Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH WAYANG SEMAR

Riska Nashirotul Aliyah (Nim : 201010700043)

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang

Abstrak
Wayang Semar, Tokoh wayang yang memiliki karakter fisik lucu, bahkan bisa dibilang cukup aneh.
Tapi, dalam cerita pewayangan, ternyata tokoh Semar ini mendapatkan posisi terhormat dalam
karakternya. Ia adalah seorang penasihat sekaligus pengasuh para ksatria. Selain itu, karakter
Semar ini merupakan tokoh dengan karakter yang sederhana, jujur, tulus, berpengetahuan, cerdas,
cerdik, juga memiliki mata batin yang begitu tajam.

1. PENDAHULUAN Semar sendiri juga memiliki istilah lain yaitu


 Sifat Perwatakan Tokoh Wayang Semar Haseming samar-samar yang artinya makna
kehidupan Sang Penuntun. Semar bukan laki-
laki, bukan juga perempuan. Tangan kanannya
Kalau dalam istilah Jawa-nya, Semar ini sifatnya ke atas yang bermakna sang Maha Tunggal, dan
‘Nyegara’ yang artinya hatinya seluas samudera. tangan kirinya ke belakang yang bermakna
Di mana ia dipercaya kapraman dan berserah pada-Nya.
kewaskitaan-nya sedalam samudera. Tak heran,
jika hanya ksatria sejati saja yang bisa menjadi
asuhan Semar.  Siapa Semar Sebenarnya

Jika dilihat dari karakter fisiknya, Semar Siapa yang tak kenal Semar? Setidaknya
memiliki karakter fisik yang cukup unik. Tapi, kebanyakan orang tahu Semar adalah pimpinan
keunikan fisik inilah yang dijadikan simbol dari empat sekawan ‘Punakawan’. Sepintas memang
kehidupan ini oleh masyarakat Jawa. tokoh Semar sebatas melucu dan pereda
ketegangan penonton di tengah malam. Namun,
menurut Sobirin bahwa dulu Sang Hyang
Semar memiliki bentuk tubuh bulat yang mana Wenang menciptakan Hantigo berupa telur.
mengibaratkan bahwa bumi ini bulat. Raut wajah Cangkangnya itu Togog, sedang putihnya
yang selalu tersenyum juga mata yang sembab menjadi Semar. Sedangkan kuningnya menjadi
mengeluarkan air mata ini merupakan simbol Batara Guru.
antara suka dan duka yang selalu ada dalam
kehidupan kita.
Semar yang memiliki badan gemuk tak jelas laki-
laki atau perempuan. Hal tersebut menunjukan
 Religius bahwa manusia pada dasarnya tidak ada yang
sempurna dan masing-masing memiliki ciri khas.
Dalam filosofi Jawa, Semar disebut sebagai Kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Badranaya yang merupakan dua istilah di
antaranya Bebadra yang artinya membangun Umumnya, masyarakat mengenal bahwa Semar
sarana dari awal, dan Naya yang artinya Utusan adalah putra Sang Hyang Wisesa yang mana
mangrasul. Jika diartikan secara sederhana, memiliki anugerah Mustika Manik Astagina dan
membangun dan melaksanakan perintah Allah delapan daya. Delapan daya itu adalah tidak
demi kesejahteraan manusia di muka bumi. pernah mengantuk, tidak pernah lapar, tak pernah
jatuh cinta, tak pernah sedih, tak pernah capek,
tak pernah sakit, tak pernah kepanasan, dan tak menjadi pengasuh para ksatria turunan Batara
tak pernah kedinginan. Guru, dengan nama Semar.

 Sejarah Eyang Semar Siapa yang tak kenal dengan Semar? Tokoh yang
selalu muncul di setiap kisah pewayangan,
Menurut pendapat seorang sejarawan, Prof. Dr. apapun judulnya dan apapun kondisinya. Dia
Slamet Muljana, tokoh Semar ini pertama kali selalu ada. Lalu siapa semar sebenarnya? Di
ditemukan di dalam karya sastra pada zaman kalangan masyarakat Jawa, ternyata tokoh
kerajaan Majapahit yang berjudul Sudamala. wayang Semar bukan hanya sebagai fakta
Karya sastra tersebut dalam bentuk kakawin juga historis saja, melainkan lebih ke simbolis dan
dipahat dalam bentuk relief di Candi Sukuh yang mitologis tentang ke-Esa-an. Di mana merupakan
dibuat tahun 1439. simbol dari pengejawantahan ekspresi,
pengertian, dan persepsi tentang ke-Tuhan-an
dan lebih ke konsep spiritual.
Tokoh Semar ini merupakan hamba atau abdi
tokoh utama dalam kisah Sahadewa yang
merupakan sosok dari keluarga Pandawa. Bisa dikatakan bahwa orang Jawa sejak jaman
Tentunya, Semar bukan hanya sebagai pengikut prasejarah merupakan masyarakat yang religius
semata, melainkan juga sebagai penghibur lara dan ke-Tuhan-an yang Maha Esa.
dalam mencairkan suasana yang tegang.
 Filosofi Kata Bijak Ki Semar
Di zaman berikutnya, saat kerajaan-kerajaan
Islam mulai berkembang di Pulau Jawa, Di setiap pementasan wayang, Semar selalu
pewayangan pun mulai digunakan sebagai media menyampaikan kata-kata bijaknya yang sifatnya
dakwah. Salah satunya adalah kisah Mahabarata lebi hke umum. Sehingga kata-kata bijak Semar
yang mana kisah tersebut sudah melekat di benak masih relevan dengan siapapun dan kapanpun.
masyarakat Jawa. Salah satu Ulama yang Berikut ini adalah beberapa kata bijak Semar.
menggunakan wayang sebagai media dakhwa
adalah Sunan Kalijaga. Di dalam dakwahnya,
 Urip iku Urup
Semar masih tetap ada, bahkan lebih dominan
dibandingkan dengan kisah Sudamala.
Yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah
Hidup itu Menghidupi. Hidup itu harus bisa
Kemudian, di era selanjutnya, derajat Semar memberikan manfaat pada semua orang di
semakin meningkat, di mana para Pujangga Jawa sekitar kita. Di sinilah kenapa hidup itu
mulai mengkisahkan Semar bukan sebagai rakyat menghidupi. Agar hidup kita lebih bermakna,
jelata saja, melainkan juga sebagai jelmaan maka kita harus bermanfaat bagi setiap orang di
Batara Ismaya yang merupakan kakanya Batara sekitar kita.
Guru alias rajanya para dewa.

 Sura Dira Jaya Jayaningrat, Leburing


Banyak sekali versi yang menkisahkan asal usul Dening Pangastuti
Semar. Namun sebagian besar mengatakan
bahwa Semar adalah jelmaan Dewa.
Jika di-Indonesiakan, maka artinya semua sifat
picik, keras hati, dan angkara murka di dalam
Seperti yang ditulis dalam naskah Serat Kanda diri kita hanya bisa dikalahkan dengan sikap
yang mengkisahkan penguasa kahyangan adlah bijaksana, sabar, dan lembut hati. Ibarat api tidak
Sang Hyang Nurrasa dan memiliki dua putra bisa dipadamkan dengan api. Perlu air untuk
yang bernama Sanghyang Tunggal dan Sang memadamkannya. Begitu juga dengan sifat jelek
Hyang Wenang. Karena Sang Hyang Tunggal kita, harus kita redam dengan sifat baik kita,
berwajah jelek, maka tahta kahyangan pun yaitu dengan kebijaksanaan, rendah hati, dan
diturunkan ke Sang Hyang Wenang. Kemudian, sabar.
tahta diwariskan lagi ke putranya yang bernama
Batara Guru, hingga Sang Hyang Tunggal pun
 Datan Sering Lamun Ketaman,
Datang Susah Lamun Kelangan 2. KESIMPULAN

Kata bijak Semar yang satu ini memiliki makna, • Siapa Semar Sebenarnya
bahwa jangan bersedih saat mengalami musibah
yang menimpa kita, juga jangan sedih jika kita Semar yang memiliki badan gemuk tak jelas
sedang kehilangan sesuatu. Karena semua akan laki-laki atau perempuan. Hal tersebut
kembali kepada-Nya. Inilah hakikat hidup.
menunjukan bahwa manusia pada dasarnya
tidak ada yang sempurna dan masing-masing
Itulah beberapa kata bijak dari Semar yang sering
dilontarkan saat pementasan wayang di malam memiliki ciri khas. Umumnya, masyarakat
hari. Biasanya saat penutupan, kata-kata itu mengenal bahwa Semar adalah putra Sang
terlontar sebagai makna kehidupan dan acuan Hyang Wisesa yang mana memiliki anugerah
kita menjalani hidup yang haqiqi.
Mustika Manik Astagina dan delapan daya.

 Kesaktian Semar: Senjata Kentut • Filosofi Kata Bijak Ki Semar

Meskipun Semar hanya Di setiap pementasan wayang, Semar selalu


rakyat biasa dan menjadi menyampaikan kata-kata bijaknya yang
Punakawan para ksatria sifatnya lebi hke umum.
dan raja, tapi Semar
memiliki kesaktian yang • Urip iku Urup
melebihi kemampuan
Batara Guru, rajanya
Yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah
para dewa. Di mana
Semar selalu bisa Hidup itu Menghidupi.
mengatasi kesaktian
Batara Guru yang selalu • Sura Dira Jaya Jayaningrat, Leburing
mengganggu Pandawa Dening Pangastuti
Lima saat dalam asuhan
Semar. Jika di-Indonesiakan, maka artinya semua
sifat picik, keras hati, dan angkara murka di
Ada lagi senjata yang paling ampuh yang dalam diri kita hanya bisa dikalahkan dengan
dimiliki Semar, yaitu ‘kentut’. Kentut berasal sikap bijaksana, sabar, dan lembut hati.
dari dalam diri Semar itu sendiri, sehingga
senjata ini bersifat dari pribadi Semar dan bukan 3. REFERENSI
alat yang dibuat oleh manusia. Senjata ini pun
bukan untuk membunuh, melainkan untuk Penulisan artikel ini mengacu pada referensi
menyadarkan. https://jagad.id/wayang-semar/

Dalam satu kisahnya, Semar menggunakan


senjata ‘kentut’ saat melawan resi yang tidak bisa
dikalahkan oleh Pandawa Lima. Di mana
ujungnya tidak ada yang kalah, tidak ada yang
menang, melainkan semuanya sadar kembali
dalam perwujudan semula. Semar sendiri
menggunakan senjata ‘kentut’ ini ketika ia sudah
tidak bisa mengatasi masalah dengan senjata lain.

Anda mungkin juga menyukai