38 bahasa
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Lihat riwayat
Pantau
Perkakas
sembunyikan
Tindakan
Pindahkan
KPC
UP
RPP
Tag
Terakhir
Umum
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Kutip halaman ini
Butir di Wikidata
Pranala menurut ID
Sunting pranala interwiki
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh versi PDF
Versi cetak
Dalam proyek lain
Wikimedia Commons
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Bima (tokoh Mahabharata))
"Bhima" beralih ke halaman ini. Untuk pengertian lain, lihat Bima (disambiguasi).
Bima
भीम
Tokoh Mahabharata
Nama Bima
Ejaan Dewanagar भीम
Ejaan IAST Bhīma
ana
ke Indraprastha
Kasta kesatria
Dinasti Kuru
Senjata Gada
Pandu (sah)
Ibu Kunti
Anak Gatotkaca, Sutasoma,
Sarwaga, Antareja, Antasena,
Pancasena
Bima (Dewanagari: भीम; IAST: Bhīma) atau Werkodara (Dewanagari:
वृ कोदर; IAST: Vṛkodhara) adalah seorang tokoh protagonis
dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai
tokoh Pandawa yang kuat, selalu bersifat kasar dan menakutkan bagi musuh,
[1]
walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan
kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal
dalam epos Ramayana.
Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat
saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid
ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu
sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak
pernah menjilat ludahnya sendiri.
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat',
'mengerikan'.[2] Nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam alih aksara bahasa
Sanskerta dieja vṛkodhara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke
kegemarannya makan.[3] Nama julukan yang lain adalah Bhīmasena yang
berarti panglima perang.
Kelahiran[sunting | sunting sumber]
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa Kunti berseru kepada Bayu, sang
dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari
Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.
Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-
anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya,
yaitu Korawa. Duryodana—salah satu Korawa—sangat benci dengan sikap Bima
yang selalu jahil. Kebencian tersebut berkembang menjadi niat untuk membunuh
Bima. Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi bertamasya di
daerah sungai Gangga, Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman kepada
Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak curiga, ia
menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut membuat Bima jatuh pingsan, lalu
tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar,
setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa
Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut
mematuk badan Bima. Secara ajaib, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal
bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan
tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit
badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Wasuki.
Saat Wasuki mendengar kabar bahwa putra Pandu yang bernama Bima telah
membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman,
yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah. [4] Bima
meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara
dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari,
dan setelah itu ia pulang.
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang
militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan
perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, sebagaimana Duryodana.
Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang mahir dalam
menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih
menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.