Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GAMBARAN UMUM TENTANG JALUR REMPAH

Guru Pembimbing :
RAHMAWATI, S.Pd

Disusun oleh :
KELOMPOK 15
1. SITI HUMAIROH
2. SAIDAH

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KUALA TUNGKAL


KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Gambaran Umum Tentang Jalur Rempah ” ini dengan baik tanpa ada
halangan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh ibu guru Rahmawati, S.Pd

Diluar itu penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu dengan
segala kerendahan hati, saya selaku penyusun menerima segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah wawasan tentang metologi studi islam.

Kuala Tungkal, 07 Juli 2023


Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah……………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………… 2
1.3 Tujuan penulisan ……………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jalur Rempah …………………………………… 3
2.2 Gambaran Umum Tentang Jalur Rempah …………………… 4
a. Rempah dan Jalur Perdagangan Global ………………….. 4
b. Jalur rempah : Jalur budaya ………………………………. 6
c. Jalur rempah sebagai rujukan diplomasi budaya …………. 8
d. Jalur rempah untuk kesejahteraan masa depan …………… 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………… 12
3.2 Saran……………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rempah adalah tumbuhan beraroma dan berperisa kuat yang digunakan
sebagai penambah cita rasa makanan, pengawet, bahan obat-obatan, dll. Rempah
adalah barang yang paling berharga pada zaman prakolonial, itulah alasan kenapa
Magelhaens, Vasco da Gama, hingga Colombus menjelajahi setiap penjuru dunia
sampai akhirnya menemukan pulau Maluku yang berada di belahan timur bumi
Indonesia.
Provinsi Maluku Utara adalah salah satu daerah penghasil rempah seperti pala,
cengkeh, dan lada yang menjadi komoditas dagang yang menjanjikan bagi bangsa-
bangsa Eropa pada zaman kolonial dahulunya. Penemuan benua Amarika oleh
Christopher Columbus merupakan salah satu penemuan yang menggegerkan dunia
karena petualangan bangsa Eropa mencari keberadaan kepulauan rempah (Maluku).
Rempah “harta karun beraroma” sudah jelas menjadi penyebab dan membuka
mata manusia bahwasanya ada dunia yang sangat luas dan beragam. Pada masa
kejayaannya, Maluku diperebutkan sampai akhirnya dikuasai dan dijajah. Karena
sebelumnya rempah dikelola dan dikuasai dengan sistem kerajaan oleh masyarakat
Maluku. Hingga akhirnya kerajaan - kerajaan itu bisa dikuasai dan di monopoli oleh
bangsa Eropa.
Negeri Maluku memiliki banyak julukan karena faktor sejarah dan
rempahnya. Julukan itu adalah “kepulauan rempah”, “negeri gudang
rempah”,“negeri gudang mutiara”, “negeri seribu pulau”, “negeri seribu konflik”,
“negeri gudang pembunuhan” atau ”negeri gudang pertikaian”. Namun ada sebuah
julukan dan istilah yang mengandung unsur sastra yang menarik, karena memiliki
nilai sejarah. Julukan itu adalah “Moloku Kei Raha”.
Istilah yang diambil dari cerita terbentuknya beberapa Kesultanan di Maluku.
Bahwa telah terjadi Kesultanan di Moloku , seperti Sultan Bacan, Sultan Jailolo,
Sultan Tidore, dan Sultan Ternate. Ke empat sultan tersebut berasal dari Arab yang
merupakan anak dari Said Djafar Sadek. Berawal dari perdagangan antar bangsa,
hingga kolonialisasi terhadap Indonesia dari bangsa-bangsa Eropa (Portugis,
Spanyol, Inggris, Belanda) dan Asia (Jepang). Hal itu akhirnya memunculkan
kesadaran untuk perlawanan dari rakyat guna mempertahankan bumi Indonesia dari
kekuasaan asing. Kejayaan rempah di masa lalu telah menjadi saksi pertama
peradaban bangsa Indonesia yang ada saat ini. Penulis-penulis Barat mengenal dan
menyebut Kepulauan Maluku sebagai spice island "kepulauan rempah-rempah".
Rempah di Maluku menyebabkan bangsa kolonial menjarah dan menguasai pulau-
pulau lain yang ada di Indonesia untuk dieksplorasi hasil alamnya demi keuntungan
mereka. Tumbuhan rempah bisa diakatakan sesuatu yang “keramat” karena nilai -
nilai perjuangan yang dikandungnya.
Indonesia adalah salah satu negara yang sejak sebelum merdeka sudah
dikenal dengan kekayaan sumber daya alam, khususnya rempah-rempah.
Oleh sebab itu, berbagai negara dari penjuru dunia berlomba-lomba datang
untuk memonopoli bisnis perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Kondisi
inilah yang kemudian melahirkan berbagai jalur untuk bisa mencapai
Nusantara demi mendapatkan rempah-rempah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Jalur rempah ?
2. Bagaimana Gambaran umum tentang jalur rempah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Jalur rempah
2. Untuk mengetahui Gambaran umum tentang jalur rempah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jalur rempah


