Bab IV, V, Vi Wilcoxon-1
Bab IV, V, Vi Wilcoxon-1
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan dua jenis uji, yaitu
analisis data univariat dan bivariat. Analisis univariat Bermanfaat menjelaskan
maupun menggambarkan karakteristik tiap-tiap variabel penelitian (Notoatmodjo,
2012). Dalam penelitian ini, variabel yang dianalisis adalah pengaruh intervensi ice
bath dan myofascial release terhadap penurunan nyeri DOMS. Sedangkan analisa
bivariat berfungsi menjelaskan pengaruh variabel X dan Y dalam penelitian. Data
yang diperoleh selama pengumpulan data akan di uji dengan paired sample t-test
dengan bantuan program aplikasi SPSS untuk mengetahu terdapat perubahan yang
terjadi pada pemain antara sebelum dan sesudah tindakan. Pengujian hipotesis
menggunakan paired sample t-test dapat dilakukan ketika data dalam penelitian
terdistribusi dengan normal. Jika data penelitian tidak terdistribusi dengan normal
maka uji hipotesis dapat dilakukan menggunakan Wilcoxon Singned Rank. Uji
Wilcoxon signed rank dilakukan untuk mengetahui dan/atau mengukur perbedaan
antara 2 kelompok data berskala interval maupun ordinal dalam penelitian yang
terdistribusi tidak normal, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika nilai asym.sig 2 tailed < 0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata antara pre-
test dan post-test.
2. Jika nilai asym.sig 2 tailed > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan rata-rata antara
pre-test dan post-test (Sugiyono, 2017).
A. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan terhadap 20 pemain futsal MAROOON FC dengan
keluhan nyeri DOMS . Dari 20 pasien yang dijadikan responden dalam
penelitian terdiri dari berbagai karakteristik, yaitu usia. Responden
penelitian berdasarkan usia, terdiri dari 10 orang (50%) berusia 18 tahun, 7
orang (35%) berusia 19 tahun, 2 orang (10%) berusia 20 tahun serta sisanya
1 orang pasien (5%) berusia 22 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, responden
penelitian terdiri dari responden laki-laki berjumlah 20 orang (100%).
Distribusi Usia
1, 5%
2, 10%
10, 50%
7, 35%
Dari tabel deskriptif terlihat bahwa intensitas nyeri sebelum intervensi rata-
rata sebesar 4,65 pada pertemuan pertama, 5,35 pada pertemuan kedua, 5,35
pada pertemuan ketiga, 4,40 pada pertemuan keempat, 4,35 pada pertemuan
kelima, dan 4,70 pada pertemuan keenam.
Dari tabel deskriptif terlihat bahwa intensitas nyeri sebelum intervensi rata-
rata sebesar 2,40 pada pertemuan pertama, 2,90 pada pertemuan kedua, 2,50
pada pertemuan ketiga, 2,25 pada pertemuan keempat, 2,45 pada pertemuan
kelima, dan 2,65 pada pertemuan keenam.
Hasil pemeriksaan setelah intervensi ice bath dan myofascial release (post-
test) menunjukkan bahwa intesitas nyeri DOMS pada 20 pemain di
MAROOON FC termasuk pada kriteria “Nyeri Ringan” dan “Nyeri
Sedang”. Dilihat dari parameter intensitas nyeri yang dialami oleh pemain
berada pada angka 2 sejumlah 6 orang (5%), pada angka 2 sejumlah 59
(49%, pada angka 3 sejumlah 42 (35%), pada angka 4 sejumlah 12 (10%),
dan pada angka 5 sejumlah 1 orang (1%) intensitas pada angka 3 sejumlah
8 orang (40%). Diketahui rata-rata nilai intensitas nyeri setelah intervensi
2,525.
Diagram 4.6 Perbandingan Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test.
(Sumber: Data Primer, 2023)
Uji Saphiro-Wilk
Pertemuan Kelompok a
Statistic N p
Pre-Test .765 20 .000
T1
Post-Test .626 20 .000
Pre-Test .769 20 .000
T2
Post-Test .835 20 .003
Pre-Test .749 20 .000
T3
Post-Test .711 20 .000
0,05
Pre-Test .859 20 .007
T4
Post-Test .784 20 .001
T5 Pre-Test .608 20 .000
Post-Test .675 20 .000
T6 Pre-Test .762 20 .000
Post-Test .868 20 .011
Uji Shapiro Wilk: p = nilai kesalahan yang didapat penelitian dari hasil
perhitungan statistik; α= Alpha adalah batas kesalahan maksimal yang dijadikan
patokan; N= Jumlah responden;
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa data penelitian (pre-test dan post-
test) tidak terdistubusi dengan normal. Nilai signifikan menunjukkan hasil
< 0,05. Dengan demikian uji hipotesis akan dilakukan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank
Mean Sum of
Kelompok N p a
Rank Rank
Negative
20a 10,50 210,00 0,000
Ranks
Total 20
Negative
20d 10,50 210,00 0,000
Ranks
Positive
Post test – 0e 0,00 0,00
Ranks
Pre Test 2
Ties 0f
Total 20 0,05
Negative
20g 10,50 210,00 0,000
Ranks
Positive
Post test – 0h 0,00 0,00
Ranks
Pre test 3
Ties 0i
Total 20
Negative
20j 10,50 210,00 0,000
Ranks
Post test –
Postitive
Pre test 4 0k 0,00 0,00
Ranks
Ties 0l
Total 20
Negative
20m 10,50 210,00 0,000
Ranks
Positive
Post test – 0n 0,00 0,00
Ranks
Pre test 5
Ties 0o
Total 20
Negative
17p 9,00 153,00 0,000
Ranks
Positive
Post test – 0q 0,00 0,00
Ranks
Pre test 6
Ties 3r
Total 20
Uji Wilcoxon Signed Rank: p = nilai kesalahan yang didapat penelitian dari
hasil perhitungan statistik; α= Alpha adalah batas kesalahan maksimal yang
dijadikan patokan; N= Jumlah responden;
Dalam bab ini akan dijelaskan pengaruh pemberian kombinasi ice bath dan
myofascial release terhadap penurunan nyeri DOMS. Berdasarkan hasil uji analisis
data yang sudah dilakukan diketahui bahwa intervensi ice bath dan myofascial
release yang dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan (1 kali seminggu dalam 6
minggu) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri DOMS pada
20 pemain futsal di MAROOON FC sebagai responden terbukti dari sig. 2-tailed
pada uji paired sample t-test senilai 0,000 < 0,05.
Selisih nilai rata-rata pre-test dan post-test penurunan nyeri DOMS dari
pertemuan pertama hingga keenam terhadap 20 pasien di MAROOON FC adalah
2,275 dari nilai rata-rata pemeriksaan awal (pre-test) senilai 4,80 dan 2,525 pada
setelah dilakukannya intervensi kombinasi ice bath dan myofascial release (post-
test).
Tabel 5.1 Perbandingan Nilai Rata-rata Itensitas Nyeri Pre-test dan Post-test
Hasil penelitian saat ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Fakhro et
al., 2022) dengan penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang pasien dengan
rata rata berusia 24 tahun tahun diinstruksikan untuk melakukan sport activity
mild to moderate intensity atau latihan DOMS inducing training. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kelompok cold water immersion (CWI) atau ice bath
sebanyak 1 kali lalu diikuti perkembangan dari penurunan nyeri menggunakan
VAS dari baseline 2, 24, 48, dan 72 jam setelah diberikan intervens, data
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan terhadap penurunan nyeri DOMS.
