Anda di halaman 1dari 21

Lampiran :

Nomor : 200.14/147 /Prokopim/2023


Tanggal : 17 Januari 2023
Hal : Pelaksanaan Samawa Karnaval Budaya 2023

Panduan SAMAWA KARNAVAL BUDAYA Tahun 2023


Dalam rangka Hari Ulang Tahun ke 64 Kabupaten Sumbawa

Penyelenggaraan Hari Ulang Tahun ke 64 Kabupaten Sumbawa tanggal 22 Januari 2023 akan
dimeriahkan dengan beberapa kegiatan baik yang dselenggarakan langsung oleh
Pemerintah Kabupaten maupun yang dilaksanakan sendiri oleh komunitas. Berbeda dengan
kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas, sebagai Lembaga yang dibentuk atas
kesepakatan kultur seluruh masyarakat Sumbawa dan diperkuat dengan regulasi daerah,
partisipasi Lembaga Adat Tana Samawa dalam penyelenggaraan HUT 64 Kab Sumbawa
dilakukan melalui kerjasama sama konstruktif dengan Panitia HUT.
Kerja sama yang disepakati terutama pada kegiatan-kegiatan yang memiliki dimensi kultur
dan diharapkan menjadi peneguh kesadaran melestarikan budaya Tau-Tana Samawa.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dengan Kerjasama antara Panitia dan Lembaga Adat
Tana Samawa adalah:
1. Kirab Pataka Kabupaten Sumbawa yaitu prosesi penyerahan Pataka Sumbawa dari
Camat Sumbawa kepada Bupati Sumbawa yang akan diselenggarakan pada tanggal
21 Januari 2023. Pataka Sumbawa yang diarak mulai tanggal 16 Januari dan dikirab
ke seluruh wilayah kecamatan di Sumbawa berakhir pada tanggal 20 Januari 2023 di
Kecamatan Sumbawa dan selanjutnya Camat Sumbawa akan melanjutkan dan
menyerahkannya kepada Bupati Sumbawa
2. Samawa Karnaval Budaya, merupakan kegiatan yang dirangkaikan dengan Kirab
Pataka dari Kecamatan Sumbawa menuju Kantor Bupati Sumbawa. Kegiatan Samawa
Karnaval Budaya diharapkan memberi ruang ekspresi kegembiraan masyarakat
Samawa sehingga dikemas dalam bentuk karnaval yang akan diikuti oleh seluruh
perangkat daerah, perguruan tinggi, lintas etnis dan organisasi profesi lainnya.
Sebagai bentuk ekspresi budaya, maka Lembaga Adat Tana Samawa memberi
rekomendasi kepada Panitia HUT Kabupaten Sumbawa terkait tema-tema karnaval
yang sebaiknya diangkat oleh peserta yang merujuk kepada daur hidup dan aktifitas
masyarakat Samawa beserta deskripsi singkat yang diharapkan dapat menjadi
rujukan dan penguatan kesadaran memelihara dan merevitalisasi budaya Samawa.

Halaman 1 dari 21
A. KIRAB PATAKA

(PANITIA HUT KABUPATEN SUMBAWA)


B. SAMAWA KARNAVAL BUDAYA
Dengan mengacu kepada daur hidup Tau Samawa, maka beberapa kegiatan
masyarakat yang telah menjadi tradisi Tau Samawa dijadikan sebagai tema bagi
peserta Karnaval Budaya. Penentuan tema bagi setiap peserta karnaval dimaksudkan
untuk memperkaya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap ragam
tradisi Tau Samawa sehingga keseluruhan rangkaian karnaval diharapkan tidak
bertema monoton.
i. Samawa Karnaval Budaya diselenggarakan pada tanggal 21 Januari 2023
dimulai pukul 07:30 Wita dan jika kondisi kesehatan memungkinkan akan
dilepas oleh YM Dewa Masmawa Sultan M. Kaharuddin IV.
ii. Samawa Karnaval Budaya akan mengiringi pasukan Kirab Pataka dengan rute
Start Istana Bala Kuning – Jalan Merdeka (Lap Pahlawan) – Jalan Kartini –
Jalan Hasanuddin – Jalan Garuda – Finish Kantor Bupati
iii. Nama tema hendaknya ditampilkan dalam spanduk, atau alat peraga lainnya,
menggunakan SATERA JONTAL dengan keterangan dalam kurung
menggunakan aksara Latin
iv. Peserta karnaval agar menyertakan LAWAS yang relevan dengan tema yang
dipilih, minimal 1 bait.
v. Properti, kostum dan komposisi barisan agar memperhatikan kesesuaian
dengan deskripsi tema yang ada.

1. Pembagian tema karnaval


Penyusunan dan distribusi tema dilakukan dengan harapan peserta tidak mengangkat tema
yang seragam sehingga karnaval berlangsung monoton dan juga dimaksudkan untuk
menunjukkan keragaman dan kekayaan tradisi Tau Samawa.

No OPD/Peserta Karnaval Tema Karnaval

1 Sekretariat Daerah Turen Bendrang


2 Sekretariat DPRD Pangantan Basai
3 Inspektorat Nganyang
4 Dinas Dikbud Beang Sameto
5 Dinas Kesehatan Gunting Bulu/Akikah
6 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sampanang Bale
Perumahan Rakyat dan Kawasan
7 Sampanang Bale
Permukiman
8 SatPol PP
9 Dinas Sosial Nuja Rame
10 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Beang Sameto
11 Dinas Ketahanan Pangan Mata Rame
12 Dinas Lingkungan Hidup Biso Tian Pade/Sadeka Orong
13 Dinas Pencatatan Sipil Pangantan Basai

