Anda di halaman 1dari 22

KISI KISI USP BAHASA JAWA

1. Mengidentifikasi jenis-jenis artikel

1. Artikel exprolatif artikel niki nunduhake fakta miturut pemikiran lan kajian
penulisane.

2. Artikel deskriptif, artikel iki kang nggambarake babakan sing ana lan kedadeyan
ing lingkungan masyarakat. Wong sing ingkang ngungoake bisa ngerasakake
babagan kang ditulis penulise.

3. Artikel eksplanatif yaiku artikel sing isine keterangan babagan perkara kanggo
dimangerteni sing pada maca artikel ka sebut

4. Artikel preskriptif yaiku artikel ing kang manehi tuntunan madang wong sing
maca supaya Ora keliru.

5. Artikel predhiktif yaiku artikel kang isine ramalan babagan apa sing bakal
kedadeyan miturut sing nulis artikel ka sebut.

6. Artikel naratif yaiku artikel kang kaitane karo cerita utawa kedadeyan sing wis tau
ing saujening mektu.

7. Artikel eksposisi yaiku artikel kang isine kanggo ngajak sing maca supayane visa
nambah elmu sing ditulis saka penulise.

8. Artikel argumentasi yaiku artikel kang nduwe ancas kanggo mbuktekake


Kebeneran sawijining panyaruwe

9. Artikel persuasi yaiku artikel kang ancase kanggo mrabawani wong kang sing
maca kanggo nindakake apa sing dirapekake pengarange.

2. Menentukan kata berimbuhan dalam artikel

Sufiks adalah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata.


1.1.1        Nya / dalam bahasa jawa e
-          Konco       = kata benda = maknanya teman.
-          Koncoe      = kata benda = mknanya temannya.

1.1.2        i
-          Jagong        = kata kerja = maknanya duduk.
-          Jagongi       = kata kerja = maknanya kegiatan menduduki sesuatu.

-          Kemol       = kata benda   = maknanya selimut.


-          Kemoli      = kata kerja     = maknanya menyelimuti.

1.1.3        Kan / dalam bahasa jawa ke


-          Uncal         = kata kerja = maknanya melempar.
-          Uncalke     = kata kerja = maknanya melemparkan sesuatu kepada orang lain.
1.1.4        An
-          Pangan        = kata kerja = maknanya makanan.
-          Panganan    = kata kerja = maknanya makanan kecil atau makanan ringan.

1.2  Contoh prefiks dalam bahasa Jawa


         Prefiks adalah afiks yang ditempatkan dibagian muka suatu kata dasar.
1.2.1        Ke
-            Junjung     = kata kerja = maknanya angkat.
-            Kejunjung = kata kerja = maknanya diangkat.
    
1.2.2         men
-            Ngunjuk               = kata kerja = maknanya minum.
-            Mengunjuk           = kata kerja = maknanya meminum minuman.

1.2.3        Di
-          Injek    = kata kerja = maknanya injak.
-          Diinjek = kata kerja = maknanya diinjak.

1.3  Contoh infiks dalam bahasa Jawa


         Afiks yang diselipkan ditengah kata dasar.
1.3.1        Um
-          Guyu      = kata kerja = maknanya tawa.
-          Gumuyu = kata kerja = maknanya tertawa.

1.3.2        El
-          Tunjok             = kata benda = maknanya menunjuk seseorang.
-          Telunjok          = kata benda = maknanya jari tangan.

1.3.3        Em
-          Rayu                =kata kerja  = maknanya suka merayu .
-          Kemayu            = kata sifat = maknanya orang yang centil.

1.3.4        Er
-          Suleng             = kata benda = maknanya alat musik.
-          seruleng           = kata benda = alat musik terbuat dari bambu dengan adanya
lubang-lubang kecil.
-          Asep                = kata benda = maknanya kepulan putih pada saat api dimatikan.
-          Berasep           = kata benda = maknanya banyak asap.

1.3.5        Ah
-          Ayu                 = kata sifat = maknanya cantik.
-          Rahayu            =kata kerja = maknanya selamat.

1.4  Contoh konfiks dalam bahasa Jawa


         Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk satu kesatuan.
1.4.1        Gabungan awalan ke dengan akhiran an
-          Kesel          = kata kerja = maknanya capek
-          Kekeselan   = kata kerja = maknanya orang yang kecapean 
-          Warek         = kata sifat = maknanya kenyang
-          Kewarekan = kata sifat = maknanya orang yang kekenyangan setelah
memakan                            makanan
1.5 Contoh simulfiks dalam bahasa Jawa
- MeN- + kebut = mengebut
                      Ngebut

3. Menentukan pola kalimat (lihat kalimatnya di soal heheh)

4. Menjelaskan isi artikel (lihat kalimatnya di soal heheh)

5. Menentukan tokoh pada cerita wayang

Batara Wisnu

Sang hyang wisnu digambarkan sebagai seorang yang bermata


jaitan, bermuka agak dongkak, berhidung mancung, bergaruda
membelakang dan bersunting waderan. Bathara wisnu memiliki sifat
yang tegas, ikhlas, pemaaf, tanpa pamrih dan dapat memberi semua
kehidupan kepada mahluknya

Batara surya

Bathara surya merupakan putra dari semar (Batara Ismaya) yang


bertempat tinggal di Kahyangan Ekacakra bersama kedua istrinya yang
seorang bidadari kakak beradik dengan nama Dewi Ngruna dan Dewi
Ngnini. Bathara Surya memiliki watak welas asih, tenang dan tidak
suka marah.