Jalur rempah adalah jalur perdagangan dan budaya dengan rempah-
rempah sebagai komoditas utamanya. Jalur rempah merupakan istilah yang
dianggap tepat karena menggambarkan identitas kenusantaraan Indonesia.
Dapat dikatakan demikian karena lokasi Indonesia menempati wilayah dan
lingkungan khas, yaitu daerah tropis yang kaya akan keanekaragaman flora
dan faunanya.
Adapun beberapa kekayaan rempah-rempah yang dimiliki Indonesia
adalah cengkeh, pala, kemiri, dan lada. Memasuki abad pertengahan, jalur
sutra yang menjadi jalur perdagangan lambat laun semakin sepi. Hal ini
disebabkan adanya jalur baru, yakni jalur rempah. Jalur rempah atau disebut
juga spice road adalah istilah yang digunakan untuk menyebut jalur
perdagangan dan budaya bagi nenek moyang bangsa Indonesia untuk
menjalin hubungan antar-suku dan bangsa dengan rempah-rempah sebagai
komoditas utama. Jalur rempah ini menghubungkan dari timur Asia hingga ke
arah Barat Eropa, yang terhubung dengan Benua Amerika, Afrika, dan
Australia. Menurut pengalaman Tome Pires selama berada di Nusantara pada
awal abad ke-16. Nusantara pada masa itu sangat terkenal sehingga tidak
heran apabila disebut sebagai negeri tumbuh suburnya keanekaragaman
hayati dunia.
Oleh sebab itu, jalur rempah dijadikan julukan spesifik oleh para ahli
dan sejarawan Indonesia untuk mendeskripsikan, merekonstruksi, dan
melacak kembali perjalanan para pedagang di masa lampau. Sebab, berkat
jalur rempah ini terbentuk aktivitas perdagangan global. Disebut sebagai jalur
rempah karena untuk memberi pemahaman atau ideologi bahwa sebenarnya
yang lebih dulu membentuk jalur tersebut adalah daya tarik rempah-rempah
Nusantara.
Nusantara adalah negeri yang diberkahi. Dipilih Tuhan sebagai tempat
pertama di bumi untuk menumbuhkan rempah. Nusantara adalah rumah besar
keanekaragaman hayati dunia. Sekitar 11 persen jenis tumbuhan dunia ada di
hutan tropis Nusantara. Jumlahnya lebih dari 30.000 spesies, yang sebagian di
antaranya dipergunakan dan dikenal sebagai rempah. Karena itu tak dapat
dinafikan bahwa Nusantara adalah ibu rempah yang antara lain melahirkan
jenis Rempah Raja, seperti cengkih, pala, dan cendana, komoditas utama
rempah-rempah dunia, yang pada masa jayanya pernah bernilai lebih mahal
dari emas. Bahkan Pulau Run di Maluku yang kaya akan rempah pala pernah
ditukar dengan Pulau Manhattan, yang saat ini dikenal sebagai New York.
Pohon Cengkih (Syzygium aromaticum) adalah tanaman asli (endemik)
Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan, sedangkan pohon pala (Myristica
fragrans) adalah endemik Pulau Banda. Tak kalah penting, jenis rempah
aromatik dari getah tanaman pohon endemik Sumatera,
yaitu kemenyan (Styrax benzoin) dan kamper/kapur (Cinnamomum
camphora dan Dryobalanops aromaticum).
Beberapa komoditas penting lainnya, seperti kayu manis (Cinnamomum
burmanii), lada (Piper nigrum) banyak dihasilkan di Sumatera. Demikian
pula cendana (Santalum album) yang banyak tumbuh di kepulauan bagian
timur Nusantara.