Halaman 2 dari 21
No OPD/Peserta Karnaval Tema Karnaval

14 Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Ngasak Rame


15 DP2KBP3A Turen tana
16 Dinas Perhubungan Nyorong
17 Dinas Kominfotik Sandi Barodak
18 Dinas Koperindag Tama Lamung
Dinas Penanaman Modal dan Perijinan
19 Biso Tian
Terpadu Satu PIntu
20 Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Pangantan Ngindring
21 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Beang Sameto
22 Dinas Kelautan dan Perikanan Turen Bangka
23 Dinas Pertanian Ngasak Rame
24 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nganyang
25 Bappeda Biso Tian Pade
26 BKAD Pangantan Basai
27 Bapenda Nuja Rame
28 BKPSDM Turen Bendrang
29 Dinas Pemadam Kebakaran Ngasak Rame
30 BPBD Nganyang
31 Kesbangpol Biso Tian
32 Pengadilan Agama Munid (Maulid Nabi)
33 Kecamatan Sumbawa Sampanang Bale
34 Kecamatan Unter Iwes Nyorong
35 Kecamatan Labuhan Badas Barodak
36 Kemenag RI Kab. Sumbawa Munid (Maulid Nabi)
37 Bea Cukai Pangantan Basai
38 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Biso Tian
39 Badan Pusat Statistik Pangantan Ngindring
40 Badan Pertanahan/ATR Nuja Rame
41 Kantor Imigrasi Turen Bendrang
42 Kejaksaan Negeri Nyorong
43 KCD Sumbawa Dikbud NTB Turen Bangka
44 Persit Kartika Chandra Kirana Pangantan Basai
45 Bhayangkari Polres Sumbawa Nyorong
46 Perguruan Tinggi (UTS) Nganyang
47 Perguruan Tinggi (UNSA) Beang Sameto
48 Perguruan Tinggi (STKIP Paracendikia) Munid (Maulid Nabi)
49 Perguruan Tinggi (STIH Hamzanwadi) Munid (Maulid Nabi)
50 Perguruan Tinggi (STAIS) Munid (Maulid Nabi)
Basunat/Gunting
51 Perguruan Tinggi (Stikes Griya Husada)
Bulu/Batoba/Baterok/Akikah
52 Forum Industri Jasa Keuangan (Perbankan) Sampanang Bale
53 FKLE (Rukun Keluarga Bima Dompu) Nuja rame
54 FKLE (Ikatan Keluarga Lombok Sumbawa) Tama Lamung
FKLE (Perkumpulan Sosial Rukun Warga
55 Mata Rame
Jawa)
56 FKLE (Himpunan Keluarga Madura) Turen Tana
57 FKLE (Parisadha Hindu Dharma Indonesia) Nyorong
58 FKLE (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) Turen Bangka

Halaman 3 dari 21
No OPD/Peserta Karnaval Tema Karnaval

59 FKLE (Paguyuban Pasundan Sumbawa) Nuja Rame


60 FKLE (Ikatan Keluarga Minang Sumbawa) Mata Rame
FKLE (Perkumpulan Sosial Masyarakat
61 Pangantan Basai
Tionghoa Indonesia)
62 FKLE (Flobamora) Nganyang
Catatan : Untuk lintas etnis yang akan menampilkan atraksi kesenian khas (display)
masing-masing disiapkan waktu dan tempat setelah peserta Samawa Karnaval
Budaya finish di Kantor Bupati
63 FKLE lainnya Tema bebas sesuai dengan yang
tersebut diatas.
64 Organisasi/lembaga lainnya Menyesuaikan dengan tema yang
tersebut diatas

2. Deskripsi Tema Karnaval


Berikut disampaikan narasi dari beberapa tema yang dijadikan tema karnaval sebagai
tambahan informasi bagi peserta untuk menyiapkan properti dan formasi barisan, beserta
contoh lawas yang relevan dan transliterasi tema ke dalam Satera Jontal.

