Anda di halaman 1dari 24

Kisi - Kisi Bahasa Jawa

1. Jenis - jenis artikel

 Artikel eksploratif artikel niki nuduhake fakta sing miturut pemikiran lan kajian penulisane.

 Artikel deskriptif, artikel iki kang nggambarake babagan sing ana lan kedadeyan ing lingkungan
masyarakat. Wong sing ingkang ngrungoake bisa ngrasakake babagan kang ditulis penulise.

 Artikel eksplanatif yaiku artikel sing isine katerangan babagan perkara kanggo dimangerteni sing
pada maca artikel kasebut.

 Artikel preskriptif yaiku artikel ing kang mènèhi tuntunan marang wong sing maca supaya ora
keliru.

 Artikel predhiktif yaiku artikel kang isine ramalan babagan apa sing bakal kedadean miturut sing
nulis artikel kasebut.

 Artikel naratif yaiku artikel kang kaitane karo cerita utawa kedadeyan sing wis tau ing sawijining
wektu.

 Artikel eksposisi yaiku artikel kang isine kanggo ngajak sing maca supayane bisa nambah elmu
sing ditulis saka penulise.

 Artikel argumentasi yaiku artikel kang nduwe ancas kanggo mbuktekake kabeneran sawijining
panyaruwe.

 Artikel persuasi yaiku artikel kang ancase kanggo mrabawani wong kang sing maca kanggo
nindakake apa sing dikarepake pengarange.

2. Menentukan kata berimbuhan dalam artikel

 Contoh sufiks dalam bahasa Jawa

Sufiks adalah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata.

.Nya / dalam bahasa jawa e

- Konco = Koncoe

- Elek = Eleke

.i

- Jagong = Jagongi

- Kemol = Kemoli
.Kan / dalam bahasa jawa ke

- Uncal = Uncalke

- Jikok = Jikokke

.An

- Lali = Lalian

- Pangan = Panganan

 Contoh prefiks dalam bahasa Jawa

Prefiks adalah afiks yang ditempatkan dibagian muka suatu kata dasar.

.Ke

- Godhok = Kegodhok

- Junjung = Kejunjung

.men

- Ngunjuk = Mengunjuk

- Ngontel = Mengontel

.Di

- Injek = Diinjek

 Contoh infiks dalam bahasa Jawa

Afiks yang diselipkan ditengah kata dasar.

.Um

- Guyu = Gumuyu

.El

- Lukes = Pelukes

- Tunjok = Telunjok
.Em

- Rayu = Kemayu

.Er

- Suleng = seruleng

- Asep = Berasep

.Ah

- Ayu = Rahayu

 Contoh konfiks dalam bahasa Jawa

Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk satu kesatuan.

.Gabungan awalan ke dengan akhiran an

- Kesel = Kekeselan

- Warek = Kewarekan

 Contoh simulfiks dalam bahasa Jawa

- Men- + kebut = mengebut = Ngebut

- Men- + soto = menyoto = Nyoto

3. Menentukan pola kalimat

 JWL = Jejer , Wasesa , Lesan

 JWLK = Jejer , Wasesa , Lesan , Keterangan

 KJWL = Keterangan , Jejer , Wasesa , Lesan

 Jejer = Subjek

 Wasesa = Predikat

 Lesan = Obyek

4. Menjelaskan isi artikel


Isi : Isi tugase njlentrehno opo kang kape dijelasno. Inti saka artikel iku mau.

5. Menentukan tokoh dalam cerita wayang

1. Tokoh Pewayangan Dewa

 Batara Wisnu

Batara Wisnu atau Sang hyang wisnu adalah seorang dewa yang pernah menjelma menjadi raja di muka
bumi sebagai manusia biasa yang bertahta di purwacarita dan memiliki gelar sri maharaja budakresana.
Ketika dewa ini lahir, bumi terasa bergetar, sampai sampai betara guru pun jatuh terpelanting. Beranjak
dewasa, bathara wisnu memiliki 3 istri yaitu dewi setyabama, putri hyang pancaresi, dan hyang wisnu
bisa tiwikrama, menjadi raksasa yang sangat besar dan memiiki senjata cakra yang sangat sakti.

Sang hyang wisnu digambarkan sebagai seorang yang bermata jaitan, bermuka agak dongkak, berhidung
mancung, bergaruda membelakang dan bersunting waderan. Bathara wisnu memiliki sifat yang tegas,
ikhlas, pemaaf, tanpa pamrih dan dapat memberi semua kehidupan kepada mahluknya

 Batara surya

Batara Surya merupakan putra dari semar (Batara Ismaya) yang bertempat tinggal di Kahyangan
Ekacakra bersama kedua istrinya yang seorang bidadari kakak beradik dengan nama Dewi Ngruna dan
Dewi Ngnini. Batara surya juga dewa yang menguasai gerak matahari, makanya sering diebut juga
sebagai Dewa Matahari.

Penyebab lahirnya batar surya dalam lakonnya adalah salah satu dewa yang menurunkan raden
syaputra dengan ibunya yaitu sang dewi kunti. Bathara surya juga memiliki anda yang bernama Prabu
Karna atau sering dipanggil Raden Surya Putra dari perkawinannya dengan dewi kunti saat dia turun ke
Bumi. Pada dasarnya Dewi Kunti memiliki 6 anak, namun tidak mengikuti sang ibu karena ikut
berpartisipasi membela Kurawa dalam perang Bharatayuda. Bathara surya juga memiliki kereta yang
ditarik oleh 7 kuda, dengan pengemudinya bernama Aruna. Bathara Surya memiliki watak welas asih,
tenang dan tidak suka marah.

2. Tokoh Pandawa 5

 Yudishtira

Yudistira atau memiliki nama kecil punta Dewa merupakan putra dari seorang Prabu Pandu dan Dewi
Kunti. Yudistira adalah seorang Raja yang memerintah di Kerajaan Kuru, dan pusat pemerintahannya
berada di Hastinapura. Yudistira juga yang paling tua di antara 4 pandawa lainnya yaitu Bima, Arjuna,
Nakula dan Sadewa. Dalam tradisi Pewayangan, ia diberi julukan Puntadewa dan gelar Pranu.