2.2 Gambaran umum tentang jalur rempah


a. Rempah dan Jalur Perdagangan Global

Jauh sebelum bangsa Eropa datang ke Nusantara, ribuan tahun lalu,


Jalur Rempah adalah rute nenek moyang kita menjalin hubungan
antarpulau, suku, bangsa, dengan membawa rempah sebagai nilai untuk
membangun persahabatan yang membentuk asimilasi budaya dan
diplomasi di setiap pesinggahan. Jalur inilah yang akhirnya
menghubungkan Nusantara dan dunia. Datangnya penutur bahasa
Austronesia ke Nusantara sekitar 4.500 tahun lalu dengan perahu menjadi
awal pertukaran rempah dan komoditas lain antarpulau di Indonesia
Timur. Budaya mereka inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya budaya
bahari yang melayarkan rempah hingga ke Asia Selatan sampai Afrika
Timur.
Jejak kayu gaharu ditemukan di India. Cengkih dan kayu manis dari
Indonesia timur sudah ada di Mesir dan Laut Merah. Nenek moyang kita
juga membawa rempah ke Asia Tenggara, hingga ke Campa, Kamboja,
sehingga terjadi persebaran budaya logam dari Dongson (Vietnam) hingga
ke Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
Sejak awal Masehi, Jalur Rempah telah menghubungkan India dan
Tiongkok. Tercatat, sudah ada pelaut Jawa yang mendarat di Tiongkok
pada abad ke-2 Masehi. Kapal-kapal Nusantara digunakan para biarawan
dari Tiongkok untuk pergi belajar agama Buddha di Suvarnadvipa atau
Sriwijaya dan di India. Kerajaan besar Sriwijaya, Mataram Hindu,
Singasari, dan Majapahit menjadikan perdagangan rempah sebagai jalur
interaksi utama yang menghubungkan Nusantara dengan Asia Tenggara,
Tiongkok, Asia Selatan, Asia Barat, hingga ke Afrika Timur.
Karena itu tak dapat dipungkiri, bahwa jauh sebelum bangsa Eropa
melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, para pedagang
Nusantara telah turut aktif dalam jaringan perdagangan dunia. Rempah
Nusantara dan Asia telah terkenal di Eropa jauh sebelum mereka dikenal
di kawasan Nusantara dan Asia. Posisi strategis yang menghubungkan
Samudra Hindia dan Laut Tiongkok Selatan, menghubungkan Asia Timur
dengan Asia Barat hingga Timur Tengah, Afrika dan Eropa menjadikan
Nusantara sebagai hub penghubung jaringan perdagangan dunia.
Bukti awal adanya peran Nusantara dalam percaturan dagang di Samudra
Hindia datang dari seorang astronom Yunani bernama Claudius
Ptolomaeus yang tinggal di Alexandria, Mesir, pada abad ke-1 M. Ia
menulis Guide to Geography, peta kuno di mana di dalamnya tercantum
nama sebuah kota bernama Barus, yang nampaknya merupakan kota
pelabuhan kuno yang amat penting di Sumatera dan dunia. Nama
metropolitan kuno ini mengingatkan kita pada sebuah komoditas aromatik
rempah yang kala itu amat berharga dan senantiasa diburu oleh bangsa-
bangsa mancanegara (Yunani-Romawi, Mesir, Arab, Tiongkok,
Hindustan), yakni kapur barus. Bukti kuno perdagangan rempah lainnya
berasal dari Terqa, suatu situs di Mesopotamia (sekarang Syria) di mana
penggalian arkeologi menemukan jambangan berisi Cengkih di gudang
dapur rumah sederhana tahun 1721 SM
Konon seorang kaisar Han dari Tiongkok (abad ke-3 M)
mengharuskan para pejabat tinggi mengulum cengkih bila menghadap.
Meski sejumlah sumber Tiongkok sebelum abad ke-14 mengenal asal
cengkih dari Maluku, hanya ada satu catatan bertanggal 1350 yang betul-
betul menulis jung Tiongkok langsung berlayar dari Tiongkok ke daerah
tersebut. Pengumpulan dan pengangkutan rempah Maluku ke belahan
dunia barat Nusantara ditangani sepenuhnya oleh orang Melayu, Jawa,
Bugis dan Maluku. Para pedagang dari Melayu, Arab, Persia, dan
Tiongkok membeli rempah dari Nusantara, kemudian dibawa dengan
kapal ke Teluk Persia dan didistribusikan ke seluruh Eropa melalui
Konstantinopel (Istanbul) di wilayah Turki saat ini–dengan harga
mencapai 600 kali lipat.
Tergiur tingginya harga rempah di pasaran dunia, sejak abad 15
Masehi bangsa-bangsa Eropa mulai tergerak mencari wilayah kepulauan
penghasil rempah-rempah, hingga kemudian mencapai wilayah Nusantara.
Dalam usaha mencari rempah-rempah itu, mereka berinteraksi dan
berkompetisi dengan berbagai bangsa di dunia dalam suatu jaringan
perdagangan global. Pada abad ini, lahir sistem pelayaran modern yang
dipicu oleh persaingan menemukan rempah yang masyhur di Eropa meski
belum diketahui persis dari mana asalnya. Aroma wangi rempah Nusantara
yang dikatakan turut mengubah wajah Eropa dari sistem monarki feodal
menjadi negara modern, semakin menggerakkan persaingan pelayaran
dunia. Wilayah Nusantara mulai terpetakan dengan jelas dalam jaringan
perdagangan dunia. Sejumlah catatan para pelawat dunia yang sempat
singgah di Nusantara memberi kesaksian wanginya aroma Rempah
Nusantara di tengah kegiatan perdagangan dunia yang tercipta di wilayah
Nusantara.

