Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TUGAS PJOK

BAHAYA PENGGUNAAN NARKOBA


JENIS OPIUM

Disusun Oleh:
- Intan Romanda Sari (13)
- Mahardika Puspa Faiza wibowo (17)
- Nur Laili Hidayati (24)
- RA. Nabila Fajrin (25)
- Umnia Fatila (34)
XII MIPA 5

SMA NEGERI 1 SUMENEP


Jln. Payudan Timur No.1, Pabian, Kec. Kota Sumenep
Tahun Ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Narkoba dan
Pencegahannya” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajaran PJOK. Saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan saya juga menyadari akan pentingnya sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak guru Risqi Fitrah
Nasrullah sebagai guru bidang studi yang telah banyak memberi petunjuk dan
semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyususan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Saya
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sumenep, 13 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................
C. Tujuan ......................................................................................
D. Manfaat ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Opium .....................................................................
B. Sejarah Opium ..........................................................................
C. Kandungan Opium ...................................................................
D. Efek Samping Opium ...............................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran .........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian opium?
2. Bagaimana sejarah opium?
3. Apa saja bahan baku opium?
4. Apa saja efek samping opium?

B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian opium.
2. Untuk mengetahui seperti apa sejarah opium.
3. Untuk mengetahui seperti apa proses pembuatan opium.
4. Untuk mengetahui efek samping apa saja dari mengonsumsi opium

C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui sejarah opium.
2. Dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang bahaya narkoba
opium.
3. Dapat memahami faktor resiko opium.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Opium
Opium, apiun, atau candu (slang bahasa Inggris: poppy) adalah getah
bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L.
atau P. paeoniflorum) yang belum matang. Opium merupakan tanaman
semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan subtropis.
Tinggi tanamannya hanya sekitar satu meter. Daunnya jorong dengan tepi
bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan keluar dari ujung ranting. Satu
tangkai hanya terdiri dari satu bunga dengan kuntum bermahkota putih, ungu,
dengan pangkal putih serta merah cerah. Bunga opium sangat indah hingga
beberapa spesies Papaver lazim dijadikan tanaman hias. Buah opium berupa
bulatan sebesar bola pingpong bewarna hijau.Istilah untuk candu yang telah
dimasak dan siap untuk diisap adalah madat. Istilah ini banyak digunakan di
kalangan para penggunanya.

B. Sejarah Opium

Madat dan candu di Jawa sekitar tahun 1888


Candu sudah dikenal oleh orang Jawa sejak berabad-abad lalu,
setidaknya pada abad 17 ketika Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan
candu sebagai komoditas perdagangan yang penting untuk dimonopoli serta
menjadi objek pajak. Satu dari 20 orang Jawa mengisap candu, tulis pakar
candu Henri Louis Charles Te Mechelen tahun 1882, seperti yang tercantum

2
dalam buku Opium To Java karya James R.Rush. Kebiasaan mengisap candu
bukan hanya terjadi di tanah Jawa, tetapi juga di sejumlah wilayah koloni
Eropa di Asia, tulis TeMechelen yang waktu itu menjabat sebagai Inspektur
Kepala Regi Opium dan Asisten Residen Yuwana di wilayah Jawa Tengah
masa kini. Opium atau bunga poppy (papaver somniferum) tidak tumbuh di
Jawa, melainkan didatangkan dari daerah lain, diduga dari Turki dan Persia.
Dalam buku Opium To Java yang ditulis James R.Rush itu, saudagar
Arab disebutkan membawa masuk candu ke wilayah ini, meskipun tidak
ditemukan bukti-bukti lain yang menunjukkan sejak kapan candu mulai
diperdagangkan di Jawa. Candu merupakan komoditas penting yang pada
awalnya diperebutkan bersama oleh Inggris, Denmark dan Belanda, tetapi
kemudian Belanda yang memenangkan monopoli perdagangannya, sedangkan
pelaksananya adalah para elite Cina di Jawa. Belanda melalui Kompeni
Belanda di Hindia Timur (Vereenigde Ost Indische Companie/VOC) pada
1677 mendapatkan perjanjian dengan raja Jawa ketika itu, Amangkurat II
untuk memasukkan candu ke Mataram dan memonopoli perdagangan candu di
seluruh negeri.
Perjanjian serupa juga disusul di Cirebon setahun kemudian. Sejak
tahun 1619-1799 VOC memasukkan 56.000 kg opium mentah setiap tahun ke
Jawa. Pada tahun 1820 tercatat ada 372 pemegang lisensi untuk menjual
opium. Penikmat candu tersebar di berbagai kalangan dan meluas di Jawa
khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada kelas papan atas, candu
dikonsumsi sebagai gaya hidup, disuguhkan sebagai tanda kehormatan bagi
tetamu di rumah para bangsawan Jawa dan Cina, tetapi kelompok masyarakat
lain juga menjadi pecandu, meskipun kebanyakan mengonsumsi candu
kualitas rendah. Mereka adalah kaum pengembara musisi, seniman teater
rakyat, pedagang keliling, dan tukang-tukang upahan di perkebunan yang
memakai candu untuk menikmati sensasi khayali, merajut mimpi, dan
mengurangi pegal-pegal di badan. Namun di Banten dan tanah Pasundan,
jumlah pecandu tidak besar. Budaya, moral, dan agama Islam yang kuat di
kalangan masyarakat telah menjadi benteng yang memagari opium di wilayah
tersebut.