Selain memiliki nama kecil Punta Dewa, Yudishtira juga mempunyai nama lainnya taitu Bharata,
Ajatasatru, Kurunandana dan lai sebagainya. Ia juga berasal dari Dinasti Candra dan bersenjatakan
Tombak. Memiliki sifat jujur, adil, taat agama, mudah memaafkan, bijaksana, tidak pernah berdusta dan
tidak memiliki musuh satupun.
 Werkudara

Wrekudara Anggota dari pandawa 5 ini memiliki julukan Werkudara atau Werkodara, artinya gemar
makan. memiliki nama kecil Bima dan anak dari perkawinan Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Jika dalam
bahasa Sangsakerta, nama Bima memiliki arti mengerikan. Dia merupakan seorang Pandawa yang kuat,
memiliki lengan yang panjang, tubuh yang tinggi dan memiliki wajah paling gagah dan sangar dibanding
4 pandawa lainnya. walaupun terbilang menyermakan ditambah membawa senjata bernama Gada,
namun memiliki hati yang baik tidak seperti kelihatannya.

Bima juga sangat dibutuhkan terutama kemahirannya dalam berperang agar mereka bisa memenangkan
peperangan dalam pertempuran akbar di Khurukseta. Perlu anda ketahui, Gatot Kaca merupakan anak
dari Werkudar dari Ras Rakhsasa. selain Gatotkaca, Bima juga memiliki 2 anak lainnya bernama Antareja
dan Antasena dalam pewayangan Jawa. Bima memiliki watak Jujur, tabah, patuh, setia, berani dan kuat.

 Arjuna

Arjuna memiliki nama kecil Permadi, anak bungsu dari seorang Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Jika dalam
bahasa Sangsakerta, nama Arjuna berarti yang Bercahaya. Penjelmaan dari Dewa Indra atau sering
disebut Dewo Indra. memiliki kemahriran ilmu memanah dan sudah di anggap oleh Drona. selain nama
Permadi, Arjuna juga memiliki nama panggilan yang lainnya yaitu Dhannjaya, Kirti, Partha. Arjuna
memiliki sifat atau watak yang pendiam, sopan santu, lemah lembut, teliti, berani, cerdik dan mampu
melindung yang lemah. busur panahnya yang terkenal bernama busur Pasopati.

 Nakula dan Sadewa

Nakula Sadewa merupakan putra kembar dari Prabu Pandu dan Dwi Mardim. Nakula bisa dibilang
jelmaan dari Dewa kembar bernama Aswin, yang sering dikenal sebagai dewa Pengonatan. Namun,
orang tua Nakula dan Sadewa meninggal sehingga mereka di Asuh oleh Dewi Kunti, Istri Pandu yang
lainnya. Nakula merupakan Kesatria yang ahli dalam bermain pedang, sedangka Sadewa ahli dalam ilmu
Astronomi. Nakula dan Sadewa memiliki watak yang sama yaitu jujur, setia, taat dan patuh terhadap
orang tuanya.

3. Tokoh Punakawan

 Semar

Semar memiliki watak mengasihi sesam, rendah hati, tidak lupa diri karena kelebihan yang ada pada
dirinya. Sehingga, watak Semar patut di contoh dan diterapkan di kehidupan.

 Gareng

Gareng memiliki watak tidak suka mengambil hak orang lain, berhti hati dalam melangkah, selalu
mengeluarkan aura yang positif, dan selalu ceria dan gembira.

 Petruk
Petruk merupakan tokoh pewayangan paling beda dengan yang lain karna memiliki watak humoris,
pandai berbicara, menarik perhatian, bermuka manis dan nakal. Petruk juga salah satu Tokoh
Pewayangan paling digemari karena memiliki watak seperti yang sudah tertera di atas.

 Bagong

Bagong adalah tokoh pewayangan yang humoris dan suka bertingkah bodoh kepada temannya, dengan
sedikit agak lancang. Namun dibalik itu, bagong merupakan tokoh yang menyenangkan, sederhana dan
tidak kagum pada kehidupan.

6. Merelevansi ( membandingkan ) isi cerita wayang dengan zaman sekarang

Contoh :

Menarik bagaimana dikisahkan kurawa yang menang dalam jumlah tetapi ahirnya harus mengakui
kehebatan Pandawa Lima yang dipimpin oleh kearifan dan kesabaran yudistira.

Menarik juga untuk belajar dari kisah Ramayana dimana Rahwana yang secara logika dianggap memiliki
kekuatam dahsyat ahirnya tunduk oleh kecerdikan Rama dan Laksmana yang dibantu oleh Hanoman
yang setia.

Moral dari kedua cerita tersebut mengajarkan bahwa kekuatan dalam jumlah, kedahsyatan kekuatan
pasukan, penguasaan resources ahirnya kalah oleh kesabaran dan kecerdikan serta kejujuran yang
mendapat dukungan dari para dewa.

Bagi saya Pribadi semua cerita tersebut menjadi suar untuk membawa kapal perjalanan hidup saya.
Hiruk pikuk sosial media, kehidupan politik saya sikapi dengan mempertahankan nilai nilai
kesederhanaan, kepentingan rakyat diatas segalanya, kerbersahajaan sebagai panduan hidup dan bukan
pencitraan.

7.

Mengalihaksarakan kalimat beraksara Jawa yang mengandung Aksara Murda ke aksara Latin
8. Mengalihaksarakan kalimat
beraksara Latin ke aksara Jawa ( Aksara
Rekan )

9. Mengalihaksarakan kalimat yang mengandung angka ke aksara Jawa ( angka Jawa )

10. Menganalisis teks tembang macapat

A. Tandha-tandhane tembang macapat yaiku :

 Nganggo pathokan/paugeran : Guru wilangan, guru lagu, guru gatra lan pada.