a) Nganyang
Nganyang rame olat biru
Mate mayung ling karimuk
Asu balong mira bulu
Tau Samawa memiliki tradisi sebagai warisan budaya yaitu Nganyang untuk
memenuhi kebutuhan hidup berupa bahan makanan daging rusa untuk kebutuhan
sehari hari dan untuk kebutuhan pesta dalam rangka resepsi pernikahan, sunatan,
dan pesta syukuran lainnya. Tradisi Nganyang dengan melibatkan penganyang dan
anjing kampung yang terlatih baik secara fisik maupun mistik dan dilakukan oleh
Tau Samawa baik perorangan ataupun berkelompok (Nganyang Rame). Nganyang
secara langsung di padang perburuan hanya dilakukan oleh kaum laki laki saat
lepas musim panen atau pada waktu lain sesuai dengan kebutuhan yang akan
melakukannya.
Persiapan nganyang dimulai dari penyiapan anjing yang diberikan semacam
ramuan berbahan Jahe, Merica atau Cabai yang dioles ke bagian mulut dan hidung
anjing yang disertai mantera-mantera. Hal ini dimaksudkan agar Anjing tersebut
menjadi galak dan bernafsu untuk mengejar Mayung (Rusa) sebagai buruan. Setelah
itu Penganyang akan melihat waktu Ano Balong (hari baik) untuk menetukan hari
pelaksanaannya dengan meminta petunjuk dari SANRO (dukun). Sebelum
nganyang dilakukan, Pati Buru/Pati Ongong/Bayan yang bertugas sebagai
penjaga hutan diberi tahu dan dimintakan saran pendapatnya.
Peralatan peralatan pendukung lainnya juga dilengkapi oleh para penganyang
diantaranya Dompas/Buja (Tombak), Berang (Parang), Tali dan bekal makanan
Halaman 4 dari 21
secukupnya. Pakaian penganyang biasanya dipakai pakaian yang sederhana yang
memungkinkan penganyang bergerak bebas dan lincah saat mengejarr atau
membuat jebakan jebakan.
Strategi penganyang dilakukan dengan mempersiapkan orang dan anjing yang
akan mendaki ke atas bukit atau bagian dari gunung yang berada di ketinggian
yang disebut Tau Mbao (orang bertugas di atas). Tau Mbao bertugas meng- ’Gera’
(menggiring ) rusa agar berlari kearah dataran yang lebih rendah dimana telah
menunggu orang dan anjing yang bertugas sebagai Tau Sangka/Nampar (Orang
dan anjing yang mencegat dan mengeksekusi) Mayung (Rusa) yang berlari turun
karena dikejar oleh Tau Mbao. Anjing anjing terlatih yang sudah diberi ramuan tadi
tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menyergap dan melumpuhkan
Mayung (Rusa) yang biasanya sudah kelelahan karena berlari dan terkepung. Jika
Mayung (Rusa) masih bisa berkelit menghindar dan berlari Penganyang biasanya
menggunakan Dompas/Buja (Tombak) untuk melumpuhkannya.
Hasil buruan kemudian dibagi rata kepada para penganyang dan dibawa pulang
untuk dikonsumsi atau dijual. Jika maksud Nganyang untuk memenuhi kebutuhan
pesta atau syukuran maka hasil buruan akan diserahkan kepada keluarga yang
menyelenggarakan acara pesta atau syukuran tersebut sebelumm dikonsumsi atau
dijual daging Mayung yang didapat terlebih dahulu disucikan dari najis (bekas
gigitan anjing) dengan cara di-Setinja’( Istinjak)
b) Beang Sameto
Sawit bete junyung niat
Tulang awan tu sangayap
Bakalako leng sameto
Sameto atau beang sameto adalah tradisi masyarakat Sumbawa untuk
mempersiapkan anak yang akan memasuki fase belajar dalam perkembangan
kehidupannya. Persiapan di sini adalah memberi bekal secara fisik maupun spiritual.
Prosesi ini dipandang penting karena anak akan memasuki lingkungan yang baru,
keluar dari comfort zone, sehingga melalui beang sameto diharapkan si anak tidak
akan mengalami guncangan mental dan atau benturan kejiwaan yang merugikan
anak. Beang sameto dilakukan baik pada saat anak akan memulai belajar mengaji,
maupun belajar di pendidikan formal atau pada situasi yang lebih umum ketika ada
transisi luas jelajah lingkungan belajar/hidup anak.
Prosesi Beang sameto adalah :

a. Tradisi ini dilakukan pada hari Jum‟at dimulai saat matahari sepenggalah sampai
menjelang masuk waktu sholat jum‟at.
b. Anak yang sudah dimandikan kemudian diberi pakaian yang bersih atau terbaik
c. Anak diberi doa oleh tokoh masyarakat atau sandro yang dihembuskan ke ubun-
ubunnya.
d. Anak kemudian diberi makan telur rebus yang sudah ditusuk-tusuk dengan jarum.
Telur yang ditusuk tersebut merupakan simbol kepala si anak yang mudah menerima

Halaman 5 dari 21
ilmu. Dalam tahapan ini, diiringi dengan tabuhan bedug yang sambung-
menyambung sebagai simbol bahwa kewajiban agama sudah menunggu untuk
ditunaikan yaitu mendirikan sholat
e. Setelah memakan telur tersebut, maka si anak harus menuju ke mesjid untuk mengikuti
proses sholat Jum‟at. Fase ini sebagai simbol bahwa si anak sudah mulai dapat
diterima untuk ikut dalam aktifitas sosial keagamaan dalam masyarakat.

Siklus ini merupakan gambaran implementasi dari perintah dalam Al Qur‟an untuk
memperhatikan, mengindahkan dan menjaga sholat. Apabila kewajiban sholat sudah
dipenuhi maka aktifitas keduniaan dengan bertebaran di muka dapat dilakukan.
Melatih dan mendidik anak untuk menjadikan masjid sebagai sumbu merupakan
implementasi dari prinsip adat barenti ko sara, sara barenti ko kitabullah.
c) Ngasak Rame
ngasak rame rau rea
Beling pio poto jontal
Parana luyit no payung

