Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Parikan, Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan”


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Daerah (Jawa)
Dosen Pengampu :Panca Aditya Subekti, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelas A5-20

1. Ahfan Musthofa (20144600177)


2. Natasya Normanastiti (20144600189)
3. Nisrina Salma Mufida (20144600192)
4. Amalia Febria Rizky Kumala (20144600199)

PROGRAM SARJANA GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2022
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta dan Pemelihara
alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah Pembelajaran Parikan,
Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
bagi Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman
termasuk kita semua.

Makalah ini, kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dan diharapkan dengan
disusunnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses pembelajaran Mata Kuliah
Bahasa Daerah (Jawa) secara sederhana.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari
teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi, untuk itu besar harapan kami akan
menerima saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing pada mata kuliah
Bahasa Daerah (Jawa) yang telah memberi arahan untuk membuat makalah ini. Semoga apa
yang kami susun dapat bermanfaat. Aamiin.

Yogyakarta, 18 April 2022

Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Maslah
1. Apa Pengertian Parikan, Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan?
2. Apa Jenis-jenis Parikan, Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan?
3. Apa Contoh Parikan, Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Parikan, Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Parikan, Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan
3. Untuk mengetahui Contoh Parikan, Cangkriman, Purwakanthi dan Wangsalan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Parikan
a. Pengertian Wangsalan
Wangsalan adalah ungkapan yang mirip dengan cangkriman atau tebak-tebakan,
namun biasanya jawabannya sudah tertera di akhir kalimatnya. Walaupun jawaban
sudah tertera, namun bentuknya tidak secara terang-terangan. Jawaban pada
wangsalan disampaikan secara tersembunyi atau disandikan (sinandi). Misalnya saja
jawaban itu hanya disampaikan dalam bentuk satu suku kata atau lebih sehingga
bunyinya mirip dengan kata yang menjadi jawabannya.

b. Jenis-jenis Wangsalan
Wangsalan sebagai salah satu bentuk basa rinengga memiliki dua jenis sebagai
berikut.
1. Wangsalan Biasa
Wangsalan biasa bisa terdiri atas satu kalimat dan dua kalimat. Biasanya dalam
satu kalimat terdiri dari dua klausa. Biasanya klausa pertama terdiri atas empat
suku kata dan klausa kedua terdiri atas delapan suku kata.
2. Wangsalan Edi-Peni atau Indah
Wangsalan edi-peni juga bisa terdiri atas satu kalimat dan dua kalimat seperti
yang terjadi pada wangsalan biasa. Wangsalan edi-peni dalam satu kalimat juga
terdiri dari dua klausa. Biasanya klausa pertama terdiri atas empat suku kata dan
klausa kedua terdiri atas delapan suku kata. Letak perbedaan wangsalan edi-peni
dengan wangsalan biasa adalah jenis wangsalan edi-peni itu kalimatnya
menggunakan purwakanthi guru swara.