 Bahasane nganggo basa Jawa anyar.

 Bisa mandheg dhewek tanpa diiringi gendhing.

B. Gunane tembang macapat

 Kanggo kasusastran jaman saiki.

 Kanggo mbawani utawa nggerongi gendhing.

 Kanggo lagu kethoprak lan wayang wong.

 Kanggo ngarang kapustakan jawi.

 Kanggo parikan lan dhagelan.

C. Jenis tembang macapat

 Maskumamban
g -Dhandhanggula

 Mijil
-Durma
 Kinanthi -Pangkur

 Sinom -Megatruh

 Asmarandhana -Pocung

 Gambuh

D. Kasusastran kang tinemu ing tembang macapat yaiku :

 Pada : Arane cacah/jumlah tembang saben selagu, sekang wiwitan/awal nganti tekan
pungkasan/rampung.

 Guru gatra : larikan ing tembang macapat, neng tembang gedhe diarani pada dirga, yakuwe
cacahing gatra saben selagu.

 Guru wilangan : Jumlah/cacahing wanda (suku kata) ing saben gatra.

 Guru lagu : Tibaning swara saben pungkasane gatra.

 Dhong-dhing, yakuwe guru lagu sing tibane swara "U" utawa "I".

E. Wateke tembang macapat yaiku :

 Maskumambang : Wateke nelangsa kanggo medharake rasa prihatin.

 Mijil : Wateke wetuning rasa, mituturi kanggo medharaken bukaning carita.

 Kinanthi : Wateke seneng, tresna, lan asih.

 Sinom : Wateke grepyak, renyah, lan semanak.

 Asmaradhana : Wateke sedih, sengsem, lan prihatin.

 Gambuh : Wateke wani, kulina, lan rumaket.

 Dhandhanggula : Wateke kewes, luwes, lan resep.

 Durma : Wateke galak, nantang, nesu, lan muntab.

 Pangkur : Wateke sereng, kejem, lan nantang.

 Megatruh : Wateke sedih lan nelangsa.

 Pocung : Wateke kendho tanpa greget.

F. Gegambaran urip menungsa ing tembang macapat yaiku :


 Maskumambang. Tembang punika nggambaraken menungsa sing esih wujud jabang bayi sing
taksih ing sajroning kandunganipun ibu. "Mas" artine dereng ngertos jabang bayi kuwi lanang
nopo wadon. Menawi "Kumambang" artine gesangipun ngambang ing kandunganipun ibu.

 Mijil. Tembung Mijil nggambaraken jabang bayi sing sampun lair lan sampun cetha anggone
lanang apa wadon.

 Sinom. Artine kanoman/nem-neman utawa masa muda, yakuwe puncake menungsa ing
babagan nggolet ilmu seakeh-akehe.

 Kinanthi. Tembung punika asale saking tembung kanthi utawi tuntun, sing artine dituntun
supaya bisa mlampah ngambah pagesangan ing alam ndonya.

 Asmarandhana. Artine rasa tresna (cinta) marang lawan jenis kang wis dadi kodrate menungsa.

 Gambuh. Asale saka tembung jumbuh/sarujuk sing artine menawi sampun jumbuh/sarujuk
lajeng digathukaken antawisipun kakung lan estri kang sami nggadahi rasa tresna mau.

 Dhandhanggula. Nggambaraken geangipun tiyang kang lagi remen-remenipun, apa bae sing
dipengini bisa kawujud. Bareng-bareng kaliyan keluarga, garwa, lan putra-putrinipun gesang
cekap kanggo sak keluarga. Mila punika tiyang kang lagi bungah utawi lagi legi-legine, sebabe
kuwi saged dipunwastani sekar Dhandanggula.

 Durma. Tiyang menawi sampun rumaos kacekapan gesangipun, lajeng tuwuh raos welas asih
datheng kadang mitra sanesipun ingkang saweg nandhang kacingkrangan, mila lajeng tuwuh
raos kepengin darma/paring datheng sesami-sami.

 Pangkur. Artine nyingkiri hawa nepsu angkara murka ingkang dipunpanggalih tansah kepengin
paring datheng sesami lan nglampahi ibadah kanthi saestu.

 Megatruh. Saking tembung "megat roh" utawa pedot rohe utawi pedot nyawane kang sampun
diatur nang Kang Maha
Kuwaos.

 Pocung. Menawi
sampun dados
layon/jisim lajeng
dipunbungkus mori
petak utawi
dipunpocong
sakderengipun
disarekaken.

11. Menentukan guru lagu dan guru wilangan tembang macapat


12. Menafsirkan isi tembang macapat

13. Menganalisis pesan moral tembang macapat

14. Menentukan tema teks geguritan

15. Menentukan arti kata sulit di dalam teks geguritan

16. Membuat geguritan sesuai dengan tema

17. Menentukan purwakanthi dalam teks geguritan

 Purwakanthi Guru Swara

Purwakanthi guru swara ditandai dengan persamaan bunyi (huruf vokalnya sama). Contoh :

-Ana awan, ana pangan

-ana dina ana sega

-Ngalah nanging oleh

-Sing salah kudu seleh

Becik ketitik ala ketara

Sing weweh bakal pikoleh

Adigang adigung adiguna

Inggih-inggih ora kepanggih

Ciri wanci lelai ginawa mati

Desa mawa cara negara mawa tata

Witing tresna jalaran se]ka kulina

Giri lungsi, jalma tan kena ingina


Yen menang, aja njur sewenang wenang

Ana bungah, ana susah iku wis lumrah

Sing gelem ngalah, bakal luhur wekasane

Yen krasa enak, aja njur lali anak, lali bojo, lali kanca

 Purwakanthi Guru Sastra

Purwakanthi guru sastra ditandai dengan persamaan huruf yakni huruf konsonan yang sama. Contoh :