Ngasak Rame adalah aktifitas Tau Samawa dalam menggarap lahan Gempang
atau Rau (Ladang) yang akan ditanami padi yang dilakukan secara bersama sama
melibatkan banyak orang. Ladang yang akan ditanami bibit padi dengan cara
melubangi tanah menggunakan alat Asak yang terbuat dari potongan ujung batang
bambu kira kira sepanjang 170 cm dan dipasangi besi seperti tembilang kecil pada
bagian ujung bawahnya yang digunakan untuk membuat lubang di tanah dengan
cara ditumbuk. Pada bagian ujung atas dari Asak dipasangi Gerosong (kerincingan).
Pada saat Asak ditumbuk ke tanah untuk membuat lubang yang akan dimasukkan
bibit padi secara bersamaan Gerosong (kerincingan) tadi akan berbunyi.
Kegiatan Ngasak Rame dilakukan setelah Gempang atau Rau (lahan di atas atau
lereng gunung) yang akan ditanam telah dibersihkan dan siap ditanami. Pemilik
lahan kemudian akan mengajak jiran tetangga dengan cara Barajak dengan Pasila
(mengajak untuk turut serta) agar dapat ikut membantu menanam padi di lahan
dengan cara Ngasak. Jumlah orang orang diajak Ngasak biasanya berjumlah
sekitar 20 orang tergantung juga dari luas lahan yang akan ditanami.
Pada hari yang telah ditetapkan orang yang diajak untuk membantu Ngasak
berkumpul di rumah pemilik lahan kemudian berangkat bersama sama menuju
Gempang/Rau (lahan) dengan membawa peralatan dan bekal yang telah disiapkan
seperti : bibit padi, wadah tempat bibit, Asak, Parang, soko (topi kerucut dari
anyaman bambu atau daun lontar) dan bahan makanan untuk bekal. Kaum ibu
ibu atau gadis yang akan ikut Ngasak Rame biasanya menggunakan Seme’ (
bedak lulur dari kulit kayu) agar kulit wajahnya tidak terbakar sinar matahari.
Ngasak mulai dilakukan oleh pihak laki laki dengan gerakkan menumbukkan ujung
Asak yang terbuat dari besi pipih seukuran 3-4 cm untuk melubangi tanah yang
kemudian diikuti oleh pihak perempuan sebagai pe-Ngembu’ (yang memasukkan
bibit ke dalam lubang bekas Asak di tanah). Bibit yang sudah berada di dalam
Halaman 6 dari 21
lubang tanah tadi kemudian disapu oleh orang lain lagi yang bertugas sebagai
penyapu menggunakan sapu yang dibuat dari daun daunan yang diambil dari
tumbuhan yang ada di sekitar lahan.
Gemirincing suara gerosong di ujung asak setiap kali dihujamkan ketanah
memberikan suasana keasyikan tersendiri karena memunculkan bunyi dan irama
yang mengasyikkan seiriing dengan gerak dan langkah pengasak. Sehingga
Pengembu dan pengasak yang biasanya pasangan muda mudi yang tengah
kasmaran tidak merasa keletihan, penat dan kecapekan selama Ngasak. Sesekali
kadang mereka saling berbalas lawas sebagai bentuk komunikasi romatis yang
menghiasi selama kegiatan Ngasak.
Kegiatan Ngasak biasanya berlangsung satu hari penuh dengan masa istirahat yang
digunakan untuk makan siang bersama dan sholat zhuhur. Paling cepat 30 menit
kemudian kegiatan ngasak dilanjutkan kembali sampai dengan seluruh areal tanam
dalam lahan tersebut telah di-asak.
d) Mata Rame
Gero maras mata rame
Ima lempo engar pade
Pola rangap balong tayam

Mata' rame adalah kegiatan memanen padi yang di lakukan secara bersama-sama
dan berganti-gantian dalam konsep Saling Tulung (saling membantu), Ete Siru
(menerima jasa dari pihak lain) dan bayar siru (memberi jasa kepada pihak lain)
Kegiatan mata' rame ini sudah menjadi adat istiadat Tau Samawa sejak dahulu.
Ketika musim panen tiba, maka mata' rame pun dimulai. Pemilik sawah yang akan
memanen padinya akan Barajak (mengundang setiap orang basiru/ete siru) untuk
membantunya memanen padi. Pada kesempatan berikutnya ketika pihak atau orang
lain memanen padinya , maka pihak yang tadinya telah Ete Siru (mendapat
bantuan jasa) harus membayar jasa orang-orang yang membantu memanen padinya
dengan membantu orang tersebut memanen padi di sawahnya yang di sebut Bayar
Siru’ (membayar jasa)). Kalau pihak atau orang yang membantu memanen padi
tidak memiliki sawah maka orang tersebut dibayar dengan Dua Gutis Pade
(delapan ikat padi).
Kegiatan Basiru terkadang juga diikuti oleh kerabat yang datang dari luar
kampung atau desa lainnya
Istilah pembagian hitungan dalam Mata’ Rame
Sepa/ 1 pa = satu ikat
Dopa = dua ikat
Telupa = tiga ikat
Empat pa = empat ikat
Empat pa dikenal juga dengan istilah segutis / 1 gutis
10 gutis = 1 dit
Halaman 7 dari 21
10 dit = sebu/ 1 bu
10 bu = sejalan/ 1 jalan
Mata' rame ini beranggotakan 30 sampai dengan 40 orang bahkan lebih. Dengan
seorang panitia yang mengatur jadwal kegiatan setiap orang yang Ete/Bayar Siru‟.
Kegiatan ini biasanya selesai dalam 1 bulan.
Alat yang di gunakan adalah Rangap (pemotong batang padi), Sengkal (untuk
mengencangkan amat/tali treng). Tali Treng dibuat dari kulit bambu jenis Treng yang
memiliki batang dengan jarak buku yang panjang dan memiliki tekstur kulit yang
lentur dan kuat, gunanya untuk mengikat batang padi yang sudah dipotong dengan
Rangap dikumpulkan dan diratakan ukurannya dengan dipapas menggunakan
parang pada Sampang (semacam cagak dari kayu) dan Palemar (batang kayu
atau bambu untuk memikul/membawa Gutis/kumpulan padi yang sudah di ikat).
Kegiatan mata rame ini adalah kegiatan yang di nanti-nantikan oleh masyarakat.
Saat kegiatan mata rame berlangsung , di dalam petak sawah para remaja laki-
laki akan melantunkan Lawas, (Syair atau pantun) yang apabila ada perempuan
yang membalas lawas-nya, maka mereka berdua akan berkenalan. Berawal dari
Sier Lawas (saling membalas lawas) akan menjadikan mereka lebih dekat hingga
Ramanjeng" (pacaran) bahkan tidak jarang berakhir dengan pernikahan.
Balawas juga dilakukan oleh siapa saja yang ikut dalam kegiatan Mata’ Rame
tersebut. Orang orang tua biasanya menggunakan Lawas sebagai nasehat, motivasi,
dan juga lelucon yang mengundang tawa. Ada juga yang memamerkan
kebolehannya dalam bersastra tutur seperti rabalas lawas dengan Bakelung (Syair
lawas yang disenandungkan dengan lagu) juga Rembang Losong ( alat musik tiup
dari batang padi) yang akan terdengar di seluruh pelosok persawahan
memberitakan kegembiraan dan kebahgiaan akan panen yang berlangsung

e) Turen Tana
Turin tana anak adam
Sangerik asal ka pasal
Lema no lupa ko diri

f) Gunting Bulu/Baterok

g) Satama Lamung
lamung pene ukir batang
Sawit kewa loto kuning
Tama lamung kati diri