c. Contoh Wangsalan
Contoh wangsalan ini akan kita bahas sesuai dengan jenis masing-masing.
1. Wangsalan Biasa,
Berikut ini contoh wangsalan biasa yang terdiri atas satu kalimat:
 Nyaron bumbung (angklung), ngantos cengklungen anggen kula ngantu-antu
ngentosi rawuh panjenengan.
 Mrica kecut (wuni), muni kok bab sing ora nyata.
 Balung janur (sada), apa nyata bakal sida.
 Balung jagung (janggel) Mas, sampun ketanggelan.
 Sarung jagung (klobot), bobot timbang rak ana ing aku.
 Sekar aren (dangu) lo Mas, sampun dangu-dangu tumunten rawuh mriki
malih.
Berikut ini contoh wangsalan biasa yang terdiri atas dua kalimat:
 Jenang sela (apu), wader kalen sesondheran (wader). Apuranta, yen wonten
lepat kawula.
 Sayuk karya (saiyeg), wulung wido mangsa rowang (bido). Sayektine, wit
saking bodho kawula.
 Gelang swedha (ali-ali), kancing gelung munggwing dhadha (peniti). Ajwa
lali, den nastiti barang karya.
 Jenu tawa (tungkul), dhepoke Pandhta Drona (Sokalima). Ywa katungkul,
ulah suka tan prayoga.
 Wideng galeng (yuyu), putra Kresna Paranggrudha (Samba). Tyas rahayu,
agawe tibaning wahyu.
2. Wangsalan Edi-Peni atau Indah
Contoh wangsalan edi-peni yang terdiri atas satu kalimat sebagai berikut:
 Kapi jarwa (kethek), dakpetek mangsa luputa.
 Kawi banyu (tirta), nyata karangane guru.
 Carang wreksa (pang), nora gampang ngarang Jawa.
 Kukus gantung (sawang), daksawang sajake bingung.
 Kembang ganyong (midra), aja cidra marang wong.
Contoh wangsalan edi-peni yang terdiri atas dua kalimat sebagai berikut:
 Bayem arda (lateng), ardane ngrasuk busana (besus). Mari anteng, besuse saya
ketara.
 Kulik priya (tuhu), priya gung Anjani putra (Anoman). Tuhu eman, wong
anom wedi kangelan.
 Tepi wastra (kemada), wastra kang tumrap mustaka (iket). Para mudha,
ngudia angiket basa.
 Kancing gelung (tusuk kondhe), gelung kondhe medhel Bandung (cioda).
Besuk apa, damange mring Sastra Jawa.
 Yaksa dewa (Bathara Kala), dewa-dewi lir danawa (Bathari Durga). Kala
mudha, bangkit ambengkas durgama.
B. Purwakanthi
a. Pengertian purwakanthi
Purwakhanti merupakan salah satu bentuk basa rinengga dalam bahasa dan
sastra jawa. Pada intinya puwakhanti adalah bentuk pengulangan bunyi,
purwakhanti terbentuk dari dua kata yaitu purwa dan khanti. Purwa artinya
awal atau dahulu sedangkan kanthi artinya gandeng, teman, memakai atau
menggunakan. Sehingga purwakanthi adalah susunan kata yang
memperlihatkan bentuk penggandengan suara (huruf vokal) atau sastra (huruf
konsonan) yang sudah disebutkan di awal.
b. Jenis-jenis purwakanthi
1. Puwakhanti guru swara
Purwakanthi guru swara adalah purwakanthi yang memiliki aturan
berkaitan dengan swara. Dalam bahasa indonesia swara dalam konteks
ini bisa diartikan sebagai huruf vokal. Sehingga purwakanthi guru
swara adalah purwakanthi yang memiliki aturan huruf vokal diawal
akan diulang di bagian berikutnya.
Contohnya:
“Tuwas botheh ora oleh”
Bagian awal sudah ada bunyi eh (tuwas botheh) di akhir diulang lagi
dengan bunyi eh (ora oleh)
Contoh lainnya:
 Tuwas kesel ora mecel
 Tuwas sayah ora ngrempah
 Kudu jujur yen kowe kepengin luhur
2. Purwakanthi guru sastra
Purwakanthi guru swara adalah purwakanthi yang memiliki aturan
berkaitan dengan sastra. Dalam bahasa indonesia sastra dalam konteks
ini bisa diartikan sebagai huruf konsonan. Sehingga purwakanthi guru
sastra adalah purwakanthi yang memiliki aturan huruf konsonan
diawal akan diulang lagi dibagian berikutnya.
Contohnya:
“cilik mula katula-tula ketali”
Bagian awal sudah ada huruf konsonan /l/atau aksara jawa /la/dan
diulang beberapa dibagian akhir.
Contoh lainnya:
 Wedi-wedi,apa kang dadi wedimu
 Wong urip kudu rigen,tengen,lan mugen
 Anak anung anindhita
3. Purwakanthi lumaksita atau basa
Purwakanthi lumaksita atau basa adalah purwakanthi yang memiliki
aturan berkaitan dengan basa. Dalam bahasa indonesia basa dalam
konteks ini bisa diartikan sebagai suku kata atau wanda dalam bahasa
jawa.sehingga purwakanthi lumaksita atau basa adalah purwakanthi
yang memiliki aturan suku kata diawal akan diulang dibagian
berikutnya.
Contohnya:
“remuk rempu,rempu dadi awu”
Suku kata ram-pu diulang lagi pada bagian belakang
Contoh lainnya:
 Mangan ati,atine seng kelara-lara
 Rujak degan,degane krambil ijo
 Witing tresna,tresnane mung sawetara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan Makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Namun kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan
Saran kami terima, bertujuan untuk memperbaiki makalah yang leih baik pada hari
selanjutnya.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai