Anda di halaman 1dari 8

NASKAH SEJARAH

MENELUSURI SITUS CAGAR BUDAYA BUIN AI AWAK SAKSI BISU


DERITA CINTA DI UJUNG TANJUNG

OLEH :

1. DWI AYU SITI FADHILA


2. HADIJATUL ULLUMI,
3. VANI ROSALINA
MENELUSURI SITUS CAGAR BUDAYA BUIN AI AWAK SAKSI BISU
DERITA CINTA DI UJUNG TANJUNG

Cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa cagar
budaya, bangunan budaya, struktur cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat
ataupun di air, yang perlu untuk dilestariakn keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah ,ilmu pengetahuan pendidikkan agama dan atau kebudayaan
melalui proses penetapan.(Menurut UU no.11 tahun 2010).

Buin ai awak merupakan salah satu bentuk kawasan cagar budaya yang berada
di pusat kota Sumbawa, yang berlokasi di keban lapan kelurahan Seketeng. Setiap
tempat pasti memiliki sejarah atau cerita sendiri begitu pula dengan buin ai awak,
Bercerita mengenai biun ai awak maka tidak lepas dari lagenda tanjung menangis,
Narasumber lagenda menuturkan bahwa tanjung menangis merupakan kisah cinta
tragis antara seorang putri dari raja (Datu) sembawa yang bernama lala intan bulaeng
dan seorang pangeran tampan asal makasar yang dikenal dengan nama zaenal abidin
yang akhirnya harus dipisahkan karena ingkar janjinya sang raja (Datu)
Sumbawa,Narasumber menuturkan bahwa mata air ai awak merupakan hasil dari
tancapan pedang zaenal abidin di celah-celah batu lereng bukit,tancapan pedang
tersebut mengelurkan air yang kemudian digunakannya untuk memandikan putri lala
intan bulaeng untuk mengobati penyakit aneh yang dideritanya. Hingga kini mata air
dari ai awak merupakan mata air yang di “tuahkan” yang dipercaya oleh masyarakat
sekitar dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan digunakan untuk
pensucian dalam ritual-ritual adat di sumbawa seperti ritual adat upacara
pengangkatan sultan kharuddin IV pada tangal 5 april 2011 yang lalu, melalui
upacara besiram . Air dari ai awak merupakan salah satu dari empat sumber mata air
lainnya dalam system pengobatan dan upacara tradisional masyarakat Sumbawa,salah
satu dari tiga sumber mata air lainnya adalah sumber mata air yang berasal dari sumer
bater yang terletak dibelakang wisma daerah (istana putih),konon katanya sumer bater
berhubungan langsung dengan sumber mata air dari ai awak,bila mata air ai awak
kering maka sumer batir pun akan kering namun sampai saat ini mata air ai awak
tidak pernah kering.

Masayarakat sekitar wilayah seketeng percaya bahwa mata air dari ai awak ini
merupakan air suci yang tidak boleh sembarang orang mengambinya, pengakuan dari
narasumber yang merupakan juru kunci pemelihara mata air ai awak yang tinggal di
daerah perkampungan ai awak percaya untuk mengambil mata air dari ai awak bila
digunakan untuk upacara atau ritual adat harus mengikuti ritual atau syarat-syarat
tertentu sesuai dengan adat dan tradisi yang berkembang dan dilestarikan oleh
masyarakat.

BUIN AI AWAK TEMPO DULU

Dahulu kota Sumbawa besar yang kita di diami saat ini merupakan kampung-
kampung kecil yang hanya berbatasan sawa atau kebun atau tanah-tanah kosong.
Kampung-kampung tersebut adalah karang pekat,karang tungal,karang minyak,brang
bara,karang seketeng,ai awak yang berdiri sendiri, warga sekitar seketeng dan ai
awak jauh dari aliran sungai sehingga mereka diuntungkan dengan munculnya
banyak air yang keluar dari kaki bukit, bukit-bukit yang mengitari kota Sumbawa
pada bagian timur merupakan hutan belantara yang memberikan kehidupan bagi
masyarakat kota Sumbawa pada zaman itu, yang lama kelamaan daerah tersebut
berubah menjadi tempat pemukiman. Pemukiman tersebut dinamakan pemukiman ai
awak kerena disana terdapat sumber mata air yang konon katanya mata air tersebut
diyakini muncul karena sebuah kisah dari pengobatan putri raja (Datu)
Sumbawa,banyak versi dari masyarakat yang menceritakan makna dibalik nama ai
awak tersebut, salah satu versi menyebutkan bahwa ai awak berarti mata air yang
merupakan sumber kehidupan yang keluar dari awak (daerah sekitar pusar dan lutut)
ada juga versi yang mengatakan bahwa ai awak merupakan air yang diibaratkan
seperti tubuh manusia yang bermakna bahwa mata air tersebut tidak pernah kering
atau habis, ai awak dipercaya oleh masyarakat Sumbawa sebagai mata air yang
dipelihara dan dikeramatkan, daerah sekitar buin ai awak dipenuhi dengan pohon-
pohon rindang yang dapat menutupi sumber mata air ai awak dari sinar matahari,
Pohon-pohon tersebut seperti (nangka,sukun,mangga dan lain-lain) di sekitar mata air
juga terdapat berbagai macam bungga salah satu diantaranya adalah bungga kenanga
bila kita memasuki kawasan ai awak maka akan tercium aroma atau bau khas dari
bunga kenanga. Menurut pengakuan salah satu narasumber, buin ai awak juga
merupakan tempat dimana peradaban islam berkembang, karena pada saat itu zaenal
abidin memperkenalkan islam kepada putri lala intan bulaeng dimana disana zaenal
abidin mengajarkan tata cara berwudhu dari pancuran air yang keluar dari mata air ai
awak,ia juga banyak mengajarkan ajaran agama pada putri. Narasumber menunturkan
ai awak terbentuk bersamaan dengan masuknya islam di Sumbawa meskipun belum
jelas pada masa pemerintahan siapa.

Bagi masyarakat Sumbawa ai awak memiliki sejarah sendiri yang erat


kaitannya dengan lagenda tanjung menangis,asal mula ai awak berhubungan langsung
dengan lagenda ini, maka bila menceritakan asal mula buin ai awak maka pasti juga
akan membahas lagenda tanjung menangis,lagenda yang terkenal dikalangan
masyarakat Sumbawa. Tanjung menangis sendiri merupapakan tanjung yang
berlokasi di desa penyaring, Dua tempat yang relative jauh,desa penyaring dan ai
awak sendri terpisah sekitar 7 km, ai awak terletak di bukit ,bukit-bukit tersebut
saling sambung menyambung dari selatan ke utara mulai dari bukit garoto,sampar
makam,ai awak,sklembang,tana putri,osap sio,semet marage,batu kupeng dan terakhir
batu taker atau ujung tanjung yang lebih dikenal dengan tanjung menanggis. mungkin
pada zaman dahulu jarak tersebut merupakan jarak yang yang relative dekat dan tidak
melelahkan bila dilalui terlebih pada saat itu jalanan Sumbawa masih dipenuhi
pepohonan yang rindang rimbun dan sejuk.
SAKSI BISU DERITA CINTA DI UJUNG TANJUNG

Pada saat awal masuknya islam ke tana samawa , kerajaan goa yang saat itu
melakukan perjanjian dengan kerajaan sumbawa mengutus seorang murid Sunan Giri
yang bernama Syekh Zainul Abidin. Seorang murid yang sangat teguh terhadap
syariat islam dan juga seorang tabib yang dapat menyembuhkan orang sakit. Syekh
Zainul Abidin diutus untuk menunaikan misi yang diberikan kepadanya lalu kembali
untuk memberikan laporan terhadap raja Goa. Dia diutus untuk memantau
perkembangan agama islam di tana ‘ samawa. Memantau sejauh mana rakyat
samawa mematuhi perjanjian untuk berpegang teguh terhadap syariat islam.
Sampainya syekh zainul abidin di Pelabuhan sebelah utara pulau sumbawa yang saat
ini kita kenal denga pantai jembatan Polak. Pada saat itu bersamaan dengan tersebar
kabar bahwa putri raja samawa sedang menderita penyakit. Penyakit kulit yang tak
kunjung sembuh dan membuat raja dan permaisuri sangat sedih melihat putrinya
yang tadinya cantik jelita harus menutup wajahnya yang hancur akibat penyakit yang
diderita. Segala obat sudah diberikan dan seribu tabib seantero tana samawa sudah
menyerah terhadap penyakit yang diderita sang putri. Walaupun begitu raja tidak
putus asa, dengan mengadakan sayombara yang berisi barang siapa yang bisa
menyembuhkan putri, apabila ia perempuan akan kujadikan anak angkat dan apabila
ia laki laki akan kujadikan menantu dengan menikah dengan sang putri. Seluruh
antero tana samawa mendengar sayombara yang diadakan raja termasuk Syekh
Zainul Abidin yang saat itu sampai di pelabuhan. Mendengar sayombara yang
diadakan raja, Syekh Zainul Abidin lantas berniat untuk membantu menyebuhkan
sang putri. Namun mengingat bahwa misi yang menharuskan ia menyembunyikan
identitas diri yang sesungguhnya. Dengan begitu Syekh Zainul abidin menyamar
dirinya menjadi laki laki tua rentah yang mengenakan pakaian yang lusuh. Dengan
berjalan menggunakan tongkat dan pakaiannya yang lusuh ia pergi ke istana raja
samawa. Tibanya ia di pintu gerbang istana ia bertemu dengan prajurit istana dan
memperkenalkan dirinya dengan nama Daeng Paringgi dan berniat untuk
menawarkan dirinya untuk mengobati sang putri. Para perajurit sempat tak percaya
terhadapnya. Lantas Sang prajurit menyampaikan niat Daeng paringgi kepada sang
raja. Raja pun meminta Daeng untuk menghadap kepadanya, pada saat itu raja
melihat sosok Daeng yang tua rentah dan pakaian yang lusu. raja sempat
meremehkannyaan dan bertanya apakah Daeng dapat menyebuhkanya? Dengan
percaya diri Daeng menjawab “dengan izin Allah maka penyakit yang diderita putri
akan sembuh”. Raja seketika mengizinkan nya untuk mengobati sang putri. Daeng
memberikan persyaratan yang harus dilakukan selama ia menyembuhkan sang putri.
Syarat yang diberikan ialah pada saat pengobatan salama 7 hari daeng meminta