2. Tokoh Pandawa 5

Yudishtira

Selain memiliki nama kecil Punta Dewa, Yudishtira juga mempunyai


nama lainnya taitu Bharata, Ajatasatru, Kurunandana dan lai sebagainya.
Ia juga berasal dari Dinasti Candra dan bersenjatakan Tombak. Memiliki
sifat jujur, adil, taat agama, mudah memaafkan, bijaksana, tidak pernah
berdusta dan tidak memiliki musuh satupun.
Werkudara

Anggota dari pandawa 5 ini memiliki julukan Werkudara atau Werkodara,


artinya gemar makan. memiliki nama kecil Bima dan anak dari
perkawinan Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Jika dalam bahasa
Sangsakerta, nama Bima memiliki arti mengerikan. Bima memiliki watak
Jujur, tabah, patuh, setia, berani dan kuat.

Arjuna

Arjuna memiliki nama kecil Permadi, anak bungsu dari seorang


Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Jika dalam bahasa Sangsakerta,
nama Arjuna berarti yang Bercahaya. Penjelmaan dari Dewa Indra
atau sering disebut Dewo Indra. memiliki kemahriran ilmu
memanah dan sudah di anggap oleh Drona. selain nama Permadi,
Arjuna juga memiliki nama panggilan yang lainnya yaitu
Dhannjaya, Kirti, Partha. Arjuna memiliki sifat atau watak yang
pendiam, sopan santu, lemah lembut, teliti, berani, cerdik dan mampu
melindung yang lemah. busur panahnya yang terkenal bernama
busur Pasopati.

Nakula dan Sadewa

Nakula dan Sadewa merupakan putra kembar dari Prabu Pandu


dan Dwi Mardim. Nakula bisa dibilang jelmaan dari Dewa kembar
bernama Aswin, yang sering dikenal sebagai dewa Pengonatan.
Namun, orang tua Nakula dan Sadewa meninggal sehingga
mereka di Asuh oleh Dewi Kunti, Istri Pandu yang lainnya. Nakula
merupakan Kesatria yang ahli dalam bermain pedang, sedangka
Sadewa ahli dalam ilmu Astronomi. Nakula dan Sadewa memiliki
watak yang sama yaitu jujur, setia, taat dan patuh terhadap orang
tuanya.

6. Merelevansikan isi cerita wayang dengan zaman sekarang (disesuaikan ceritanya,


kalo mau ditulis semua kebanyakan)

7. Mengalihaksarakan kalimat beraksara jawa yang ada aksara murda ke aksara latin
8. Mengalihaksarakan kalimat latin ke aksara jawa (aksara swara)

9. Mengalihaksarakan kalimat latin ke aksara jawa (aksara rekan)

10. Mengalihaksarakan kalimat latin ke aksara jawa (angka jawa)

11. Menganalisis teks tembang macapat

Tembang Macapat secara keseluruhan (11 tembang atau lagu) isinya menggambarkan
kepada kita tentang siklus hidup manusia, dari mulai kandungan sampai dengan meninggal.
Sistematika hidup manusia inilah yang digambarkan oleh Tembang Macapat.
Berikut nama-nama dan penjelasan tembang macapat :
1. Mijil : Menggambarkan bayi lahir
2. Kinanthi  : Bayi yang semakin membesar dan perlu dilatih berjalan (Jawa :
Ditiah)
3. Sinom  : Anak-anak yang telah menjadi remaja
4. Asmarandana : Masa mulai mengenal cinta
5. Dandanggula  : Mulai merasakan keindahan dan manisnya cinta
6. Gambuh  : Menikah dan mulai membangun keluarga
7. Maskumambang : usia yang semakin tua, tetapi masih belum mantap antara
kehidupan dunia dan akhirat, masih labil terbawa suasana.
8. Durma  : Sudah mulai memiliki kemantapan hati dalam urusan akhirat
9. Pangkur  : Usia yang semakin menua dan hatinya sudah meninggalkan urusan
dunia
10. Megatruh  : meninggal (pisah antara badan dan ruh)
11. Pucung  : Jasad yang dibungkus menggunakan kain kafan menjadi pocong

Sebutkan uraian dalam Tembang Macapat ada tiga yaitu?


1. Guru Gatra : Jumlah baris atau lirik (gatra) dalam satu tembang (sepada)
2. Guru Wilangan : Jumlah suku kata (wanda) pada setiap baris (gatra)
3. Guru Lagu : Jatuhnya suara vokal (A, I, U, E, O) di akhir baris (gatra)
NO NAMA TEMBANG URAIAN

1 Mijil 10-i, 6-o, 10-e, 10-i, 6-i, 6-u


2 Kinanthi 8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i
3 Sinom 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i, 12-a
4 Asmarandana 8-i, 8-a, 8-e/o, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a
5 Dandanggula 10-i, 10-a, 8-e, 7-u, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a
6 Gambuh 7-u, 10-u, 12-i, 8-u, 8-o
7 Maskumambang 12-i, 6-a, 8-i, 8-a
8 Durma 12-a, 7-i, 6-a, 7-a, 8-i, 5-a, 7-i
9 Pangkur 8-a, 11-i, 8-u, 7-a, 12-u, 8-a, 8-i
10 Megatruh 12-u, 8-i, 8-u, 8-i, 8-o
11 Pucung 12-u, 6-a, 8-i, 12-a
Berikut pemaparan tentang urian Tembang Macapat!
Guru Gatranya dapat anda hitung lewat urian pada tiap barisnya.
Contoh : Tembang Mijil mempunyai Guru Gatra sebanyak enam gatra (enam baris),
sedangkan guru wilangan pada baris pertama berjumlah 10 suku kata, pada baris kedua 6
suku kata (begitu seterusnya). Mijil mempunyai guru lagu pada baris pertama diakhire
dengan vokal i, pada baris kedua diakhiri dengan vokal o (begitu seterusnya sampai habis)

Pada tembang asmarandana pada gatra ketiga guru lagunya bisa menggunakan vokal e
atau vokal o

12. Menentukan guru lagu dan guru wilangan tembang macapat (lihat tabel diatas)

13. Menafsirkan isi tembang macapat

1. Maskumambang ( Janin)
Maskumambang berasal dari mas dan kumambang. Kata mas atau emas berarti sesuatu
yang sangat berharga, yang dapat diartikan  bahwa anak meskipun masih dalam kandungan
merupakan sebuah anugerah yang besar tak ternilai harganya.
Mambang atau kemambang berarti mengambang. Maskumamang ini mengambarkan bayi
yang hidup mengambang di dalam Rahim ibunya. Hidup dan tumbuh selama 9 bulan di
dalam dunianya yaitu Rahim ibunda.

Tembang maskumambang memiliki watak dan sifat rasa atau karakter yang
menggambarkan kesedihan, belas kasihan (welas asih), dan kesusahan. Tembang ini
biasanya digunakan  untuk lagu-lagu yang isinya tentang suasana duka.

2. Mijil (Terlahir)
Mijil mempunyai arti keluar.  Tembang ini melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang
baru lahir. Mijil menggambarkan awal hadirnya anak manusia di dunia ini, dia begitu suci
dan lemah sehingga masih sangat membutuhkan perlindungan.

Tembang mijil memiliki watak yaitu sebuah pengharapan, welas asih, perhatian dan tentang
cinta. Tembang ini biasanya digunakan sebagai media dalam memberikan nasehat, cerita
cinta, pengharapan dan ajaran ketabahan dalam menjalani setiap laku kehidupan.

3. Sinom (Muda)
Sinom memiliki arti sebuah pucuk yang baru tumbuh dan bersemi. Tembang
sinom menggambarkan seorang manusia yang mulai beranjak dewasa dan telah menjadi
pemuda atau remaja yang mulai tumbuh.
Ada juga yang menafsirkan bahwa tembang sinom berkaitan dengan upacara bagi anak-
anak muda zaman dahulu. Tembang sinom memiliki watak bersemangat, bijaksana dan
sering digunakan untuk piwulang (mangajari) dan wewarah (membimbing).

4. Kinanthi (Dituntun)
Kata kinanthi berasal dari kata “kanthi” yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang
ini menggambarkan kehidupan anak muda yang masih membutuhkan tuntunan agar bisa
menjadi orang yang baik di dunia ini. Di usianya ini, biasanya ia sedang dalam masa
pencarian jati diri, masih banyak pertanyaan pada dirinya tentang “siapa aku”, sehingga ia
mencari sosok yang bisa menjadi panutan atau teladan.

Tembang kinanthi memiliki watak yang cenderung untuk mengungkapkan nuansa yang


menyenangkan, kasih sayang dan kecintaan serta tauladan hidup.

5. Asmaradhana ( Api Asmara )


Tembang asmaradhana  berasal dari kata “asmara” yang berarti cinta kasih. Tembang ini
merupakan tembang yang banyak mengisahkan gejolak asmara yang dialami manusia.
Masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta dan ditenggelamkan dalam lautan kasih.
Tidak hanya cinta kepada sesama manusia, namun juga cinta terhadap Sang Pencipta,
cinta terhadap Rasulullah SAW dan cinta alam semesta.

