Anda di halaman 1dari 33

BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Metode penelitian ini mempergunakan pra eksperimen dengan menggunakan


“One Group Pre-test and Post-test design (Sugiyono, 2017). Sebelum penelitian
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pre-test kepada pasien, setelah data-data
terkumpul barulah peneliti memberikan treatment berupa ice bath dan myofascial
release sebanyak satu kali per minggu selama 6 minggu. Pasca treatment (post-
test) peneliti akan mengukur kembali nilai VAS (Visual Analogue Scale) untuk
mengetahui pengaruh ice bath dan myofascial release terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pemain futsal yang mengalami DOMS (Delay Onset Muscle Soreness).
Evaluasi pre-test dan post-test dilakukan setiap pertemuan.

Intensitas nyeri pada pasien dikatergotikan berdasarkan kriteria VAS (Visual


Analogue Scale). VAS adalah sebuah alat ukur seperti penggaris khusus yang
panjangnya 10 cm, metode pengukurannya yaitu menggeser jarum pada VAS.
Pengukurannya berguna untuk mengevaluasi nyeri gerak, tekan, dan diam. Skala
VAS mengidentifikasi rasa nyeri menggunakan interval sebagai berikut:

Angka 0 = Tidak Nyeri (TN)

Angka 1-3 = Nyeri Ringan (NR)

Angka 4-6 = Nyeri Sedang (NS)

Angka 7-9 = Nyeri Berat (NB)

Angka 10 = Nyeri Sangat Berat (NSB) (Adi et al., 2023)

Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan dua jenis uji, yaitu
analisis data univariat dan bivariat. Analisis univariat Bermanfaat menjelaskan
maupun menggambarkan karakteristik tiap-tiap variabel penelitian (Notoatmodjo,
2012). Dalam penelitian ini, variabel yang dianalisis adalah pengaruh intervensi ice
bath dan myofascial release terhadap penurunan nyeri DOMS. Sedangkan analisa
bivariat berfungsi menjelaskan pengaruh variabel X dan Y dalam penelitian. Data
yang diperoleh selama pengumpulan data akan di uji dengan paired sample t-test
dengan bantuan program aplikasi SPSS untuk mengetahu terdapat perubahan yang
terjadi pada pemain antara sebelum dan sesudah tindakan. Pengujian hipotesis
menggunakan paired sample t-test dapat dilakukan ketika data dalam penelitian
terdistribusi dengan normal. Jika data penelitian tidak terdistribusi dengan normal
maka uji hipotesis dapat dilakukan menggunakan Wilcoxon Singned Rank. Uji
Wilcoxon signed rank dilakukan untuk mengetahui dan/atau mengukur perbedaan
antara 2 kelompok data berskala interval maupun ordinal dalam penelitian yang
terdistribusi tidak normal, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika nilai asym.sig 2 tailed < 0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata antara pre-
test dan post-test.

2. Jika nilai asym.sig 2 tailed > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan rata-rata antara
pre-test dan post-test (Sugiyono, 2017).

A. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan terhadap 20 pemain futsal MAROOON FC dengan
keluhan nyeri DOMS . Dari 20 pasien yang dijadikan responden dalam
penelitian terdiri dari berbagai karakteristik, yaitu usia. Responden
penelitian berdasarkan usia, terdiri dari 10 orang (50%) berusia 18 tahun, 7
orang (35%) berusia 19 tahun, 2 orang (10%) berusia 20 tahun serta sisanya
1 orang pasien (5%) berusia 22 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, responden
penelitian terdiri dari responden laki-laki berjumlah 20 orang (100%).

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Usia

Distribusi Usia
1, 5%
2, 10%

10, 50%

7, 35%

18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 22 Tahun


2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri pada Kelompok Pre-
test.

