1. Artikel exprolatif artikel niki nunduhake fakta miturut pemikiran lan kajian
penulisane.
2. Artikel deskriptif, artikel iki kang nggambarake babakan sing ana lan kedadeyan
ing lingkungan masyarakat. Wong sing ingkang ngungoake bisa ngerasakake
babagan kang ditulis penulise.
3. Artikel eksplanatif yaiku artikel sing isine keterangan babagan perkara kanggo
dimangerteni sing pada maca artikel ka sebut
4. Artikel preskriptif yaiku artikel ing kang manehi tuntunan madang wong sing
maca supaya Ora keliru.
5. Artikel predhiktif yaiku artikel kang isine ramalan babagan apa sing bakal
kedadeyan miturut sing nulis artikel ka sebut.
6. Artikel naratif yaiku artikel kang kaitane karo cerita utawa kedadeyan sing wis tau
ing saujening mektu.
7. Artikel eksposisi yaiku artikel kang isine kanggo ngajak sing maca supayane visa
nambah elmu sing ditulis saka penulise.
9. Artikel persuasi yaiku artikel kang ancase kanggo mrabawani wong kang sing
maca kanggo nindakake apa sing dirapekake pengarange.
1.1.2 i
- Jagong = kata kerja = maknanya duduk.
- Jagongi = kata kerja = maknanya kegiatan menduduki sesuatu.
1.2.3 Di
- Injek = kata kerja = maknanya injak.
- Diinjek = kata kerja = maknanya diinjak.
1.3.2 El
- Tunjok = kata benda = maknanya menunjuk seseorang.
- Telunjok = kata benda = maknanya jari tangan.
1.3.3 Em
- Rayu =kata kerja = maknanya suka merayu .
- Kemayu = kata sifat = maknanya orang yang centil.
1.3.4 Er
- Suleng = kata benda = maknanya alat musik.
- seruleng = kata benda = alat musik terbuat dari bambu dengan adanya
lubang-lubang kecil.
- Asep = kata benda = maknanya kepulan putih pada saat api dimatikan.
- Berasep = kata benda = maknanya banyak asap.
1.3.5 Ah
- Ayu = kata sifat = maknanya cantik.
- Rahayu =kata kerja = maknanya selamat.
Batara Wisnu
Batara surya
2. Tokoh Pandawa 5
Yudishtira
Arjuna
7. Mengalihaksarakan kalimat beraksara jawa yang ada aksara murda ke aksara latin
8. Mengalihaksarakan kalimat latin ke aksara jawa (aksara swara)
Tembang Macapat secara keseluruhan (11 tembang atau lagu) isinya menggambarkan
kepada kita tentang siklus hidup manusia, dari mulai kandungan sampai dengan meninggal.
Sistematika hidup manusia inilah yang digambarkan oleh Tembang Macapat.
Berikut nama-nama dan penjelasan tembang macapat :
1. Mijil : Menggambarkan bayi lahir
2. Kinanthi : Bayi yang semakin membesar dan perlu dilatih berjalan (Jawa :
Ditiah)
3. Sinom : Anak-anak yang telah menjadi remaja
4. Asmarandana : Masa mulai mengenal cinta
5. Dandanggula : Mulai merasakan keindahan dan manisnya cinta
6. Gambuh : Menikah dan mulai membangun keluarga
7. Maskumambang : usia yang semakin tua, tetapi masih belum mantap antara
kehidupan dunia dan akhirat, masih labil terbawa suasana.
8. Durma : Sudah mulai memiliki kemantapan hati dalam urusan akhirat
9. Pangkur : Usia yang semakin menua dan hatinya sudah meninggalkan urusan
dunia
10. Megatruh : meninggal (pisah antara badan dan ruh)
11. Pucung : Jasad yang dibungkus menggunakan kain kafan menjadi pocong
Pada tembang asmarandana pada gatra ketiga guru lagunya bisa menggunakan vokal e
atau vokal o
12. Menentukan guru lagu dan guru wilangan tembang macapat (lihat tabel diatas)
1. Maskumambang ( Janin)
Maskumambang berasal dari mas dan kumambang. Kata mas atau emas berarti sesuatu
yang sangat berharga, yang dapat diartikan bahwa anak meskipun masih dalam kandungan
merupakan sebuah anugerah yang besar tak ternilai harganya.
Mambang atau kemambang berarti mengambang. Maskumamang ini mengambarkan bayi
yang hidup mengambang di dalam Rahim ibunya. Hidup dan tumbuh selama 9 bulan di
dalam dunianya yaitu Rahim ibunda.
Tembang maskumambang memiliki watak dan sifat rasa atau karakter yang
menggambarkan kesedihan, belas kasihan (welas asih), dan kesusahan. Tembang ini
biasanya digunakan untuk lagu-lagu yang isinya tentang suasana duka.
2. Mijil (Terlahir)
Mijil mempunyai arti keluar. Tembang ini melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang
baru lahir. Mijil menggambarkan awal hadirnya anak manusia di dunia ini, dia begitu suci
dan lemah sehingga masih sangat membutuhkan perlindungan.
Tembang mijil memiliki watak yaitu sebuah pengharapan, welas asih, perhatian dan tentang
cinta. Tembang ini biasanya digunakan sebagai media dalam memberikan nasehat, cerita
cinta, pengharapan dan ajaran ketabahan dalam menjalani setiap laku kehidupan.
3. Sinom (Muda)
Sinom memiliki arti sebuah pucuk yang baru tumbuh dan bersemi. Tembang
sinom menggambarkan seorang manusia yang mulai beranjak dewasa dan telah menjadi
pemuda atau remaja yang mulai tumbuh.
Ada juga yang menafsirkan bahwa tembang sinom berkaitan dengan upacara bagi anak-
anak muda zaman dahulu. Tembang sinom memiliki watak bersemangat, bijaksana dan
sering digunakan untuk piwulang (mangajari) dan wewarah (membimbing).
4. Kinanthi (Dituntun)
Kata kinanthi berasal dari kata “kanthi” yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang
ini menggambarkan kehidupan anak muda yang masih membutuhkan tuntunan agar bisa
menjadi orang yang baik di dunia ini. Di usianya ini, biasanya ia sedang dalam masa
pencarian jati diri, masih banyak pertanyaan pada dirinya tentang “siapa aku”, sehingga ia
mencari sosok yang bisa menjadi panutan atau teladan.
Watak pada tembang asmaradhana yaitu menggambarkan cinta kasih, asmara dan juga
rasa pilu atau rasa sedih. Macapat ini sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan
cinta, baik untuk kesedihan karena patah hati maupun kebahagiaan sebuah pengharapan.
6. Gambuh ( Sepaham/Cocok)
Gambuh berasal dari kata “Jumbuh” yang dapat diartikan sebagai sebuah kecocokan antara
pria dan wanita yang didasari dengan cinta. Tembang gambuh menggambarkan tentang
sebuah perjalanan hidup seseorang yang telah bertemu dengan pasangannya yang cocok
dan keduanya akan membina rumah tangga.
Watak yang terdapat pada tembang ini ialah tentang keramahan dan persahabatan.
Gambuh juga sering digunakan untuk menyampaikan kisah kisah kehidupan.
Tembang ini memiliki watak gembira, indah dan luwes sehingga sangat cocok digunakan
sebagai pembuka untuk mengajak kebaikan, ungkapan rasa cinta dan kebahagiaan.
8. Durma (Memberi )
Tembang Durma berasal dari kata “Derma” dalam bahasa Jawa yang memiliki arti suka
memberi dan berbagi rezeki kepada orang lain. Namun ada juga yang menafsirkan bahwa
durma sebagai mundurnya tata krama atau etika. Durma menggambarkan tentang kisah
manusia yang telah mendapatkan segala kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketika
manusia dalam kondisi yang serba kecukupan ia seharusnya akan bersyukur dan selalu
melihat serta memberi pertolongan saudara dan tetangganya yang masih dalam
kekurangan .
Durma memiliki watak yang tegas, keras, dan penuh dengan amarah yang bergejolak.
Selain itu tembang ini juga menggambarkan semangat perang dan berontak.
Watak pada tembang pangkur berbicara tentang karakter yang gagah, kuat, perkasa dan
hati yang besar.
Modal inilah yang harus dimiliki setiap anak adam yang bila melanjutkan watak
tembang macapat maskumambang adalah rasa harap-harap cemas.
Adapun makna dari tembang macapat mijil ini meberitahukan kepada kita bahwa
Allah-lah yang Maha Berkehendak. Dialah yang berkehendak setiap manusia lahir
dari ayah ibu siapa. Anak adam tak bisa memilih dengan siapa ayah ibu yang
melahirkannya.
Karena kehendak manusia yang nihil, maka sepatutnyalah manusia taat kepada
Allah dengan mematuhi segala perintahnya. Salah satunya bila mengambil contoh di
atas adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Makna tembang sinom adalah di masa ini tembang macapat menggambarkan arti
pentingnya seorang pemuda. Bisa dikatan masa muda adalah masa-masa untuk
bersusah payah. Maka dari itu, setiap pemuda harus seproduktif mungkin.
Kinanthi bahasa sederhananya adalah masa-masa pembimbingan menjadi manusia
utuh. Dalam proses pembimbingannya, fase ini memerlukan kesabaran bagi para
orang tua untuk menemukan karakter yang tidak lupa akan Jawanya namun juga
mampu bersaing dengan dunia global.
Ya, di masa kinanthi ini, seorang pemuda bukan hanya labil, Ia bahkan meniru sana-
sini untuk menemukan jati dirinya. Dalam perjalanannya, manusia mempunyai peran
penting yakni otak sebagai laboratorium pengalaman yang akhirnya nanti akan
diputuskan menjadi sebuah sikap. Nah, sikap itulah yang nantinya terbiasa dan akan
menjadi karakter.
Arti tembang macapat asmaradhana tidak lain adalah gejolak asmara. Hikmahnya,
bagi orang Jawa cinta itu adalah lumrah dan pasti terjadi. Rasa cinta itu menjadi
pemantik semangat bagi para lelaki untuk bersikap ksatria.
Adapun sikap ksatria mempunyai pengertian sebagai sikap yang berani face to face
dalam menghadapi masalah, termasuk dalam hal asmara. Maka, bagi pemuda Jawa
mengungkapkan perasaan itu juga merupakan suatu yang penting, tentu saja
melamar langsung ke rumah lawan jenisnya.
Arti dari gambuh sendiri sebenarnya mengandung arti cocok. Jodoh adalah soal
kecocokan, dengan kecocokan dua insan akan mengarungi hidup dengan seiring
sejalan. Konkritnya, rumah tangga yang dibangun bukan hanya sebatas rumah
tangga tanpa visi, namun rumah tangga yang berdasarkan planning membentuk
keluarga bahagia.
Di dalam tembang ini juga menyiratkan pesan bahwa kecocokan bukan hanya
kecocokan antar individu. Terlebih merupakan kecocokan antara dua keluarga besar
karena haikatnya menyatukan dua hati sama saja menyatukan dua keluarga besar.
Arti dhandang sendiri bukanlah mengacu pada dhandang untuk masak air. Bukan
itu. Dhandang merupakan kata Jawa yang berarti gegadhangan yang berarti cita-
cita.
Namun, adapula yang mengartikan lain yakni dhandang adalah burung gagak.
Dalam mitos irang Jawa, burung gagak merupakan burung yang bila datang ia
membawa kabar duka.
Sedangkan gula adalah makanan sehari-hari yang rasanya manis. Maka dari kata itu
pulalah makna gula adalah hidup yang indah, manis dan bahagia.
Terkadang, kekuasaan sering melupakan kekuasaan Yang Mahas Esa. Ya, dengan
kekuasaan dan jabatan yang dimiliki manusia, manusia seakan-akan menjadi angkuh
dan berpendapat bahwa kehendak dirinyalah yang bisa merubah semuanya.
Keadaan semacam ini menjadi noda yang akan melahirkan sikap-sikap sombong,
congkak, ingin menang sendiri, egois dan watak-watak kasar lainnya karena merasa
dirinya paling berkuasa.
Pangkur bisa disamakan dengan kata mungkur yang artinya undur diri. Ya, di saat-
saat usia senja seperti itu, manusia sudah tidak ingin menuruti hawa nafsunya lagi,
kala itu seakan-akan semua yang bersumber dari jasadiyah ingin beralih kea rah
spiritual kejiwaan.