Tata titi titig tatag, tanggung tertib, dhateng saphadhaning dumadi

Taberi nastiti lan ngati-ati, mesthi bakal dadi

Wong jejodohan kudu ngelingi: babat, bibit, bobot, bebet

Ruruh,rereh,ririh ing wewarihipun, mrih reseping para muyarsi

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

Tarti tata-tata, ate metu turut ratan, diutus tuku tahu tempe dhuwite kertas telung atus

Tindak tanduk lan tutur kang kalantur, tamtu katula-tula katali, bakal kacatur,katutuh, kapatuh, pan dadi
awon

Sluman slumun slamet, salamun nyemplung kali plung, slulup slelep-slelep oleh slepi isi klobot, Njumbul
bul klambine teles bles

Kala kula kelas kalih, kula kilak kalo kalih kuli-kuli kula, kalo kula kéli, kali kilén kula, kalo kula kampul-
kampul, kula kelap kelip kala-kala keling-keling

 Purwakanthi Guru Basa/Lumaksita Sunting

Lumaksita artinya berjalan, sehingga Purwakanthi guru lumaksita ditandai dengan pengulangan kata
yang telah disebutkan sebelumnya.

Bayem ardha, ardhane ngrasuk busana

Witing klapa, klapa mudha saumpama

Carang wreksa, wreksa wilis tanpa patra

Begja-begjane kang lali, isih begja kang eling lawan waspada

Bung–bung pait bung pait kuwihe maha, maha-maha lintrik cah cilik digondhol kirik, kirik-kirik belang
nyang pawon kesiram wedang, wedang–wedang bubuk kemriyuk gulane remuk
18. Mengidentifikasi macam-macam upacara adat jawa

 Upacara Kenduren

Upacara adat ini pertama kali dilakukan oleh penduduk Jawa. Upacara kenduren ini lebih dikenal dengan
sebutan nama selametan. Sesuai namanya upacara ini dengan melakukan doa bersama agar selalu
diberikan keselamatan dan sekaligus mendoakan para leluhur. Bahkan upacara ini dilakukan secara
temurun hingga sekarang. Tidak heran jika di tanah Jawa sering melakukan kegiatan ini.

Acara doa bersama ini dipimpin oleh seorang tokoh agama yang lebih tua. Dalam kegiatan ini dilengkapi
dengan berbagai penyajian atau hidangan yang bertujuan untuk meningkatkan rasa syukur kepada Yang
Maha Esa. Bukan utntuk persembahan-persembahan seperti budaya kejawen pada zaman dahulu.

 Upacara Ruwatan

Upacara ruwatan ini tidak lain yaitu bertujuan untuk meruwat atau mensucika diri. Menghilangkan segal
keburukan yang pernah dia lakukan dan meminta keselamatan dalam menjalani hidup. Tradisi ruwatan
ini masih dilestarikan di dataran Tinggi Dieng, tapi hanya untuk anak berambut gimbal.

Orang sana percaya bahwa anak berambut gimbal memiliki keturunan buto atau raksasa sehingga harus
diruwat. Dari contoh itu bertujuan tidak lain yaitu agar selalu diberika perlindungan dan menjaga tradisi
yang ada.

 Upacara Perkawinan Tradisional

Di tanah Jawa upacara pernikahan dikenal dengan pernikahan yang sangat unik. Seorang pengantin
harus melalui berbagai rangkaian tahapan untuk melalukan pernikahan. Upacara perkawinan adat Jawa
dikenal sangat sangat sacral. Sehingga bagaimapun juga para keturunannya harus melestarikan kegiatan
ini.

Dalam upacara pernikahn adat seorang pengatin harus melalui rangkaian. Deretan rangkaian seperti
dengan melakukan siraman, Upacara ngerik, midodareni, srah-srahan, nyantri, panggih, balangan suruh,
ritual wiji dadi, kacar kucur, dhahar klimah, tumplek sunjen, sungkeman dan lain sebagainya.

 Upacara Tedak Siten

Dalam upacara adat ini ketika seorang bayi berumur 8 bulan mulai berjalan. Bagi masyarakat Jawa harus
menjalan upacara tedak siten. Dari beberapa bagian wilayah Indonesia upacara tradisi ini dikenal
dengan upacara turun tanah.

Kegiatan ini diselenggarakan bertujuan sebagai rasa ungkapan syukur orang tuannya atas kesehatan
yang diberikan kepada anaknya. Dan bukan bermaksud kegiatan mistik lainnya.

 Upacara Tingkeban
Pasti semua orang menganggap bahwa ketika seorang perempuan yang hamil harus benar-benar dijaga.
sehingga dalam semasa hamil tidak terjadi hal-hal burk yang menimpa pada seorang anak dan ibunya.

Kegiatan upacara ini dilakukan saat seorang wanita hamil berumur 7 bulan. Rangkaian acara ini seoerang
wanita dimandikan air dengan menggunakn bunga setaman. selain itu, kain yang digunakan kemben pun
harus tujuh jumlahnya.

Didalam kegitan itu diiringi dengan panjatan doa agar seorang bayi terlahir dengan selamat. Apabila bayi
yang dikandung sudah terlahir, di Jawa mempunyai tradisi khusus. Dengan melakukan selametan
bertujuan agar si bayi terjaga dari kejahatan-kejahatan buruk yang menimpanya. Kegiatan upacara ini
masih dilestarikan dibebagai tanah jawa.

 Upacara Grebeg

Saat memasuki bulan Mulud, masyarakat jawa pasti melakukan kegiatan ini sangat terkenal dengan
sebutan muludan. Acra ini dilakukan tiga kali dalam setahun. Nah, itulah yang dinamakan tradisi atau
upacara grebeg.

Upacara grebeg tidak hanya dilakukan pada bulan Mulud, tetapi juga dilakukan pada tanggal 1 syawal
dan bulan ke-12. Tujuan upacara ini sebenarnya sebagai ungkapan rasa syukur kerajaan atas limpahan
rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.