3
Sempat ada larangan resmi memperdagangkan opium di wilayah
tersebut dan Banten menutup perdagangan opium pada awal abad 19,
meskipun demikian pasar gelap candu dapat ditemukan. James R. Rush juga
menuliskan terjadi penyelundupan opium di Priangan pada waktu itu dan
ketika kemudian Belanda berhasil membuka perdagangan di wilayah tersebut,
jumlah pemakainya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan wilayah
Surakarta, Yogyakarta, Kediri, Madiun, Rembang, Kedu, Pasuruan,
Probolinggo, bahkan juga di eks karesidenan Besuki jauh di timur. Seorang
dokter Inggris, Thomas Syndenham pada 1680 pernah menulis, "Di antara
semua obat-obatan yang disediakan bagi manusia atas perkenan Tuhan, tidak
ada yang semanjur dan seuniversal opium untuk meringankan penderitaan."
Secara klinis, morfin, sampai sekarang adalah obat paling unggul untuk
menghilangkan rasa sakit dan dipergunakan sebagai pengobatan resmi,
meskipun penyalahgunaannya juga meluas di seluruh pelosok dunia. Karakter
analgesik opium yang dapat meredakan rasa sakit tidak diragukan
menyebabkan benda itu disukai orang Jawa terutama mengingat fasilitas
layanan kesehatan yang tidak memadai, lingkungan tinggal yang tidak sehat
sehingga banyak penyakit merebak di antara penduduk seperti diare, malaria,
tipus, campak, demam.
Dalam suatu survei di kalangan pemakai pada 1890, banyak yang
mengaku pada awalnya mereka mencoba opium untuk meringankan
penderitaan atas keluhan sakit kepala, disentri, asma, demam biasa hingga
malaria, tuberkolosis (batuk berdarah), menghilangkan letih-lesu bahkan
mengobati penyakit kelamin. Di kalangan para seniman yang harus begadang
karena pekerjaan, misalnya sinden dan dalang, penari, pemain teater, candu
diyakini dapat membuat mereka kuat terjaga dan tetap bugar. Sempat ada
anggapan bahwa candu dapat meningkatkan vitalitas, gairah seksual dan
eforia, sampai-sampai tertulis dalam syair Jawa Suluk Gatoloco buah karya
priyayi Jawa yang menguasai tradisi dan mistik.Tersebutlah tokoh dalam syair
itu, Gatoloco, berwujud kelamin laki-laki yang membentengi diri dengan

4
menelan opium dan merasakan kekuatan candu yang memabukkan itu
menyebar ke seluruh tubuh dan membuat seluruh kekuatannya kembali.
Pemakaian candu makin meluas, dampak negatif juga terlihat cukup termasuk
dari pemakaian uang yang cukup besar untuk belanja candu, bahkan juga di
kelas pekerja buruh.Tetapi, pandangan orang Jawa terhadap candu tidaklah
seragam.
Pada masa itu pun sudah ada kelompok anti-candu yang berjuang
untuk memeranginya dan menabukan candu dengan memasukkannya pada
larangan "molimo" yaitu ajaran moral yang melarang kaum laki-laki berbuat
lima kegiatan yang berawalan dengan kata M, yaitu Maling (mencuri), Madon
(main perempuan), Minum (alkohol), Main (berjudi) dan Madat (mengisap
candu). Penguasa Surakarta, Raja Paku Buwono IV yang memerintah pada
1788–1820 menuliskan ajaran moral yang benar dalam syair panjang Wulang
Reh (ajaran berperilaku benar). Ia menggambarkan pemadat sebagai pemalas
dan orang yang bersikap masa bodoh, yang hanya gemar tidur di bale-bale
untuk mengisap candu. "Jauhi madat: madat tidak baik untukmu semua,
mengisap madat itu tidak baik," tulisnya. Pujangga Ronggowarsito menilai
peringatan Paku Buwono IV tentang opium dapat dibaca sebagai komentar
terhadap merosotnya nilai-nilai moral istana/kerajaan di Jawa yang membantu
mempercepat perpecahan politik dan perbudakan yang dilakukan Belanda
terhadap pihak kerajaan.
Peringatan bagi kalangan tinggi di kerajaan akan bahaya opium telah
dinyatakan secara berkala dalam dokumen-dokumen sastra. Paku Buwono II
malahan menyerukan larangan mengisap opium bagi seluruh keturunannya. Di
pihak Belanda juga tumbuh gerakan etis sejak 1880, yang dilakukan untuk
meningkatkan kemakmuran warga (termasuk pribumi). Pieter Brooshooft
misalnya mengeluarkan Memorie yang menyerukan pengurangan pajak pada
orang pribumi, dan proyek-proyek yang dapat memajukan pertanian rakyat.
Pada 1899 C. Th Deventer membujuk pemerintah Belanda untuk membayar
utang kehormatan sebagai ganti rugi atas sikap mengabaikan penduduk di

5
wilayah jajahan, disusul dengan pernyataan resmi Ratu Wilhelmina pada 1901
yang menyatakan penyesalan atas hilangnya kesejahteraan penduduk Jawa.
Tahun-tahun etis ini ditandai dengan perluasan kesempatan pendidikan bagi
penduduk dan upaya perbaikan kesejahteraan lainnya termasuk peraturan
mengenai peredaran candu. Belanda membentuk suatu lembaga khusus yang
diberi nama Regi untuk meluruskan kesalahan pada masa lalu. Sejak itu semua
urusan opium dipusatkan di ibu kota, juga pabrik-pabrik opium yang dulu
tersebar di daerah dan dikuasai para bandar yang menghasilkan produksi
dengan variasi luas baik dari kualitas dan cita rasa, kini dipusatkan di Batavia
dalam bentuk produksi yang seragam.
Birokrasi dalam pembuatan dan peredaran mulai diterapkan juga untuk
mengantisipasi penyalahgunaannya, dan banyak orang terpelajar bergabung
dalam regi hingga di tingkat daerah. Jika Opium To Java (Cornel University
Press 1990, diterjemahkan Matabangsa, 2000) mengupas masa kelam legalitas
peredaran candu lebih dari tiga abad yang lalu, adalah Alberthien Endah,
seorang wartawan masa kini, menulis buku berjudul "Jangan Beri Aku
Narkoba" (Gramedia Pustaka Utama, 2004) sebuah karya fiksi untuk
mengingatkan generasi masa kini tentang ancaman narkoba. Dalam
pengantarnya Alberthien Endah mempersembahkan buku itu bagi semua (anak
muda) yang mempu menyatakan "Narkoba No Way". Sebab narkoba takkan
memberimu apa-apa atau membuatmu menjadi siapa-siapa, bahkan akan
membuatmu kenapa-kenapa di dunia yang memberi begini banyak
kesempatan, tulisnya. Buku tersebut mengangkat kisah sosial yang sebenarnya
klasik dalam cerita-cerita fiksi, keluarga mapan yang kehilangan makna hidup
sebagai keluarga dan anak-anak yang terjerumus pada narkoba (sebagai
pelarian) dan menunjukkan kegagalan orang tua serta lembaga pemberantas
narkoba dalam menyelesaikan persoalan narkoba. Perang (terhadap) candu
masih terus bergulir dan diperlukan keseriusan untuk melakoninya dengan
sungguh-sungguh.

6
C. Kandungan Opium
Buah opium yang dilukai dengan pisau sadap akan mengeluarkan
getah kental berwarna putih. Setelah kering dan berubah warna menjadi
cokelat, getah ini dipungut dan dipasarkan sebagai opium mentah. Opium
mentah ini bisa diproses secara sederhana hingga menjadi candu siap
konsumsi. Kalau getah ini diekstrak lagi, akan dihasilkan morfin. Morfin yang
diekstrak lebih lanjut akan menghasilkan heroin.

D. Efek Samping Opium


Efek samping dari kecanduan opium yaitu penurunan kesadaran, rasa
kantuk, lesu, penglihatan kabur, euforia, dan konstipasi. Selain itu efek
samping dari opium dapat merusak kesehatan tubuh. Kandungan morfin dalam
bubuk ini biasa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Efek buruk opium
bagi kesehatan adalah: Hiperaktif, Merasa sensasi waktu berjalan begitu
lambat, Merasa pusing (mabuk), Birahi meningkat, Timbul masalah kulit di
bagian mulut dan leher, Sering merasa sibuk sendiri dan tidak fokus.

Anda mungkin juga menyukai