Tabel 4.2 Uji Deskriptif Pre-test Intensitas Nyeri DOMS


(Sumber: Data Primer, 2023)

Pre-test n Minimal Maksimal Mean Std. Deviation

Pertama 4 6 4,65 0,745

Kedua 4 7 5,35 1,182

Ketiga 3 6 5,35 0,875


20
Keempat 2 6 4,40 1,142

Kelima 4 5 4,35 0,489

Keenam 4 6 4,70 0,801

Dari tabel deskriptif terlihat bahwa intensitas nyeri sebelum intervensi rata-
rata sebesar 4,65 pada pertemuan pertama, 5,35 pada pertemuan kedua, 5,35
pada pertemuan ketiga, 4,40 pada pertemuan keempat, 4,35 pada pertemuan
kelima, dan 4,70 pada pertemuan keenam.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri pada Kelompok Post-


test
Tabel 4.3 Uji Deskriptif Post-test Intensitas Nyeri DOMS
(Sumber: Data Primer, 2023)

Post-test n Minimal Maksimal Mean Std. Deviation

Pertama 2 3 2,40 0,745

Kedua 2 5 2,90 1,182

Ketiga 20 2 4 2,50 0,875

Keempat 1 3 2,25 1,142

Kelima 2 4 2,45 0,489


Keenam 1 4 2,65 0,801

Dari tabel deskriptif terlihat bahwa intensitas nyeri sebelum intervensi rata-
rata sebesar 2,40 pada pertemuan pertama, 2,90 pada pertemuan kedua, 2,50
pada pertemuan ketiga, 2,25 pada pertemuan keempat, 2,45 pada pertemuan
kelima, dan 2,65 pada pertemuan keenam.

Tabel 4.4 Distribusi Intensitas Nyeri DOMS Sebelum Intervensi Pada


Pertemuan Pertama Hingga Keenam.

(Sumber: Data Primer, 2023)

Pertemuan Pertama - Keenam


Intensitas Nyeri Jumlah Presentase
2 1 1,0%
3 16 13,0%
4 54 45,0%
5 24 20,0%
6 32 27,0%
7 3 3,0%
Total 120 100,0%
Rata-rata 4,8

Hasil pemeriksaan nyeri DOMS sebelum Intervensi (pre-test) menunjukkan


bahwa intesitas nyeri DOMS pada 20 pemain futsal di MAROOON FC
seluruhnya termasuk pada kriteria “Nyeri Sedang” dan “Nyeri Berat”.
Dilihat dari parameter intensitas nyeri yang diperoleh pemain berada pada
angka 2 sejumlah 1 orang (1%), intensitas pada angka 3 sejumlah 16 orang
(13%), pada angka 4 sejumlah 54 orang (54%), pada angka 5 sejumlah 24
(20%), pada angka 6 sejumlah 32 (27%), dan pada angka 7 sejumlah 3 orang
(3%). Diketahui nilai rata-rata intensitas nyeri yang dialami ketika
pemeriksaan awal senilai 4,8.
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Nyeri DOMS Setelah Intervensi Dari
Pertemuan Pertama Hingga Keenam.
(Sumber: Data Primer, 2023)

Pertemuan Pertama - Keenam


Intensitas Nyeri Jumlah Presentase
1 6 5,0%
2 59 49,0%
3 42 35,0%
4 12 10,0%
5 1 1,0%
Total 120 100,0%
Rata-rata 2,525

Hasil pemeriksaan setelah intervensi ice bath dan myofascial release (post-
test) menunjukkan bahwa intesitas nyeri DOMS pada 20 pemain di
MAROOON FC termasuk pada kriteria “Nyeri Ringan” dan “Nyeri
Sedang”. Dilihat dari parameter intensitas nyeri yang dialami oleh pemain
berada pada angka 2 sejumlah 6 orang (5%), pada angka 2 sejumlah 59
(49%, pada angka 3 sejumlah 42 (35%), pada angka 4 sejumlah 12 (10%),
dan pada angka 5 sejumlah 1 orang (1%) intensitas pada angka 3 sejumlah
8 orang (40%). Diketahui rata-rata nilai intensitas nyeri setelah intervensi
2,525.
Diagram 4.6 Perbandingan Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test.
(Sumber: Data Primer, 2023)

Perbandingan Pre dan Post Intervensi


6 5.35 5.35
5 4.65 4.7
4.4 4.35
4
2.9 2.65
3 2.4 2.5 2.25 2.45
2
1
0
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke 6
Pre Test Post Test

B. Uji Analisis Data


1. Uji Normalitas
Uji normalitas data penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
distribusi dari data itu sendiri. Data penelitian yang baik biasanya
terdistribusi dengan normal. Uji normalitas data penelitian dilakukan
menggunakan bantuan program aplikasi SPSS dengan metode Saphiro-
Wilk. Syarat uji normalitas data penelitian adalah:

1. Data dinyatakan normal ketika nilai signifikan >0,05.

2. Data dinyatakan tidak normal ketika nilai signifikan <0,05.


Tabel 4.7 Statistik Hasil Uji Normalitas Saphiro Wilk

(Sumber: Data Primer, 2023)

Uji Saphiro-Wilk
Pertemuan Kelompok a
Statistic N p
Pre-Test .765 20 .000
T1
Post-Test .626 20 .000
Pre-Test .769 20 .000
T2
Post-Test .835 20 .003
Pre-Test .749 20 .000
T3
Post-Test .711 20 .000
0,05
Pre-Test .859 20 .007
T4
Post-Test .784 20 .001
T5 Pre-Test .608 20 .000
Post-Test .675 20 .000
T6 Pre-Test .762 20 .000
Post-Test .868 20 .011
Uji Shapiro Wilk: p = nilai kesalahan yang didapat penelitian dari hasil
perhitungan statistik; α= Alpha adalah batas kesalahan maksimal yang dijadikan
patokan; N= Jumlah responden;

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa data penelitian (pre-test dan post-
test) tidak terdistubusi dengan normal. Nilai signifikan menunjukkan hasil
< 0,05. Dengan demikian uji hipotesis akan dilakukan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank

2. Uji Wilcoxon Signed Rank

Tabel 4.8 Uji Statistik Wilcoxon Signed Rank

(Sumber: Data Primer, 2023)

Mean Sum of
Kelompok N p a
Rank Rank
Negative
20a 10,50 210,00 0,000
Ranks

Post Test Positive


0b 0,00 0,00
– Pre Test Ranks
1
Ties 0c

Total 20

Negative
20d 10,50 210,00 0,000
Ranks

Positive
Post test – 0e 0,00 0,00
Ranks
Pre Test 2

Ties 0f

Total 20 0,05

Negative
20g 10,50 210,00 0,000
Ranks

Positive
Post test – 0h 0,00 0,00
Ranks
Pre test 3

Ties 0i

Total 20

Negative
20j 10,50 210,00 0,000
Ranks
Post test –
Postitive
Pre test 4 0k 0,00 0,00
Ranks

Ties 0l
Total 20

Negative
20m 10,50 210,00 0,000
Ranks

Positive
Post test – 0n 0,00 0,00
Ranks
Pre test 5

Ties 0o

Total 20

Negative
17p 9,00 153,00 0,000
Ranks

Positive
Post test – 0q 0,00 0,00
Ranks
Pre test 6

Ties 3r

Total 20
Uji Wilcoxon Signed Rank: p = nilai kesalahan yang didapat penelitian dari
hasil perhitungan statistik; α= Alpha adalah batas kesalahan maksimal yang
dijadikan patokan; N= Jumlah responden;

Interpretasi output uji wilcoxon signed rank test :

1. Positive Ranks atau selisih (positif) antara intensitas nyeri DOMS


untuk Pre-test dan Post-test adalah 0, baik pada nilai N, Mean Rank,
ataupun Sum of Rank. Nilai 0 bermakna tidak adanya peningkatan
(bertambahnya nilai VAS) dari nilai pre-test ke nilai post-test.
2. Negative Ranks atau selisih (negatif) antara intensitas nyeri DOMS
untuk Pre-test dan Post-test . Di dalam tabel terdapat data negatif
(N) yang berjumlah 20 pada pertemuan pertama hingga kelima dan
17 pada pertemuan keenam yang artinya ada penurunan nyeri DOMS
terhadap 20 pemain pada pertemuan pertama hingga kelima dan 17
orang pada pertemuan keenam dari nilai pre-test ke nilai post-test.
Mean rank penurunan tersebut adalah 10,50 pada pertemuan
pertama hingga kelima dan 9,00 pada pertemuan keenam, sedangkan
jumlah sum of rank adalah sebesar 210,00 pada pertemuan pertama
hingga kelima dan 153,00 pertemuan keenam.
3. Ties adalah kesamaan nilai Pre-test dan Post-test, disini nilai ties
adalah 3 pada pertemuan keenam sehingga dapat dikatakan bahwa 3
partisipan tidak mengalami perubahan intensitas nyeri DOMS antara
pre-test dan post- test.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji wilcoxon signed rank test :

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh pemberian ice bath dan myofascial release


terhadap penurunan nyeri DOMS pada pemain futsal MAROOON FC.
2. H1 : Terdapat pengaruh kombinasi pemberian ice bath dan myofascial
release terhadap penurunan nyeri DOMS pada pemain futsal
MAROOON FC.
3. Apablia nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 Maka H0 diterima dan H1 ditolak
4. Apablia nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 Maka H0 ditolak dan H1 diterima

Berdasarkan output test statistic di atas, diketahui Asymp.Sig (2-tailed)


dari pertemuan pertama hingga keenam bernilai 0,000 < 0,05, maka dapat
disimpulkan H1 diterima yang bermakna terdapat pengaruh kombinasi
pemberian ice bath dan myofascial release terhadap penurunan nyeri
DOMS pada pemain futsal.
BAB V PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan pengaruh pemberian kombinasi ice bath dan
myofascial release terhadap penurunan nyeri DOMS. Berdasarkan hasil uji analisis
data yang sudah dilakukan diketahui bahwa intervensi ice bath dan myofascial
release yang dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan (1 kali seminggu dalam 6
minggu) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri DOMS pada
20 pemain futsal di MAROOON FC sebagai responden terbukti dari sig. 2-tailed
pada uji paired sample t-test senilai 0,000 < 0,05.

Selisih nilai rata-rata pre-test dan post-test penurunan nyeri DOMS dari
pertemuan pertama hingga keenam terhadap 20 pasien di MAROOON FC adalah
2,275 dari nilai rata-rata pemeriksaan awal (pre-test) senilai 4,80 dan 2,525 pada
setelah dilakukannya intervensi kombinasi ice bath dan myofascial release (post-
test).

Tabel 5.1 Perbandingan Nilai Rata-rata Itensitas Nyeri Pre-test dan Post-test

(Sumber: Data Primer. 2023)


Pertemuan Pre-test Rata-rata Post-test Rata-rata
Pertama 4,65 2,40
Kedua 5,35 2,90
Ketiga 5,35 2,50
4,80 2,525
Keempat 4,40 2,25
Kelima 4,35 2,45
Keenam 4,70 2,65

A. Interpretasi dan Hasil Analisis


Dalam interpretasi dan hasil analisis data, peneliti membahas Pengaruh
Kombinasi Pemberian Ice Bath Dan Myofascial Release Terhadap Penurunan
Nyeri Delayed Onset Muscle Soreness Pada Pemain Futsal.
1. Identifikasi Penurunan Nyeri DOMS Setelah Pemberian Kombinasi Ice bath
dan Myofascial Release.
Nilai rata-rata penurunan intensitas nyeri DOMS jika dikalkulasi dari
pertemuan pertama hingga keenam pada ke 20 pasien di MAROOON FC adalah
2,275; dari nilai rata-rata pada pemeriksaan awal (pre-test) dari pertemuan
pertama hingga keenam senilai 4,8 menjadi 2,525 pada pemeriksaan terakhir
(post-test) setelah dilakukannya intervensi kombinasi ice bath dan myofascial
release. Uji paired sample t-test menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan nyeri, dengan nilai sig. (2-tailed) 0.00.