b. Jalur Rempah: Jalur Budaya


Perdagangan rempah di Nusantara meninggalkan jejak peradaban
berupa peninggalan situs sejarah, ritus budaya, hingga melahirkan
beragam produk budaya yang terinspirasi dari alam Nusantara yang kaya.
Nampak sekali, di masa lalu orang-orang dari berbagai bangsa
berbondong-bondong ke Nusantara tidak semata untuk berdagang, tetapi
lebih pada untuk membangun peradaban. Mulai dari Pelabuhan Barus di
Sumatera Utara yang diperkirakan ahli sudah berusia lebih dari 5000
tahun, hingga era kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan bandar, seperti di
Lamuri, Padang, Bengkulu, Lampung, Banten, Jepara, Tuban, Gresik,
Banjarmasin, Makassar, Bali, dan Ternate-Tidore di Maluku–semuanya
terbentuk karena perdagangan rempah-rempah.
Poros perdagangan rempah-rempah global Asia, India–Nusantara–
Tiongkok, melalui perairan Hindia hingga Pasifik juga meninggalkan jejak
peradaban yang signifikan. Terletak di sepanjang jalur maritim tersibuk di
dunia, Nusantara dari masa ke masa telah menjadi daerah strategis yang
amat penting dan tujuan perdagangan selama ribuan tahun. Tak pelak,
sebagai akibat dari lalu lintas laut yang padat ke Asia Timur, Timur
Tengah, Afrika, Eropa dan sebaliknya, banyak peradaban berinteraksi;
bertukar pengetahuan, pengalaman, dan budaya. Ia menjelma sebagai
ruang silaturahmi antarmanusia lintas bangsa sekaligus sarana pertukaran
dan pemahaman antarbudaya yang mempertemukan berbagai ide, konsep,
gagasan, dan praksis, melampaui konteks ruang dan waktu–dipertemukan
oleh sungai, laut, dan samudra.
Jalur Rempah menyebabkan berkembangnya beragam pengetahuan
dan kebudayaan yang bukan saja menjadi warisan bagi Indonesia, namun
juga merupakan warisan bagi dunia. Karena posisi geopolitik dan
geoekonominya sangat strategis, terletak di antara dua benua dan samudra,
Indonesia merupakan “global meeting point” dan sekaligus “global
melting point”. Berkat rempah, Nusantara menjadi tempat bertemunya
manusia dari berbagai belahan dunia dan menjadi wilayah persemaian dan
silang budaya yang mempertemukan berbagai ide, gagasan, konsep, ilmu
pengetahuan, agama, bahasa, estetika, hingga adat kebiasaan. Jalur
perdagangan rempah-rempah melalui laut inilah yang menjadi sarana bagi
pertukaran antarbudaya yang berkontribusi penting dalam membentuk
peradaban dunia.