Selain itu perubahan signifikan terhadap penurunan nyeri DOMS menggunakan
myofascial release ditemukan dalam sebuah penelitian oleh Jay et al., (2014)
yang dilakukan pada 22 orang non atlet, partisipan akan dibagi menjadi dua
kelompok perlakuan yaitu yang pertama diberikan perlakuan berupa massage
myofascial release dan kelompok kontrol atau tanpa perlakuan apapun,
selanjutnya partisipan diminta mengikuti intruksi untuk melakukan latihan
DOMS inducing training yang terdiri dari serangkaian latihan yang terdiri dari
10 set dan 10 repetisi yang mana semua partisipan menghabiskan waktu sekitar
10 menit untuk menyelesaikan latihan tersebut, 48 jam setelah intervensi
dilakukan pengukuran pre-test diantaranya pressure pain treshold dan VAS
setelah itu partisipan diberikan perlakuan sesuai kelompok dan kembali
dilakukan pengukuran (post-test) . Hasil penelitian menunjukkan terjadi
pengaruh yang signifikan terhadap pressure pain treshold yakni mengalami
peningkatan dan penurunan nilai nyeri menggunakan VAS dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
2. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Pemberian Myofascial Release Terhadap
Intensitas Nyeri DOMS.
Jenis massage yang diterapkan dalam penelitian ini adalah myofascial
release yang memiliki sifat tingkat tekanan superfisial dan dilakukan dengan
kecepatan sedang. Sebelumnya, jenis massage tersebut telah terbukti
merangsang mekanoreseptor C-tactile berserabut pendek dengan ambang nyeri
rendah tanpa mielin, tetapi tidak merangsang aferen bermielin dan umumnya
menimbulkan rasa nyaman. Deskripsi tentang aktivasi mekanoreseptor dan
nosisepsi ini setidaknya sebagian dapat membantu menjelaskan mekanisme efek
massage myofascial release dapat mengurangi nyeri otot yang diakibatkan
karena DOMS (Jay et al., 2014). Secara Fisiologis myofascial release dapat
meningkatkan aliran darah dan sirkulasi lokal ke otot, serta membantu
menghilangkan limbah dan produk peradangan. Berdasarkan ini, dapat
diasumsikan bahwa myofascial release dapat membantu memobilisasi laktat
keluar dari otot dan masuk ke dalam aliran darah, sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi laktat dalam darah (Brilian et al., 2021). Dalam penelitian
(Wiltshire et al., 2010) disimpulkan bahwa efek massage mengurangi 25%
tingkat asam laktat setelah 10 menit pemulihan.
B. Keterbatasan Penelitian
2. Dalam penelitian ini, jika sampel pemain futsal hanya terdiri dari
kelompok usia atau jenis kelamin tertentu, hasil penelitian mungkin tidak
dapat digeneralisasi ke populasi pemain futsal secara keseluruhan.
4. Setiap pemain futsal memiliki kondisi fisik dan respon tubuh yang berbeda
terhadap metode pemulihan. Variabilitas individu dapat mempengaruhi
hasil penelitian dan dapat menjadi faktor keterbatasan.
C. Implikasi Terhadap Fisioterapi
1. Implikasi untuk penelitian fisioterapi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan
pengetahuan dalam ilmu fisioterapi olahraga yang dapat dijadikan sebagai
alternatif untuk memberikan intervensi kepada atlet olahraga dalam
recorvery dan conditioning.
2. Implikasi untuk profesi fisioterapi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pembelajaran serta
edukasi terhadap pemain futsal untuk mengurangi nyeri DOMS pasca
latihan intesif dengan ice bath dan myofascial release.
3. Implikasi untuk institusi
Hasil penelitian tersebut dapat digunakan oleh institusi pendidikan sebagai
bahan masukan atau informasi dalam memberikan intervensi recorvery
dan conditioning yaitu kombinasi ice bath dan myofascial release kepada
tim futsal atau olahraga lainnya untuk meningkatkan mengurangi nyeri
DOMS pasca latihan.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh kombinasi pemberiam ice
bath dan myofascial release terhadap penurunan nyeri delayed onset muscle
soreness pada pemain futsal dapat disimpulkan:
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diberi saran sebagai berikut :
1. Bagi Pemain Futsal
3. Bagi Masyarakat
4. Bagi Fisioterapi
a) Penelitian Lanjutan:
Profesi fisioterapi dapat melanjutkan penelitian dalam bidang ini untuk
memahami lebih lanjut efek kombinasi ice bath dan myofascial release
pada pemulihan atlet, termasuk pemain futsal.
b) Pengembangan Program Pemulihan:
Berdasarkan temuan penelitian, fisioterapis dapat mengembangkan
program pemulihan khusus yang mencakup kombinasi ice bath dan
myofascial release untuk atlet, termasuk pemain futsal, agar dapat
meningkatkan performa dan mencegah cedera.