Upacara adat Satama Lamung merupakan salah satu upacara dalam siklus daur
kehidupan masyarakat Sumbawa. Dalam upacara ini seorang gadis yang akan
memasuki masa remaja atau akil baligh ikenakan pakaian adat khas Sumbawa yaitu
Halaman 8 dari 21
Lamung Pene. Lamung Pene yang dikenakan berupa tujuh corak warna yang
masing-masing warna tersebut melambangkan makna kehidupan. Tama lamung
dimaksudkan sebagai pemberitahuan kepada anak bahwa ia akan memasuki usia
remaja, sehingga dapat menyadari dirinya baik secara fisik maupun mental dalam
menghadapi perubahan perubahan yang akan dialaminya.
Tradisi Satama Lamung diiringi Sarakal ( lantunan puji-pujian kepada Rasul dan
doa) dengan membunyikan rebana ode dan rebana rea. Pada kain putih si anak
prempuan dioleskan warna kuning di bagian pinggirnya dan warna baju yang
digunakan oleh si perempuan yaitu merah, hijau, biru, merah muda, hitam dan
ungu.
Upacara ini dilaksanakan di atas tikar yang dinamakan Tipar Lonjo atau Tipar
Umpu. Dalam upacara ini disediakan perlengkapan-perlengkapan seperti : dila
malam (lilin), loto kuneng (beras kuning) , Malege pisak, kuning putih (Nasi
ketan hitam, kuning, putih)), ketupat, sarapat, buras dan baju (lamong pene)
sebanyak 7 buah dengan warna yang berbeda.
Tradisi tersebut berlangsung sambil diiringi dengan sarakal dan ratib. Ketujuh baju
yang berbeda warnanya tesebut secara bergantian dikenakan oleh orang yang
berbeda , setiap pemasangan baju selalu ditaburi/lempari dengan beras kuning
(loto kuning). Setelah baju dikenakan maka Sandro (dukun) akan mengelilingi anak
tersebut dengan dila malam sebanyak 7 kali sambil membacakan doa agar si anak
tersebut kelak dapat menjadi anak yang solehah
Sebelum pelaksanaan Satama lamung terlebih dahulu dilakukan persiapan. Dalam
persiapan ini disiapkan segala peralatan dan perlengkapan tardisi. Jika
pelaksanaan Tama Lamung dilakukan pada malam hari maka sang Putri yang akan
Tama Lamung akan dimandikan terlebih dahulu oleh Sandro (dukun) pada waktu
menjelang magrib. Jika Tama Lamung dilakukan pada pagi hari maka sang putri
dimandikan pada waktu setelah shalat subuh. Adapun perlengkapan yang
disediakan dalam tradisi Satama lamung, mengandung makna dan fungsi sebagai
berikut:

1. Ai (air) bermakna kesucian digunakan untuk membasuh, setelah itu dipercikan ke


seluruh tubuh si anak perempuan.

2. Lilin bermakna penerangan digunakan sebagai penerang

3. Loto kuneng (beras kuning) bermakna spiritualitas digunakan denan cara


menaburkannya keseluruh tubuh si anak.

4. Nyir (kelapa) bermakna pengobatan airnya digunakan untukmembasuh tubuh si


anak dan untuk minum.

5. Dila malam sebagai penerang

6. Dulang (nampan) bermakna social digunakan untuk meletakan semua


perlengkapan yang diperlukan.
Halaman 9 dari 21
7. Kre putih (kain putih) bermakna kesucian ) dipakaikan oleh si

8. Lamong pene bermakna kehormatan dipakaikan kepada si anak hingga sebanyak


7 kali dengan 7 warna baju yyang berbeda-beda.

9. Kawari bermakna kehormatan dikalungkan dileher si anak

10. Mayang bermakna pengobatan dan kecantikan dipakai untuk memercikan air
ketubuh si anak

11. Pancar bermakna bermakna kecantikan ditangan si anak

12. Bore (hiasan dahi) bermakna kedewasaan digunakan sebagai hiasan di dahi
anak perempuan.

13. Godong punti bermakna spiritualitas digunakan untuk meletakan bahan-bahan


yang dipakai dalam upacara Satama Lamung
Ritual Satama Lamung biasanya dilaksanakan dengan ritual lainnya yaitu Basunat
(khitan)

h) Ponan/Sadeka Orong/Biso Tian Pade


Pade to batian belis
Basadeka dulang antin
Arap bau balong hasil

Sadeka Orong/Biso Tian Pade merupakan ritual tahunan sebagai ungkapan rasa
syukur masyarakat usai musim tanam. Adapun nama Sadeka ponan merupakan
nama ritual khusus di wilayah tiga desa yakni Desa Poto, Lengas dan Malili
Kecamatan Moyo Hilir, Sumbawa yang menurut sejarahnya berasal dari satu rumpun
yang sama yaitu Desa Bekat. Acara sedekahan ini memiliki nilai adat, keagamaan
dan nilai-nilai sosial yang teramat kental,
Prosesi pelaksanaan sadeka ponan/biso tian pade/sadeka orong dimulai dari
adanya kesepakatan bersama warga untuk mengadakan ritual kesyukuran dalam
bentuk sedekah atas curahan nikmat Allah Swt berupa tumbuhnya tanaman padi
yang telah ditanam dengan subur.
Setiap bahan panganan berbahan dasar beras yang dikukus ataupun dimasak
diambil dari kekayaan alam masyarakat setempat. Jenisnya antara lain berupa
Buras, Lepat, Patikal, Ketupat, Dange, Onde, dan Serapat. Dalam proses
memasaknya pun dilakukan secara bergotong royong. Makanan tersebut disiapkan
sebagai sajian kepada para tamu yang akan datang dalam acara sedekahan.
Setiap keluarga memasak bahan makanan tersebut di rumah masing-masing sehari
sebelum sedekah besar itu dimulai.

