PENDAHULUAN
boneka tiruan yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya, yang
tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh seseorang yang
didefinisikan sebagai boneka atau penjelmaan dari manusia yang terbuat dari
kulit atau pun kayu. Namun ada juga yang mengartikan bahwa perkataan
wayang berasal dari bahasa Jawa, yang artinya perwajahan yang mengandung
penerangan.
Seni Wayang, merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling
telah ada, hal tesebut ditemukan pada prasasti Balitung tahun 907 Masehi.
Sejarah perkembangan seni wayang di Indonesia, yaitu pada abad ke-4 orang-
Weda dan epos cerita maha besar India yaitu Mahabharata dan Ramayana
dengan bahasa Jawa kuno dalam bentuk kakawin yang bersumber dari cerita
1
BAB II
PEMBAHASAN
bernama Kunti yang pada suatu hari ditugasi menjamu seorang pendeta tamu
ayahnya, yaitu Resi Durwasa. Atas jamuan itu, Durwasa merasa senang dan
mantra untuk memanggil dewa. Pada suatu hari, Kunti mencoba mantra
kepada Dewa Surya, dan sebagai akibatnya, sang dewa matahari tersebut
keperawanan Kunti.
Namun, Karna juga dapat bermakna "mahir" atau "terampil". Kiranya nama
Karna ini baru dipakai setelah Basusena atau Radheya dewasa dan menguasai
menikah terpaksa membuang "putra Surya" yang ia beri nama Karna di sungai
Aswa dalam sebuah keranjang. Bayi itu kemudian terbawa arus sampai
2
akhirnya ditemukan oleh Adirata yang bekerja sebagai kusir kereta di Kerajaan
Karena sejak lahir sudah memakai pakaian perang lengkap dengan anting-
anting dan kalung pemberian Surya, maka bayi itu pun diberi nama Basusena.
Tak lama setelah itu, Kunti disunting Pandu dari Hastinapura dan berputra
tiga orang: Yudistira, Bimasena (Bima), dan Arjuna. Bersama dua putra kembar
dikenal dengan julukan Sutaputra (anak kusir). Namun, julukan lainnya yang
lebih terkenal adalah Radheya, yang bermakna "anak Radha" (istri Adirata).
ke dalam perguruan Resi Drona yang saat itu sedang mendidik para Pandawa
dan Korawa, pangeran dari kalangan Dinasti Kuru. Drona menolak Radheya
sehingga Karna harus menyamar sebagai brahmana muda agar bisa menjadi
muridnya. Pada suatu hari, Parasurama tidur di atas pangkuan Karna. Tiba-
tiba muncul seekor serangga menggigit paha Karna. Agar Parasurama tidak
melihat Karna telah berlumuran darah. Kemampuan Karna menahan rasa sakit
3
telah menyadarkan Parasurama bahwa muridnya itu bukan dari golongan
pun mengutuk Karna. Kelak, pada saat pertarungan antara hidup dan mati
melawan seorang musuh terhebat, Karna akan lupa terhadap semua ilmu yang
telah ia ajarkan.
menabrak mati seekor sapi milik brahmana yang sedang menyeberang jalan.
Sang brahmana pun muncul dan mengutuk Karna, kelak roda keretanya akan
paling hebat.
terlebih dahulu karena untuk menghadapi Arjuna haruslah dari golongan yang
berkata bahwa keberanian dan kehebatan tidak harus dimiliki oleh kaum
4
di Angga. Dretarastra tidak mampu menolak permintaan putra kesayangannya
itu. Pada hari itu juga, Karna resmi dinobatkan menjadi raja Angga.
tahu bahwa Karna adalah anak Adirata. Melihat hal itu, Bimasena
Arjuna yang berasal dari kaum bangsawan. Sekali lagi Duryodana tampil
sulung yang pernah ia buang dari pakaian perang dan perhiasan pemberian
Surya yang melekat di tubuh Karna. Suasana yang menegangkan itu diredakan
C. Penolakan Dropati
Dalam hal ini, Drupada (raja Pancala) telah mengumumkan sebuah sayembara
memanah bagi siapa saja yang ingin memperistri putrinya tersebut. Sayembara
tersebut ialah memanah boneka ikan yang berputar di atas arena, namun tidak
boneka tersebut, mengangkat busur pusaka Kerajaan Pancala saja para peserta
dirinya tidak mau menikah dengan anak seorang kusir. Karna sakit hati
5
mendengarnya. Ia menyebut Dropadi sebagai wanita sombong dan pasti
menjadi perawan tua karena tidak ada lagi peserta yang mampu
Drupada merasa khawatir. Raja Pancala itu pun membuka pendaftaran baru
untuk siapa saja yang ingin menikahi Dropadi, tanpa harus berasal dari
golongan ksatriya. Arjuna yang saat itu sedang menyamar sebagai brahmana
olehnya.
kerajaan indah bernama Indraprastha yang membuat pihak Korawa merasa iri.
