya memikirkan kesejahteraan negaranya Sedangkan anak raja
Slagahima yang asli bernama Tambakganggeng Ia kemudian mengabdi kepada Puntadewa dan
diangkat sebagai patih di kerajaan Amarta
Upacara Rajasua
Kitab ahabharata bagian kedua atau Sabhaparwa mengisahkan niat Yudistira untuk
menyelenggarakan upacara Rajasuya demi menyebarkan dharma dan menyingkirkan raja-raja
angkara murka Bima Arjuna Nakula dan Sadewa memimpin tentara masing-masing ke empat
penjuru Bharatawarsha (India Kuno untuk mengumpulkan upeti dalam penyelenggaraan
upacara agung tersebut
Pada saat yang sama seorang raja angkara murka juga mengadakan upacara mengorbankan
seratus orang raja Raja tersebut bernama Jarasanda dari kerajaan Magadha Yudistira mengirim
Bima dan Arjuna dengan didampingi Kresna sebagai penasihat untuk menumpas Jarasanda
Akhirnya melalui sebuah pertandingan seru Bima berhasil membunuh Jarasanda
Setelah semua persyaratan terpenuhi Yudistira melaksanakan upacara Rajasuya yang dihadiri
sekian banyak kaum raja dan pendeta Dalam kesempatan itu Yudistira ditetapkan sebagai
aharafadhirafa Kemudian muncul seorang sekutu Jarasanda bernama Sisupala yang menghina
Kresna di depan umum Setelah melewati penghinaan ke-100 Krishna akhirnya memenggal
kepala Sisupala di depan umum
eilangan kerajaan

Lukisan dari Punjab dibuat sekitar abad ke-18 menggambarkan suasana aula permainan dadu
antara Pandawa dan Korawa Tampak dalam gambar Dropadi yang berusaha ditelanjangi oleh
Dursasana Di sebelah kiri bawah tampak kelima Pandawa sedang diam menerima
kekalahannya
Ketika menjadi tamu dalam acara Rajasuya Duryodana sangat kagum sekaligus iri menyaksikan
keindahan istana Indraprastha Timbul niatnya untuk merebut kerajaan itu apalagi setelah ia
tersinggung oleh ucapan Dropadi dalam sebuah pertemuan Sangkuni membantu niat
Duryodhana dengan memanIaatkan kegemaran Yudistira terhadap permainan dadu Yudistira
memang seorang ahli agama namun di sisi lain ia sangat menyukai permainan tersebut
Undangan Duryodana diterimanya dengan baik Permainan dadu antara Pandawa melawan
Korawa diadakan di istana Hastinapura Mula-mula Yudistira hanya bertaruh kecil-kecilan
Namun semuanya jatuh ke tangan Duryodana berkat kepandaian Sakuni dalam melempar dadu
Hasutan Sangkuni membuat Yudistira nekad mempertaruhkan semua hartanya bahkan
Indraprastha Akhirnya negeri yang dibangun dengan susah payah itu pun jatuh ke tangan lawan
Yudistira yang sudah gelap mata juga mempertaruhkan keempat adiknya secara berurutan
Keempatnya pun jatuh pula ke tangan Duryodana satu per satu bahkan akhirnya Yudistira
sendiri Duryodana tetap memaksa Yudistira yang sudah kehilangan kemerdekaannya untuk
melanjutkan permainan dengan mempertaruhkan Dropadi Akibatnya Dropadi pun ikut bernasib
sama
Ratapan Dropadi saat dipermalukan di depan umum terdengar oleh Gandari ibu para Korawa Ia
memerintahkan agar Duryodana menghentikan permainan dan mengembalikan semuanya kepada
Pandawa Dengan berat hati Duryodhana terpaksa mematuhi perintah ibunya itu Duryodana
yang kecewa kembali menantang Yudistira beberapa waktu kemudian Kali ini peraturannya
diganti Barang siapa yang kalah harus menyerahkan negara beserta isinya dan menjalani hidup
di hutan selama 12 tahun serta menyamar selama setahun di dalam sebuah kerajaan Apabila
penyamaran itu terbongkar maka wajib mengulangi lagi pembuangan selama 12 tahun dan
menyamar setahun begitulah seterusnya Akhirnya berkat kelicikan Sakuni pihak Pandawa pun
mengalami kekalahan untuk yang kedua kalinya Sejak saat itu lima Pandawa dan Dropadi
menjalani masa pembuangan mereka di hutan
eidupan dalam !embuangan