jangan ada yang menggangu. Menedengar syarat tersebut para bangasawan tidak
setuju. Namun keinginanya untuk melihat putri kesayangannya sembuh menebas rasa
curiga yang sempat merogoti otak dan hatinya. Saat pengobatan Daeng Paringgi
membawa sang putri ke kaki bukit yang tidak jauh dari istana tepat disebelah timur
dalam loka. Di tempat itulah terdapat sumber mata air yang tadinya kecil dengan
bantuan Allah Daeng Paringgi menggaruknya dengan tangan sehingga air bertambah
banyak. Kemudian diambilnya air tersebut untuk membasahi tubuh sang putri , dari
leher hingga ke lutut. Hari ke hari mata air tersebut makin besar dan membuat sebuah
kolam dan tidak pernah berhenti layaknya tubuh manusia sehinnga mat air tersebut
dinamakan Ai Berawak / lebih dikenal sebagai Ai Awak. Selama pengobatan Daeng
mengajarkan putri tentang Agama serta mengajarkannya cara berwudhu. Selama
pengobatan Daeng tidak mengizinkan siapapun datang melihat proses pengobatan
termasuk raja seklipun hal tersebut semata untuk menjaa privasi sang putri. Selama
pengobatan sang putri berangsur angsur pulih dan kecantikanya mulai terpancar
kembali bahkan Daeng sempat terpesona melihat kecantikan sang putri intan Lala
Bulaeng . Namun beberapa orang termasuk pembesar kerajaan geram tidak terima
melihat seorang kakek tua yang tidak pantas dengan sang putri dan menuduh Daeng
telah berbuat hal yang jelek terhadap putri sehingga timbulnya fitnah dikalangan
rakyat. Dengan izin allah Daeng Paringgi berhasil menyembuhkan putri intan lala
Bulaeng. Setelah tujuh hari berlalu saatnya putri akan dijemput pulang ke istana. Dan
selama tujuh hari putri Intan Lala Bulaeng sempat curiga terhadap Daeng Paringgi
dikarenakan Daeng Paringgi mengenakan songkok( pengikat kepala khas makasar)
dengan cara yang salah. Sang putri melihat sosok Daeng Paringgi adalah seorang
yang bijaksana. Putri jatuh hati pada Daeng Paringgi dan sebaliknya daeng paringgi
juga menyimpan rasa tehadap putri. Namun karena mereka mersama Allah
dijauhkanlah mereka dari Zina. Bertolak belakang dengan kabar yang tersebar bahwa
daeng paringgi telah melakukan sesuatu yang buruk kepada putri. Fitnah yang
dilakukan oleh para pembesar yang tidak terima jika Daeng menjadi menantu raja.
Fitnah dan hasutan di tunjukan keada rakyat yang bertujuan agar raja membatalakan
hadia sayembara yang dijanjikan. Sehingga rakyat mengajukan permintaan kepada
raja agar mengganti hadiah yang akan diberikan kepada Daeng Paringgi. Raja
menerima keinginan rakyatnya walaupun dengan berat hati. Mendengar sang putri
sudah sembuh diutuslah pang lima beserta rombonganya untuk menjemput putri. Raja
juga memerintahkan prajurit untuk menyampaikan pesanya yang berisi tentang
hadiah sayembara yang ditukarkan dengan harta. Jauh sebelum prajurit datang ke
tempat pengobatan Daeng Paringgi sudah tahu tentang kabar tersebut. Kecewanya
Daeng terhadap raja yang tidak menepati janjinya membuat daeng paringgi
memutuskan untuk pergi tampa sang putri tahu. Belum lama daeng meninggalkan ai
awak putri Intan Lala Bulaeng tahu apa yang terjadi dan segera menyusul Daeng
Paringgi yang telah jauh meninggalkanya. Putri Intan Lala Bulaeng memutuskan
untuk berlari mengikuti jejak kaki Daeng Paringgi. Tampa menggunakan alas kaki
sang putri berlari tampa mempedulikan duri dan kerikil yang menusuk kakinya. Rasa
lelah dan sakit tak dipedulikan sang putri demi mengejar sang pujaan hati.

BUIN AI AWAK MASA SEKARANG

Tidak jauh dari ai awak ataupun kebun lapan kelurahan seketeng di atas bukit
yang berjarak 100 M juga terdapat gerbang lokasi penguburan makam yang
dinamakan makam sampar,disebut makam sampar karena terletak diatas sampar
(daratan di atas bukit). Makam tersebut merupakan makam dari Raja-raja Sumbawa
dan juga karbatnya namun hingga kini siapa saja nama raja yang dimakamkan disana
belum diketahui.

Anda mungkin juga menyukai