c. Jalur Rempah Sebagai Rujukan Diplomasi Budaya


Sejak tahun 2017, Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merintis upaya pengusulan Jalur Rempah sebagai warisan
dunia ke UNESCO. Pengajuan Jalur Rempah (Spice Routes) sebagai
warisan budaya dunia ke UNESCO didasari oleh pemahaman bahwa Jalur
Rempah adalah jalur pertukaran antarbudaya dan pertukaran pengetahuan
yang melampaui konteks ruang dan waktu. Jalur Rempah dapat dilihat
sebagai Cultural Route atau Jalur Budaya, hal yang sekaligus membuat hal
ini memiliki peluang besar untuk diajukan sebagai warisan budaya ke
UNESCO oleh Indonesia bersama dengan negara-negara lain (joint
nomination) yang tersentuh dalam jalur perdagangan ini.
Sejarah Jalur Rempah dari masa ke masa merupakan contoh nyata
bahwa diplomasi budaya telah dipraktikkan di segala lini oleh individu,
komunitas masyarakat, hingga tingkatan negara-bangsa. Belajar dari
dinamika Jalur Rempah di masa lalu, kiranya sangat relevan bila Jalur
Rempah menjadi rujukan dalam mencari warna diplomasi Indonesia yang
mengedepankan interaksi dan kehangatan dialog di berbagai bidang dan
lapisan masyarakat.
Jalur Rempah dapat menjadi pijakan dalam melihat kembali berbagai
kemungkinan kerja sama antarbangsa untuk mewujudkan persaudaraan
dan perdamaian global yang mengutamakan pemahaman antarbudaya,
penghormatan dan pengakuan atas keberagaman tradisi beserta
warisannya, memiliki semangat keadilan, kesetaraan dan saling
berkontribusi, serta menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan.
Diajukannya Jalur Rempah ke UNESCO menunjukkan itikad
Indonesia untuk mengambil peran dalam menjaga amanah yang diberikan
dunia untuk menjaga warisan peradaban manusia. Jalur Rempah bukan
lagi warisan milik Indonesia, melainkan warisan milik dunia yang
diamanahkan kelestarian dan keberlangsungannya pada kita semua.

d. Jalur Rempah untuk Kesejahteraan Masa Depan

Menjadikan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia dan rujukan


kekuatan diplomasi budaya untuk meneguhkan Indonesia sebagai poros
maritim dunia adalah sesuatu yang membanggakan. Namun, tidak cukup
dengan itu. Tujuan lain menghidupkan Jalur Rempah adalah untuk
mengingatkan kembali kepada generasi muda tentang bagaimana Jalur
Rempah membentuk bangsa, negara, dan peradaban Indonesia. Bukan
untuk terjebak dalam romantisme sejarah, menghidupkan Jalur Rempah
pada saat ini kita maknai sebagai revitalisasi nilai budaya rempah dan
bagaimana memanfaatkannya pada masa kini dan masa depan. Kita
berharap melalui rempah lahir berbagai kreativitas dan inovasi yang pada
akhirnya akan menghadirkan kembali kejayaan masa lalu bangsa
Indonesia pada masa sekarang dan mendatang.
Memori Jalur Rempah diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
dan kebanggaan kolektif akan jati diri bangsa, sekaligus memperkuat
kembali rajutan kebhinekaan Indonesia melalui interaksi budaya
antardaerah yang telah dibangun sejak ribuan tahun lalu. Waktu telah
membuktikan bahwa perjumpaan orang-orang di pelabuhan, misalnya,
menjadi kesempatan bagi pertukaran informasi, pengetahuan, tradisi, dan
seni, bahkan dalam jangka panjang bisa mengubah karakter individu atau
kelompok yang saling berjumpa. Kita saksikan pada saat ini, bagaimana
masyarakat pada titik-titik Jalur Rempah, seperti Aceh, Kepulauan Riau,
Medan, Jakarta, Semarang, dan beberapa kota lainnya terlihat menjadi
begitu kosmopolitan.
Lebih jauh lagi, menghidupkan Jalur Rempah pada masa sekarang
juga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat agar terlibat
aktif dalam melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan
budaya Jalur Rempah sebagai modal mensejahterakan kehidupan jasmani
dan rohani masyarakat yang terlibat di dalamnya. Dalam hal ini, segenap
lapisan dari berbagai generasi secara bersama berusaha menempatkan
kebudayaan sebagai penghela (driver) dan pemungkin (enabler)
pembangunan berkelanjutan dan upaya mewujudkan kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia. Setiap individu, kelompok, dan
institusi bisa terlibat aktif dan memilih peran sesuai porsinya masing-
masing dalam menghidupkan Jalur Rempah.
Pada saat ini, kita ketahui misalnya Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif mulai mengembangkan paket-paket wisata
memanfaatkan aneka cagar budaya jejak Jalur Rempah. Kemudian juga
dikembangkan industri kreatif seperti kriya dan fesyen dengan motif dan
bahan pewarna alami dari rempah. Selain itu, pengembangan dunia
gastronomi yang menawarkan makanan dan minuman sehat berbasis
rempah untuk meningkatkan daya tahan tubuh adalah momentum yang jitu
di era pandemi Covid-19 ini. Lalu kita juga ketahui, Kementerian
Pertanian berupaya mengembalikan kejayaan rempah Nusantara melalui
peremajaan dan perluasan kebun-kebun rempah, penguatan industri hilir
pengolahan dan pemasarannya. Tak ketinggalan pula, Kementerian
Kesehatan yang mulai mengembangkan industri obat herbal dan
kecantikan berbasis rempah asli Nusantara.
Selain itu semua, pada ranah industri seni dan sejarah juga bisa
dikembangkan berbagai macam inovasi dan kreasi baru yang terinspirasi
oleh budaya rempah. Produk karya berupa film, musik, tari, karya
arsitektur adalah beberapa jenis produk kontemporer yang karib dengan
generasi muda juga dapat ditautkan dengan warisan budaya Nusantara
yang bersifat adiluhung.
Dengan demikian, menghidupkan Jalur Rempah adalah sebuah
Gerakan Rekonstruksi dan Revitalisasi Budaya dalam dimensi yang luas
sehingga mampu menggerakkan kesadaran seluruh elemen untuk merawat
warisan kebhinekaan, mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan juga
memperkuat diplomasi budaya bangsa Indonesia di antara bangsa-bangsa
dunia.
Narasi Jalur Rempah perlu disusun bersama dengan menggunakan
sudut pandang keIndonesiaan yang berorientasi dunia. Kenyataan sejarah
bahwa kejayaan Jalur Rempah yang pernah hadir sejak 4.500 tahun lalu
adalah bagian dari jalur perdagangan dan jalur budaya umat manusia.
Karena itu diperlukan pendekatan multidisiplin karena Jalur Rempah tidak
bisa hanya dimaknai dari sudut pandang sejarah, arkeologi, bahasa dan
budaya saja.
Jalur Rempah pada masa sekarang harus diwujudkan secara kolektif,
menyentuh berbagai aspek kehidupan yang belum tersentuh sebelumnya.
Jalur Rempah bisa memberikan perspektif yang unik sebagai pintu masuk
untuk berkontribusi dalam memperkaya upaya menjawab tantangan
kontemporer, seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, pengentasan
kemiskinan, kesetaraan, dan berbagai tantangan lainnya.
Jalur Rempah bukan semata warisan, Jalur Rempah adalah masa
depan kita.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sedikit penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Jalur rempah adalah jalur perdagangan dan budaya dengan rempah-rempah
sebagai komoditas utamanya. Jalur rempah merupakan istilah yang dianggap
tepat karena menggambarkan identitas kenusantaraan Indonesia.
2. Rempah sebagai jalur perdagangan global dan jalur budaya
3. Jalur rempah sebagai rujukan diplomasi budaya dan untuk kesejahteraan masa
depan

B. Saran
Demikian makalah mengenai bagaimana gambaran umum tentang jalur rempah
yang hanya bisa sedikit kami sampaikan. Saran kami sebagai penyusun adalah
agar para pembaca dapat memahami makna dan esensi dari makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan teman-teman.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/jalur-rempah-nusantara-interaksi-
budaya-ekonomi-politik-dan-agama
2. https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/jalur-rempah-memuliakan-masa-lalu-
untuk-kesejahteraan-masa-depan

Anda mungkin juga menyukai