Halaman 10 dari 21
Malam hari sebelum sadeka ponan dimulai, para pemuda-pemudi biasanya
mengadakan malam kesenian Sumbawa. Sedangkan para ibu-ibu membuat
berbagai macam kue khas Sumbawa yang terbuat dari beras. Proses memasak
dengan cara merebus atau mengukus dan dibakar yang secara filosifis dimaknai
bahwa uap air yang dihasilkan dari cara memasak dengan merebus atau mengukur
dan dibakar diharapkan dapat mendatangkan berkah hujan dan menjaga
kesuburan tanaman padi. Bahan untuk membungkus penganan yang diolah dan
dimasak semuanya menggunakan bahan bahan dari daun-daun seperti daun
pisang, daun kelapa dan daun bambu. Karena itulah, semua bahan makanan yang
akan diolah tidak diproses dengan menggunakan minyak (menggoreng) dan
tidak dibungkus plastik.
Esok harinya ritual sadeka ponan diawali dengan dzikir dan do‟a bersama dipimpin
oleh tokoh agama atau ulama yang dilaksanakan terpusat di tempat yang
disepakati atau di atas sebuah bukit yang berada di tengah tengah areal
persawahan Orong Rea (Kawasan persawahan yang luas dalam wilayah tiga desa
Poto,Lengas dan Malili) untuk Sadeka Ponan. Kemudian dilanjutkan dengan
pembagian makanan keseluruh warga dan ditutup dengan makan bersama. Namun,
tidak semua makanan dihabiskan, sebagian dibawa pulang sebagai oleh-oleh para
tetamu. Sedangkan pembungkus jajanan yang telah dimakan disebarkan di ladang
dan sawah yang dipercaya dapat menjadi pupuk, menyuburkan tanaman di ladang
dan sawah mereka.
Sadeka Ponan berangsung selama satu hari penuh. Sejak pagi sampai dengan sore
hari masyarakat ketiga desa tersebut disibukkan dengan kegiatan menjamu tamu
yang datang dari luar desa untuk ikut serta larut dalam kesyukuran bersama dengan
menikmati sajian khas penganan Sumbawa.

i) Sampanang Bale
Talang bate talang tajo

Gegan kuat ke salawat

Manang bale siep jaga


Sampanang Bale (mendirikan/membangun Rumah) adalah aktifitas bersama
masyarakat Sumbawa dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal
yang layak. Sampanang Bale diawali dengan mempersiapkan bahan berupa kayu
yang berkualitas terbaik seperti kayu jati, ipil, kemang kuning, laban, rimas, tanyung,
dan lain lain. Untuk keperluan kelengkapan bahan kayu rumah Tau Samawa
memperolehnya dari hutan atau gunung dengan cara Rempong (Tebang) dengan
Perku (kapak). Beberapa wilayah melakukan hal ini setelah mendapat saran dari
Pati Ongong sebagai orang yang dipercaya menjaga kelestarian hutan.
Sebelum ditebang kayu kayu tersebut dipilih dengan cara di-Kalung (memapas kulit
batang kayu secara melingkar). Tujuannya untuk menandai bahwa batang batang
tersebutlah yang kualitasnya baik dari sisi ukuran, lingkar batang, dan panjang
serta lurus tidaknya batang kayu yang akan ditebang nanti. Kegiatan ini dilakukan

Halaman 11 dari 21
secara bersama sama dengan mengajak anggota keluarga atau masyarakat
lainnya. Tidak kurang dari sekitar 10 (sepuluh) orang yang melakukan kegiatan ini.
Orang orang yang diajak untuk memilih kayu dengan cara di-Kalung (memapas kulit
batang kayu secara melingkar) sebelumnya diajak dengan cara Pasila (mendatangi
secara langsung pihak yang akan diajak ikut serta).
Kayu kayu pilihan yang sudah ditebang selanjutnya dibawa ke perkampungan atau
desa dengan menggunakan tenaga kerbau dikenal dengan istilah Baroras. Selang
berapa waktu kemudian bahan bahan kayu selanjutnya dipilih dan dibentuk dengan
menggunakan Banci (alat untuk membuat agar kayu gelondongan menjadi persegi)
selanjutnya dirapikan menggunakan alat Timpas (semacam parang kecil dengan
bentuk yang sedikit bengkok). Dalam proses ini kayu kayu dipilih dan ditentukan
sesuai peruntukannya apakah akan dijadikan Tiang, Langke, Pangkarat, Siku, Baji,
Apit Saka, Panisi, Pajolo, Bungis, Tunyang, Oso’, Reng, Layang, Jalika, Lasar
(Ban Lasar), Dining, Lawang, Jelaja, Anar Sawai, Anar Salaki.
Pengerjaan pembuatan Tiang sebagai penyanggah utama bangunan Bale (Rumah)
dilakukan kegiatan Berpat (membuat lubang pada tiang menggunakan pahat) yaitu
membuat lubang persegi seukuran besar kayu langke (penghubung antara tiang satu
dan lainnya) atau sedikit lebih besar agar langke bisa masuk.
Dimulai dari Marempong (menebang), Baroras, dilanjutkan dengan Berpat
(membuat lubang pada tiang) sampai dengan tahapan mendrikan bangunan Bale
semuanya dilakukan secera bersama sama (gotong royong). Pada hari pelaksanaan
sampanang bale semua anggota masyarakat secara bersama sama ikut membantu.
Kaum ibu ibu bekerja untuk membantu menyiapkan konsumsi bagi kaum bapak
bapak yang bekerja membangun rumah. Untuk mendirikan tiang tiang dengan
ukuran besar dan berat diperlukan kekompakan dari semua pekerja. Biasanya
menggunakan yel yel Ela Bate Tarang Tajo.
Pekerjaan yang melibatkan orang banyak biasanya hanya sampai dengan
berdirinya rangka bangunan Bale seperti berdirinya tiang tiang, terpasangnya
langke yang telah diperkuat dengan baji, pangkarat, tunyang , panisi, dan bungis
dan pemasangan siku siku. Penyempurnaan bagian bagian yang lain seperti
pemasangan Oso’, Reng, Genteng, Dining, Lawang, Jelaja, Anar dan ban lasar
dikerjakan oleh beberapa orang saja sampai Bale (Rumah) tersebut dapat ditempati
oleh pemiliknya.
j) Nyorong
Upacara Nyorong adalah serangkaian prosesi pernikahan di Tana Sumbawa (Tau
Samawa). Nyorong dilakukan setelah prosesi lamaran atau disebut Bakatoan. Pada
umumnya, nyorong merupakan proses hantaran dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan, yang diiringi dengan kesenian khas Sumbawa Ratib Rabana ode,
Rabalas Lawas suling (serunai), gong, genang, dan lainnya. Umumnya, orang-
orang yang terlibat dalam tradisi ini menggunakan pakaian adat setempat.
Barang-barang yang menjadi hantaran pada proses nyorong ini merupakan hasil
musyawarah yang sudah ditetapkan oleh kedua belah pihak saat basaputis
(penentuan jawaban pihak wanita). Misalnya, Pipis Belanya (uang belanja) kemudian

Halaman 12 dari 21
Isi Peti (berupa emas perhiasan) Isi Lemari (pakaian si gadis, mulai dari sandal
hingga sanggul rambut) dan Soan Lemar (berupa beras, gula, minyak, kayu bakar
dll termasuk kerbau atau sapi).
Barang-barang tersebut digunakan untuk bahan prosesi perkawinan yang
dilaksanakan di tempat keluarga wanita.
k) Barodak
Barodak Rapancar adalah tradisi luluran dan mewarnai tangan. Kedua kata
tersebut berasal dari bahasa Sumbawa. Kata Barodak diambil dari kata 'Odak'
yang berarti Lulur sedangkan Rapancar berasal dari kata Pancar yang berarti
memerahkah kuku tangan dengan daun pacar.
Ritual Barodak/Rapancar ini biasanya dilakukan setelah didahului berbagai prosesi
perkawinan lainnya seperti Bajajak (menjajaki), Bakatoan (Melamar), Basaputis
(Menetapkan hari baik), Bada (pemberitahuan), dan Nyorong (Antaran) .
Kemudian setelah Barodak Rapancar, dilanjutkan dengan acara Nikah (menikah),
Rame Mesa (Meramaikan ditempat acara) dan Tokal Basai (resepsi).
Rangkaian tahapan ini, hampir utuh dijalani oleh masyarakat Kabupaten Sumbawa
sejak berpuluh tahun lamanya. Di dalamnya juga termasuk ritual Maning Pengantan
yang dilakukan oleh „Ina Odak‟ (Juru Lulur) untuk mengawali seluruh prosesi
barodak.
Kegiatan ritual barodak bagi masyarakat Sumbawa memiliki makna filosofis.
Misalnya, setiap perlengkapan odak, yaitu bedak tradisional Sumbawa yang
terbuat dari buah binang atau belimbing wuluh, daun sirih, beras yang digiling
dan diramu menjadi satu. Kesemuanya itu menurut warga Sumbawa melambang
keihlasan kesatuan hati dan tekad.
l) Pangantan Basai
Pangantan Basai diartikan sebagai resepsi perkawinan atau merupakan tahap akhir
dalam rangkaian upacara perkawinan suku Samawa. Resepsi perkawinan biasa
dilakukan pada malam hari di sebuah lapangan terbuka atau gedung. Di dalam
acara Pangantan Basai dimulai dengan pra acara yang berupa pembacaan ayat
suci AlQuran, pembukaan oleh ketua panitia sebagai pelaksanaan acara,
penyampaian isi hati keluarga, hiburan dan penutup. Penyampaian isi hati keluarga
ini disampaikan oleh orang yang dianggap mampu memberi nasihat kepada
pengantin yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangga, sedangkan untuk
acara hiburan para tamu undangan akan disuguhi hiburan yang berupa tari tarian
adat daerah Sumbawa atau nyanyian yang diiringi musik modern dan tradisional.
Pada upacara inilah kedua mempelai menjadi raja sehari. Sebagai sarana
permakluman kepada seluruh warga masyarakat tentang perkawinan mereka
dilaksanakan sepenuhnya. Para undangan memberikan ucapan selamat dan doa
kepada kedua mempelai disertai dengan barupa (pemberian hadiah atau kado)
kepada kedua mempelai.
m) Biso Tian

Halaman 13 dari 21
Tradisi Biso Tian merupakan upacara tujuh bulanan usia kehamilan
wanita Samawa. Upacara ini diartikan sebagai bentuk rasa syukur dan
kebahagiaan orang tua, dalam menanti kelahiran bayi. Tradisi Biso Tian bertujuan
agar bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan bersih,selamat dan tak kurang
apapun.
Tradisi biso tian memiliki makna untuk mempersiapkan calon ibu agar ikhlas serta
tabah dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh perjuangan.
Selain itu, meramaikan acara biso tian ini bertujuan untuk memberikan kekuatan dan
semangat kepada si calon ibu dalam menjalani proses melahirkan terutama bagi
perempuan yang melahirkan pertama kali.
Proses pelaksanaan tradisi biso tian adalah Menyiapkan 7 lembar kain panjang
berwarna warni tujuh yang ujungnya diikat uang logam untuk dilempar kearah
hadirin kemudian diperebutkan oleh hadirin pada akhir acara. Kemudian kain
berwarna warni tujuh lapis tersebut dipakai sebagai alas tidur oleh ibu hamil selama
prosesi berlangsung. Tujuh lapis kain ini melambangkan bahwa kehidupan manusia
itu betapa tinggi nilainya serupa tujuh lapis bumi dan langit yang kerap
diumpamakan terhadap alam semesta ini.
Dalam tradisi ini juga di siapkan sebuah pegu (wadah khas terbuat dari kuningan)
berisi beras berwarna-warni, hitam, hijau, merah muda dan putih. Yang
berwarna putih adalah khusus dibuat dari padi yang disangrai sampai mekar. Beras
warna-warni sebagai pelengkap prosesi ini merupakan lambang kemakmuran yang
diharapkan dari sang bayi yang akan lahir.
n) Pangantan Nginring
Pangantan Ngindring merupakan tradisi yang dilakukan setelah tahapan akad nikah.
Dulu Tradisi ini dilakukan pada sore hari, namun sekarang karena banyak terjadi
perubahan tradisi ini dilakukan pada malam hari atau menjelang resepsi
perkawinan dilaksanakan. Tradisi Pangantan Ngindring dilakukan malam hari
karena arak arakan keliling Desa tidak lagi dilakukan sebagaimana dahulu. Hal ini
disebabkan karena berubahnya fungsi yang ada di Pangantan Ngindring.
Dulu pengantin diarak keliling Desa dengan tujuan meminta nasihat dari kaum
bangsawan dan orang yang dituakan dalam masyarakat, sedangkan saat ini fungsi
tersebut telah berubah tempat. Nasihat untuk kedua pengantin pada saat ini
diberikan ketika acara resepsi perkawinan dilaksanakan. Dalam hal ini akan
disampaikan oleh orang yang sangat dihormati dan dirasa mampu oleh kedua belah
pihak, acara ini dinamakan penyampaian kata hati keluarga. Dewasa ini pangantan
ngindring dapat diartikan sebagai tradisi penjemputan pengantin wanita oleh
pengantin pria menuju tempat dimana resepsi perkawinan akan dilakukan.
o) Nuja Rame
Nuja’ rame adalah bagian dari tradisi pernikahan masyarakat Sumbawa yang
dilakukan sebelum pernikahan berlangsung. Prosesi Nuja biasanya di mulai waktu
subuh dengan menumbuk padi di dalam Rantok (tempat menumbuk padi dari kayu)
dan lesung. Kemudian dilanjutkan dengan membuat irama alu-alu yang
berkomposisi harmoni music yang indah. Walaupun sebenarnya nuja rame

Halaman 14 dari 21
merupakan tradisi yang sering dilakukan masyarakat Sumbawa pada saat masa
panen telah berakhir tetapi setelah Nuja Rame akan dilanjutkan dengan acara
pernikahan.
Dengan bunyi rantok tersebut maka para masyarakat datang membawa Panulung
(bantuan) bagi keluarga pengantin berupa padi, beras, kayu bakar, minyak
goreng, bahan bumbu dan uang sesuai dengan kemampuan masyarakat.
p) Turen Benrang
Tradisi basunat (khitan) turen bénrang dimaknai sebagai bagian dari proses
menjaga kebersihan dan kesehatan anak sehingga anak siap untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya. Ada tiga rangkaian prosesi
yang penting dalam filosofi ini yaitu: barodak yang dimaknai sebagai ritual
pembersihan diri secara lahir dan batin, Basunat untuk menjaga kesehatan fisik dan
Turen Benrang sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan membuang sial.
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu: bangka ode, béte, kipeng, topat
sarapat petikal, mama pekok, loto kuning, me pajo atau me lege 4 rupa, me 3 kepal,
tele kela, punti saba, rokok jontal, dila malam, serset atau serpok, 1 ekor ayam telas atau
kepala kambing, 1 ekor ayam pangang selangkap, pade pata dan gong genang
basarunai.
q) Munit Adat/Muharam
Munit Adat merupakan tradisi perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yag
dilakukan oleh masyarakat Sumbawa. Sebagai manifestasi rasa syukur tersebut
maka setiap perayaan Maulid atau Munit Adat selalu di tandai dengan hadirnya
“Sanra”yang berisi “Akar Kayu Bua Kayu” (hasil bumi), “Baku” dan “penyekan”
yang berisi aneka penganan khas serta “male” (hiasan dari kertas bermotif ragam
hias tradisional Sumbawa yang digantung pada stik bambu berhiaskan bunga kertas
warna warni dan telur). “Male” inilah yang dinanti oleh setiap jamaah dalam
perayaan Munit Adat. Unsur musikalitas yang menunjang kemeriahan pun ditandai
dengan kehadiran Ratib Munit dan Pembacaan Syaraful Anam.

3. Transliterasi Satera Jontal Tema Karnaval


a) Nganyang

Halaman 15 dari 21
b) Beang Sameto

c) Ngasak Rame

d) Mata Rame

Halaman 16 dari 21
e) Turen Tana

f) Gunting Bulu/Baterok

g) Satama Lamung
Halaman 17 dari 21
h) Ponan/Sadeka Orong/Biso Tian Pade

i) Sampanang Bale

j) Nyorong

Halaman 18 dari 21
k) Barodak

l) Pangantan Basai

Halaman 19 dari 21
m) Biso Tian

n) Pangantan Nginring

o) Nuja Rame

Halaman 20 dari 21
p) Turen Benrang

q) Munit Adat/Muharam

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SUMBAWA

Drs. H. HASAN BASRI. MM


Pembina Utama Madya / IV.d
NIP. 19631228 199003 1 010

Halaman 21 dari 21

Anda mungkin juga menyukai