Kehidupan para Pandawa dan Dropadi dalam menjalani masa pembuangan selama 12 tahun di
hutan dikisahkan pada jilid ketiga kitab ahabharata yang dikenal dengan sebutan Wanaparwa
Yudistira yang merasa paling bertanggung jawab atas apa yang menimpa keluarga dan negaranya
berusaha untuk tetap tabah dalam menjalani hukuman Ia sering berselisih paham dengan Bima
yang ingin kembali ke Hastinapura untuk menumpas para Korawa Meskipun demikian Bima
tetap tunduk dan patuh terhadap perintah Yudistira supaya menjalani hukuman sesuai perjanjian
Suatu ketika para Korawa datang ke dalam hutan untuk berpesta demi menyiksa perasaan para
Pandawa Namun mereka justru berselisih dengan kaum Gandharwa yang dipimpin Citrasena
Dalam peristiwa itu Duryodana tertangkap oleh Citrasena Akan tetapi Yudistira justru
mengirim Bima dan Arjuna untuk menolong Duryodana Ia mengancam akan berangkat sendiri
apabila kedua adiknya itu menolak perintah Akhirnya kedua Pandawa itu berhasil membebaskan
Duryodana Niat Duryodana datang ke hutan untuk menyiksa perasaan para Pandawa justru
berakhir dengan rasa malu luar biasa yang ia rasakan
Peristiwa lain yang terjadi adalah penculikan Dropadi oleh Jayadrata adik ipar Duryodana Bima
dan Arjuna berhasil menangkap Jayadrata dan hampir saja membunuhnya Yudistira muncul dan
memaaIkan raja kerajaan Sindu tersebut
!eristiwa telaga beracun
Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan Yudistira dan keempat adiknya
membantu seorang brahmana yang kehilangan peralatan upacaranya karena tersangkut pada
tanduk seekor rusa liar Dalam pengejaran terhadap rusa itu kelima Pandawa merasa haus
Yudistira pun menyuruh Sadewa mencari air minum Karena lama tidak kembali Nakula disuruh
menyusul kemudian Arjuna lalu akhirnya Bima menyusul pula Yudistira semakin cemas
karena keempat adiknya tidak ada yang kembali
Yudistira kemudian berangkat menyusul Pandawa dan menjumpai mereka telah tewas di tepi
sebuah telaga Muncul seorang raksasa yang mengaku sebagai pemilik telaga itu Ia
menceritakan bahwa keempat Pandawa tewas keracunan air telaganya karena mereka menolak
menjawab pertanyaan sang raksasa Sambil menahan haus Yudistira mempersilakan Sang
Raksasa untuk bertanya Satu per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab Akhirnya
Sang Raksasa pun mengaku kalah namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja
Dalam hal ini Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali Raksasa heran karena
Nakula adalah adik tiri bukan adik kandung Yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku
adil Ayahnya yaitu Pandu memiliki dua orang istri Karena Yudistira lahir dari Kunti maka
yang dipilihnya untuk hidup kembali harus putera yang lahir dari Madri yaitu Nakula
Raksasa terkesan pada keadilan Yudistira Ia pun kembali ke wujud aslinya yaitu Dewa Dharma
Kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan raksasa adalah untuk memberikan ujian
kepada para Pandawa Berkat keadilan dan ketulusan Yudistira maka tidak hanya Nakula yang
dihidupkan kembali melainkan juga Bima Arjuna dan Sadewa
Yudistira dalam masa penamaran
Setelah 12 tahun menjalani pembuangan di hutan kelima Pandawa dan Dropadi kemudian
memasuki masa penyamaran selama setahun Sebagai tempat persembunyian mereka memilih
Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Wirata Kisah ini terdapat dalam kitab ahabharata jilid
keempat atau Wirataparwa
Yudistira menyamar dengan nama Kanka di mana ia diterima sebagai kusir kereta Raja Wirata
Bima menjadi Balawa sebagai tukang masak Arjuna menjadi Wrihanala sebagai banci guru tari