Proses megatruh adalah proses megat dan ruh. Megat berarti pisah sedangkan ruh
itu yang jiwa. Jadi, tahapan itu adalah proses berpisahnya ruh di dalam tubuh
manusia.
Yang perlu mendapat perhatian dari pesan tembang macapat tahap ini ialah bahwa
setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Oleh karena tembang ini adalah
tembang kesedihan, penyesalan dan getun maka alangkah lebih baiknya bila setiap
manusia bisa mengambil hikmahnya, yakni menyesal di awal.
Fase terakhir dalam tembang macapat adalah pucung. Pucung bisa diartikan
pocong/pengkafanan jenazah. Bisa juga berarti ketika jenazah sudah dikucir untuk
dikembalikan kepada sang penciptanya.
Tahap terakhir kehidupan manusia ini merupakan sebuah talqin akan datangnya
kepastian bernama kematian. Maka dari itu, hendaknya setiap manusia senantiasa
nyepakke bekal buat perjalanan panjang di kampong akhirat.
15. Menentukan tema teks geguritan (tergantung teksnya)
Tetembungan sing runtut karo tembung ngarepe iku diarani tembung purwakanthi.
Tembung purwakanthi iku miduweni 3 jenis, yaiku Purwakanthi guru swara, Purwakanthi
guru sastra, lan Purwakanthi Lumaksita/Guru Basa.
Purwakanthi kang adhedhasar runtute tembung sing ana ngarep karo tembung
sing ana mburine. Contone :
Bleketepe, tarub, dan tuwuhan ini juga jadi simbol tolak bala. Bleketepe yang terbuat dari
anyaman daun kelapa ini akan dipasangkan dengan tuwuhan. Tuwuhan dipasang di kiri dan
kanan gerbang biasanya isinya adalah tumbuh-tumbuhan. Salah satu yang wajib ada adalah
pisang raja, kelapa muda, batang padi, dan janur. Pemasangan bleketepe, tarub,
dan tuwuhan ini berisi harapan pasangan yang akan segera menikah. Diharapakan calon
pengantin memperoleh keturuan yang sehat, berbudi baik, berkecukupan dan selalu bahagi.
2. Sungkeman
3. Siraman
5. Midodareni
Pada prosesi midodareni ini calon pengantin pria akan datang ke rumah sang calon
pengantin wanita. Tapi kedua calon pengantin ini tidak boleh bertemu sama sekali. Calon
pengantin pria yang datang ke rumah ini mempunyai makna kesiapan pernikahan.
Upacara Tiga Bulanan Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah
tiga bulan. Di usia ini roh ditiupkan pada jabang bayi, biasanya upacara ini dilakukan
berupa tasyakuran.
Upacara Tingkepan natau Mitoni Upacara tingkepan disebut juga mitoni, berasal
dari kata “pitu” yang berarti tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia
kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan
dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus. Berikut ini adalah tata cara
pelaksanan upacara tingkepan antara lain:
1. Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu
supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air
dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2. Memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami
melaluo perut sampai pecah, hal ini merupakan harapan supaya bayi lahir dengan lancar
tanpa suatu halangan.
3. Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara begantian, disertai kain putih. Kain
putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan dilahirkan
adalah suci, dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan “sudah
pantas atau belum” sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum
pantas” sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana dijawab “pantas”.
Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan
diakhiri dengan motig yang paling sederhana, urutannya adalah sebagai berikut:
4. Sidoluhur
5. Sidomukti
6. Truntum
7. Wahyu Tumurun
8. Udan Riris
9. Sido Asih
10. Lasem sebagai kain
11. Dringin sebagai kemben
Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau olasenta bayi. Setelah itu dilanjunkan
dengan membagikan sesajen barokahan kepada sanak saudara dan para tetangga.
Upacara Adat Sepasaran atau Pupuk Pusar
Sepasaran merupakan salah satu upacara adat bagi bayi berumur lima hari. Upacara ini
umumnya diselengarakan secara sederhana, tetepi jika bersamaan dengan pemberian
nama pada si bayi upacara ini bisa dilakukan secara meriah.
Acara ini biasanya dilaksanakan dengan mengadakan hajatan yang mengundang saudara
dari tetangga. Suguhan yang disajikan biasanya berupa minuman serta jajanan pasar.
Selain itu juga terkadang pula ada yang dibungkus tapi menggunakan besek (tempat
makanan terbuat dari anyaman bambu) ataupun lainnya untuk dibawa pulang
Upacara Adat Selapan
Dalam bahasa Jawa, selapan berarti tiga puluh lima hari. Tradisi ini dilakukan pada
peringatan hari kelahiran. Setelah 35 hari dari hari dimana bayi dilahirkan, maka diadakan
perayaan dengan nasi tumpeng, jajan pasar dan berbagai macam makanan sebagai symbol
dari makna-makna yang tersirat dalam tradisi Jawa.
Namun dalam perkembangannya, saai ini selapan sebagai ungkapan syukur atas kesehatan
dan keselamatan bayi, diwujudkan cukup dengan nasi tumpeng beserta lauk seadanya.
Kemudian mengundang tetangga untuk kendurenan (selamatan), berdoa besama-sama dan
diujung acara, tumpeng dibagi rata untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selapansebagai
harapan orang tua dan keluarga agar bayi selalu sehat, jauh dari marabahaya, dan apa
yang diharapkan bisa terlaksana.
Upacara Adat Mudhun Siti
Upacara ini dilakukan untuk bayi yang telah berusia 7 bulan. Di Yogyakarta, upacara ini
disebut dengan tedhan siten. Upacara ini sebagai pelambang bahwa si anak telah siap
untuk menjalani hidup lewat tuntunan dari si orang tua. Acara ini dilaksanakan pada saat
anak berumur 7selapanatau 245 hari. Prosesi upacaranya adalah tedhak sega pitung
warna, mudhun tangga tebu, ceker0ceker, sebar udik-udik, dan siraman.
20. Menentukan urutan rangkaian upacara adat jawa (untuk pernikahan dan adat bayi
bisa cek no di atas)
21. Menafsirkan makna yang terkandung dalam upacara adat panggih temanten
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi
bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara
inti. Adapun ciri kahs tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan
warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi
asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar mayang
Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe atau
sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika
pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai
atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak
dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang
adalah :
a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat
dari kuningan.
e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya
dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah.
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya
berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna :
a. Janur, harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha
Kuasa.
b. Daun kluwih, semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih
(luwih) dari yang diperhitungkan.
c. Daun beringin dan ranting-rantingnya, diambil dari kata 'ingin' artinya harapan, cita-cita
atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
d. Daun dadap serep, berasal dari suku kata 'rep' artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang
tidak ada gangguan apa pun.
e. Seuntai padi (pari sewuli), melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan
semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu
siap membantu sesama yang kekurangan.
f. Cengkir gadhing. Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang
ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
g. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja). Semoga kelak mempunyai sifat
seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi.
h. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam). Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah
mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
i. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas). Harapannya agar kedua pengantin
kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
4. Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh
sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga.
Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :
– calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk.
– yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka,
kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata
"Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon".
5. Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang
dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting
(kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan
resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.
6. Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi
kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam
acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam
akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap
melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata 'widodareni'
(bidadari), lalu menjadi “midodareni†yang berarti membuat keadaan calon pengantin
seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin
diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin
bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah
pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai
subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan
peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.
2. Upacara panggih
Tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
b. Gantal. Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-
masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan
itu.
c. Ngidak endhog. Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol
seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra. Mencuci dengan air bunga setaman
dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
e. Minum air degan (kelapa muda). Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air
mani (manikem).
h. Sindur. Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur.
Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena
benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana
dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
i. Timbangan
Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin
putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri
berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
j. Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh
beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi
nafkah kepada keluarganya.
k. Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu
kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur
adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang
bermakna :
– tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
– tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
3. Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya,
berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin
perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak
dan ibu pengantin putra.
Secara keseluruhan, tata upacara pernikahan Jawa yang hingga kini masih dijalankan jika
diamati secara detail terkesan 'njlimet' atau rumit. Ini karena banyaknya simbol yang
dipakai di dalamnya. Ini tidak dapat dimungkiri, karena sampai saat ini masyarakat Jawa
masih senang menggunakan simbol atau perlambang dalam kehidupannya.