Anda di halaman 1dari 2

Asal usul kemenyan

Kemenyan telah diperdagangkan di Semenanjung Arab dan Afrika Utara selama lebih dari 5.000
tahun.[9] Sebuah mural yang menggambarkan karung kemenyan diperdagangkan dari Tanah Punt
menghiasi dinding kuil Mesir kuno Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM
[7].[10].

Barus yang sejak abad abad dini (sejak kira-kira abad 5) sudah disinggahi oleh perahu-perahu
layar antar benua sebagai pelabuhan pengekspor kemenyan dan Kamper (Kapur barus). [11]
Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan
Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem.
Di berbagai daerah penyebutannya berbeda yaitu Kemenjen dalam bahasa Pakpak Dairi,
Keminjen dalam bahasa Karo dan Menyan dalam bahasa Jawa. Menurut catatan sejarah, salah
satu pusat perdagangan Kemenyan di wilayah ini pada masa lampau adalah pantai Barus
(Fansyur), sebuah pelabuhan penting ketika itu di pantai Barat pulau Sumatera. Secara sporadis
dalam beberapa buku yang ditulis oleh Heyne disebutkan bahwa pelaut-pelaut Timur Tengah
melihat dan mengatakan tanaman Kemenyan tumbuh baik pada ketinggian 900 - 1200 meter di
atas permukaan laut, sementara Pinyopusarerk menyebut Kemenyan Laos tumbuh baik pada 800
- 1600 meter dpl. Cina dan India sejak abad pertama telah membawa Kapur Barus dan
Kemenyan dari Tapanuli. Kegunaannya adalah untuk bahan pengawet Mummi para raja di
Romawi dan Fira'un di Mesir. Disebutkan pada masa itu hingga beberapa abad kemudian,
Kemenyan dan Kapur Barus asal Tapanuli ini tergolong barang mahal yang nilainya lebih tinggi
daripada emas.[12]

Sebuah legenda yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa pada suatu hari seorang gadis
miskin, yang akan dikawinkan dengan seorang laki-laki kaya melarikan diri ke dalam hutan
untuk menghindar. Ketika menengadahkan tangannya kearah langit sambil berdoa, dia disambar
petir dan menjadi sebuah pohon kemenyan. Getah ini yang dipercayai sebagai susu gadis
tersebut, katanya diperuntukkan bagi orang miskin. Sebelum ke kebun juga biasanya petani
mempersiapkan nditak, yaitu beras yang ditumbuk bersama gula aren dan kelapa. Mereka
berdoa sebelum memakannya supaya pohon kemenyan dapat menghasilkan banyak getah. Jenis
upacaranya adalah mekotas (makan bersama) dan meminta izin penguasa kebun / hutan yaitu
persintabien. Kemenyan juga dipercayai oleh masyarakat sebagai pohon suci karena pohon-
pohon kemenyan tidak akan mengeluarkan getah jika lelaki bersikap buruk terhadap orangtua,
isterinya atau jika, sewaktu dikebun mereka bicara kasar, berbohong, menipu atau mencuri. Ada
juga para perkemenjen yang masih melakukan tradisi lain yaitu, menyanyikan odong-odong
merkemenjen yaitu nyanyian para pencari getah kemenyan.

Kemenyan adalah salah satu ukupan yang disucikan (HaKetoret) dijelaskan dalam Alkitab Ibrani
dan Talmud digunakan dalam upacara Ketoret.[13] Kemenyan bagi orang Yahudi, serta orang-
orang Yunani dan Romawi, juga disebut Olibanum (dari Arab Al-Lubbān). Referensi lihat Dalam
Alkitab. Kemenyan diberikan pada dupa altar khusus di saat Kemah Suci terletak di kuil Pertama
dan Kedua di Yerusalem. Ketoret adalah komponen penting dari layanan Bait Allah di
Yerusalem. Hal ini disebutkan dalam buku Alkitab Ibrani Keluaran 30:34, di mana ia bernama
Levonah (Lebona dalam Alkitab bahasa Ibrani), yang berarti "putih" dalam bahasa Ibrani.[13] ada
jenis kemenyan khusus yang "murni" yaitu lebhonah zakkah, disajikan dengan roti sajian.
Membakar dupa diterima sebagai praktik dalam gereja Katolik Roma kemudian sementara gereja
awal selama zaman Romawi melarang penggunaan dupa sehingga jasa di bidang perdagangan
dupa mengakibatkan penurunan sangat cepat." [14]

Kemenyan diperkenalkan kembali ke Eropa oleh Tentara Salib yang dinamakan Frankish,
meskipun nama Frankish mengacu pada kualitas, tetapi bukan dengan para Frank itu sendiri.[15]
Meskipun lebih dikenal sebagai "kemenyan" bagi orang Barat, getah ini juga dikenal sebagai
olibanum, dalam bahasa Arab al-Luban (kira-kira diterjemahkan: "yang dihasilkan dari
pemerahan"),acuannya adalah getah susu yang disadap dari pohon Boswellia. Beberapa orang
juga mendalilkan bahwa nama ini berasal dari istilah bahasa Arab yaitu "Minyak Lebanon". Kota
yang hilang dari kota Ubar, kadang-kadang dikenali dengan Irem di tempat yang sekarang kota
Shisr di Oman berada, diyakini telah menjadi pusat perdagangan kemenyan karena kurang lebih
baru-baru ini ditemukan kembali "Jalan Kemenyan". Ubar ditemukan kembali pada awal 1990-
an dan sekarang di bawah penggalian arkeologi.

Sejarawan Yunani bernama Herodotus yang akrab dengan kemenyan dan mengetahui bahwa
kemenyan dipanen dari pohonnya di Arab Saudi bagian selatan. Dia juga melaporkan bahwa
getah berbahaya untuk di panen karena ular berbisa juga hidup di pohon-pohon tersebut. Dia
juga menjelaskan metode yang digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengatasi masalah ini,
yaitu dengan membakar getah dari pohon kemenyan sehingga asap akan mengusir ular tersebut
pergi.[16] Getah ini juga disebutkan oleh Theophrastus dan Pliny the Elder dalam bukunya
Naturalis Historia. Arab Saudi bagian Selatan adalah eksportir utama kemenyan di zaman kuno,
dengan beberapa hal yang diperdagangkan sampai ke Cina.Penulis dan adat orang Cina yang
bernama Inspektur Zhao Rugua juga menulis tentang asal usul kemenyan, dan eksistensinya
diperdagangkan ke China

Anda mungkin juga menyukai