 Upacara Sekaten

Kegiatan upacara ini digelar atas tanda syukur kepada Nabi Muhammad SAW yang telah telah
menyebarkan islam ditanah jawa. Untuk wujud tanda syukurnya, masyarakat melakukan peringatan hari
kelahiran Nabi Muhammmad SAW. Kegiatan itu digelar dalam kurun tujuh hari.

Asal usul kata sekaten muncul berasal dari kata syahadatain. Dalam islam dikenal dengan sebutan
kalimat tauhit. Tradisi ini masih dilestarikan dikawasan kerajaan yakni seperti di Surakarta. Bahkan dari
pihak kerajaan mengeluargan dua gamelan yaitu gamelan Kyai Guntursari dan Kyai Guntur Madu.
Yangdiletakkan didepan masjid agung Surakarta.

 Upacara Larung Sesaji

Kegiatan upacara larung sesaji adalah kegiatan yang digelar masyarakt Jawa yang hidup dipesisir pantai
utara dan selatan. Tidak hanya masyarakat dipesisir pantai, kegiatan ini juga sering dilakukan
masyarakat yang ditepi danau atau telaga.

Upacara ini dilaksanakan atas rasa syukur mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
memberikan kelancaran dalam mencari nafkah. Bahkan juga ungkapan rasa syukur atas keselamatan
yang telah diberikan kepada mereka.

Berbagai bahan pangan dan hewan disembelih di larung ke laut atau danau. Kegiatan itu dilaksanakan
pada tanggal 1 Muharan dan kegitan ini masih berjalan hingga sekarang. Seandainya anda ingin melihat
secara langsung, bisa mengunjungi ketempat tertentu pada waktu Syura.
19. Menentukan urutan rangkaian upacara adat jawa

PROSESI HAJATAN

Sebagai prosesi persiapan dalam menyambut hari pernikahan, prosesi hajatan dilangsungkan dengan
harapan seluruh keluarga besar dan calon pengantin yang akan melaksanakan hajat dijauhkan dari
segala halangan dan seluruh acara berjalan dengan lancar.

1. Pasang tratag dan tarub

Pemasangan tratag (dekorasi tenda) dan tarub (hiasan dari janur atau daun kelapa yang muda) yang
dipajang sebagai hiasan pintu masuk ini menandai bahwa sang keluarga sedang mengadakan acara
hajatan mantu. Adapun janur kuning melengkung sebagai pengharapan berkah dan kemakmuran bagi
kedua mempelai layaknya meminta cahaya kepada Yang Maha Kuasa.

2. Kembar mayang

Kali ini, ornamen yang dibentuk dari rangkaian akar, batang, daun, bunga, dan buah ini dipercayai dapat
memberikan kebijaksanaan dan motivasi bagi kedua pengantin untuk menjalani kehidupan barunya
dalam berumah tangga. Biasanya, daun-daun beraneka ragam akan ditekuk ke sebuah batang pisang
sehingga menyerupai bentuk gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan burung.

3. Pasang tuwuhan

Tuwuhan yang berarti tumbuh-tumbuhan ini diletakkan di tempat siraman. Anda juga dapat
menambahkan buah-buahan seperti setandan pisang pada masing-masing sisi sebagai harapan agar
sang pengantin kelak cepat memperoleh buah hati.

4. Siraman

Secara harafiah, siraman berarti mandi dengan air. Pada ritual ini, akan ada tujuh orang yang
menyiramkan air ke sang pengantin. Nantinya, sang ayah mempelai wanitalah yang akan menyelesaikan
ritual yang dilambangkan sebagai pembersihan diri sebelum menjalankan ritual selanjutnya yang lebih
sakral. Selain bertugas mengakhiri siraman tersebut, sang ayah juga akan menggendong mempelai
wanita menuju kamar pengantinnya.

5. Adol dawet

Kemudian, kedua orang tua menyelenggarakan acara menjual dawet sebagai hidangan kepada para
tamu undangan yang telah hadir menyaksikan prosesi yang telah berjalan. Tetapi, penjualan dawet ini
tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan kreweng atau pecahan tembikar dari tanah liat sebagai
tanda bahwa pokok kehidupan berasal dari bumi. Di sini, sang ibu akan melayani para pembeli,
sedangkan sang ayah akan memayungi sang ibu. Artinya adalah untuk memberikan contoh kepada anak-
anaknya di kemudian hari bahwa mereka harus saling bergotong royong dalam membina rumah tangga.

6. Potong tumpeng
Tumpeng merupakan sajian nasi berbentuk kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditata mengelilinginya
di atas nampan bulat yang terbuat dari anyaman bambu. Dalam ritual Jawa, tumpeng identik dengan
simbol kemakmuran dan kesejahteraan karena bentuknya menyerupai gunung. Prosesi pemotongan
tumpeng ini akan dilakukan oleh ayah dan ibu dengan mengambil bagian puncak tumpeng dan lauk
pauknya.

7. Dulangan pungkasan

Kemudian, acara dilanjutkan dengan prosesi suapan terakhir oleh ayah dan ibu kepada calon pengantin
sebagai tanda tanggung jawab terakhir dari orang tua kepada anaknya yang akan menikah.

8. Tanam rambut dan lepas ayam

Menanamkan potongan rambut kedua calon mempelai bermaksud agar segala hal buruk dijauhkan dari
rumah tangga kedua anaknya. Setelahnya akan dilanjutkan dengan pelepasan ayam jantan hitam yang
menandai bahwa kedua orang tua telah mengikhlaskan anaknya hidup mandiri bagaikan seekor ayam
yang sudah dapat mencari makanan sendiri.