Hasil penelitian saat ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Fakhro et
al., 2022) dengan penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang pasien dengan
rata rata berusia 24 tahun tahun diinstruksikan untuk melakukan sport activity
mild to moderate intensity atau latihan DOMS inducing training. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kelompok cold water immersion (CWI) atau ice bath
sebanyak 1 kali lalu diikuti perkembangan dari penurunan nyeri menggunakan
VAS dari baseline 2, 24, 48, dan 72 jam setelah diberikan intervens, data
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan terhadap penurunan nyeri DOMS.
Selain itu perubahan signifikan terhadap penurunan nyeri DOMS menggunakan
myofascial release ditemukan dalam sebuah penelitian oleh Jay et al., (2014)
yang dilakukan pada 22 orang non atlet, partisipan akan dibagi menjadi dua
kelompok perlakuan yaitu yang pertama diberikan perlakuan berupa massage
myofascial release dan kelompok kontrol atau tanpa perlakuan apapun,
selanjutnya partisipan diminta mengikuti intruksi untuk melakukan latihan
DOMS inducing training yang terdiri dari serangkaian latihan yang terdiri dari
10 set dan 10 repetisi yang mana semua partisipan menghabiskan waktu sekitar
10 menit untuk menyelesaikan latihan tersebut, 48 jam setelah intervensi
dilakukan pengukuran pre-test diantaranya pressure pain treshold dan VAS
setelah itu partisipan diberikan perlakuan sesuai kelompok dan kembali
dilakukan pengukuran (post-test) . Hasil penelitian menunjukkan terjadi
pengaruh yang signifikan terhadap pressure pain treshold yakni mengalami
peningkatan dan penurunan nilai nyeri menggunakan VAS dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
2. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Pemberian Myofascial Release Terhadap
Intensitas Nyeri DOMS.
Jenis massage yang diterapkan dalam penelitian ini adalah myofascial
release yang memiliki sifat tingkat tekanan superfisial dan dilakukan dengan
kecepatan sedang. Sebelumnya, jenis massage tersebut telah terbukti
merangsang mekanoreseptor C-tactile berserabut pendek dengan ambang nyeri
rendah tanpa mielin, tetapi tidak merangsang aferen bermielin dan umumnya
menimbulkan rasa nyaman. Deskripsi tentang aktivasi mekanoreseptor dan
nosisepsi ini setidaknya sebagian dapat membantu menjelaskan mekanisme efek
massage myofascial release dapat mengurangi nyeri otot yang diakibatkan
karena DOMS (Jay et al., 2014). Secara Fisiologis myofascial release dapat
meningkatkan aliran darah dan sirkulasi lokal ke otot, serta membantu
menghilangkan limbah dan produk peradangan. Berdasarkan ini, dapat
diasumsikan bahwa myofascial release dapat membantu memobilisasi laktat
keluar dari otot dan masuk ke dalam aliran darah, sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi laktat dalam darah (Brilian et al., 2021). Dalam penelitian
(Wiltshire et al., 2010) disimpulkan bahwa efek massage mengurangi 25%
tingkat asam laktat setelah 10 menit pemulihan.

3. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Pemberian Ice Bath Terhadap Intensitas


Nyeri DOMS.
Cold Water Immersion (CWI) menyebabkan pendinginan konvektif
melalui pergerakan sirkulasi darah dan konduktif melalui kontak langsung air
dingin dengan tubuh, yang menyebabkan penurunan suhu inti yang signifikan.
Penurunan suhu inti menyebabkan peningkatan stroke volume melalui
peningkatan kembalinya darah vena dan penurunan detak jantung, yang
mengarah pada peningkatan total output jantung. Selain itu, CWI mengurangi
kejang otot, peradangan, dan penumpukan cairan melalui penurunan tekanan
hidrostatik, yang mengakibatkan peningkatan pengeluaran limbah dan perbaikan
pengiriman nutrisi, yang pada akhirnya mempercepat pemulihan. (Fakhro et al.,
2022). Nyeri yang ditimbulkan karena DOMS dimulai dengan mikrotrauma pada
otot dan jaringan ikat di sekitarnya. Mikrotrauma ini kemudian diikuti oleh
proses peradangan (yang melibatkan zat-zat pemicu nyeri seperti histamin,
bradikinin, sitokin) dan pergeseran cairan dan elektrolit. Selama peristiwa ini,
kejang otot mungkin hadir yang memperburuk kondisi secara keseluruhan
(Lewis et al., 2012). Suhu dingin dapat mengurangi laju metabolisme sel,
termasuk sel-sel inflamasi seperti makrofag. Makrofag adalah sel yang berperan
dalam respons inflamasi dan menjadi kurang aktif dalam suhu yang lebih
rendah. Ini dapat membantu mengurangi produksi dan pelepasan zat-zat pro-
inflamasi seperti sitokin dan interleukin.

4. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Kombinasi Ice Bath dan Myofascial Release


Terhadap Penurunan Nyeri DOMS pada Pemain Futsal.
Berdasarkan beberapa pendapat serta hasil penelitian yang dilakukan saat
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan ice bath dan myofascial release
pada pemain futsal yang mengalami nyeri DOMS pada otot-otot lower extremity
memberikan pengaruh yang signifikan. Kombinasi ice bath dan myofascial
release dapat memiliki efek fisiologis yang positif dalam mengurangi nyeri
DOMS, yaitu. Kedua metode ini bekerja secara bersamaan untuk mengurangi
peradangan dan mempercepat pemulihan otot. Efek fisiologis yang terjadi saat
mengkombinasikan ice bath dengan myofascial release adalah mengurangi
peradangan. Ice bath dapat membantu mengurangi pembengkakan dan
peradangan pada jaringan otot. Ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan yang terkait dengan DOMS. Setelah ice bath, aliran darah ke area
yang cedera dapat meningkat secara signifikan akibat vasodilatasi, yaitu
pelebaran pembuluh darah setelah vasokontriksi akibat dingin. Selain itu,
myofascial release juga dapat meningkatkan aliran darah ke otot dan jaringan
terkait, membantu menghilangkan sisa zat penyebab nyeri.

Myofascial release melibatkan manipulasi jaringan ikat (fascia) yang


mengelilingi otot, mengurangi ketegangan dan kekakuan otot. Hal ini dapat
meningkatkan kelenturan otot dan memudahkan proses pemulihan. Kombinasi
ice keseluruhan. Bersama-sama, keduanya mengurangi peradangan,
meningkatkan aliran darah dan mengendurkan otot yang sakit, mempercepat
proses regenerasi dan pemulihan otot yang rusak akibat olahraga berat.
Berdasarkan data penelitian yang sudah diperoleh dari pertemuan pertama
sampai dengan keenam setelah diberikan kombinasi intervensi ice bath dan
myofascial release pada pemain futsal MAROOON FC yang mengalami nyeri
DOMS terdapat penurunan dengan nilai rata-rata selisih pre dan post-test dari
pertemuan pertama hingga keenam sejumlah 1,963 dari nilai rata-rata pre-test
pertemuan pertama hingga keenam 4,5 menjadi 2,537 setelah post-test intervensi
pertemuan pertama hingga keenam. Kesimpulan dari penelitian diatas kombinasi
ice bath dan myofascial release memiliki pengaruh signifikan terhadap
penurunan nyeri DOMS pada pemain futsal MAROOON FC.

B. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, yaitu:

1. Aktivitas sampel di luar jadwal latihan yang dapat mempengaruhi proses


recorvery karena peneliti tidak mengontrol aktivitas yang dilakukan
sampel diluar penelitian.

2. Dalam penelitian ini, jika sampel pemain futsal hanya terdiri dari
kelompok usia atau jenis kelamin tertentu, hasil penelitian mungkin tidak
dapat digeneralisasi ke populasi pemain futsal secara keseluruhan.

3. Jumlah pemain futsal yang menjadi subjek penelitian mungkin terbatas


karena faktor waktu dan ketersediaan responden. Dalam hal ini akan
mempengaruhi tingkat representatif dan validitas pengaruh penelitian.

4. Setiap pemain futsal memiliki kondisi fisik dan respon tubuh yang berbeda
terhadap metode pemulihan. Variabilitas individu dapat mempengaruhi
hasil penelitian dan dapat menjadi faktor keterbatasan.
C. Implikasi Terhadap Fisioterapi
1. Implikasi untuk penelitian fisioterapi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan
pengetahuan dalam ilmu fisioterapi olahraga yang dapat dijadikan sebagai
alternatif untuk memberikan intervensi kepada atlet olahraga dalam
recorvery dan conditioning.
2. Implikasi untuk profesi fisioterapi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pembelajaran serta
edukasi terhadap pemain futsal untuk mengurangi nyeri DOMS pasca
latihan intesif dengan ice bath dan myofascial release.
3. Implikasi untuk institusi
Hasil penelitian tersebut dapat digunakan oleh institusi pendidikan sebagai
bahan masukan atau informasi dalam memberikan intervensi recorvery
dan conditioning yaitu kombinasi ice bath dan myofascial release kepada
tim futsal atau olahraga lainnya untuk meningkatkan mengurangi nyeri
DOMS pasca latihan.
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh kombinasi pemberiam ice
bath dan myofascial release terhadap penurunan nyeri delayed onset muscle
soreness pada pemain futsal dapat disimpulkan:

1. Intensitas nyeri DOMS yang dialami oleh pemain futsal MAROOON FC


sebelum (pre-test) diberikan perlakuan ice bath dan myofascial release pada
pertemuan pertama hingga keenam memiliki nilai rata-rata 4,5.
2. Intensitas nyeri DOMS yang dialami oleh pemain futsal MAROOON FC
sesudah (post-test) diberikan perlakuan ice bath dan myofascial release pada
pertemuan pertama hingga keenam memiliki nilai rata-rata 2,537 dengan
standar deviasi 0,727.
3. Hasil uji statistik didapatkan nilai sig (2-tailed) = 0,001, dengan nilai t hitung
6,616 berarti terdapat pengaruh terhadap penurunan nyeri DOMS sebeleum
dan sesudah diberikan perlakuan ice bath dan myofascial release pada pemain
futsal di MAROOON FC.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diberi saran sebagai berikut :
1. Bagi Pemain Futsal

a) Kesadaran akan pentingnya pemulihan


Pemain futsal dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya istirahat
setelah latihan atau pertandingan yang intens. Menggunakan metode
seperti ice bath dan myofascial release dapat membantu mengurangi nyeri
otot yang ditimbulkan oleh DOMS dan meningkatkan pemulihan.
b) Tips dari Fisioterapis:
emain futsal dapat berkonsultasi dengan fisioterapis untuk
mendapatkan panduan penggunaan metode pemulihan yang benar dan
efektif seperti ice bath dan myofascial release.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Perluas sampel penelitian


Studi selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian untuk
memasukkan pemain futsal dari berbagai usia, level, dan jenis kelamin.
Dengan memasukkan sampel yang lebih beragam, hasil penelitian
mungkin lebih representatif dan memungkinkan generalisasi yang lebih
luas.
b) Bandingkan dengan grup kontrol
Penelitian di masa mendatang dapat mempertimbangkan kelompok
kontrol yang menerima perlakuan atau intervensi lain, atau kelompok
yang tidak menerima perlakuan, ini dapat membantu membandingkan
keefektifan kombinasi ice bath dan myofascial release dengan intervensi
lain.
c) Studi jangka panjang
Dalam penelitian selanjutnya, efek kombinasi ice bath dan myofascial
release dapat diperiksa dalam jangka panjang. Ini dapat membantu untuk
lebih memahami efek jangka panjang dari pemulihan pemain futsal.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memperoleh edukasi tentang teknik recorvery yang efektif


bagi atlet. Memahami metode seperti ice bath dan myofascial release dapat
membantu orang menjaga kesehatan dan meningkatkan pemulihan setelah
berolahraga.

4. Bagi Fisioterapi

a) Penelitian Lanjutan:
Profesi fisioterapi dapat melanjutkan penelitian dalam bidang ini untuk
memahami lebih lanjut efek kombinasi ice bath dan myofascial release
pada pemulihan atlet, termasuk pemain futsal.
b) Pengembangan Program Pemulihan:
Berdasarkan temuan penelitian, fisioterapis dapat mengembangkan
program pemulihan khusus yang mencakup kombinasi ice bath dan
myofascial release untuk atlet, termasuk pemain futsal, agar dapat
meningkatkan performa dan mencegah cedera.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan referensi tambahan untuk


meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fisioterapi
khususnya dalam bidang sport.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, M., Deo, F., Hargiani, X., & Sartoyo. (2023). Pengaruh Myofascial Release
Dan Ultrasound Terhadap Penurunan Nyeri Myofascial Syndrome Upper
Trapezius Pada Pasien Rumah Sakit Semen Gresik. Jurnal Keperawatn
MUhammadiyah, 8(1), 51.

Brilian, M., Ugelta, S., & Pitriani, P. (2021). The Effect of Sport Massage on
Lactic Acid Recovery. Gladi : Jurnal Ilmu Keolahragaan, 12(02), 138–142.
https://doi.org/10.21009/gjik.122.06

Fakhro, M. A., AlAmeen, F., & Fayad, R. (2022). Comparison of total cold-water
immersion’s effects to ice massage on recovery from exercise-induced
muscle damage. Journal of Experimental Orthopaedics, 9(1).
https://doi.org/10.1186/s40634-022-00497-5

Jay, K., Sundstrup, E., Søndergaard, S. D., Behm, D., Brandt, M., Særvoll, C. A.,
Jakobsen, M. D., & Andersen, L. L. (2014). Specific and Cross Over Effects
of Massage for Muscle Soreness. The International Journal of Physical
Therapy, 9(1), 82–91.

Lewis, P. B., Ruby, D., & Bush-Joseph, C. A. (2012). Muscle Soreness and
Delayed-Onset Muscle Soreness. Clinics in Sports Medicine, 31(2), 255–262.
https://doi.org/10.1016/j.csm.2011.09.009

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (2nd ed.). Rineka


Cipta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner Bidang Sosial,


Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan Humaniora (10th ed.). Paradigma.

Wiltshire, E. V., Poitras, V., Pak, M., Hong, T., Rayner, J., & Tschakovsky, M. E.
(2010). Massage impairs postexercise muscle blood flow and “lactic Acid”
removal. Medicine and Science in Sports and Exercise, 42(6), 1062–1071.
https://doi.org/10.1249/MSS.0b013e3181c9214f
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Izin Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 3. Hasil Deteksi Plagiasi
Lampiran 4. Informed Consent
Lampiran 5. SOP Ice Bath
Lampiran 6. SOP Myofascial Release
Lampiran 7. Surat ijin Pendahuluan Penelitian
Lampiran 8. Dokumentasi
Lampiran 9. Data SPSS
Data Deskriptif Pre-test dan Post-test Intervensi Kombinasi Ice Bath dan
Myofascial Release.
Data Uji Normalitas Shapiro Wilk
Data Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Contents
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN .............................................. 1
A. Karakteristik Responden ..................................... Error! Bookmark not defined.
B. Hasil Pemeriksaan Nyeri Delayed Onset Muscle Soreness Menggunakan
Visual Analogue Scale Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi. ........................ 3
C. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................................. 11
A. Interpretasi dan Hasil Analisis ........................................................................ 11
1. Identifikasi Penurunan Nyeri DOMS Setelah Pemberian Kombinasi Ice bath
dan Myofascial Release. ........................................................................................ 12
2. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Pemberian Myofascial Release Terhadap
Intensitas Nyeri DOMS. ........................................................................................ 13
3. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Pemberian Ice Bath Terhadap Intensitas Nyeri
DOMS................................................................................................................... 13
4. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Kombinasi Ice Bath dan Myofascial Release
Terhadap Penurunan Nyeri DOMS pada Pemain Futsal. ......................................... 14
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 15
C. Implikasi Terhadap Fisioterapi ....................................................................... 15
1. Implikasi untuk penelitian fisioterapi ............................................................. 15
2. Implikasi untuk profesi fisioterapi .................................................................. 16
3. Implikasi untuk institusi ................................................................................. 16
BAB VI PENUTUP ..................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................ 17
1. Bagi Pemain Futsal ........................................................................................ 17
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................................... 18
3. Bagi Masyarakat ............................................................................................ 18
4. Bagi Fisioterapi ............................................................................................. 18
5. Bagi Institusi Pendidikan ............................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 20
LAMPIRAN ................................................................................................................ 21

Anda mungkin juga menyukai