Nakula menjadi Damagranti sebagai tukang kuda Sadewa menjadi Tantripala sebagai
penggembala sapi sedangkan Dropadi menjadi Sailandri sebagai dayang istana
Pada akhir tahun penyamaran Pandawa terjadi peristiwa serangan kerajaan Kuru terhadap
kekuasaan Wirata Seluruh kekuatan kerajaan Matsya dikerahkan menghadapi tentara kerajaan
Trigartha sekutu Duryodhana Akibatnya istana Matsya menjadi kosong dan dalam keadaan
terancam oleh serangan pasukan Hastinapura Utara putera Wirata yang ditugasi menjaga istana
berangkat ditemani Wrihanala (Arjuna sebagai kusir Di medan perang Wrihanala membuka
samaran dan tampil menghadapi pasukan Duryodana sebagai Arjuna Seorang diri ia berhasil
memukul mundur pasukan dari Hastinapura tersebut Sementara itu pasukan Wirata juga
mendapat kemenangan atas pasukan Trigartha Wirata dengan bangga memuji-muji kehebatan
Utara yang berhasil mengalahkan para Korawa seorang diri Kanka alias Yudistira menjelaskan
bahwa kunci kemenangan Utara adalah Wrihanala Hal itu membuat Wirata tersinggung dan
memukul kepala Kanka sampai berdarah
Dalam versi pewayangan Jawa Wirata adalah nama kerajaan bukan nama orang Sedangkan
rajanya bernama Matsyapati Dalam kerajaan tersebut Yudistira atau Puntadewa menyamar
sebagai pengelola pasar ibu kota bernama Dwijakangka
Saat batas waktu penyamaran telah genap setahun kelima Pandawa dan Dropadi pun membuka
penyamaran Mengetahui hal itu Wirata merasa sangat menyesal telah memperlakukan mereka
dengan buruk Ia pun berjanji akan menjadi sekutu Pandawa dalam usaha mendapatkan kembali
takhta Indraprastha
Yudistira saat arataudda
Ketika para Pandawa pulang ke Hastinapura demi menuntut hak yang seharusnya mereka terima
Duryodana bersikap sinis terhadap mereka Ia tidak mau menyerahkan Hastinapura kepada
Yudistira Berbagai usaha damai dilancarkan pihak Pandawa namun selalu ditolak oleh
Duryodana Bahkan Duryodana tetap menolak ketika Yudistira hanya meminta lima buah desa
saja bukan seluruh Indraprastha Pada puncaknya Duryodana berusaha membunuh duta
Pandawa yaitu Kresna namun gagal
Perang antara Pandawa dan Korawa tidak dapat lagi dihindari Para pujangga Jawa menyebut
peristiwa itu dengan nama Bharatayuddha Sementara itu dalam ahabharata kisah perang besar
tersebut ditemukan pada jilid keenam sampai kesepuluh
Awal pertempuran
Pada bagian hismaparwa dikisahkan bahwa sebelum perang hari pertama dimulai Yudistira
turun dari keretanya berjalan kaki ke arah pasukan Korawa yang berbaris di hadapannya
Duryodana mengejeknya sebagai pengecut yang langsung menyerah begitu melihat kekuatan
Korawa dan sekutu mereka Namun kedatangan Yudistira bukan untuk menyerah melainkan
meminta doa restu kepada empat sesepuh yang berperang di pihak lawan Mereka adalah Bisma
Krepa Drona dan Salya Keempatnya mendoakan semoga pihak Pandawa menang Hal itu tentu
saja membuat Duryodana sakit hati
Yudistira kembali ke pasukannya Ia mempersilakan siapa saja yang ingin pindah pasukan
sebelum perang benar-benar dimulai Ternyata yang pindah justru adik tiri Duryodhana yang
lahir dari selir bernama Yuyutsu yang bergerak meninggalkan Korawa untuk bergabung
bersama Pandawa
!ertempuran melawan r4na
Bisma memimpin pasukan Korawa selama sepuluh hari Setelah ia tumbang kedudukannya
digantikan oleh Drona yang mendapat amanat dari Duryodana supaya menangkap Yudistira
hidup-hidup Drona senang atas tugas tersebut padahal niat Duryodana adalah menjadikan
Yudistira sebagai sandera untuk memaksa para pendukungnya menyerah Berbagai cara
dilancarkan Drona untuk menangkap Yudistira Tidak terhitung banyaknya sekutu Pandawa yang
tewas di tangan Drona karena melindungi Yudistira misalnya Drupada dan Wirata
Akhirnya pada hari ke-15 penasihat Pandawa yaitu Kresna menemukan cara untuk
mengalahkan Drona yaitu dengan mengumumkan berita kematian seekor gajah bernama
Aswatama Aswatama juga merupakan nama putera tunggal Drona Kemiripan nama tersebut
dimanIaatkan oleh Kresna untuk menipu Drona Atas perintah Kresna Bima segera membunuh
gajah itu dan berteriak mengumumkan kematiannya Drona cemas mendengar berita kematian
Aswatama Ia segera mendatangi Yudistira yang dianggapnya sebagai manusia paling jujur untuk
bertanya tentang kebenaran berita tersebut Yudistira terpaksa bersikap tidak jujur Ia
membenarkan berita kematian Aswatama tanpa berusaha menjelaskan bahwa yang mati adalah
gajah bukan putera Drona
Jawaban Yudistira itu membuat Drona jatuh lemas Ia membuang semua senjatanya dan duduk
bermeditasi Tiba-tiba saja Drestadyumna putera Drupada mendatanginya dan kemudian
memenggal kepalanya dari belakang Drona pun tewas seketika Dalam peristiwa ini yang paling
merasa bersalah adalah Yudistira
Menurut versi Jawa nama gajah yang dibunuh Bima bukan Aswatama melainkan Hastitama
Ketika Drona menanyakan hal itu Puntadewa menjawab bahwa yang mati adalah Hastitama
namun dengan suara yang sangat pelan Akibatnya terdengar oleh Drona bahwa yang mati
adalah Aswatama Selanjutnya Drona yang lengah pun tewas dipenggal Drestadyumna
!ertempuran melawan Sala
Salya adalah kakak ipar Pandu yang terpaksa membantu Korawa karena tipu daya mereka Pada
hari ke-18 ia diangkat sebagai panglima oleh Duryodana Akhirnya ia pun tewas terkena tombak
Yudistira
Naskah haratayuddha berbahasa Jawa Kuno mengisahkan bahwa Salya memakai senjata
bernama Rudrarohastra sedangkan Yudistira memakai senjata bernama Kalimahosaddha Pusaka
Yudistira yang berupa kitab itu dilemparkannya dan tiba-tiba berubah menjadi tombak
menembus dada Salya
Sementara itu menurut versi pewayangan Jawa Salya mengerahkan ilmu Candabirawa berupa
raksasa kerdil mengerikan yang jika dilukai jumlahnya justru bertambah banyak Puntadewa
maju mengheningkan cipta Candabirawa lumpuh seketika karena Puntadewa telah dirasuki
arwah Resi Bagaspati yaitu pemilik asli ilmu tersebut Selanjutnya Puntadewa melepaskan
Jamus Kalimasada yang melesat menghantam dada Salya Salya pun tewas seketika
%antangan bagi ur4dana
Setelah kehabisan pasukan Duryodhana bersembunyi di dasar telaga Kelima Pandawa
didampingi Kresna berhasil menemukan tempat itu Duryodana pun naik ke darat siap
menghadapi kelima Pandawa sekaligus Yudistira menolak tantangan Duryodhana karena
Pandawa pantang berbuat pengecut dengan cara main keroyok sebagaimana para Korawa ketika
membunuh Abimanyu pada hari ke-13 Sebaliknya Duryodana dipersilakan bertarung satu
lawan satu melawan salah seorang di antara lima Pandawa Apabila ia kalah maka kerajaan
harus dikembalikan kepada Pandawa Sebaliknya apabila ia menang Yudistira bersedia kembali
hidup di hutan
Bima terkejut mendengar keputusan Yudistira yang seolah-olah memberi kesempatan Duryodana
untuk berkuasa lagi padahal kemenangan Pandawa tinggal selangkah saja Dalam hal ini
Yudistira justru menyalahkan Bima yang dianggap kurang percaya diri Duryodana meskipun
bersiIat angkara murka namun ia juga seorang pemberani Ia memilih Bima sebagai lawan
perang tanding yang paling gagah di antara kelima Pandawa Setelah pertarungan sengit terjadi
cukup lama akhirnya menjelang senja Duryodana berhasil dikalahkan dan kemudian menemui
kematiannya
Maaraja dunia
Setelah perang berakhir Yudistira melaksanakan upacara Tarpana untuk memuliakan mereka
yang telah tewas Ia kemudian diangkat sebagai raja Hastinapura sekaligus raja Indraprastha
Yudistira dengan sabar menerima Dretarastra sebagai raja sepuh di kota Hastinapura Ia
melarang adik-adiknya bersikap kasar dan menyinggung perasaan ayah para Korawa tersebut
Yudistira kemudian menyelenggarakan Aswamedha Yadnya yaitu suatu upacara pengorbanan
untuk menegakkan kembali aturan dharma di seluruh dunia Pada upacara ini seekor kuda
dilepas untuk mengembara selama setahun Arjuna ditugasi memimpin pasukan untuk mengikuti
dan mengawal kuda tersebut Para raja yang wilayah negaranya dilalui oleh kuda tersebut harus
memilih untuk mengikuti aturan Yudistira atau diperangi
Akhirnya semuanya memilih membayar upeti Sekali lagi Yudistira pun dinobatkan sebagai
Maharaja Dunia setelah Upacara Rajasuya dahulu
!ensiun lalu naik ke s4rga

Lukisan Yudistira yang sedang mendaki gunung Himalaya sebagai perjalanan terakhirnya
Setelah permulaan zaman Kaliyuga dan waIatnya Kresna Yudistira dan keempat adiknya
mengundurkan diri dari urusan duniawi Mereka meninggalkan tahta kerajaan harta dan siIat
keterikatan untuk melakukan perjalanan terakhir mengelilingi Bharatawarsha lalu menuju
puncak Himalaya Di kaki gunung Himalaya Yudistira menemukan anjing dan kemudian hewan
tersebut menjdi pendamping perjalanan Pandawa yang setia Saat mendaki puncak satu per satu
mulai dari Dropadi Sadewa Nakula Arjuna dan Bima meninggal dunia Masing-masing
terseret oleh kesalahan dan dosa yang pernah mereka perbuat Hanya Yudistira dan aningnya
yang berhasil mencapai puncak gunung karena kesucian hatinya
Dewa Indra pemimpin masyarakat kahyangan datang menjemput Yudistira untuk diajak naik ke
swarga dengan kereta kencananya Namun Indra menolak anjing yang dibawa Yudistira dengan
alasan bahwa hewan tersebut tidak suci dan tidak layak untuk masuk swarga Yudistira menolak
masuk swargaloka apabila harus berpisah dengan anjingnya Indra merasa heran karena Yudistira
tega meninggalkan saudara-saudaranya dan Dropadi tanpa mengadakan upacara pembakaran
jenazah bagi mereka namun lebih memilih untuk tidak mau meninggalkan seekor anjing
Yudistira menjawab bahwa bukan dirinya yang meninggalkan mereka tapi merekalah yang
meninggalkan dirinya
Kesetiaan Yudistira telah teruji Anjingnya pun kembali ke wujud asli yaitu Dewa Dharma
Bersama-sama mereka naik ke sorga menggunakan kereta Indra Namun ternyata keempat
Pandawa tidak ditemukan di sana Yang ada justru Duryodana dan adik-adiknya yang selama
hidup mengumbar angkara murka Indra menjelaskan bahwa keempat Pandawa dan para
pahlawan lainnya sedang menjalani penyiksaan di neraka Yudistira menyatakan siap masuk
neraka menemani mereka Namun ketika terpampang pemandangan neraka yang disertai suara
menyayat hati dan dihiasi darah kental membuatnya ngeri Saat tergoda untuk kabur dari neraka
Yudistira berhasil menguasai diri Terdengar suara saudara-saudaranya memanggil-manggil
Yudistira memutuskan untuk tinggal di neraka Ia merasa lebih baik hidup tersiksa bersama
sudara-saudaranya yang baik hati daripada bergembira di sorga namun ditemani oleh kerabat
yang jahat Tiba-tiba pemandangan berubah menjadi indah Dewa Indra muncul dan berkata
bahwa sekali lagi Yudistira lulus ujian Ia menyatakan bahwa sejak saat itu Pandawa Lima dan
para pahlawan lainnya dinyatakan sebagai penghuni Surga
Menurut versi pewayangan Jawa kematian para Pandawa terjadi bersamaan dengan Kresna
ketika mereka bermeditasi di dalam Candi Sekar Namun versi ini kurang begitu populer karena
banyak dalang yang lebih suka mementaskan versi ahabharata yang penuh dramatisasi
sebagaimana dikisahkan di atas

Anda mungkin juga menyukai