Anda di halaman 1dari 3

Cokelat Tanpa Nama

Apakah valentine itu? Yah, kadang tak banyak orang mikirin artinya sampai mendalam,
pokoknya setiap tanggal 14 Februari, ada cokelat, penuh bunga mawar, dan semua hal yang
berbau cinta, itulah valentine bagi orang awam.
Aku sih juga bukan tipe anak remaja yang peduli sama makna dari hari yang katanya
hari to expres and spread love itu, yah karena menurutku kalau bagi- bagi cinta atau kasih
sayang itu ga harus pake hari resminya. Nah berdasarkan prinsip itu, tumbuhlah aku menjadi
anak SMP yang rada cuek tuh masalah valentine. Kadang di saat teman- teman sekelas mulai
heboh menjelang hari yang identik sama warna pink itu, aku malah asik sendiri, baca
bukulah, main hp lah, pokoknya trending topic di bulan Februari itu ga punya cukup sihir deh
untuk menyihir dan menarik perhatianku. Walau kadang biar ga dibilang ga update, aku
bisalah ikut dengerin mereka ngerumpi masalah ini, aku juga masih bisalah di ajak konsultasi
masalah dasar valentine,kayak kado apa sih yang cocok di kasi ke pacar waktu valentine, biar
ga mulu- mulu cuma cokelat doang, tapi paling yang minta saranku cuma teman sebangkuku,
Cindy. Yah wajarlah, teman- teman yang lain ga kepikiran konsultasi masalah valentine ke
aku,orang punya pacar aja belum pernah, pengalaman cinta kosong, dan satu anggapan yang
benar- benar menghalangi yaitu kutu buku,padahal mereka ga tau tuh kalo aku jago milih
hadiah sambil mempertimbangkannya dengan budget,hehe.
14 Februari 2012, jatuh tepat hari Selasa, hari yang ditunggu- tunggu oleh mayoritas
anak remaja yang berpasangan ataupun yang masih jomblo. Yang punya pacar tentunya
nunggu dikasi hadiah sama pacar mereka, nah yang jomblo siap- siap ditembak atau
menembak.
Tapi jomblo langka kayak aku sih, ga mikirin begituan, yang aku inget hari Selasa itu,
cuma jadwal piket yang mengharuskan aku datang agak pagi, PR biologi yang banyaknya
segunung dan masih perlu ku konsultasikan sama teman- temanku, dan hal lain yang ga ada
hubungannya sama sekali sama hari valentine.
Pagi itu aku pas banget sampai di sekolah, barengan sama Cindy. Sampai di kelas, taruh
tas, keluarin beberapa buku, dan selanjutnya benda penting yang hari itu pertama ku ambil
adalah sapu. Seperti biasa pagi itu belum ada banyak anak kelas yang dateng, yah cuma yang
piket- piket saja. Beberapa ayuanan sapu ijuk mengawali tahapan piketku hari itu. Sampai
pada akhirnya, kehebohan Cindy benar- benar mengejutkanku.
Nar, Nar ada cokelat di kolongmu. Wuih, kamu dapet coklat nih..!
Aduh, cokelat siapa lagi tu? Nyasar buat kamu kali. bantahku.
Gak Narita, ini tu ada di kolongmu, baca dulu nih kartu ucapannya!
Aneh, kok bisa ya ada yang ngasi cokelat, emang siapa pula?, kepikiran aja ga pernah,
berdasarkan rasa penasaran itulah, ku taruh sapuku dan akhirnya lihat kartu ucapan kecil
dengan pita merah dan berbentuk hati yang terikat rapi pada cokelat bermerek Silver Queen
itu.

For you, from your friend. gumamku membacanya di depan Cindy.


Tuh kan Nar, coklatnya buat kamu, cie Narita ada yang naksir.cletuk Cindy.
Aduh Cin, baca dong!Orang ga ada namaku, you itu siapa juga maksudnya. Jugaan
kamu perhatian baget lihat- lihat kolongku.
Yee.., ga gitu juga Nar. Tadi itu Si Bram yang mergokin kalau ada cokelat.sahut
Cindy.
Yah walau ga begitu peduli masalah cokelat ini, tapi karena rasa penasaranku lebih
besar dari rasa acuhku, aku coba deh nanya sama Bram, apa dia tau cowo yang naruh cokelat
itu. Karena mungkin aja dia lihat, berhubung dia dateng paling pagi. Ya wajarlah orang Bram
juga satu jadwal piket sama aku jadi cuma setiap Selasa, rajinnya keluar. Walau dia satusatunya cowo di kls yang ada di kelas pagi itu, tapi aku ga ada tuh niat mencurigai kalau dia
yang naruh, orang selama ini kita biasa- biasa aja.
Bram kok kamu bisa lihat ada coklat sih? Tau gak siapa yang naruh?
Aku cuma kebetulan lihat aja, udah dari tadi pagi, Nar. Aku ga tau siapa yang naruh.
Oh gitu ya, ya udah deh. Ku taruh aja coklatnya
Walau rasa penasaranku belum hilang, plus di perparah dengan kebawelan cindy, yang
mulai menyebarkan berita hangat itu ke seantero kelas. Aku tetap berusaha focus mengikuti
pelajaran hari itu. Sampai akhirnya jam istirahat pertama tiba, dan Cindy makin bawel
menyalurkan rasa penasarannya.
Tapi karena aku benar- benar bosen harus berdebat dan dihantui pengirim cokelat
nyasar itu, ku suruh aja Cindy dan salah satu teman dekatku, Lely untuk bagi cokelat itu.
Bener nih boleh kita makan, Nar? Nanti penggemar rahasiamu marah lho. pancing
Lely.
Ah ga apa, belum tentu untuku juga kan. Sekalipun itu bener untuk aku, anggaplah
udah ku kasi kalian. Jadi makan aja, kapan lagi ada cokelat gratis.
Akhirnya cokelat tanpa nama itu masuk ke perut Cindy dan Lely. Masih penasaran sih,
tapi ngapain juga aku nyari- nyari orang yang takut memberikan langsung, bahkan ga punya
keberanian walaupun hanya untuk menulis identitasnya di secarik kertas.
Beberapa hari berlalu, aku sudah mulai melupakannya, walau kadang beberapa
temenku masih suka ngeledekin tentang cokelat dari penggemar rahasia itu. Tapi tepat satu
minggu setelah kasus cokelat itu. Akhirnya salah satu temen sekelasku memeberanikan diri
untuk mengakui, kalau dialah yang naruh cokelat itu untuk ku, dan orang itu adalah Bram.
Betapa terkejutnya mendengar kata- katanya lugunya yang nanyain, kenapa cokelatnya ga
aku makan. Tapi dengan lugu pula ku jawab.
Oh itu dari kamu, maaf Bram, gimana dong, orang ga ada nama pengirim dan nama
tujuannya. Jadi ku kira cokelat nyasar. Kalo tau dari kamu pasti deh ku bawa pulang,hehe.

Ya deh, salahku juga. Soalnya bingung ngasinya gimana. jawab Bram pasrah.
Dari hari itu, pecah juga deh teka- tekinya, ga penasaran lagi sekarang. Tapi jadi ga
enak karena waktu itu ga makan cokelatnya, kesannya tidak menghargai pemeberian orang
lain. Walaupun gitu sampai sekarang aku masih nganggap salahku cuma 50%, yah gimana
lagi, orang cokelatnya tanpa nama.

Anda mungkin juga menyukai