9. Midodareni

Arti kata midodareni sendiri adalah bidadari, sehingga harapan dari ritual malam sebelum melepas masa
lajang ini adalah sang pengantin wanita akan terlihat cantik esok harinya bak bidadari dari surga. Pada
malam ini, pengantin wanita akan ditemani oleh pihak keluarga saja dan dilarang bertemu oleh calon
suaminya karena ia akan menerima nasehat-nasehat yang berkaitan dengan pernikahan.

Hari berikutnya adalah acara inti yang merupakan puncak dari seluruh rangkaian yang telah dijalankan.
Di sini akan terselenggara upacara pernikahan serta resepsi pernikahan dan tentunya, terdapat ritual-
ritual juga yang bertujuan untuk kebahagiaan hidup baru kedua mempelai dalam menjalani rumah
tangganya.

1. Upacara pernikahan.

Momen ini adalah ketika kedua pengantin bersumpah di hadapan penghulu, orang tua, wali, dan tamu
undangan untuk meresmikan pernikahan mereka secara keagamaan. Pada upacara ini, kedua pengantin
akan mengenakan pakaian tradisional adat Jawa berwarna putih sebagai lambang kesucian.

2. Upacara panggih:

Tahapan prosesi-prosesi berikut ini termasuk dalam upacara panggih yang berarti temu dalam bahasa
Jawa, karena kedua pengantin yang telah resmi menikah akhirnya bertemu sebagai sepasang suami dan
istri. Adapun rangkaian upacara ini berisi berbagai acara-acara yang akan memantapkan kedua
mempelai dalam membina rumah tangganya.

a. Balangan gantal
Gantal atau sirih yang diikat oleh benang putih akan saling dilempar oleh kedua pasangan. Pengantin
pria melemparkan gantal ke dada pengantin wanita sebagai tanda bahwa ia telah mengambil hati sang
kekasih, dan pengantin wanita akan menujukan gantal ke lutut sang pria sebagai tanda bakti kepada
suami.

b. Ngidak tagan/nincak endog

Ritual menginjak sebutir telur ayam mentah oleh mempelai pria dilaksanakan sebagai harapan bahwa ia
akan mendapatkan keturunan karena keduanya telah bersatu. Kemudian, sang istri akan membasuh kaki
suaminya sebagai tanda kasih sayangnya.

c. Sinduran

Kain sindur berwarna merah dan putih diharapkan akan memberikan keberanian bagi kedua pengantin
agar menjalani pernikahan mereka dengan semangat dan penuh gairah. Pada ritual ini, keduanya akan
dibalut oleh kain sindur sembari diantar menuju pelaminan oleh ayah sang mempelai wanita.

d. Bobot timbang

Setelah kedua pengantin duduk di kursi pelaminan, akan dilangsungkan ritual menimbang anak sendiri
dan anak menantu oleh ayah pengantin wanita dengan cara memangku kedua mempelai. Kemudian, ibu
pengantin akan naik ke atas panggung untuk menanyakan kepada sang ayah, siapa yang lebih berat di
antara mereka. Kemudian, ayah akan menjawabnya jika keduanya sama beratnya. Dengan percakapan
ini, diharapkan bahwa kedua anak mengetahui bahwa tidak ada perbedaan kasih sayang bagi mereka.

e. Minum rujak degan

Secara harafiah, rujak degan adalah minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda. Tradisi minum air
kelapa ini dilakukan secara bergilir dalam satu gelas untuk satu keluarga. Dimulai dari sang bapak untuk
diteruskan kepada sang ibu sehingga diberikan kepada kedua pasang pengantin. Air kelapa ini
dilambangkan sebagai air suci yang dapat membersihkan rohani seluruh anggota keluarga.

f. Kacar kucur

Ritual ini dilakukan oleh pengantin pria yang mengucurkan uang logam beserta kebutuhan pokok seperti
beras dan biji-bijian kepada sang istri sebagai simbol bahwa Ia akan bertanggung jawab dalam
memberikan nafkah kepada keluarga.

g. Dulangan

Adapun ritual saling menyuapi sebanyak tiga kali sebagai simbol bahwa kedua pasangan akan selalu
menolong satu sama lain dan juga saling memadu kasih hingga tua.

h. Sungkeman
Seluruh prosesi upacara dalam adat Jawa akan diakhiri dengan acara sungkeman, yaitu berlutut di depan
kedua orang tua masing-masing mempelai sebagai bentuk penghormatan karena telah membesarkan
mereka hingga akhirnya dapat menjalani kehidupan baru bersama pasangan.

20. Menafsirkan makna yang terkandung dalam upacara adat panggih temanten

Upacara Panggih yang disebut juga upacara dhaup atau temu, merupakan puncak acara bagi tradisi
perkawinan adat Jawa. Panggih adalah prosesi pertemuan secara adat Jawa antara mempelai pria dan
mempelai wanita setelah resmi menikah secara agama. Jadi upacara panggih hanya boleh dilaksanakan
setelah pernikahan secara agama, dan tidak sebaliknya.

Oleh karena dilakukan setelah pernikahan secara agama, maka biasanya prosesi ini dihadiri oleh para
tamu undangan. Rangkaian ritual yang unik dan terkadang lucu, seringkali mampu menarik perhatian
sehingga dapat menghibur para tamu undangan.

21. Mengidentifikasi struktur teks pidato

1. salam pambuka

2. purwaka (pambuka)

-atur pakurmatan (marang wong sing rawuh)

-atur puji syukur

-atur panuwun

3. isi (surasa)

4. dudutan/wigati/ringkesan

5. pangarep-arep

6. panutup (wusana)

7. salam panutup

22. Melengkapi teks pidato rumpang

23. Makna tembung entar

Apabila dalam bahasa Indonesia, tembung entar adalah kata yang tidak bisa dimaknai sejujurnya/apa
adanya.

Contoh tembung entar :

1. Lunyu ilate

2. Dowo tangane
3. Gedhe sirahe

24. Tembung Saroja

Tembung saroja yaiku tembung loro kang padha utawa meh padha tegese banjut digawe bebarengan.
Yaitu dua buah kata yang hampir sama atau mirip dan dipakai bersamaan contohnya adalah abang
mbranang dan sebagainya

Contoh: abang mbranang, ijo royo-royo, gagah prakosa, dll

25. Paribasan

Paribasan adalah pepatah Jawa yang terdiri dari rangkaian kata yang penggunaannya tetap tidak boleh
diubah dan tidak boleh dialih bahasakan menjadi bahasa krama. Paribasan tersebut di sampaikan secara
jelas. Contoh dari Paribasan sebagai berikut :

 Anak polah bapa kepradhah, artinya Tingkah polah anak, orang tua ikut menanggung akibatnya.

 Becik ketitik ala ketara, artinya Baik ataupun buruk pasti akan ketahuan.

25. Bebasan

Bebasan merupakan pepatah Jawa yang terdiri dari rangkaian kata yang bersifat tetap dalam
penggunannya, tidak bisa diubah ke bahasa krama atau yang lainnya. Kata dalam bebasan ini memiliki
makna konotatif, maknanya ialah makna pengandaian. Yang di andaikan seperti keadaan, sifat, watak
serta perbuatan seseorang. Biasanya yang dipakai kata benda. Sebagai contohnya ialah sebagai berikut :

 Urip iku urup (hidup itu nyala), artinya bahwa hidup harus bisa memberi cahaya kebaikan bagi
sesama.

 Ancik-ancik pucuking eri (berdiri di atas ujung duri), artinya sedang dalam ancaman/bahaya

 Adhang-adhang tetesing embun (berharap tetesan embun), artinya berharap anugerah Tuhan.

26. Tembung Saloka

Pepatah Jawa yang terdiri dari rangkaian kata yang bersifat tetap dalam penggunannya, tidak bisa
diubah ke bahasa krama atau yang lainnya biasanya di sebut dengan Saloka. Kata dalam bebasan ini
memiliki makna konotatif, mengandung makna pengandaian,akan tetapi bila dalam Saloka ini semua
bisa di andaikan. Biasanya nama hewan-hewan. Contohnya ialah :

 Kebo nusu gudel (kerbau menyusu pada anaknya), artinya orang tua yang minta diajari oleh
orang yang lebih muda.

 Kakehan gludug kurang udan (terlalu banyak petir kurang/tidak hujan), artinya terlalu banyak
bicara namun tak ada bukti.
27. Parikan

Parikan adalah “rangkaian kalaimat yang terdiri dari 2 baris, baris yang pertama adalah kalimat penarik
sedangkan kalimat kedua merupakan isi“.Parikan memiliki istilah kidungan yang artinya pada salah satu
bagian dalam kesenian tradisional ludruk. Dalam kesenian tradisional yang masih bertehan sampai saat
ini memiliki tiga (3) jenis parikan yang di utarakan sebelum pertujukan ludruk dimulai.

Jenis yang pertama lamba yakni “parikan panjang yang berisi sebuah pesan“, kedua kecrehan yakni ”
parikan pendek yang kadang-kadang isinya tentang bercandaan terhadap lawan bermain), yang terakhir
dangdutan (pantun yang bisa berisi kisah kisah lucu, konyol dan kocak).

 Ciri-Ciri Parikan

Untuk memudahkan kalian dalam memahami dan mengenali parikan berikut ciri-ciri yang bisa kalian
pelajari ada empat ciri-ciri dari parikan diantaranya adalah :

 Mempunyai purwakhanti AB-AB ( Memiliki sajak AB-AB )

 Yen Kedadean rong (2) baris, baris sing kapisan iku sampiran, baris seng kapindo isi ( Jika
menggunakan dua baris, baris yang pertama adalah sampiran, sedangkan baris kedua adalah isi )

 Endhote parikan ono rong yaiku 4-4 lan 4-8 ( Bait parikan ada 2 jenis yakni 4-4 dan 4-8 )

 Guru kaedane parikan kanggo pitutur nyemoni lan gegojekan (agar setiap kata yang digunakan
parikan harus memenuhi syarat guru gatra, guru wilangan lan guru lagu )

28. Jenis unggah-ungguh

A. Basa Ngoko Lugu

"Pengertian bahasa ngoko lugu adalah bahasa yang kalimatnya tidak ada yang diterjemahkan ke bahasa
krama"

Wujude: Tembunge ngoko kabeh ora ana kramane.

"Pemakaian Bahasa ngoko lugu"

 Panganggone:

a. Menyang sapadha-padha kang wis kulina banget.

b. Menyang sing kaprenah enom.

c. Yen lagi ngunandika.

d. Tumrap bocah sing durung bisa guneman ganep.

 Tuladha:
– Kowe mengko sore sida ngampiri aku les?

– Dhik, yen arep ndelok pameran, aku mengko tulung ampirana ya!

B. Basa Ngoko Alus

"Pengertian bahasa ngoko alus adalah bahasa yang kalimatnya ngoko kasar/lugu tetapi hanya kata kerja
saja dan kamu (panjenengan) yang diterjemahkan ke bahasa krama inggil/alus"

Wujude: Tetembunge ngoko kacampuran karma inggil.

"Pemakaian Bahasa ngoko alus"

 Panganggone:

a. Sedulur tuwa marang sedulur enom kang luwih dhuwur drajate.

b. Garwane priyayi marang sing kakung.

c. Priyayi marang priyayi yen wis ngoko-ngokonan.

 Tuladha:

– Dhik, sliramu mengko nek kondur arep nitih apa? Apa kersa takdherekake?

– Aku mau ngundhuh pelem akeh, Panjenengan apa kersa dakaturi?

– Yen kersa mengko dakaturi sejinah.

C. Basa Krama Lugu

"Pengertian bahasa krama lugu adalah bahasa yang kalimatnya semua memakai bahasa krama madya"

Wujude: Tembunge madya (ater-ater lan panambange karma)

"Pemakaian Bahasa Krama Lugu"

 Panganggone:

a. Kanggo marang kanca sing wis kulina, padha drajate lan ngajeni.

b. Garwane priyayi marang sing kakung.

c. Priyayi marang sedulure tuwa kang luwih cendhek drajade.

 Tuladha:

– Sampeyan niku manawi kesah dhateng kantor napa taksih kiyat mbekta sepedha motor mas?

– Napa ndika saking desa ngriki mawon to mas?


D. Basa Krama Alus

"Pengertian bahasa krama alus adalah bahasa yang kalimatnya semua memakai bahasa krama
alus/inggil"

Wujude: Tetembungan krama (ater-ater lan panambang krama) lan krama inggil (tumrap wong sing
diajak guneman).

"Pemakaian Bahasa Krama Alus"

 Panganggone:

a. Wong enom marang wong tuwa.

b. Batur marang bendarane.

c. Murid marang gurune.

d. Andhahan marang pimpinane.

e. Kanca karo kanca sing durung kulina.

 Tuladha:

– Kula badhe matur dhateng ibu, bilih manawi saestu sowan dhateng eyang, kula badhe tumut.

– Tindak-tandukipun kanca kula ingkang naminipun Edo punika sanget.

29. Cerkak

Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, cerita cerkak memuat unsur-unsur inti tertentu dari
struktur dinamis :

 Eksposisi yaitu tentang settingnya, situasi, dan tokoh dalam cerita.

 Komplikasi yaitu kejadian yang ada dalam cerita yang mengenalkan tentang konflik yang dialami
tokoh utama.

 Kejadian yang singkat dan krisis yaitu waktu yang menentukan si tokoh utama dan
komitmennya.

 Klimaks yaitu titik paling atas di dalam terjadinya konflik yang dialami tokoh di dalam kejadian
yang paling penting.

 Penyelesaian yaitu di mana cerita terjadinya konflik mulai terpecahkan.

 Pesan Moral yaitu biasanya berisi pesan kesan dan pesan moral dari penulis yang berada pada
cerita.
 Karena pendek, cerita cerkak bisa memuat pola ini ataupun bisa juga tidak. Untuk contohnya,
cerita-cerita cerkak modern hanya satu kali mengandung eksposisi. Yang lebih umum yaitu awal
yang mendadak, dengan cerita yang bahas di tengah aksi kejadian. Seperti dalam cerita-cerita
yang lebih panjang, plot dari cerita cerkak juga mengandung klimaks atau titik balik.

Akan tetapi, akhir dari semua cerita cerkak biasanya mendadak dan bisa mengandung ( bisa jadi iya bisa
jadi tidak) pesan moral. Seperti banyak dalam bentuk seni India, ciri khas dari satu cerita pendek
berbeda dengan menurut pengarangnya.

30. Ciri-Ciri Cerkak

Cerkak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ceritanya pendek

Bisa disebut cerkak kalau ceritanya tidak terlalu panjang, ringkas dan padat. kira-kira panjangnya sekitar
500 kata atau tidak lebih 10000 kata. Karena ceritanya ringkas, pasti ceritanya tidak banyak basa-basi.

2. Bersifat fiktif

Cerkak juga mempunyai sifat fiktif atau tidak benar-benar ada di alam dunia. Jadi cerkak dapat dibuat
tidak dengan kisah nyata seseorang, dapat dibuat seolah-olah ceritanya benar-benar berhasil, padahal
tidak berhasil sama sekali.

3. Sifate naratif

Paragraf yang menceritakan kejadian dan kejadian itu urut sesuai waktu kejadian.

4. Biasanya ada sangkut pautnya dengan kelakuan manusia

Cerkak juga umumnya sangat banyak hubungannya dengan kelakuan manusia. Apa pun yang dilakukan
manusia juga dapat dijadikan cerita yang bagus.

5. Mempunyai kesan tunggal

Kesan tunggal ini seperti memusatkan salah satu tokoh di tiap-tiap alurnya, di dalam setiap suasana atau
di setiap saat.

6. Bahasanya tegas dan berisi sugesti

Bahasa cerkak umumnya tegas dan berisi ajakan. maksudnya adalah to the point (tidak bertele-tele),
mempunyai ciri gaya bahasa yang mampu menggambarkan salah satu cerita.

Cerkak yang bagus akan dapat membawa suasana pembacanya kepada cerita yang dia baca, baik itu
cerita sedih, senang, menakutkan dan lain-lainnya. Intinya dapat membuat pembaca senang kepada
cerita, karena bahasa yang digunakan penulis bagus dan menarik.

31. Unsur- Unsur Cerkak


Cerkak mempunyai 2 unsur, antara lain :

1. Unsur intrinsik yaitu unsur yang ada dalam karya itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik cerkak yaitu terdiri
dari :

• Tema

• Latar : tempat, waktu, dan keadaan

• Alur : maju, mundur, campuran

• Tokoh

• Penokohan

• Sudut pandang

• Amanat

2. Unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi sistem organisme karya sastra.

Unsur ekstrinsik meliputi :

• Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)

• Latar belakang kehidupan pengarang

• Status sosial waktu cerita dibuat

Teks anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan
kejadian atau profile seseorang. Biasanya Teks Anekdot digunakan untuk mengkritik suatu lembaga atau
perorangan.

Berikutnya mari kita kenali struktur dari Teks Anekdot ini. Teks Anekdot memiliki struktur sebagai
berikut :

 Abstraksi adalah bagian awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang isi dari teks
anekdot secara umum

 Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana
peristiwa terjadi

 Krisis adalah bagian dimana terjadi suatu masalah atau hal yang unik yang tidak biasa terjadi
pada penulis

 Reaksi adalah bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan masalah
atau konflik yang timbul di bagian krisis
 Koda adalah bagian terakhir dari teks anekdot dan biasanya terdapat sisipan pesan dari penulis
kepada pembaca.

Anda mungkin juga menyukai