Watak pada tembang asmaradhana yaitu menggambarkan cinta kasih, asmara dan juga
rasa pilu atau rasa sedih. Macapat ini sering digunakan untuk  mengungkapkan perasaan
cinta, baik untuk kesedihan karena patah hati maupun kebahagiaan sebuah pengharapan.

6. Gambuh ( Sepaham/Cocok)
Gambuh berasal dari kata “Jumbuh” yang dapat diartikan sebagai sebuah kecocokan antara
pria dan wanita yang didasari dengan cinta. Tembang gambuh menggambarkan tentang
sebuah perjalanan hidup seseorang yang telah bertemu dengan pasangannya yang cocok
dan keduanya akan membina rumah tangga.
Watak yang terdapat pada tembang ini ialah tentang keramahan dan persahabatan.
Gambuh juga sering digunakan untuk  menyampaikan kisah kisah kehidupan.

7. Dhandang Gula ( Manisnya Kehidupan)


Kata dhandang gula berasal dari kata gegadhangan yang bermakna cita-cita, harapan atau
angan-angan. Sedangkan pada kata gula berarti manis, indah dan menyenangkan.
Dhandang gula menggambarkan sepasang kekasih yang memperoleh kebahagiaan setelah
melewati suka duka dalam berumah tangga dan meraih cita-citanya.

Tembang ini memiliki watak gembira, indah dan luwes sehingga sangat cocok digunakan
sebagai pembuka untuk mengajak kebaikan, ungkapan rasa cinta dan kebahagiaan.

8. Durma (Memberi )
Tembang Durma berasal dari kata “Derma” dalam bahasa Jawa yang memiliki arti suka
memberi dan berbagi rezeki kepada orang lain. Namun ada juga yang menafsirkan bahwa
durma sebagai mundurnya  tata krama atau etika. Durma menggambarkan tentang kisah
manusia yang telah mendapatkan segala kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketika
manusia dalam kondisi yang serba kecukupan ia seharusnya akan bersyukur dan selalu
melihat serta memberi pertolongan  saudara dan tetangganya yang masih dalam
kekurangan .

Durma memiliki watak yang tegas, keras, dan penuh dengan amarah yang bergejolak.
Selain itu tembang ini juga menggambarkan semangat perang dan berontak.

9. Pangkur ( Menarik Diri)


Berasal dari kata “mungkur” yang berarti pergi dan meninggalkan. Tembang ini bagi orang
jawa sering dimaknai sebagai proses mengurangi hawa nafsu dan mundur dari urusan
keduniawian. Pangkur juga mengisahkan manusia yang sudah memasuki usia senja dimana
seseorang tersebut akan lebih intropeksi tentang dirinya, tentang masa lalunya, tentang
pribadinya dan Tuhannya.

Watak pada tembang pangkur berbicara tentang karakter yang gagah, kuat, perkasa dan
hati yang besar.

10. Megatruh ( Sakaratul Maut)


Kata megatruh berasal dari kata “megat” dan “roh”, yang memiliki arti putusnya roh atau
terlepasnya roh dari tubuh manusia. Megatruh juga memiliki arti tentang perjalanan seorang
manusia yang telah selesai di dunia. Secara umum tembang ini menggambarkan
bagaimana manusia ketika dalam kondisi sakaratul maut.

Watak pada tembang megatruh ialah kesedihan , kedukaan, dan penyesalan.

11. Pucung (Kematian/Dipocong)


Kata pucung atau pocung berasal dari kata pocong , yang mana berarti ketika seseorang
sudah meninggal yang dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan sesuai dengan syariat
Islam.

Tembang pocung menggambarkan bahwasanya semua makhluk yang bernyawa akan


menemui ajalnya atau akan datangnya kematian.
Pocung memiliki watak yang lucu dan jenaka, juga berisi tentang tebakan dan hal lucu
lainnya. Tembang ini juga digunakan untuk menceritakan lelucon dan berbagai nasehat.
14. Menganalisis pesan moral tembang macapat

 Dari segi nasehatnya, tembang macapat maskumambang ini memberikan petuah


kepada manusia hendaknya manusia sadar bahwa daya manusia memang kecil.
Maka dari itu, hendaknyalah Allah menjadi tempat kebergantungan sebab
kebergantungan kepada Allah adalah kekuatan yang sebenarnya.

Modal inilah yang harus dimiliki setiap anak adam yang bila melanjutkan watak
tembang macapat maskumambang adalah rasa harap-harap cemas.

Dengan kebergantungan kepada Allah, harap-harap cemas akan hilang karena


manusia sudah sadar semua hanyalah milik-Nya dan bisa kapan saja diambil-Nya.

 Adapun makna dari tembang macapat mijil ini meberitahukan kepada kita bahwa
Allah-lah yang Maha Berkehendak. Dialah yang berkehendak setiap manusia lahir
dari ayah ibu siapa. Anak adam tak bisa memilih dengan siapa ayah ibu yang
melahirkannya.

Karena kehendak manusia yang nihil, maka sepatutnyalah manusia taat kepada
Allah dengan mematuhi segala perintahnya. Salah satunya bila mengambil contoh di
atas adalah berbakti kepada kedua orang tua.

 Makna tembang sinom adalah di masa ini tembang macapat menggambarkan arti
pentingnya seorang pemuda. Bisa dikatan masa muda adalah masa-masa untuk
bersusah payah. Maka dari itu, setiap pemuda harus seproduktif mungkin.
 Kinanthi bahasa sederhananya adalah masa-masa pembimbingan menjadi manusia
utuh. Dalam proses pembimbingannya, fase ini memerlukan kesabaran bagi para
orang tua untuk menemukan karakter yang tidak lupa akan Jawanya namun juga
mampu bersaing dengan dunia global.

Ya, di masa kinanthi ini, seorang pemuda bukan hanya labil, Ia bahkan meniru sana-
sini untuk menemukan jati dirinya. Dalam perjalanannya, manusia mempunyai peran
penting yakni otak sebagai laboratorium pengalaman yang akhirnya nanti akan
diputuskan menjadi sebuah sikap. Nah, sikap itulah yang nantinya terbiasa dan akan
menjadi karakter.

 Arti tembang macapat asmaradhana tidak lain adalah gejolak asmara. Hikmahnya,
bagi orang Jawa cinta itu adalah lumrah dan pasti terjadi. Rasa cinta itu menjadi
pemantik semangat bagi para lelaki untuk bersikap ksatria.

Adapun sikap ksatria mempunyai pengertian sebagai sikap yang berani face to face
dalam menghadapi masalah, termasuk dalam hal asmara. Maka, bagi pemuda Jawa
mengungkapkan perasaan itu juga merupakan suatu yang penting, tentu saja
melamar langsung ke rumah lawan jenisnya.

 Arti dari gambuh sendiri sebenarnya mengandung arti cocok. Jodoh adalah soal
kecocokan, dengan kecocokan dua insan akan mengarungi hidup dengan seiring
sejalan. Konkritnya, rumah tangga yang dibangun bukan hanya sebatas rumah
tangga tanpa visi, namun rumah tangga yang berdasarkan planning membentuk
keluarga bahagia.

Di dalam tembang ini juga menyiratkan pesan bahwa kecocokan bukan hanya
kecocokan antar individu. Terlebih merupakan kecocokan antara dua keluarga besar
karena haikatnya menyatukan dua hati sama saja menyatukan dua keluarga besar.

 Arti dhandang sendiri bukanlah mengacu pada dhandang untuk masak air. Bukan
itu. Dhandang merupakan kata Jawa yang berarti gegadhangan yang berarti cita-
cita.

Namun, adapula yang mengartikan lain yakni dhandang adalah burung gagak.
Dalam mitos irang Jawa, burung gagak merupakan burung yang bila datang ia
membawa kabar duka.

Sedangkan gula adalah makanan sehari-hari yang rasanya manis. Maka dari kata itu
pulalah makna gula adalah  hidup yang indah, manis dan bahagia.

 Tembang macapat durma ini sering disebut-sebut sebagai tembang yang


menggambarkan manusia kufur. Di dalam kekufurannya, manusia sudah tidak lagi
memperhatikan etika. Dalam Istilah Jawa keadaan semacam ini disebut dengan
istilah munduring tata krama.

Terkadang, kekuasaan sering melupakan kekuasaan Yang Mahas Esa. Ya, dengan
kekuasaan dan jabatan yang dimiliki manusia, manusia seakan-akan menjadi angkuh
dan berpendapat bahwa kehendak dirinyalah yang bisa merubah semuanya.

Keadaan semacam ini menjadi noda yang akan melahirkan sikap-sikap sombong,
congkak, ingin menang sendiri, egois dan watak-watak kasar lainnya karena merasa
dirinya paling berkuasa.

 Tembang macapat pangkur adalah proses sampainya manusia pada titik


keinsyafan. Di sini, manusia perlahan-lahan mulai menyadari diri bahwa ada
sebagian organ yang pela-pelan mulai rapuh. Bahkan tidak berfungsi.

Pangkur bisa disamakan dengan kata mungkur yang artinya undur diri. Ya, di saat-
saat usia senja seperti itu, manusia sudah tidak ingin menuruti hawa nafsunya lagi,
kala itu seakan-akan semua yang bersumber dari jasadiyah ingin beralih kea rah
spiritual kejiwaan.

 Proses megatruh adalah proses megat dan ruh. Megat berarti pisah sedangkan ruh
itu yang jiwa. Jadi, tahapan itu adalah proses berpisahnya ruh di dalam tubuh
manusia.

Yang perlu mendapat perhatian dari pesan tembang macapat tahap ini ialah bahwa
setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Oleh karena tembang ini adalah
tembang kesedihan, penyesalan dan getun maka alangkah lebih baiknya bila setiap
manusia bisa mengambil hikmahnya, yakni menyesal di awal.

 Fase terakhir dalam tembang macapat adalah pucung. Pucung bisa diartikan
pocong/pengkafanan jenazah. Bisa juga berarti ketika jenazah sudah dikucir untuk
dikembalikan kepada sang penciptanya.
 Tahap terakhir kehidupan manusia ini merupakan sebuah talqin akan datangnya
kepastian bernama kematian. Maka dari itu, hendaknya setiap manusia senantiasa
nyepakke bekal buat perjalanan panjang di kampong akhirat.
15. Menentukan tema teks geguritan (tergantung teksnya)

16. Menentukan arti kata sulit dalam geguritan (tergantung teksnya)

17. Membuat geguritan sesuai tema (tergantung temanya)

18. Menentukan purwakanthi basa dalam geguritan

Tetembungan sing runtut karo tembung ngarepe iku diarani tembung purwakanthi.
Tembung purwakanthi iku miduweni 3 jenis, yaiku Purwakanthi guru swara, Purwakanthi
guru sastra, lan Purwakanthi Lumaksita/Guru Basa.

Tembung Purwakanthi Guru Swara.

Yaiku purwakanthi ingkang runtut ing swarane. Contone :  

Ora obah ora mamah.

Jujur agawe Makmur.

Kepengen mujur tur malah ajur.

Tembung Purwakanthi Guru Sastra.

Yaiku purwakanthi ingkang runtut ing sastra  utawa tulisane. Contone :  

Bobot, bibit, lan bebet iku penting.

Garang nanging garing.

Sing sapa salah bakale seleh

Tembung Purwakanthi Guru Basa.

Purwakanthi kang adhedhasar runtute tembung sing ana ngarep karo tembung
sing ana mburine. Contone :  

Kepingin tuku buku, bukune wis entek.

Nemu kembang, kembange wangi, wangine gawe keblinger.

Kejaduk tembok, temboke sing warna biru, birune kaya langit.


19. Mengidentifikasi macam-macam upacara adat

1. Prosesi pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhan

Sebelum memulai segala prosesi adat orang Jawa yang


ingin mengadakan acara pernikahan harus melewati
prosesi pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhuan. Upacara
adat ini lah yang mengawali setiap pernikahan adat Jawa.

Setiap prosesi ini tentu saja sangat penuh


makna. Tarub yang dipasang di pagar atau pintu masuk
memiliki arti sebagai atap sementara atau peneduh
rumah. Pemasangan tarub ini dibarengi dengan
pemasang bleketepe ini sebagai penanda rumahh sedang melakukan acara pernikahan.

Bleketepe, tarub, dan tuwuhan ini juga jadi simbol tolak bala. Bleketepe yang terbuat dari
anyaman daun kelapa ini akan dipasangkan dengan tuwuhan. Tuwuhan dipasang di kiri dan
kanan gerbang biasanya isinya adalah tumbuh-tumbuhan. Salah satu yang wajib ada adalah
pisang raja, kelapa muda, batang padi, dan janur. Pemasangan bleketepe, tarub,
dan tuwuhan ini berisi harapan pasangan yang akan segera menikah. Diharapakan calon
pengantin memperoleh keturuan yang sehat, berbudi baik, berkecukupan dan selalu bahagi.

2. Sungkeman

Sungkeman mungkin jadi hal yang sudah sering kamu


dengar karena prosesi ini bukan hanya ada di prosesi
pernikahan saja. Sungekeman ini bukti penghormatan
kepada orang tua dan sesepuh. Prosesi ini biasanya terasa
lebih intim karena sang calon mempelai akan meminta
maaf dan meminta izin untuk segera menjalani kehidupan
baru.

3. Siraman

Sebelum menjalani prosesi adat Jawa lainnya, calon


pengantin harus menjalani ritual siraman. Siraman
dimaknai sebagai penyucian diri atau membersihkan
diri sebelum upacara sakral.

Ritual siraman ini akan dilakukan oleh kedua orang


tua dilanjutkan dengan kerabat dekat seperti kakek-
nenek, pakde-bude, dan orang yang dituakan.
Biasanya ada 7 orang yang akan menyiramkan air
kepada calon pengantin. Orang-orang ini diwajibkan sudah menikah hal ini bertujuan
meminta berkah dan doa pada pernikahan.
4. Dodol dawet

Setelah acara siraman berakhir, kedua orang tua


mempelai  berjualan dawet atau disebut dengan dodol
dawet. Ibu dari calon pengantin akan berjualan sambil
dipayungi sang suami. Dodol dawet  ini mempunyai
arti kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan
atau melepaskan anaknya.

Tamu yang ingin membeli dawet atau cendol ini harus


membayar dengan uang kreweng yang terbuat dari
tanah liat. Kreweng ini menunjukan kehidupan manusia yang berasal dari tanah. Selama
prosesi berlangsung ibu akan melayani pembeli dan ayah akan menerima pembayarannya.
Ini memiliki arti mengajarkan calon pengantin untuk mencari nafkah dan saling membantu.

5. Midodareni

Salah satu acara yang paling dinanti pada acara


pranikah adat Jawa adalah ritual midodareni. Prosesi ini
dilakukan oleh calon mempelai wanita. Ia diharuskan
berdiam diri di dalam kamar sejak pukul 18.00-24.00
biasanya sang mempelai dirias dengan riasan
sederhana.

Calon pengantin wanita ini akan ditemani ibu dan kerabat


dekat yang semuanya wanita. Pada malam hari ada prosesi tantingan yang dilakukan oleh
ayah calon pengantin wanita. Ayah akan menanyakan bagaimana kesiapan dan
kamantapan hati sang putri untuk berumah tangga.

Pada prosesi midodareni ini calon pengantin pria akan datang ke rumah sang calon
pengantin wanita. Tapi kedua calon pengantin ini tidak boleh bertemu sama sekali. Calon
pengantin pria yang datang ke rumah ini mempunyai makna kesiapan pernikahan.

6. Srah-srahan di malam midodareni

Di malam yang sama calon pengantin pria akan membawa


srah-srahan ke rumah calon pengantin wanita. Srah-srahan
ini biasanya berisi perhiasan, pakaian, alat mandi, alat
sholat, make up, dan berbagai makanan tradisional.
Biasanya di dalam srah-srahan ini juga ada setanda pisang
raja yang memiliki arti berkah dan rasa syukur.
7.  Balang gantal

Setelah ijab kabul dilaksanakan prosesi pernikahan adat


Jawa masih berlanjut. Prosesi setelah ijab kabul ini disebut
dengan upacara panggih. Prosesi yang paling pertama
dilakukan dalam panggih adalah balang gantal. Jika kamu
pernah melihat pengantin saling melempar sirih inilah yang
disebut dengan balang gantal.

Macam-Macam Upacara Adat Jawa Saat Prosesi Kehamilan


Kehamilan merupakan masa-masa yang tidak terlupakan bagi seorang ibu, di adat Jawa
terdapat beberapa upacara saat prosesi kehamilan yang sudah turun-temurun diwariskan
oleh nenek moyang, upacara-upacara tersebut antara lain sebagai berikut:

 Upacara Tiga Bulanan Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah
tiga bulan. Di usia ini roh ditiupkan pada jabang bayi, biasanya upacara ini dilakukan
berupa tasyakuran.
  Upacara Tingkepan natau Mitoni Upacara tingkepan disebut juga mitoni, berasal
dari kata “pitu” yang berarti tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia
kehamilan tujuh bulan, dan pada  kehamilan pertama.
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan
dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus. Berikut ini adalah tata cara
pelaksanan upacara tingkepan antara lain:

1. Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu
supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air
dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2. Memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami
melaluo perut sampai pecah, hal ini merupakan harapan supaya bayi lahir dengan lancar
tanpa suatu halangan.
3. Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara begantian, disertai kain putih. Kain
putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan dilahirkan
adalah suci, dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan “sudah
pantas atau belum” sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum
pantas” sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana dijawab “pantas”.
Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan
diakhiri dengan motig yang paling sederhana, urutannya adalah sebagai berikut:
4. Sidoluhur
5. Sidomukti
6. Truntum
7. Wahyu Tumurun
8. Udan Riris
9. Sido Asih
10. Lasem sebagai kain
11. Dringin sebagai kemben

E. Macam-Macam Upacara Adat Untuk Bayi


    Upacara Adat Barokahan
Barokahan memiliki makna adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita atas
kelahiran yang berjalan lancar dan selamat. Ditinjau dari maknanya barokahan juga bisa
berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.
Tujuan dari upacara ini adalah untuk keselamatan dan perlindungan bagi sang bayi. Selain
itu harapan bagi sang bayi agar kelak menjadi anak yang memiliki prikaku yang baik.

Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau olasenta bayi. Setelah itu dilanjunkan
dengan membagikan sesajen barokahan kepada sanak saudara dan para tetangga.
    Upacara Adat Sepasaran atau Pupuk Pusar
Sepasaran merupakan salah satu upacara adat bagi bayi berumur lima hari. Upacara ini
umumnya diselengarakan secara sederhana, tetepi jika bersamaan dengan pemberian
nama pada si bayi upacara ini bisa dilakukan secara meriah.
Acara ini biasanya dilaksanakan dengan mengadakan hajatan yang mengundang saudara
dari tetangga. Suguhan yang disajikan biasanya berupa minuman serta jajanan pasar.
Selain itu juga terkadang pula ada yang dibungkus tapi menggunakan besek (tempat
makanan terbuat dari anyaman bambu) ataupun lainnya untuk dibawa pulang
 Upacara Adat Selapan
Dalam bahasa Jawa, selapan berarti tiga puluh lima hari. Tradisi ini dilakukan pada
peringatan hari kelahiran. Setelah 35 hari dari hari dimana bayi dilahirkan, maka diadakan
perayaan dengan nasi tumpeng, jajan pasar dan berbagai macam makanan sebagai symbol
dari makna-makna yang tersirat dalam tradisi Jawa.
Namun dalam perkembangannya, saai ini selapan sebagai ungkapan syukur atas kesehatan
dan keselamatan bayi, diwujudkan cukup dengan nasi tumpeng beserta lauk seadanya.
Kemudian mengundang tetangga untuk kendurenan (selamatan), berdoa besama-sama dan
diujung acara, tumpeng dibagi rata untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selapansebagai
harapan orang tua dan keluarga agar bayi selalu sehat, jauh dari marabahaya, dan apa
yang diharapkan bisa terlaksana.
 Upacara Adat Mudhun Siti
Upacara ini dilakukan untuk bayi yang telah berusia 7 bulan. Di Yogyakarta, upacara ini
disebut dengan tedhan siten. Upacara ini sebagai pelambang bahwa si anak telah siap
untuk menjalani hidup lewat tuntunan dari si orang tua. Acara ini dilaksanakan pada saat
anak berumur 7selapanatau 245 hari. Prosesi upacaranya adalah tedhak sega pitung
warna, mudhun tangga tebu, ceker0ceker, sebar udik-udik, dan siraman.

20. Menentukan urutan rangkaian upacara adat jawa (untuk pernikahan dan adat bayi
bisa cek no di atas)

21. Menafsirkan makna yang terkandung dalam upacara adat panggih temanten

Babak keempat, rangkaian upacara


Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada
beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :

1. Pasang tratag dan tarub

Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi
bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara
inti. Adapun ciri kahs tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan
warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi
asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.

2. Kembar mayang
Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe atau
sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika
pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai
atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak
dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang
adalah :

a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat
dari kuningan.

b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.

c. Janur kuning, ± 4 pelepah.

d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun


girang dan daun andong.

e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.

f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.

g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya
dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah.

3. Pasang tuwuhan (pasren)

Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya
berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna :

a. Janur, harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha
Kuasa.

b. Daun kluwih, semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih
(luwih) dari yang diperhitungkan.

c. Daun beringin dan ranting-rantingnya, diambil dari kata 'ingin' artinya harapan, cita-cita
atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.

d. Daun dadap serep, berasal dari suku kata 'rep' artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang
tidak ada gangguan apa pun.

e. Seuntai padi (pari sewuli), melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan
semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu
siap membantu sesama yang kekurangan.

f. Cengkir gadhing. Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang
ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.

g. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja). Semoga kelak mempunyai sifat
seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi.
h. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam). Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah
mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.

i. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas). Harapannya agar kedua pengantin
kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.

j. Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam


bokor). Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.

4. Siraman

Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh
sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga.
Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :

– calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.

– calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.

– calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk.

– yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka,
kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata
"Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon".

5. Adol dhawet

Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang
dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting
(kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan
resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.

6. Midodareni

Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi
kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam
acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam
akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap
melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata 'widodareni'
(bidadari), lalu menjadi “midodareni” yang berarti membuat keadaan calon pengantin
seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin
diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.

Babak kelima, puncak acara


1. Ijab qobul

Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin
bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah
pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai
subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan
peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.

2. Upacara panggih
Tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :

a. Liron kembar mayang. Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna


menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan
keselamatan.

b. Gantal. Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-
masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan
itu.

c. Ngidak endhog. Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol
seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra. Mencuci dengan air bunga setaman
dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.

e. Minum air degan (kelapa muda). Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air
mani (manikem).

f. Dikepyok dengan bunga warna-warni. Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga


yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.

g. Masuk ke pasangan. Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap


berkarya melaksanakan kewajiban.

h. Sindur. Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur.
Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena
benar.

Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana
dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :

i. Timbangan

Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin
putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri
berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.

j. Kacar-kucur

Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh
beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi
nafkah kepada keluarganya.

k. Dulangan

Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu
kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur
adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang
bermakna :

– tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.


– tumpeng puput : berani mandiri.

– tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.

– tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.

– tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.

– tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.

– tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.

– tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.

– tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.

3. Sungkeman

Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya,
berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin
perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak
dan ibu pengantin putra.

Secara keseluruhan, tata upacara pernikahan Jawa yang hingga kini masih dijalankan jika
diamati secara detail terkesan 'njlimet' atau rumit. Ini karena banyaknya simbol yang
dipakai di dalamnya. Ini tidak dapat dimungkiri, karena sampai saat ini masyarakat Jawa
masih senang menggunakan simbol atau perlambang dalam kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai