Anda di halaman 1dari 26

1

LAPORAN BUKU FIKSI

AYAT-AYAT CINTA 2
(Sebuah Novel Pembangun Jiwa)

Diajukan untuk memenuhi tugas individu


Mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah
Dosen : Irma Jayatmi, S.ST, M.Kes

Disusun oleh :

NUR EULIS SULASTRI


NPM 07160200148

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2018
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan anugerah

dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatannya yang telah diberikan pada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan buku fiksi “Ayat-Ayat Cinta 2

(Sebuah Novel Pembangun Jiwa)”. Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan

sanggup menyelesaikan dengan baik.

Laporan buku ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teknik Penulisan

Ilmiah pada Semester II Program Studi Diploma IV Kebidanan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) tahun akademik 2017/2018.

Penulis banyak menemui kesulitan dalam menyusun laporan buku ini, baik

pada saat pemilihan buku maupun saat penyusunannya. Namun berkat kerja keras,

akhirnya laporan buku ini selesai juga.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada dosen mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah Yth.

Ibu Irma Jayatmi, S.ST, M.Kes yang telah memberikan wawasan dan pengetahuan

tentang penulisan laporan buku ini.

Tiada gading yang tak retak. Begitu juga dengan laporan buku ini masih

jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis berharap saran dan kritik yang konstruktif

dari semua pihak demi perbaikan laporan ini. Akhirnya penulis berharap, tak ada

rotan akarpun berguna, semoga laporan buku ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca, khususnya bagi penulis pribadi.

Jakarta, 15 Januari 2018

Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan ………………………………… 1
1.2 Tujuan Penulisan ………………………………………… 3
1.3 Manfaat Penulisan ………………………………………… 3
BAB II ISI LAPORAN BUKU
2.1 Identitas Buku …………………………………………… 5
2.2 Sinopsis ……………………………………………………. 6
2.3 Keunggulan dan Kelemahan ……………………………… 9
2.4 Perbandingan dengan Fiksi lain …………………………… 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………….. 19
3.2 Saran ………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Novel merupakan usaha untuk meniru dunia kemungkinan atau

peniruan dunia kemungkinan. Artinya, apa yang diuraikan di dalamnya

bukanlah dunia sesungguhnya, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang secara

imajinatif dapat diperkirakan bisa diwujudkannya. Dunia pengalaman

pengarang merupakan inspirasi dalam proses kreatif penciptaan novel.

Berkaitan dengan novel, Nurgiyantoro (2010:4) berpendapat bahwa novel

merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi

model kehidupan yang diidealkan, di dalamnya terdapat dunia imajiner yang

dibangun melalui berbagai unsurnya. Semua unsur tersebut sengaja dikreasikan

oleh pengarang dengan dibuat mirip, diimitasikan dengan dunia nyata lengkap

dengan peristiwa-peristiwa dan latarnya.1

Ayat Ayat Cinta adalah novel berbahasa Indonesia karangan

Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2004

melalui penerbit Basmala dan Republika. Novel ini sukses menjadi salah satu

novel fiksi terlaris di Indonesia yang dicetak sampai dengan 160 ribu eksemplar

hanya dalam jangka waktu tiga tahun. Ayat Ayat Cinta juga merupakan pelopor

karya sastra Islami yang sedang dalam masa kebangkitannya dewasa ini.

1
Nurgiyantoro, B., (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Edisi II Cetakan ke 11. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press/Author: Burhan Nurgiyantoro.

1
2

Ayat-Ayat Cinta 2 merupakan lanjutan dari salah satu mahakarya

seorang Novelis Habiburrahman El Shirazy yang biasa dipanggil Kang Abik

atas novelnya yang bertajuk “Ayat-Ayat Cinta” yang terbit sekitar 10 tahun

silam. Bukan hanya sebatas novel agama, namun terdapat begitu banyak

hikmah dan pembelajaran yang dapat diambil oleh para pembaca tanpa merasa

di gurui oleh sang penulis. Sebagaimana ciri khas dari karya-karyanya,

pengarang juga tetap menyelipkan ilmu baik itu fiqih, sejarah, maupun

pengetahuan keIslaman didalam setiap karyanya begitupun dalam kisah Ayat-

Ayat Cinta 2 kali ini.

Ayat-Ayat Cinta 2 adalah sebuah novel 697 halaman yang ditulis oleh

seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama

Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan

sekarang sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel

Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya

seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan

dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda.

Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai media

penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak

tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi

penerus bangsa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun

sebuah laporan buku. Laporan buku adalah karya ilmiah yang melukiskan

pemahaman mahasiswa terhadap isi sebuah buku. Dalam laporan buku,


3

mahasiswa menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang

bersangkutan diikuti dengan pendapat mahasiswa terhadap isi buku. Laporan

buku merupakan suatu bentuk penyajian pengamatan sebuah buku baik fiksi

maupun nonfiksi (ilmiah)2. Laporan buku yang penulis susun merupakan

sebuah laporan buku fiksi yang bersumber dari sebuah novel.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan buku ini adalah untuk :

1. Dapat mengetahui, memahami dan menerapkan langkah-langkah dalam

penulisan laporan buku dan laporan pengamatan dari hasil perkuliahan.

2. Menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan

diikuti dengan pendapat penulis terhadap isi buku

3. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah pada

Program Studi Diploma IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Majau (STIKIM).

1.3 Manfaat Penulisan Laporan Buku

Laporan buku ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik

secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis, laporan buku ini berguna sebagai pengetahuan tentang

langkah-langkah dalam penulisan laporan buku.

2
Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia.
4

2. Secara praktis, laporan buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1) Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemahaman agar

lebih bisa memotivasi dalam cakrawala keislaman.

2) Pembaca, sebagai media informasi untuk lebih jernih, lebih cerdas dalam

memahami cakrawala keislaman, kehidupan, dan juga cinta.


BAB II

ISI LAPORAN BUKU

2.1 Identitas Buku

Identitas buku, meliputi :

Judul : Ayat-Ayat Cinta2 (Sebuah Novel Pembangun Jiwa)

Penulis : Habiburrahman El Shirazy

Editor : Syahrudin El Fikri dan Triana Rahmawati

Ilustrator : Putri Suzan Nurtania

Penerbit : Republika

Kota terbit : Jakarta

Editor : Anif Sirsaeba A.

ISBN : 978-602-0822-15-0

Cetakan : Ke-1 November 2015

Tebal : 697 halaman

Ukuran buku : 13,5 cm X 20,5 cm

5
6

2.2 Sinopsis
“Aku ingin cintaku kepada Aisha seperti bunga-bunga makrifat di hari para
orang-orang saleh (salehin) dan para nabi. Bunga-bunga makrifat yang tumbuh
dari kalimat-kalimat thayibah yang akarnya menghujam ke bumi dan buahnya
rimbun di langit. Bunga-bunga makrifat itu tak pernah layu, selalu mekar
sepanjang musim. Bunga-bunga makrifat itu begitu indah, keindahannya hanya
bisa ditangkap oleh mata batin para pecinta sejati. Bunga-bunga makrifat itu
menguapkan aroma keharuman yang menyegarkan ruh, menyegarkan pikiran,
jiwa dan raga. Aku ingin cintaku kepada Aisha seperti itu, paman.” (hal. 227-228)

Siapa yang tak ingat dengan kisah cinta Fahri dan Aisha yang

fenomenal di Ayat–Ayat Cinta ? Novel yang booming tahun 2004 dan sudah

difilmkan pada tahun 2008. Tentunya kita sudah tak asing lagi dengan

penulisnya yang sekaligus telah banyak menulis novel sejenis seperti, Ketika

Cinta Bertasbih, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Mihrab Cinta, Pudarnya Pesona

Kleopatra dan yang baru-baru ini terbit juga yaitu Api Tauhid serta masih

banyak lagi. Beliau adalah Habiburrahman El Shirazy atau sering disapa Kang

Abik. Terbitnya Ayat-Ayat Cinta 2 ini tak hanya membuat penggemar novel

pengarang kaget, namun juga seperti bernostalgia kembali dengan cerita

fenomenal Fahri dan Aisha 12 tahun yang lalu. Hadirnya kisah lanjutan Ayat-

Ayat Cinta 1 ini sepertinya memberi jawaban pada para penggemar novel

beliau karena memang masih banyak teka-teki yang belum terjawab di novel

pertamanya.

Sebelum jadi novel, cerita Ayat-Ayat Cinta 2 ini sudah diterbitkan

menjadi cerita bersambung di web Republika setiap hari. Setelah banyak cerita

yang diterbitkan di web, novel ini baru terbit pertama pada bulan november

2015 dan langsung bertengger di rak buku top 10 best seller sampai sekarang.
7

Kali ini perjalanan Fahri dimulai ketika ia sudah menjadi peneliti tamu

dan sebagai tenaga pengajar pengganti di bidang filologi di University of

Edinburgh. Selain sibuk di University of Edinburgh, ternyata Fahri juga

memiliki toko butik AFO Boutique, mini market Agnina dan Resto halal

Agnina. Bisnis tersebut merupakan bisnis Fahri dan Aisha bersama Ozan

(sepupu Aisha). Tapi kini Fahri hidup tanpa Aisha, Aisha hilang bersama

kawan reporternya ketika berkunjung ke Palestina. Teman reporter Aisha tewas

mengenaskan di Palestina, sedang Aisha hilang tanpa kabar apapun. Walaupun

hati Fahri masih sangat tertekan dengan hilangnya Aisha, tapi ia mencoba

menyibukkan diri di akademik sekaligus mengurus bisnisnya. Hingga ia

tenggelam dalam kesibukkannya dan mencoba sedikit demi sedikit melupakan

Aisha.

Fahri tinggal di kawasan Stoneyhill Grove bersama Paman Hulusi,

orang Turki yang diselamatkan Fahri dan menjadi sopir sekaligus asisten

rumah tangganya. Disana ia bertetangga dengan Nyonya Janet yang memiliki

dua anak remaja Keira dan Jason, ada juga Brenda dan seorang nenek yahudi

bernama nenek Catarina. Dengan memiliki tentangga yang berbeda agama,

Fahri sering menemukan tulisan berupa hinaan terhadap Islam bahwa Islam

adalah teroris dan monster. Walau demikian, Fahri tetap menunjukan adab

bertetangga yang baik sesuai ajaran Islam. Bahkan ia rela membantu apapun

kepada tetangganya untuk membuktikan bahwa tuduhan tersebut salah besar,

seperti : Ia membiayai Jason di sekolah bola agar bisa menjadi pemain terkenal.

Ia juga membiayai sekolah musik biola Keira hingga menjadi juara dunia,
8

padahal Keira sangat membenci Fahri karena ia beranggapan Islam adalah

Teroris. Fahri pun tak segan-segan membeli kembali rumah nenek Catarina

yang sudah dijual oleh anak tirinya (Baruch). Tak hanya itu, kedermawanan

Fahri juga terlihat ketika ia menolong tuna wisma bernama Sabina untuk

tinggal di rumahnya. Juga membantu semua kebutuhan Misbah, temannya

sewaktu di Mesir yang terkena masalah beasiswa.

Kegalauan Fahri pun muncul ketika Syaikh Usman, guru talaqqinya

sewaktu di Mesir datang untuk menemui Fahri. Syaikh Usman menasehati

Fahri untuk menikah lagi, dengan menjodohkan Fahri dengan cucunya

bernama Yasmin. Sebenarnya Fahri sudah memikirkan untuk menikah lagi,

selain itu juga ada perempuan lain yang memang di sekitar Fahri dan pantas

dijadikan istri. Yaitu Heba, Putri dari Tuan Taher yang kenal baik dengan

Fahri. Juga ada Hulya, adik Ozan atau masih sepupu Aisha. Dengan kemiripan

yang dimiliki Hulya dalam segi postur tubuh, wajah dan pintar dalam

memainkan biola, ia juga pantas menjadi calon istri untuk Fahri.

Di tengah kegalauannya untuk menikah lagi, ia mendapat masalah

dengan Baruch dan kawannya yang mengajaknya debat tentang amalek dan

isu-isu Palestina serta Islamofobia dan akhirnya ia harus disibukkan dengan

persiapan debat tentang materi israel, yahudi dan amalek. Puncaknya ketika

Fahri diundang dalam debat Oxford Debating Union yang membahas tentang

isu agama. Pembicara pertama memaparkan bahwa semua agama itu sama,

sedang pembicara kedua memaparkan isu atheisme dan Fahri memaparkan

tentang Islam.
9

Lalu bagaimana kelanjutan kisah Fahri? Apakah ia berhasil

menemukan Aisha atau harus menikah lagi? Bagaimana kelanjutan hubungan

Fahri dengan tetangga-tetangganya yang membenci Islam dan apa yang

dilakukan Fahri untuk menjadi agen muslim yang baik? Apakah Fahri bisa

tampil sempurna di Oxford Debating Union?

Semuanya akan ditemukan di novel yang penuh dengan nasehat Islam

dan berbobot dakwah kontemporer ini. Selain dakwah, tentunya novel ini juga

akan berkisar tentang cinta bahwa pepatah jodoh tak akan kemana sangat pas

untuk novel ini. Seperti novel-novel pengarang sebelumnya, cinta yang

diceritakan pengarang inilah yang menurut penulis merupakan definisi dari

cinta sejati.

2.3 Keunggulan dan Kelemahan

Keunggulan dan kelemahan novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Cover

Cover novel Ayat-ayat Cinta 2 terlihat sangat pas dengan setting dan

latar cerita yaitu Edinburgh. Gambar cover merupakan bangunan The

University of Edinburgh tempat Fahri mengajar. Walaupun sebenarnya

cover tak telalu berpengaruh bagi para pecinta novel. Namun bagi saya

karena cover merupakan bagian depan novel, maka harus selalu menarik

pembaca agar penasaran dengan isi buku.


10

2. Tema

Tema yang diangkat oleh pengarang pada novel Ayat-ayat cinta 2 ini

sangat relevan dengan kondisi umat Islam sekarang, yaitu Islam sebagai

agama yang damai sekaligus rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh

alam). Dimana umat Islam ditakuti oleh negara barat dengan isu

terorismenya. Tema ini juga menyambung dengan cerita Fahri, dimana ia

tinggal di negara Eropa (Edinburgh) dan hidup bertoleransi dengan tetangga

yang memiliki agama berbeda, bahkan membenci Islam. Walaupun

sebelumnya pengarang pernah mengangkat tema serupa di novelnya Bumi

Cinta, namun di Ayat-Ayat Cinta 2 ini semakin berbobot dan relevan dengan

keadaan sekarang.

“Jangan mengumpat begitu, paman! Kita belum tahu apa yang menjadi
sebab Keira sampai sedemikian membenci kita. Apakah kita punya salah
kepadanya? Apakah karena informasi tidak benar yang ia terima tentang
Islam dan umat Islam? Kebencian itu tidak perlu kita sikapi dengan
kebencian yang sama. Kita harus tunjukkan dengan bukti yang nyata bahwa
kita jauh dari yang dia sangka.”(hal. 158)

“Dalam catatan sejarah, orang yang masuk Islam karena kelembutan budi
itu jauh lebih banyak dibandingkan karena peperangan. Terbukanya kota
Makkah dan berbondong-bondongnya penduduk masuknya masuk Islam itu
karena halus budinya Rasulullah saw. Tidak ada adu pedang dalam
penaklukan kota Mekkah yang sangat bersejarah tersebut. Itu adalah
penaklukan dengan kebesaran jiwa dan akhlak Rasulullah saw.” (hal. 133)

3. Deskripsi yang Detail

Pengarang selalu menampilkan penggambaran latar yang sempurna

dalam novel-novelnya dan juga pada novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini.

Penggambaran detail latar dan setting cerita baik di Edinburgh ataupun


11

ketika di London sangat apik, sehingga pembaca seperti dibawa ke tempat

dimana cerita sedang berlangsung.

“Mobil itu memasuki Princess St. dan bergerak ke barat. Setelah melewati
Prince Mall Shopping Centre belok ke kiri memasuki Waverly Brigde yang
melintasi stasiun Waverley. Mobil itu terus meluncur menyusuri Cockburn
St., melintasi The Royal Miles, lalu menyusuri A7 menuju selatan.” (hal.3)

Bahkan pengarang pun juga benar-benar serius ketika

mendeskripsikan penampilan Fahri saat akan menghadiri debat di Oxford

Debating Union.

“Sore itu ia memakai suit atau jas, lengkap dengan waistcost atau rompi,
kemeja double cuff, kemudian cufflink dan dasi. Untuk celana, ia memakai
celana bahan woolblend dan sepatu yang ia pilih adalah jenis sepatu
broque.” (hal. 560)

4. Cerita Tokoh Yang Hidup

Di setiap novelnya, pengarang selalu membuat tokoh-tokohnya hidup

dan ada dalam kehidupan pembaca. Seperti di novel pertamanya, Fahri

selalu diceritakan detail dan lengkap, walaupun di Ayat-Ayat Cinta 1

menggunakan sudut pandang aku (Fahri) dan di novel ini menggunakan

sudut pandang orang ketiga. Sebagai tokoh utama, Fahri memang

ditampilkan sempurna oleh pengarang. Aduhai, adakah sosok seperti Fahri

di muka bumi ini? Bahkan terkadang saya berpikir, bahwa Fahri itu tak lain

adalah pengarang sendiri.

Dalam novel ini penulis menemukan sejenis tokoh pembantu namun

keberadaannya dalam cerita sangat mempengaruhi isi cerita. Seperti Paman

Hulusi yang memainkan tokoh sebagai asisten rumah tangga Fahri, selalu

berbeda sikap dengan Fahri namun dengannya Fahri menjelaskan maksud


12

dari tindakan-tindakannya, kemudian Syaikh Usman yang masih

mendampingi dan menguatkan Fahri sebagai gurunya dari Mesir. Sabina,

yang diceritakan sebagai tuna wisma dan akhirnya bisa tinggal di rumah

Fahri. Lalu Hulya, sepupu Aisha dan akhirnya menikah dengan Fahri dan

memiliki anak bernama Umar Al Faruq, kemudian nenek Catarina, seorang

yahudi yang sering dibantu Fahri hingga meninggal. Ada juga Jason yang

dibiayai sekolah bola oleh Fahri dan akhirnya menjadi pemain sepak bola

yang sukses dan masuk Islam. Ada pula Keira yang dibiayai Fahri di

sekolah biola hingga menjadi juara dunia. Yang tak kalah penting adalah

tokoh antagonis dari novel ini yang tak lain adalah Baruch. Seorang Yahudi

yang selalu berselisih dengan Fahri dan dari keseluruhan cerita, tokoh

favorit saya bukanlah Fahri, melainkan Sabina yang ditampilkan begitu

sederhana, sabar, taat pada agama, dan akhirnya menemukan takdir

cintanya.

5. Banyak Unsur Sejarah

Kelebihan lain novel ini adalah banyaknya unsur sejarah yang

dibahas pengarang. Bahkan detail-detail kejadian sejarahnya begitu rapi

diceritakan. Misalkan ; sejarah kelompok Yahudi ekstrem (hal. 107-110),

sejarah teh twinings (hal. 160), sejarah london gazete (hal. 161), sejarah

Stirling Castle (hal. 359), sejarah puasa Yahudi Tisha B’av (hal. 418),

sejarah School of Divinity di University of Edinburgh (hal. 420), dan sejarah

PKI (hal. 578). Penulis kira unsur sejarah dalam novel ini bukan hanya
13

pelengkap, namun merupakan unsur yang penting dan membuat novel ini

menjadi sempurna.

6. Dakwah Kontemporer

Novel ini bukan hanya sekadar karya sastra, namun merupakan

media dakwah pengarang untuk para pembacanya., maka banyak sekali kita

temui nasehat dan dakwah Islam di novel-novel beliau. Dalam novel Ayat-

Ayat Cinta 2 ini, penulis menemukan beberapa permasalahan Islam

kontemporer khususnya fikih yang diulas oleh pengarang, yaitu ; Sikap

ketika imam salah bacaan shalat (hal. 43), menjawab salam kepada non

muslim (hal. 55), Perselisihan hari raya (143), Muslim yang menjual

khamer di negara barat (hal. 166), Muslim miskin yang meminta-minta (hal.

174), Merebaknya perzinaan (hal. 212), Shalat jama’ ketika di perjalanan

(hal. 335), Transpalantasi organ tubuh (hal. 664), dan yang paling bagus

adalah sindiran untuk kemunduran umat Islam masa kini (hal. 385-390).

Berikut kutipannya:

“Al Islamu mahjuubun bil muslimin. Islam tertutup oleh umat Islam.
Cahaya keindahan Islam tertutupi oleh perilaku buruk umat Islam. Dan
perilaku-perilaku itu sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam. Tidak
juga bagian dari ajaran Islam. Akan tetapi karena mulut mereka setiap saat
mengaku bahwa mereka adalah umat Islam, maka wajar jika banyak yang
menganggap seperti itulah ajaran Islam. Padahal itu bukan ajaran Islam.”

“Akibatnya, jika yang dilihat adalah perilaku sebagian umat Islam yang tak
terpuji itu, dan itu yang dijadikan timbangan, maka orang bisa antipati
kepada Islam. Tak ayal, cahaya keindahan Islam tertutupi. Tragisnya yang
menutupi cahaya itu justru perilaku pemeluknya yang tidak Islami.” (hal.
388-389)
14

Dalam novel ini pengarang melalui Fahri meminta maaf secara

bijaksana dengan kondisi umat Islam masa kini, perlu diapresiasi.

“Maafkan saya dan juga umat Islam di seluruh dunia ini, karena kesalahan
kami yang belum selaras dengan Islam, maka peradapan umat Islam
modern ini sama sekali tidak bisa dibanggakan. Karena akhlak kami yang
mungkin masih jauh dari yang diidealkan oleh tuntunan Al-Qur’an dan
Sunnah, maka keindahan Islam jadi kabur. Kami bukannya membuat orang
seperti Anda bersimpati, justru sebaliknya kami membuat ribuan bahkan
jutaan orang seperti Anda mengeryitkan dahi ketika mendengar nama
Islam. Orang seperti Anda menjadi tidak tertarik memeluk Islam bukan
karena ajaran Islamnya yang tidak menarik, tapi karena perilaku kami yang
tidak menarik. Maaflkan kami, Prof, kami telah secara tidak sengaja
menjadi penghalang cahaya indah itu.” (hal. 390)

7. Nasihat jiwa

Selain banyak sekali materi dakwah Islam, novel ini juga sarat akan

nasihat dan petuah-petuah Islam yang sangat pas untuk penyucian jiwa.

Banyak sekali nukilan dari nasihat ulama yang dipaparkan dalam novel ini.

Dengan begitu memang sangat pas menyematkan tagline judul “sebuah

novel pembangun jiwa” untuk novel pengarang ini.

“Ketauhilah, himmah adalah wadah taufik. Kendarailah kuda himmah,


niscaya kamu akan mencapai puncak cita-citamu. Mintalah pertolongan
Allah dalam setiap langkahmu, maju maupun mundur, niscaya tidak akan
sia-sia jerih payah payahmu dan akan tercapai cita-citamu. Lazimkan sikap
shidiq dan ikhlas, karena keduanya harus dimiliki oleh orang-orang yang
memiliki keberhasilan dan keuntungan dalam perdagangan.” (hal. 27)

“JANGAN MENIPU ALLAH !”. “Kau mengerjakan amal yang


diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya namun kau menginginkan selain
Allah. Takutlah dari riya’ ! Sesungguhnya riya’ adalah syirik kecil. Dan
sesungguhnya orang yang riya’ akan dipanggil di hari kiamat di hadapan
para makhluk dengan empat nama : “Hai orang yang riya’! Hai orang yang
mengkhianati janji! Hai orang yang larut dalam kemaksiatan! Hai orang
yang merugi! Telah rusak amalmu dan hilang pahalamu. Tidak ada pahala
kamu di sisi Kami. Pergilah lalu ambillah upahmu dari orang yang kau
beramal karena dia, hai penipu!” (hal 141)
15

“Masuklah menjadi bagian dari orang-orang yang berjalan kembali menuju


Allah, segera! Jangan menunggu hingga jalan itu tidak dapat dilalui, atau
tidak ada lagi orang yang memberi petunjuk ke jalan itu. Tujuan itu datang
ke bumi yang sempit dan pasti musnah ini bukan sekadar untuk makan,
minum, bersetubuh, atau berfoya-foya semata. Perilaku seperti itu bukan
yang dikehendaki oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi-Nya yang paling
mulia, Muhammad Saw.!” (hal. 146)

“Seandainya kita tidak mengenal Allah, lantas bagaimana kita dapat


menyembah-Nya, memuji-Nya, dan meminta pertolongan kepada-Nya?”
(hal. 147)

8. Beragam Bahasa

Pengarang selalu menampilkan bahasa-bahasa asing dalam novelnya.

Ketika di Ayat-ayat Cinta 1, pengarang menampilkan bahasa arab khas

Mesir, bahasa Jerman dan Inggris. Kalau di Ayat-Ayat Cinta 2 pengarang

lebih banyak menampilkan percakapan bahasa Turki dibandingkan bahasa

Inggris yaitu melalui percakapan antara Fahri dengan Paman Hulusi dan

Fahri dengan Hulya.

9. Plot yang meliuk-liuk

Ayat-Ayat Cinta 2 ini menggunakan plot maju dan tetap

menampilkan 4 hal wajib dalam penguraian plot sesuai menurut Kenny

(1996 : 19-22) dalam bukunya How to Analyze Fiction, yaitu ; plausibilitas

(plausibility), unsur rasa ingin tahu (suspense), kejutan (surprise) dan

kesatupaduan (unity). 3

Menurut plausibilatas, kebanyakan cerita dan plot bisa dipercaya

oleh pembaca. Walaupun cerita ketika Baruch menyerang Sabina dan

3
Nurgiyantoro, B., (2015). Op.cit., hlm 188
16

seperti ada faktor x yang membuat Sabina bisa selamat. Namun itu tidak

terlalu membuat rancu dan mengurangi nilai plausabilitasnya.

Menurut suspense, pengarang selalu membuat rasa penasaran yang

tinggi. Apalagi ketika memasuki akhir cerita. Walaupun ada yang dari awal

sangat membuat penasaran pembaca yaitu siapakah sabina sebenarnya ?

Dengan adanya suspense, maka melengkapi surprise yang

dihasilkan. Pembaca seperti diajak kaget ketika memasuki bab akhir di

novel ini. Itulah yang membuat saya juga sangat gregetan ketika membaca

bab akhir di novel ini. Apalagi dengan akhir cerita yang begitu

mengejutkan, semuanya seperti tak bisa ditebak.

Menurut unsur unity, disinilah pengarang benar-benar bisa meramu

dari awal cerita, konlik dan penyelesaiannya. Walaupun menurut saya cerita

yang beralur maju seperti ini terkesan simpel dan membosankan. Namun,

dengan adanya suspense yang begitu kentara maka novel ini tak pernah

jenuh dibaca.

Dengan segala kelebihan yang ada, masih sangat disayangkan kalau

novel sekelas Ayat-Ayat Cinta 2 ini masih banyak tulisan yang salah ketik

(typo), apalagi kesalahan nama tokoh utama Fahri berganti Fahmi. Mungkin

pengarang masih susah move on dengan cerita Fahmi di novel Api

Tauhidnya. Namun kesalahan tersebut masih bisa ditolerir mengingat ini

baru cetakan pertama (November 2015) dan sama sekali tidak memberi efek

berarti dalam keutuhan cerita.


17

Novel setebal 697 ini benar-benar layak disebut novel pembangun

jiwa sesuai dengan tagline judulnya. Tak hanya itu, novel ini sekaligus

sebagai revolusi mental bagi generasi muda muslim kita. Walau demikian,

novel ini sangat layak untuk dibaca oleh semua kalangan, karena isi dan

pesannya yang tak terbatasi umur. Mungkin karena sarat akan pesan moral

tersebut, sampai sekarang novel ini masih bisa bertengger di rak top 10 buku

best seller.

“Ada saat-saat manusia dihadapkan dua pilihan yang tampaknya


sederhana namun sesungguhnya tidak sederhana. Bahkan jika mau, ia bisa
tidak memilih keduanya dan justru memilih yang ketiga, keempat, kelima,
dan seterusnya. Ada banyak pilihan langkah dan amal. Ada yang baik dan
utama sekali, ada pula yang biasa. Ada yang dosa, dan ada yang dosanya
berlipat ganda.” (hal. 471)

2.4 Perbandingan dengan Fiksi lain

Penulis mencoba membuat perbandingan antara novel Ayat-Ayat Cinta 2

dengan novel yang sejenis yaitu Kasidah-Kasidah Cinta karya Muhammad

Muhyidin yang terbit pertama kali pada tahun 2007 dan dalam waktu enam

bulan, novel ini sudah mencapai cetakan ketiga belas. Novel Kasidah-Kasidah

Cinta juga memliki gelar national best seller oleh DIVA Press. Novel ini

mempunyai tema yang sama dengan novel Ayat-Ayat Cinta, yakni masalah

cinta dan perjuangan dalam melawan ketidakadilan.

Perbedaan yang paling menonjol antara kedua novel tersebut terletak

pada penokohan, sudut pandang, latar tempat, latar sosial, dan latar waktu.

Tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta adalah Fahri, Aisha, dan Maria.

