Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan judul Boswellia.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah menyalurkan ide dan pikiran demi terwujudnya makalah ini,
terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah Farmakognosi - Fito II Ibu
Verawati M.Farm ,Apt.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi kami
sebagai penulis. Kami sebagai Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran
pembaca terhadap makalah ini untuk lebih baik ke depannya.

Padang, 1 November 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah............................................................................................ 5
2.2 Morfologi ....................................................................................... 8
2.3 Kegunaan ..................................................................................... 10
2.4 Budidaya ...................................................................................... 12
2.5 Cara Memperoleh......................................................................... 13

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................. 14


3.2 Saran ............................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemenyan, sering juga disebut Olibanum, adalah aroma wewangian

berbentuk kristal yang digunakan dalam dupa dan parfum. Kristal ini diolah dan

diperoleh dari pohon jenis Boswellia dalam keluarga tumbuh-tumbuhan

Burseraceae, Boswellia sacra (Sinonim B. carteri, B. thurifera, B. bhaw-dajiana),

B. frereana dan B. serrata (kemenyan India).

Kemenyan ini juga termasuk dalam ordo Ebenales, familia Styracaceae

dan genus Styrax. Selain itu terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan

getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis

yaitu Kemenyan Sumatra (Styrax benzoin), kemenyan bulu (Styrax

paralleloneurus), Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.Sm)[2] dan Kemenyan

Siam (Styrax tokinensis).

Tetapi jenis kemenyan yang paling umum dibudidayakan secara luas di


[3]
Sumatera Utara adalah jenis kemenyan toba dan kemenyan durame . Styrax

sumatrana J.Sm adalah jenis pohon kemenyan yang pada umumnya tumbuh di

daerah kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah yang hasilnya dikenal

dengan nama daerah “Haminjon” atau "kemenyan toba" [4]. Kemenyan toba biasa

dikenal juga dengan Styrax Paralleloneurum. Ada empat spesies utama Boswellia

yang menghasilkan kemenyan asli dan getahnya (Resin), masing-masing empat

3
spesies tersedia dalam berbagai kelas. Kualitas tergantung pada waktu panen dan

juga keterampilan tangan pengolahnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah dari Boswellia?

2. Bagaimana Morfologi dari Boswellia?

3. Bagaimana Kegunaan dari Boswellia terutama dalam bidang

kesehatan?

4. Bagaimana Budidaya Pengolahan dari Boswellia?

5. Bagaimana Cara Memperoleh Boswelia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah dari Boswellia

2. Untuk mengetahui Morfologi dari Boswellia

3. Untuk mengetahui kegunaan dari Boswellia terutama dalam bidang

kesehatan

4. Untuk mengetahui budidaya pengolahan dari Boswellia

5. Untuk mengetahui cara memperoleh Boswelia

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah

Kemenyan telah diperdagangkan di Semenanjung Arab dan Afrika Utara

selama lebih dari 5.000 tahun.[10] Sebuah mural yang menggambarkan karung

kemenyan diperdagangkan dari Tanah Punt menghiasi dinding kuil Mesir kuno

Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM.

Barus yang sejak abad abad dini (sejak kira-kira abad 5) sudah disinggahi

oleh perahu-perahu layar antar benua sebagai pelabuhan pengekspor kemenyan

dan Kamper (Kapur barus). Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli

percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi

pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem. Di berbagai daerah

penyebutannya berbeda yaitu Kemenjen dalam bahasa Pakpak Dairi, Keminjen

dalam bahasa Karo dan Menyan dalam bahasa Jawa. Menurut catatan sejarah,

salah satu pusat perdagangan Kemenyan di wilayah ini pada masa lampau adalah

pantai Barus (Fansyur), sebuah pelabuhan penting ketika itu di pantai Barat pulau

Sumatera. Secara sporadis dalam beberapa buku yang ditulis oleh Heyne

disebutkan bahwa pelaut-pelaut Timur Tengah melihat dan mengatakan tanaman

Kemenyan tumbuh baik pada ketinggian 900 - 1200 meter di atas permukaan laut,

sementara Pinyopusarerk menyebut Kemenyan Laos tumbuh baik pada 800 - 1600

meter dpl. Cina dan India sejak abad pertama telah membawa Kapur Barus dan

Kemenyan dari Tapanuli. Kegunaannya adalah untuk bahan pengawet Mummi

para raja di Romawi dan Fira'un di Mesir. Disebutkan pada masa itu hingga

5
beberapa abad kemudian, Kemenyan dan Kapur Barus asal Tapanuli ini tergolong

barang mahal yang nilainya lebih tinggi daripada emas.

Sebuah legenda yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa pada

suatu hari seorang gadis miskin, yang akan dikawinkan dengan seorang laki-laki

kaya melarikan diri ke dalam hutan untuk menghindar. Ketika menengadahkan

tangannya kearah langit sambil berdoa, dia disambar petir dan menjadi sebuah

pohon kemenyan. Getah ini yang dipercayai sebagai susu gadis tersebut, katanya

diperuntukkan bagi orang miskin. Sebelum ke kebun juga biasanya petani

mempersiapkan nditak, yaitu beras yang ditumbuk bersama gula aren dan kelapa.

Mereka berdoa sebelum memakannya supaya pohon kemenyan dapat

menghasilkan banyak getah. Jenis upacaranya adalah mekotas (makan bersama)

dan meminta izin penguasa kebun / hutan yaitu persintabien. Kemenyan juga

dipercayai oleh masyarakat sebagai pohon suci karena pohon-pohon kemenyan

tidak akan mengeluarkan getah jika lelaki bersikap buruk terhadap orangtua,

isterinya atau jika, sewaktu dikebun mereka bicara kasar, berbohong, menipu atau

mencuri. Ada juga para perkemenjen yang masih melakukan tradisi lain yaitu,

menyanyikan odong-odong merkemenjen yaitu nyanyian para pencari getah

kemenyan.

Kemenyan adalah salah satu ukupan yang disucikan (HaKetoret)

dijelaskan dalam Alkitab Ibrani dan Talmud digunakan dalam upacara Ketoret.[14]

Kemenyan bagi orang Yahudi, serta orang-orang Yunani dan Romawi, juga

disebut Olibanum (dari Arab Al-Lubbān). Referensi lihat Dalam Alkitab.

Kemenyan diberikan pada dupa altar khusus di saat Kemah Suci terletak di kuil

6
Pertama dan Kedua di Yerusalem. Ketoret adalah komponen penting dari layanan

Bait Allah di Yerusalem. Hal ini disebutkan dalam buku Alkitab Ibrani

Keluaran 30:34, di mana ia bernama Levonah (Lebona dalam Alkitab bahasa

Ibrani), yang berarti "putih" dalam bahasa Ibrani.[14] ada jenis kemenyan khusus

yang "murni" yaitu lebhonah zakkah, disajikan dengan roti sajian. Membakar

dupa diterima sebagai praktik dalam gereja Katolik Roma kemudian sementara

gereja awal selama zaman Romawi melarang penggunaan dupa sehingga jasa di

bidang perdagangan dupa mengakibatkan penurunan sangat cepat." [15]

Kemenyan diperkenalkan kembali ke Eropa oleh Tentara Salib yang

dinamakan Frankish, meskipun nama Frankish mengacu pada kualitas, tetapi

bukan dengan para Frank itu sendiri.[16] Meskipun lebih dikenal sebagai

"kemenyan" bagi orang Barat, getah ini juga dikenal sebagai olibanum, dalam

bahasa Arab al-Luban (kira-kira diterjemahkan: "yang dihasilkan dari

pemerahan"),acuannya adalah getah susu yang disadap dari pohon Boswellia.

Beberapa orang juga mendalilkan bahwa nama ini berasal dari istilah bahasa Arab

yaitu "Minyak Lebanon". Kota yang hilang dari kota Ubar, kadang-kadang

dikenali dengan Irem di tempat yang sekarang kota Shisr di Oman berada,

diyakini telah menjadi pusat perdagangan kemenyan karena kurang lebih baru-

baru ini ditemukan kembali "Jalan Kemenyan". Ubar ditemukan kembali pada

awal 1990-an dan sekarang di bawah penggalian arkeologi.

Sejarawan Yunani bernama Herodotus yang akrab dengan kemenyan dan

mengetahui bahwa kemenyan dipanen dari pohonnya di Arab Saudi bagian

selatan. Dia juga melaporkan bahwa getah berbahaya untuk di panen karena ular

7
berbisa juga hidup di pohon-pohon tersebut. Dia juga menjelaskan metode yang

digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan

membakar getah dari pohon kemenyan sehingga asap akan mengusir ular tersebut

pergi.[17] Getah ini juga disebutkan oleh Theophrastus dan Pliny the Elder dalam

bukunya Naturalis Historia. Arab Saudi bagian Selatan adalah eksportir utama

kemenyan di zaman kuno, dengan beberapa hal yang diperdagangkan sampai ke

Cina.

2.2 Morfologi

Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 M dengan

diameter 60–100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak

terlalu dalam (3–7 mm), kulit berwarna merah anggur,[3] kulit luar halus sampai

retak-retak ke arah vertikal atau berlekuk halus, Kulit bagian dalam lunak,

berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah keunguan, kayu gubalnya

berwarna putih.

8
Daun

Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk

oval bulat, bulat memanjang (elips) dengan dasar daun bulat dan ujung

runcing.Panjang daun dapat mencapai 4–15 cm, lebar daun 5-7,5 cm, tangkai

daun 5–13 cm, helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus,

permukaan bawah agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun

jenis kemenyan Toba lebih gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis

durame.

Bunga

Bunga kemenyan berkelamin dua di mana bunganya bertangkai panjang

antara 6–11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-

3,5 mm.Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap tahun. Waktu berbunga

dimulai pada bulan Nopember, Desember dan Januari. Bunga majemuk,

berbentuk tandan atau malai pada ujung atau ketiak daun. Buah masak berbentuk

bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm.

9
Buah dan Biji

Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5–3 cm.

Biji kemenyan berukuran 15–19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji

kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras, hal ini

dibuktikan buah kemenyan yang masih normal dan buah tidak rusak walaupun

sudah beberapa bulan jatuh dari pohonnya. Bentuk buah dan biji kemenyan

bervariasi sesuai dengan jenisnya. Biji kemenyan Toba berwarna coklat tua dan

lebih gelap dibandingkan jenis Durame maupun Bulu. Bentuk buah dan biji dapat

digunakan untuk membedakan jenis kemenyan dibandingkan bagian tanaman

kemenyan lainnya (daun, batang dan sebagainya).Tanaman kemenyan

diperbanyak dengan biji. Musim berbunga dan berbuah jenis Styrax Benzoin pada

bulan Desember – Januari. Buah yang masak disukai oleh tupai, rusa dan babi

hutan. Biji kemenyan berjumlah 366 butir/Kg atau 245 butir/Liter. Daya

kecambah biji relatif kecil, yakni ± 35%. Kulit biji keras yang menghambat

perkecambahan oleh karena itu perlakuan yang biasa diberikan waktu

mengecambahkan biji adalah menyiram dengan air panas dan merendam sebelum

disemaikan.

2.3 Kegunaan

Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia terutama sebagai

bahan obat, baik sebagai obat tradisional maupun industri rokok, batik dan

upacara ritual. Lebih dari itu tanaman kemenyan sebagai golongan styrax

mengandung senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai obat-obatan.

Kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) memiliki banyak senyawa

bioaktif seperti asam sinamat dan turunannya yaitu senyawa kimia yang dapat

10
digunakan sebagai bahan baku untuk industri kosmetik dan obat-obatan Tanaman

kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan

kemasyarakatan, rehabilitasi, sekat baker, penghara industri pulp, maupun untuk

pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan

jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerah-merahan yang

berfungsi sebagai insektisida. Kegunaan dalam Bidang Farmasi:

1. Antiseptik

2. Expektorant (pelega pernafasan)

3. Obat mata untuk Katarak

4. Unsur perantara pada pembuatan obat antibiotik Streptomycin

5. Digunakan dalam sistem pengobatan ayurvedic tradisional untuk

meringankan penyakit inflmasi seperti Rheumatoid arthritis dan asam

urat. Resin ini thesis in vitro DNA, RNA dan protein dalam sel leukemia

manusia. Obat Boswellia yang disebut sallaki tersedia india.

6. Anti Inflamasi

Salah satu konstituen triterpenioid utama dalam salai guggal, resin

dari b. ceratta dan triterpenoid lainnya dari tumbuhan memiliki aktivitas

anti kompel. Aktivasi yang secara patologis dan berkepanjangan dari

sistem komplemen diindikasikan dalam berbagai penyakit seperti

Rheumatik Arthirtis dan sistematik lupus salah keuntungan

menggunakan salai guggal untuk penyakit inflamasi adalah tidak adanya

efek samping yang signifikan beracun dan lainnya yang biasa di temukan

pada terapi anti rhematik atau kertikosteroid. Asam Boswelik dalam salai

guggal telah terbukti memiliki tindakan penghambatan khusus yang

11
poten, yang pada berbagai penyakit inflamasi berhubungan dengan atau

dianggap bertanggung jawab untuk pemeliharan dari efek kronis.

Diantara penyakit dengan openingkatan pembentukan luekotrien adalah

colitis ulseratif, colitis kronis, penyakit crhon dan tumor otak.

Selanjutnya aktivitas imunomodulator asam boswelic dari boswellia

cerrata telah terbukti tidak sitotoksik atau menyebabkan imun supresi

diproduksi oelh sebagian besar obat yang digunakan untuk pengobatan

inflamasi kronis.

2.4 Budidaya

Tanda-tanda umum dari kemenyan tersebut ialah berdaun tunggal tersusun

secara spiral, sebelah atas daun berwarna kekuning-kuningan, pinggiran daun

merata. Pertumbuhan batang tegap menyerupai tanaman karet tetapi lebih kuat

batang tanaman kemenyan. Berbungan selalu teratur yakni sekali dalam setahun,

berkelamin dua, kelopak dan mahkota bunga masing-masing lima buah, benang

sari 10 buah. Buahnya bundar atau lonjong sebesar ibu jadi kaki ( Sasmuko,2003).

Tanaman tahunan ini mampu hidup hingga lebih dari 100 tahun. Ada 20

jenis pohon kemenyan, tetapi yang banyak tumbuh di Sumatera Utara adalah

kemenyan jenis durame (Styrax benzoine) dan kemenyan toba (Styrax sumatrana).

Kemenyan durame lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan jenis toba. Durame

bisa disadap sejak umur 6-7 tahun dengan warna getah cenderung hitam,

sedangkan toba baru disadap umur 10-13 tahun dengan jenis getah putih.

12
2.5 Cara Memperoleh

Untuk memperoleh kemenyan tidak berubah dalam beberapa ribu tahun

terakhir yaitu dengan membuat sayatan di kulit batang atau cabang, ketika

jaringan sekretori terjadi, resin memancar dan akan terkumpul ketika cukup

mengeras.

Bagian kulit kayu hanya dapat dikerok dengan alat khusus yang ada baik

tajam atau dengan tumpul. Ujung tajam digunakan untuk untuk decorticating dan

ujung tumpul untuk membantu dalam memanen resin. Dengan cara menggores

kulit pohon selama beberapa bulan dimusim kemarau untuk mengumpulkan nilai

yang paling murni. Dua jenis kemenyan yang diakui yaitu zakana/kemenyan laki-

laki yang memiliki air mata meingkar, kuning tua/ merah dan kundura unsa/

kemenyan betina, putih kemerahan pucat dan tembus cahaya. Namun, beberapa

resin boswellia memiliki penampilan putih seperti yang disamakan dengan somal

pastora dengan susu unta. Kekeruhan ini dapat dihasilkan dari jumlah polisakarida

yang berbeda dalam getah resin. Karena resin mudah diresap oleh hujan hanya

dikumpulkan pada musim kemarau. Rata-rata 1 pohon dapat menghasilkan 1,5 kg

resin setiap tahun.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa hanya ada dua spesies Boswellia penghasil kemenyan di India

yaitu B. sacra dan B. frereana, dan memberikan analisis lengkap tentang masalah

ini ketika berdiri pada tahun 1987. Nama Arab untuk B. sacra mencakup banyak

varian mogar sedangkan nama Somalia adalah mohar, dan yang paling umum

adalah mohar madow. Boswellia frereana dibedakan secara morfologis dari

B.sacra; Nama Somalia umumnya adalah yagar. Thulin dan Warfa

mengindikasikan bahwa B. papyrifera adalah kerabat terdekat B. sacra; itu disebut

gajah trec karena gajah menggunakannya di Ethiopia, Sudan, dan Afrika Timur.

Cara memperoleh Boswellia ini dengan melakukan torehan pada pohon boswellia

sehingga di dapatkan eksudat tanamannya. Perolehan eksudat yang pertama dari

torehan memiliki kualitas yang baik dari torehan selanjutnya. Kegunaan dari

Boswellia ini yaitu Antiseptik, Expektorant (pelega pernafasan), Obat mata untuk

Katarak, Unsur perantara pada pembuatan obat antibiotik Streptomycin, Anti

Inflamasi, dan lain-lain.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas

dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya serta dapat di

pertanggung jawabkan.

14

Anda mungkin juga menyukai