Adi, M., Deo, F., Hargiani, X., & Sartoyo. (2023). Pengaruh Myofascial Release
Dan Ultrasound Terhadap Penurunan Nyeri Myofascial Syndrome Upper
Trapezius Pada Pasien Rumah Sakit Semen Gresik. Jurnal Keperawatn
MUhammadiyah, 8(1), 51.
Brilian, M., Ugelta, S., & Pitriani, P. (2021). The Effect of Sport Massage on
Lactic Acid Recovery. Gladi : Jurnal Ilmu Keolahragaan, 12(02), 138–142.
https://doi.org/10.21009/gjik.122.06
Fakhro, M. A., AlAmeen, F., & Fayad, R. (2022). Comparison of total cold-water
immersion’s effects to ice massage on recovery from exercise-induced
muscle damage. Journal of Experimental Orthopaedics, 9(1).
https://doi.org/10.1186/s40634-022-00497-5
Jay, K., Sundstrup, E., Søndergaard, S. D., Behm, D., Brandt, M., Særvoll, C. A.,
Jakobsen, M. D., & Andersen, L. L. (2014). Specific and Cross Over Effects
of Massage for Muscle Soreness. The International Journal of Physical
Therapy, 9(1), 82–91.
Lewis, P. B., Ruby, D., & Bush-Joseph, C. A. (2012). Muscle Soreness and
Delayed-Onset Muscle Soreness. Clinics in Sports Medicine, 31(2), 255–262.
https://doi.org/10.1016/j.csm.2011.09.009
Wiltshire, E. V., Poitras, V., Pak, M., Hong, T., Rayner, J., & Tschakovsky, M. E.
(2010). Massage impairs postexercise muscle blood flow and “lactic Acid”
removal. Medicine and Science in Sports and Exercise, 42(6), 1062–1071.
https://doi.org/10.1249/MSS.0b013e3181c9214f
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Izin Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 3. Hasil Deteksi Plagiasi
Lampiran 4. Informed Consent
Lampiran 5. SOP Ice Bath
Lampiran 6. SOP Myofascial Release
Lampiran 7. Surat ijin Pendahuluan Penelitian
Lampiran 8. Dokumentasi
Lampiran 9. Data SPSS
Data Deskriptif Pre-test dan Post-test Intervensi Kombinasi Ice Bath dan
Myofascial Release.
Data Uji Normalitas Shapiro Wilk
Data Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Contents
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN .............................................. 1
A. Karakteristik Responden ..................................... Error! Bookmark not defined.
B. Hasil Pemeriksaan Nyeri Delayed Onset Muscle Soreness Menggunakan
Visual Analogue Scale Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi. ........................ 3
C. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................................. 11
A. Interpretasi dan Hasil Analisis ........................................................................ 11
1. Identifikasi Penurunan Nyeri DOMS Setelah Pemberian Kombinasi Ice bath
dan Myofascial Release. ........................................................................................ 12
2. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Pemberian Myofascial Release Terhadap
Intensitas Nyeri DOMS. ........................................................................................ 13
3. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Pemberian Ice Bath Terhadap Intensitas Nyeri
DOMS................................................................................................................... 13
4. Identifikasi Pengaruh Fisiologis Kombinasi Ice Bath dan Myofascial Release
Terhadap Penurunan Nyeri DOMS pada Pemain Futsal. ......................................... 14
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 15
C. Implikasi Terhadap Fisioterapi ....................................................................... 15
1. Implikasi untuk penelitian fisioterapi ............................................................. 15
2. Implikasi untuk profesi fisioterapi .................................................................. 16
3. Implikasi untuk institusi ................................................................................. 16
BAB VI PENUTUP ..................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................ 17
1. Bagi Pemain Futsal ........................................................................................ 17
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................................... 18
3. Bagi Masyarakat ............................................................................................ 18
4. Bagi Fisioterapi ............................................................................................. 18
5. Bagi Institusi Pendidikan ............................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 20
LAMPIRAN ................................................................................................................ 21