Dropadi dari kamarnya. Dropadi pun dijambak dan diseret oleh Korawa
6
bersumpah kelak akan membunuhnya.[6] Duryodana pun memerintahkan
E. Pusaka Indrasta
Arjuna lahir melalui anugerah Dewa Indra. Menyadari kesaktian Karna, Indra
merasa cemas kalau Arjuna sampai kalah jika bertanding melawan putra Surya
itu. Maka, Indra pun bersiasat merebut baju pusaka Karna dengan menyamar
Karna tidak mempan terhadap senjata jenis apa pun. Rencana Indra diketahui
oleh Surya. Ia pun memberi tahu Karna, namun Karna sama sekali tidak risau.
Ia telah bersumpah akan hidup sebagai seorang dermawan sehingga apa pun
Indra yang menyamar sebagai seorang resi tua datang menemui Karna
saat sedang sendirian. Ia meminta sedekah berupa baju perang dan anting-
anting yang dipakai Karna. Karna pun mengiris semua pakaian pusaka yang
sebagai hadiah atas ketulusan Karna. Namun, pusaka Konta hanya bisa
Arjuna lahir melalui anugerah Dewa Indra. Menyadari kesaktian Karna, Indra
merasa cemas kalau Arjuna sampai kalah jika bertanding melawan putra Surya
itu. Maka, Indra pun bersiasat merebut baju pusaka Karna dengan menyamar
7
Karna tidak mempan terhadap senjata jenis apa pun. Rencana Indra diketahui
oleh Surya. Ia pun memberi tahu Karna, namun Karna sama sekali tidak risau.
Ia telah bersumpah akan hidup sebagai seorang dermawan sehingga apa pun
Indra yang menyamar sebagai seorang resi tua datang menemui Karna
saat sedang sendirian. Ia meminta sedekah berupa baju perang dan anting-
anting yang dipakai Karna. Karna pun mengiris semua pakaian pusaka yang
sebagai hadiah atas ketulusan Karna. Namun, pusaka Konta hanya bisa
Bisma akhirnya roboh pada pertempuran hari kesepuluh. Tokoh tua itu
melawan Pandawa. Bisma mengetahui jati diri Karna sebagai kakak para
Pandawa setelah diberi tahu oleh Narada (maharesi kahyangan). Seperti halnya
8
Kresna dan Kunti, Bisma juga menyarankan supaya Karna bergabung dengan
pengganti Bisma, dengan alasan Drona merupakan guru sebagian besar sekutu
Pada hari ke-14 malam, perang tetap terjadi tanpa dihentikan sehingga
melanggar aturan yang telah disepakati. Duryodana menderita luka parah saat
Gatotkaca.
Sesuai janji Indra, Shakti Konta pun musnah hanya dalam sekali
Karna sebagai panglima yang baru. Karna maju perang dengan Salya raja
yang dikusiri Kresna. Salya sendiri sakit hati karena merasa direndahkan oleh
9
Karna. Sambil mengemudikan kereta ia gencar memuji-muji kesaktian Arjuna
Arjuna. Keduanya saling berusaha membunuh satu sama lain. Ketika Karna
Pada hari ketujuh belas, perang tanding antara Karna dan Arjuna
kutukan atas diri Karna pun menjadi kenyataan. Ketika Arjuna membidiknya
kutukan kedua juga menjadi kenyataan. Karna tiba-tiba lupa terhadap semua
mendorong keretanya agar kembali berjalan normal. Pada saat itulah Kresna
mendesak agar Arjuna segera membunuh Karna karena ini adalah kesempatan
terbaik. Arjuna ragu-ragu karena saat itu Karna sedang lengah dan berada di
curang karena ikut mengeroyok Abimanyu sampai mati pada hari ketiga belas.
Teringat pada kematian putranya yang tragis tersebut, Arjuna pun melepaskan
panah Pasupati yang melesat memenggal kepala Karna. Karna pun tewas
seketika.
10
I. KEMATIAN KARNA
Salya yang menjadi kusir keretanya untuk memacu kencang keretanya agar
Namun baru berjalan beberapa meter, roda kereta kuda yang dikusiri
Raja Salya terjerembab dalam sebuah lubang berlumpur. Karna menyuruh Raja
Salya untuk mengangkat roda kereta yang masuk dalam lubang tersebut.
kereta saja bukan seorang pesuruh dan menyuruh Karna sendiri yang
Untuk sementara Karna menatap Arjuna dan berharap agar Arjuna mau
menahan diri sebelum dirinya benar-benar siap bertarung kembali. Karna pun
turun dari keretanya itu, lalu menyimpan busurnya dan mencoba mengangkat
sendiri roda kereta yang terjerembab dalam lubang yang penuh lumpur.
Sebagai seorang ksatria, Arjuna faham betul seperti apa tindakan seorang
panahmu sekarang, Arjuna. " Tidak, bhatin Arjuna menjerit, ia tidak sampai
hati harus menjadi seorang pengecut dengan membunuh musuh yang belum
11
mengarahkan panahnya pada Karna yang masih sibuk mengangkat roda
keretanya itu.
senjatanya sehingga ia pun memilih untuk diam menunggu, meski dalam versi
Akhirnya dengan sekelebat panah yang dilepaskan dari busur Arjuna pun
tampak sedang mencari anaknya, " Anakku .... dimana kau anakku, " katanya
sambil terlihat mencari-cari seseorang. Dan ketika melihat tubuh Karna yang
Terdengar dialog antara ibu dengan anak yang sudah lama berpisah itu,
yang intinya adalah penyesalan dari Kunti yang telah membuang anaknya itu.
Arjuna, dan para pandawa yang lain kembali terkejut ketika mendapati
kenyataan bahwa Karna yang selama ini menjadi musuh mereka ternyata
adalah saudara kandung dan kakak tertua mereka. Betapa sakitnya hati
keadaan yang harus membuat mereka yang adalah saudara kandung menjadi
musuh bebuyutan.
12
Di hadapan Karna yang sekarat, Arjuna dan saudara-saudaranya yang
J. Kehidupan Di Surga
perjalanan Yudistira naik ke surga. Di tempat yang serba indah itu ia merasa
kecewa karena yang dijumpainya justru arwah para Korawa, bukan adik-
pahlawan tersebut kemudian dimasukkan oleh ke dalam surga oleh para dewa
hidup Karna dibandingkan dengan versi aslinya. Menurut versi ini, Karna
13
mengetahui jati dirinya bukan dari Kresna, melainkan dari Batara Narada.
yang bisa menangkap Karna tidak lain adalah Arjuna. Pertarungan keduanya
perkawinan itu lahir dua orang putra bernama Warsasena dan Warsakusuma.
anugerah Batara Indra, melainkan dari Batara Guru. Menurut versi ini Senjata
kepada Arjuna yang saat itu sedang bertapa mencari pusaka untuk memotong
Batara Surya, Karna berhasil mengelabui Batara Narada yang diutus Batara
dan menemukan Arjuna yang asli. Arjuna berusaha merebut Kuntawijaya dari
sarung pusaka itu saja. Meskipun demikian, sarung tersebut terbuat dari kayu
Mastaba yang bisa digunakan untuk memotong tali pusar Gatotkaca. Anehnya,
14
bayi tersebut. Kelak, Gatotkaca tewas di tangan Karna. Kuntawijaya musnah
melainkan bernama Badaltulak. Sama dengan versi aslinya, pusaka ini diperoleh
Karna versi Jawa sudah mengetahui bahwa ia adalah kakak tiri para
untuk membuka jati dirinya, namun hanya untuk memintanya agar bergabung
harus menepati janji bahwa ia akan selalu setia kepada Duryodana. Kresna
terus mendesak bahwa dharma seorang kesatria yang lebih utama adalah
membunuhnya hanya para Pandawa. Karna yakin bahwa jika perang meletus,
Namun versi Jawa tidak berakhir begitu saja. Keris pusaka Karna yang
15
Surtikanti datang ke Kurusetra bersama Adirata. Melihat suaminya
gugur, Surtikanti pun bunuh diri di hadapan Arjuna. Adirata sedih dan
meninggal seketika.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18