Sementara itu, tokoh utama dalam novel Kasidah-Kasidah Cinta adalah


18

Nugroho dan Sriwiji. Tokoh utama yang menjadi perbandingan adalah Fahri

dengan Nugroho. Secara psikologis, watak mereka bertolak belakang. Fahri

merupakan seorang laki-laki yang berbudi baik dan taat beragama, sedangkan

Nugroho merupakan laki-laki yang berbudi buruk dan jauh dari kegiatan

keagamaan.

Sudut pandang dalam keduan novel ini juga mempunyai perbedaan,

dalam novel Ayat-Ayat Cinta menggunakan sudut pandang person pertama

“aku”. Sementara itu, dalam novel Kasidah-Kasidah Cinta, pengarang

menggunakan sudut pandang ketiga “dia” dengan menyebut nama tokoh dalam

setiap cerita.

Novel Ayat-Ayat Cinta yang berlatar di Mesir, menghadirkan latar sosial

kebudayaan Timur tengah, sedangkan dalam novel Kasidah-Kasidah Cinta

yang berlatar di Boyolali, Jawa tengah menghadirkan budaya jawa. Latar

waktu kedua novel ini tidak disebutkan secara langsung oleh pengarangnya,

tetapi dapat dianalisis dari cerita dan kutipan-kutipan yang ada di dalamnya.

Berdasarkan kutipan-kutipan yang ada, peristiwa dalam novel Ayat-Ayat Cinta

berlangsung antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2003. Sementara itu,

novel Kasidah-Kasidah Cinta diperkirakan terjadi pada zaman dahulu ketika

masih terdapat peperangan antarkelompok dan belum terdapat alat komunikasi

elektronik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Novel Ayat-ayat Cinta layak disebut novel pembangun jiwa sesuai dengan

tagline judulnya. Tak hanya itu, novel ini sekaligus sebagai revolusi mental

bagi generasi muda muslim kita. Walau demikian, novel ini sangat layak

untuk dibaca oleh semua kalangan, karena isi dan pesannya yang tak

terbatasi umur. Pesan moral Ayat-Ayat Cinta 2 ini sangat banyak. Dari

Fahri, kita bisa belajar tentang kesabaran, kesetiaan, ketaatan pada Allah,

pantang menyerah, rasa berbagi tanpa pandang bulu, dan perjuangan.

2. Kelebihan novel Ayat-ayat Cinta dalam hal cover, tema, deskripsi yang

detail, cerita tokoh yang hidup, banyak unsur sejarah, dakwah kontemporer,

nasihat jiwa, keragaman bahasa dan plot yang meliuk-liuk.

3. Kelemahan novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini masih banyak tulisan yang salah

ketik (typo), apalagi kesalahan nama tokoh utama Fahri berganti Fahmi.

Namun kesalahan tersebut sama sekali tidak memberi efek berarti dalam

keutuhan cerita.

3.2 Saran

Pertama, menurut penulis ada beberapa bagian cerita yang terkesan

terburu-buru.

19
20

Kedua, penulis menantikan sesuatu yang berkaitan dengan Maria, yang

menjadi tokoh cukup central dalam Ayat-Ayat Cinta 1, dalam Ayat-Ayat Cinta

2 Maria hanya menjadi bumbu pelengkap di bab pertama.

Ketiga, saya masih mencari sosok nyata seorang Fahri Abdullah yang

memiliki akhlak almost perfect sebagai manusia. Penulis masih saja bertanya,

'Adakah orang seperti Fahri di zaman seperti sekarang ini?' Meskipun

pengarang pernah mengatakan kalau ada banyak yang mirip bahkan lebih baik

dari Fahri di dunia ini.

Dalam novel ini penulis pikir lebih ditekankan dalam tolong menolong pada

orang di lingkungan terdekat, yaitu rumah. Menolong tanpa pamrih dan semua

dilakukan karena Allah.


DAFTAR PUSTAKA

Jayatmi, I. (2018). Karya Ilmiah Populer, Anotaso Bibliografi dan Laporan Buku.
Bahan Kuliah Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).

Muhyidin, M. Kasidah-Kasidah Cinta. Novel Cetakan: 1, Januari 2007. Yogyakarta


: Penerbit: DIVA Press.

Nurgiyantoro, B., (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Edisi 2 Cetakan ke 11.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.


Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai