Anda di halaman 1dari 10

Senin 11 Feb 2019 15:26 WIB

https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/cantik/pmr64i366/mengenal-bakuchiol-si-bahan-
alami-pengganti-retinol

Retinol dikenal akan manfaatnya yang baik untuk kesehatan kulit, mulai dari menyamarkan keriput,
memperbaiki pigmentasi, hingga melawan jerawat. Namun, tidak dapat dipungkiri, retinol juga
memiliki efek samping.

Pemakaian retinol bisa menyebabkan permasalahan kulit kering pecah-pecah, dan iritasi. Bagi Anda
yang memiliki tipe kulit sensitif, kini ada alternatif lain untuk mendapatkan manfaat yang sama
dengan retinol, namun memiliki efek samping yang minimal, yaitu bakuchiol.

Bakuchiol merupakan ekstrak dari daun dan biji babchi. Herbal ini biasa digunakan dalam
pengobatan Cina dan Ayurveda selama bertahun-tahun. Sama seperti retinol, bakuchiol bisa
memberikan manfaat yang menyehatkan untuk kulit.
Disiarkan Women's Health, bakuchiol bisa menangkal penuaan dini. Sebuah penelitian yang
dipublikasikan di Journal of Cosmetic Science, bakuchiol menstimulasi kolagen yang menjaga kulit
tetap kencang.

Bakuchiol juga merupakan antioksidan yang dapat membantu dengan mengoksidasi stres. Menurut
ahli bedah dermatolog Dendy Engelman, bakuchiol meregulasi sel mitokondria yang dapat
membatasi kerusakan sel dari radikal bebas.

Selain itu, bakuchiol juga kaya akan vitamin E yang dapat melembabkan dan menghidrasi kulit.
Terakhir, bakuchiol bisa melawan jerawat karena terdapat kandungan antibakteri yang bisa
menghilangkan bakteri penyebab jerawat.

Meski merupakan bahan alami, bukan berarti bakuchiol tidak seefektif retinol. "Studi klinis
melaporkan mengaplikasikannya dua kali sehari selama 12 pekan memberikan hasil yang signifikan
dalam menghilangkan kerutan, pigmentasi dan kekakuan kulit, serta bisa membuat kulit lebih
elastis," ujar Engelman.

Bagi Anda yang memiliki kulit kering dan sensitif, bakuchiol adalah pilihan yang tepat untuk
dimasukkan ke dalam rutinitas perawatan. Bakuchiol juga aman digunakan bersamaan dengan
produk perawatan kulit lainnya

https://lifestyle.okezone.com/read/2019/01/11/611/2002925/bakuchiol-dari-india-pengganti-
retinol-yang-aman-untuk-kulit
Jum'at 11 Januari 2019 08:33 WIB

DI dunia skincare atau perawatan kulit, selama ini kita sudah begitu akrab dengan nama-nama bahan
kandungan atau berbagai produk yang menjanjikan sebagai produk anti-aging alias penuaan dini
yang paling efektif.

Untuk orang-orang yang menaruh perhatian serius pada produk skincare, retinol sebagai turunan
dari vitamin A adalah salah satu bahan yang sangat familiar kehadirannya dalam berbagai produk
perawatan skincare.
Namun disebutkan, kelemahan dari bahan kandungan ini ialah karena bentuknya sebagai vitamin A
maka tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita yang sedang hamil atau sedang dalam
program mengandung.

Akan tetapi seiring dengan kemajuan teknologi dan industri kecantikan, dikatakan ada penelitian
baru yang mana menunjukkan ada bahan terbaru yang lebih efektif sebagai anti-aging, yang disebut
“Bakuchiol”. Ialah, zat yang berasal dari biji tanaman India dan tes menunjukkan zat dari biji
tanaman bunga Babchi ini dapat memberikan hasil yang sebanding dengan salah satu bahan anti-
penuaan paling top, tetapi dengan efek samping yang lebih sedikit

alah Claire Coleman yang mengungkapkan manfaat dari penggunaan bunga Bakuchiol berwarna
ungu indigo ini sebagai bahan anti-aging dibandingkan dengan retinol, sebagaimana yang tertera
dalam makalah yang diterbitkan dalam British Journal of Dermatology. Zat ini dikatakan telah lama
dimanfaatkan dalam ilmu pengobatan ala Ayurvedic dan Cina dan sebelumnya telah terbukti
memiliki sifat antibakteri dan antioksidan.

Penelitian beberapa tahun lalu menyebutkan bahwa bakuchiol bisa menjadi bahan anti-penuaan
yang efektif, tetapi studi terbaru lebih memfokuskan pada bagaimana bakuchiol ini diadu dengan zat
retinol. Dalam studi tersebut, 44 orang peserta studi diminta untuk mengaplikasikan krim bakuchiol
0,5 persen krim dua kali sehari atau retinol 0,5 persen setiap hari ke wajah mereka selama dalam
kurun waktu 12 minggu.

Kemudian, para peneliti menggunakan foto, penilaian dokter kulit dan kuesioner untuk menilai
perawatan dan menemukan bahwa setelah tiga bulan, kedua krim telah memperbaiki tampilan
kerutan pada wajah, menunjukkan adanya penurunan 20 persen dalam tekstur kerut dan
pigmentasi. Akan tetapi pada orang-orang yang menggunakan retinol, dilaporkan lebih banyak
terjadi kondisi yang dinamakan scaling dan sensasi rasa perih (stinging). Sedangkan pada orang-
orang yang menggunakan bakuchiol, dikatakan ukuran dan intensitas di area pigmentasi nya lebih
berkurang dibandingkan mereka yang menggunakan retinol.

Lalu, apakah ini tandanya kita harus langsung segera membuang produk-produk skincare dengan
retinol kita? Well, sebaiknya belum perlu karena tak perlu terburu-buru. Seperti disebutkan oleh
konsultan dermatolog Anjali Mahto, pada dasarnya ada banyak bukti yang bukti yang menunjukkan
kemanjuran retinol, sementara ini adalah satu studi kecil saja.

“Kebanyakan orang akan dapat menemukan bentuk retinol yang bisa mereka toleransi. Ini tetap
merupakan bahan anti-penuaan yang paling efektif dan diteliti dengan baik,” jelas Anjali Mahto.
Sementara itu, untuk pemakaian bakuchiol dalam produk skincare sendiri, sejauh ini memang sudah
ada beberapa produk perawatan skincare yang telah menggunakan kandungan bahan bakuchiol.
Misalnya ada minyak wajah “Omorovicza Miracle Facial Oil’ ataupun “Ren Bio Retinoid” yang
digunakan dalam formulasi bersama retinol

https://cantik.tempo.co/read/1235206/mengenal-khasiat-bakuchiol-untuk-kulit-pengganti-
retinol/full&view=ok
Selasa, 13 Agustus 2019 07:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Retinol memiliki manfaat untuk meratakan dan menghaluskan kulit serta
membantu mengurangi munculnya bintik-bintik matahari, garis-garis halus, dan kerutan. Namun
efek samping yang dirasakan beberapa orang yang memakainya dapat membuat kulit menjadi kering
dan meningkatkan sensitivitas kulit.
Sebagai alternatif alami retinol yang aman untuk kulit sensitif kini banyak ditemukan produk
perawatan kulit yang mengandung bakuchiol. "Bakuchiol adalah senyawa kimia dengan sifat
antioksidan, anti-inflamasi, dan anti-bakteri yang diekstrak dari biji tanaman bakuchi," jelas dewan
Dermapatologi bersertifikat di Bostonn Amerika Serikat, Dr. Gretchen Frieling, seperti dilansir dari
laman Elle.

Sementara Kepala bagian produk dan merchandising Beautycounter, Michael McGreever


menambahkan walaupun tidak ada kemiripan struktural dengan retinol, bakuchiol atau bakuchi atau
babchi dikatakan sebagai alternatif alami, karena merevitalisasi dan memelihara kulit.

“Bakuchi, telah lama digunakan dalam pengobatan Ayurvedic dan Cina, mulai dikomersialkan sekitar
10 tahun yang lalu di ruang kecantikan," kata McGreever. "Ini benar-benar hanya menjadi kuat
dalam beberapa tahun terakhir karena sudah ada beberapa studi berjalan sejak 2013 tentang
kemampuan bakuchiol untuk meniru manfaat retinol ... setiap bahan lain yang kami coba tidak dapat
mengukur hingga manfaat kinerja retinol. "

Manfaat Bakuchiol

Bakuchiol terbukti memiliki regulasi ekspresi gen yang sama dengan retinol. "Keduanya
meningkatkan produksi kolagen dan elastin dan mengurangi photoaging seperti garis-garis halus dan
kerutan," kata Dr. Frieling. "Tidak seperti retinol, bakuchiol tidak memiliki efek samping yang keras
pada kulit dan merupakan alternatif yang jauh lebih lembut. Penelitian juga menunjukkan
kemampuan bakuchiol untuk mengurangi jerawat dengan mengatasi peradangan, hiperpigmentasi,
dan kulit yang kasar."

Menurut McGreever setelah menggunakan produk yang mengandung bakuchiol kulit terlihat lebih
kenyal, sehat, dan bercahaya. "Lalu, seiring waktu, manfaatnya akan mulai terbayar ketika Anda
menggunakan produk lebih banyak. Katakanlah, dalam jangka waktu empat minggu, delapan minggu
adalah pengurangan penampilan garis-garis halus dan kerutan, malam warna kulit , dan tekstur kulit
tampak lebih halus dan kencan,” ujarnya.

Dr. Frieling menambahkan bahwa kesabaran dalam pemakaian produk dengan bakuchiol adalah
kuncinya. "Sebuah penelitian pada tahun 2014 menemukan bahwa setelah 12 minggu, peserta yang
menggunakan bakuchiol dua kali sehari melihat pengurangan yang signifikan pada garis-garis halus
dan kerutan," katanya.

Beberapa alasan jika Anda ingin alternatif alami untuk retinol salah satunya karena efek buruk
setelah pemakaiannya. Retinol adalah salah satu produk perawatan kulit yang paling dipuji untuk
anti-penuaan. Walaupun merupakan pengobatan topikal yang efektif, dapat menyebabkan efek
buruk seperti kemerahan, peradangan, dan pengelupasan. “Retinol dikenal untuk meningkatkan
pergantian sel, dan itu bisa termasuk membuang kulit berlebih. Anda mungkin tidak ingin
menggunakan retinol jika Anda hamil karena beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa vitamin
A merugikan bayi yang belum lahir,” kata Dr. Frieling.

McGeever mengutip efek samping retinol yang serupa. "Ini sering menyebabkan kulit kemerahan,
iritasi, pengelupasn. Dan di sisi lain, ada masalah fototoksisitas yang signifikan, yang dapat terjadi
dengan retinol — Anda disarankan untuk tidak berada di bawah sinar matahari," katanya. "Yang
menyenangkan tentang bakuchiol adalah bahwa bakuchiol sebenarnya dapat memberikan manfaat
itu tanpa masalah berlebihan pada kulit serta iritasi.”
Namun, jika Anda menggunakan retinol secara teratur dan tidak mengalami efek samping, Anda
tidak perlu beralih ke bakuchiol.

Tips mengaplikasikan Bakuchiol

Dr. Frieling memastikan bakuchiol aman untuk semua jenis kulit. Seperti halnya bahan-bahan baru
yang Anda terapkan dalam rutinitas Anda, yang terbaik adalah menguji patch kecil pada kulit untuk
reaksi alergi sebelum mengolesi seluruh wajah Anda di dalamnya — bahkan jika itu lembut.

Biasanya ketika Anda menggunakan retinol, Anda harus berhati-hati untuk tidak membebani itu
pada kulit. "Anda tidak akan direkomendasikan untuk melapisi banyak produk [dengan retinol]," kata
McGeever seraya menambahkan aturan ini tidak berlaku pada bakuchiol. "Kami benar-benar bisa
mendapatkan kinerja aktif sambil memformulasikannya pada level rendah. Bahkan jika Anda
menggunakan produk perawatan kulit yang mengandung bakuchiol seperti pembersih, essence, dan
pelembab, Anda akan mendapat manfaat lebih banyak.”

Ketika berbicara tentang bahan perawatan kulit yang paling banyak dibicarakan tahun 2018, retinol
menempati posisi favorit paling unggul. Penggemar kecantikan terpesona dengan bentuk vitamin A
ini berkat kemampuannya meningkatkan pergantian sel dan mengurangi garis-garis halus. Ini juga
berguna memerangi jerawat, dan mengatasi pigmentasi. Akan tetapi, ada bahan baru yang tidak
kalah khasiatnya dengan retinol yaitu, bakuchiol. Simak uraian penjelasannya.
Apa Itu Bakuchiol?

Bakuchiol berasal dari daun dan biji babchi atau Psoralea corylifolia. Bentuk tumbuhannya kecil
merambat dengan bunga berwarna ungu indigo. Bahan ini telah digunakan oleh praktisi medis
Tiongkok dan India selama beberapa dekade. Pada zaman dahulu bakuchiol merupakan ramuan
pengobatan tradisional India untuk mengobati ruam gatal, kemerahan dan menyembuhkan luka.

Baru-baru ini, telah ditemukan bahwa bakuchiol yang merupakan bahan alami ini 100 persen
memiliki sifat antipenuaan untuk kulit, sedemikian rupa sehingga dijuluki alternatif alami untuk
retinol atau bahkan "botox herbal". Penelitian menunjukkan bahwa bakuchiol bekerja seperti retinol
dan meningkatkan pergantian sel untuk meningkatkan kejernihan dan tekstur kulit. Jika retinol
memiliki efek samping mengiritasi kulit, bakuchiol terasa jauh lebih lembut.

Bakuchiol juga memiliki sifat anti oksidan dan anti bakteri yang mampu mencerahkan kulit dan
menenangkan peradangan. Sehingga bahan ini sangat bermanfaat unutk mengatasi jerawat.
Kandungan vitamin E berfungsi untuk melembabkan dan menghidrasi kulit.

Bakuchiol adalah meroterpene (senyawa kimia yang memiliki struktur terpenoid parsial) di kelas
terpenofenol.
Ini pertama kali diisolasi pada tahun 1966 oleh Mehta et al. dari biji Psoralea corylifolia dan disebut
Bakuchiol berdasarkan nama Sansekerta Bakuchi dari tanaman tersebut. [1] Bakuchiol terutama
diperoleh dari biji tanaman Psoralea corylifolia, [2] [3] [4] yang banyak digunakan di India serta
dalam pengobatan Cina untuk mengobati berbagai penyakit. [5] Ia juga telah diisolasi dari tumbuhan
lain, seperti P. grandulosa, [6] [7] P. drupaceae, [8] Ulmus davidiana , [9] Otholobium pubescens ,
[10] Piper longum [11] dan Aerva sangulnolenta Blum. [12]
Meskipun sintesis lengkap pertama Bakuchiol telah dijelaskan pada tahun 1973, [13] penggunaan
komersial pertamanya dalam aplikasi topikal tidak terjadi sampai tahun 2007 ketika diperkenalkan
ke pasar dengan nama dagang Sytenol® A oleh Sytheon Ltd. [14]

Telah dilaporkan memiliki aktivitas antikanker dalam model praklinis, mungkin karena kesamaan
strukturalnya dengan resveratrol . [15] Satu studi pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak bakuchiol
dan etanol dari tanaman obat Cina Psoralea corylifolia dapat melindungi dari keropos tulang . [16]

Bakuchiol memiliki sifat antioksidan, [17] [18] anti-inflamasi [19] [20] dan anti-bakteri [21] .
Bakuchiol yang diisolasi dari P. corylifolia telah menunjukkan aktivitas melawan berbagai patogen
oral Gram-positif dan Gram-negatif. Ia mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans di
bawah kisaran konsentrasi sukrosa , nilai pH dan dengan adanya asam organik dengan cara yang
bergantung pada suhu dan juga menghambat pertumbuhan sel yang menempel pada permukaan
kaca. [22]

Meskipun tidak memiliki kemiripan struktural dengan retinol, Bakuchiol ditemukan memiliki fungsi
retinol melalui regulasi ekspresi gen mirip retinol. [23] Pada tahun 2018, studi klinis selama 12
minggu secara acak, tersamar ganda, dengan 44 sukarelawan menunjukkan bahwa Bakuchiol
sebanding dengan retinol dalam kemampuannya untuk meningkatkan penuaan dini (keriput,
hiperpigmentasi) tetapi memiliki toleransi kulit yang lebih baik. [24]

Bakuchiol diketahui memiliki aktivitas antiandrogenik dalam sel kanker prostat, yang menghambat
proliferasi sel. [25]

1. Mehta, G.; Nayak, U.Ramdas; Dev, Sukh (January 1966). "Bakuchiol, a novel
monoterpenoid". Tetrahedron Letters . 7 (38): 4561–4567. doi : 10.1016/s0040-
4039(00)70078-5 . ISSN 0040-4039 .
2. Banerji, A; Chintalwar, G (1983). "Biosynthesis of bakuchiol, a meroterpene from Psoralea
corylifolia". Phytochemistry . 22 (9): 1945–1947. doi : 10.1016/0031-9422(83)80019-3 . INIST
: 9311490
3. Cho, Hyun; Jun, Jung-Yang; Song, Eun-Kyoung; et al. (2001). "Bakuchiol: a hepatoprotective
compound of Psoralea corylifolia on tacrine-induced cytotoxicity in Hep G2 cells". Planta
Medica . 67 (8): 750–751. doi : 10.1055/s-2001-18347 . PMID 11731920 .
4. Manohar, B., Divakar, S., Udaya Sankar, K (2009). "Amyloglucosidase Catalyzed Syntheses of
Bakuchiol Glycosides in Supercritical Carbon Dioxide". Bulletin of the Korean Chemical
Society . 30 (8): 1760–1766. doi : 10.5012/bkcs.2009.30.8.1760 . INIST : 22343814
5. Uikey, Shilandra; Yadav, AS; Sharma, Ajit K.; Rai, Atul K.; Raghuwanshi, DK; Badkhane, Yogesh
(2010-06-22). "The Botany, Chemistry, Pharmacological and Therapeutic Application of
Psoralea corylifolia L. – A Review" . International Journal of Phytomedicine . 2 (2): 100–107.
doi : 10.5138/ijpm.2010.0975.0185.02016 . ISSN 0975-0185 .
6. Labbé, Cecilia; Faini, Francesca; Coll, Joseph; Connolly, Joseph D. (July 1996). "Bakuchiol
derivatives from the leaves of Psoralea glandulosa". Phytochemistry . 42 (5): 1299–1303.
doi : 10.1016/0031-9422(96)00144-6 . ISSN 0031-9422 .
7. Nadine Backhouse, C; Delporte, Carla L; Negrete, Rosa E; Erazo, Silvia; Zuñiga, Alexandra;
Pinto, Alvaro; Cassels, Bruce K (November 2001). "Active constituents isolated from Psoralea
glandulosa L. with antiinflammatory and antipyretic activities". Journal of
Ethnopharmacology . 78 (1): 27–31. doi : 10.1016/s0378-8741(01)00309-9 . ISSN 0378-8741 .
8. Lystvan, Kateryna; Belokurova, Valeria; Sheludko, Yuriy; Ingham, John L.; Prykhodko, Valeria;
Kishchenko, Olena; Paton, Evgenija; Kuchuk, Mykola (2009-12-20). "Production of bakuchiol
by in vitro systems of Psoralea drupacea Bge". Plant Cell, Tissue and Organ Culture . 101 (1):
99–103. doi : 10.1007/s11240-009-9657-0 . ISSN 0167-6857 .
9. Choi, Sang Yoon; Lee, Sanghyun; Choi, Won-Hee; Lee, Yeonmi; Jo, Youn Ock; Ha, Tae-Youl
(August 2010). "Isolation and Anti-Inflammatory Activity of Bakuchiol from Ulmus davidiana
var. japonica". Journal of Medicinal Food . 13 (4): 1019–1023. doi : 10.1089/jmf.2009.1207 .
ISSN 1096-620X . PMID 20553183 .
10. Krenisky, Joann M.; Luo, Jian; Reed, Michael J.; et al. (1999). "Isolation and
Antihyperglycemic Activity of Bakuchiol from Otholobium pubescens (Fabaceae), a Peruvian
Medicinal Plant Used for the Treatment of Diabetes". Biological & Pharmaceutical Bulletin .
22 (10): 1137–1140. doi : 10.1248/bpb.22.1137 . PMID 10549873 . INIST : 1198639
11. Ohno, Osamu; Watabe, Taeko; Nakamura, Kazuhiko; Kawagoshi, Masaru; Uotsu, Nobuo;
Chiba, Tomohiro; Yamada, Masayoshi; Yamaguchi, Kohji; Yamada, Kaoru (2010-07-23).
"Inhibitory Effects of Bakuchiol, Bavachin, and Isobavachalcone Isolated fromPiper
longumon Melanin Production in B16 Mouse Melanoma Cells". Bioscience, Biotechnology,
and Biochemistry . 74 (7): 1504–1506. doi : 10.1271/bbb.100221 . ISSN 0916-8451 . PMID
20622433 .
12. "Aerva Sanguinolenta (L.) Blume, Extract 116425-35-5", Sax's Dangerous Properties of
Industrial Materials , John Wiley & Sons, Inc., 2012-10-15, doi :
10.1002/0471701343.sdp26534 , ISBN 978-0471701347
13. Damodaran, NP; Dev, Sukh (January 1973). "Meroterpenoids—III". Tetrahedron . 29 (9):
1209–1213. doi : 10.1016/0040-4020(73)80103-6 . ISSN 0040-4020 .
14. Chaudhuri, Ratan (2015-09-18), Sivamani, Raja; Jagdeo, Jared; Elsner, Peter; Maibach,
Howard (eds.), "Bakuchiol: A Retinol-Like Functional Compound, Modulating Multiple Retinol
and Non-Retinol Targets" , Cosmeceuticals and Active Cosmetics, Third Edition , CRC Press,
pp. 1–18, doi : 10.1201/b18895-2 , ISBN 9781482214161 , retrieved 2019-08-02
15. Chen, Zhe; Jin, Ke; Gao, Lingyan; et al. (2010). "Anti-tumor effects of bakuchiol, an analogue
of resveratrol, on human lung adenocarcinoma A549 cell line". European Journal of
Pharmacology . 643 (2–3): 170–9. doi : 10.1016/j.ejphar.2010.06.025 . PMID 20599920 .
16. Lim, Sun-Hye; Ha, Tae-Youl; Kim, Sung-Ran; et al. (2008). "Ethanol extract of Psoralea
corylifolia L. and its main constituent, bakuchiol, reduce bone loss in ovariectomised
Sprague–Dawley rats". British Journal of Nutrition . 101 (7): 1031–1039. doi :
10.1017/S0007114508066750 . PMID 18801207 .
17. Adhikari, S.; Joshi, R.; Patro, BS; Ghanty, TK; Chintalwar, GJ; Sharma, A.; Chattopadhyay, S.;
Mukherjee, T. (September 2003). "Antioxidant Activity of Bakuchiol: Experimental Evidences
and Theoretical Treatments on the Possible Involvement of the Terpenoid Chain". Chemical
Research in Toxicology . 16 (9): 1062–1069. doi : 10.1021/tx034082r . ISSN 0893-228X . PMID
12971793 .
18. Haraguchi, Hiroyuki; Inoue, Junji; Tamura, Yukiyoshi; Mizutani, Kenji (2002). "Antioxidative
components of Psoralea corylifolia (Leguminosae)". Phytotherapy Research . 16 (6): 539–
544. doi : 10.1002/ptr.972 . ISSN 0951-418X . PMID 12237811 .
19. Ferrándiz, María Luisa; Gil, Blanca; Sanz, María Jesús; Ubeda, Amalia; Erazo, Silvia; González,
Ernesto; Negrete, Rosa; Pacheco, Sergio; Payáa, Miguel (September 1996). "Effect of
Bakuchiol on Leukocyte Functions and Some Inflammatory Responses in Mice". Journal of
Pharmacy and Pharmacology . 48 (9): 975–980. doi : 10.1111/j.2042-7158.1996.tb06016.x .
ISSN 0022-3573 . PMID 8910867 .
20. Nadine Backhouse, C; Delporte, Carla L; Negrete, Rosa E; Erazo, Silvia; Zuñiga, Alexandra;
Pinto, Alvaro; Cassels, Bruce K (November 2001). "Active constituents isolated from Psoralea
glandulosa L. with antiinflammatory and antipyretic activities". Journal of
Ethnopharmacology . 78 (1): 27–31. doi : 10.1016/s0378-8741(01)00309-9 . ISSN 0378-8741 .
21. Katsura, H.; Tsukiyama, R.-I.; Suzuki, A.; Kobayashi, M. (2001-11-01). "In Vitro Antimicrobial
Activities of Bakuchiol against Oral Microorganisms" . Antimicrobial Agents and
Chemotherapy . 45 (11): 3009–3013. doi : 10.1128/aac.45.11.3009-3013.2001 . ISSN 0066-
4804 . PMC 90775 . PMID 11600349 .
22. Parimala Devi B, Ramasubramaniaraj R (2009). "Dental Caries and Medicinal Plants – An
Overview" . Journal of Pharmacy Research . 2 (11): 1669–1675.
23. Chaudhuri RK, Bojanowski K (2014). "Bakuchiol: a retinol-like functional compound revealed
by gene expression profiling and clinically proven to have anti-aging effects". International
Journal of Cosmetic Science . 36 (3): 221–230. doi : 10.1111/ics.12117 . PMID 24471735 .
24. Dhaliwal, S.; Rybak, I.; Ellis, SR; Notay, M.; Trivedi, M.; Burney, W.; Vaughn, AR; Nguyen, M.;
Reiter, P. (February 2019). "Prospective, randomized, double‐blind assessment of topical
bakuchiol and retinol for facial photoageing". British Journal of Dermatology . 180 (2): 289–
296. doi : 10.1111/bjd.16918 . ISSN 0007-0963 . PMID 29947134 .
25. Miao L., Ma S, Fan G et al. (2013). "Bakuchiol inhibits the androgen induced-proliferation of
prostate cancer cell line LNCaP through suppression of AR transcription activity". Tianjin
Journal of Traditional Chinese Medicine . 30 (5): 291–293. doi : 10.11656/j.issn.1672-
1519.2013.05.1

Mengenal Bakuchiol, Si Bahan Alami Pengganti Retinol


Senin 11 Feb 2019 15:26 WIB
https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/cantik/pmr64i366/mengenal-bakuchiol-si-bahan-
alami-pengganti-retinol

Mehta, G .; Nayak, U.Ramdas; Dev, Sukh (Januari 1966)

Mehta, G., Nayak, U. Ramdan, Dev, Sukh (1966) pertama kali mengisolasi
Ini pertama kali diisolasi pada tahun 1966 oleh Mehta et al. dari biji Psoralea corylifolia dan
disebut Bakuchiol berdasarkan nama Sansekerta Bakuchi dari tanaman tersebut. [1] Bakuchiol
terutama diperoleh dari biji tanaman Psoralea corylifolia, [2] [3] [4] yang banyak digunakan di
India serta dalam pengobatan Cina untuk mengobati berbagai penyakit. [5] Ia juga telah
diisolasi dari tumbuhan lain, seperti P. grandulosa, [6] [7] P. drupaceae, [8] Ulmus
davidiana , [9] Otholobium pubescens , [10] Piper longum [11] dan Aerva sangulnolenta
Blum. [12]
Meskipun sintesis lengkap pertama Bakuchiol telah dijelaskan pada tahun
1973, [13] penggunaan komersial pertamanya dalam aplikasi topikal tidak terjadi sampai
tahun 2007 ketika diperkenalkan ke pasar dengan nama dagang Sytenol® A oleh Sytheon
Ltd. [14]
Telah dilaporkan memiliki aktivitas antikanker dalam model pra-klinis, mungkin karena
kesamaan strukturalnya dengan resveratrol . [15] Satu studi pada tikus menunjukkan bahwa
ekstrak bakuchiol dan etanol dari tanaman obat Cina Psoralea corylifolia dapat melindungi
dari keropos tulang . [16]
Bakuchiol memiliki sifat antioksidan, [17] [18] anti-inflamasi [19] [20] dan anti-
bakteri [21] . Bakuchiol yang diisolasi dari P. corylifolia telah menunjukkan aktivitas
melawan berbagai patogen oral Gram-positif dan Gram-negatif. Ia mampu menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans di bawah kisaran konsentrasi sukrosa , nilai pH dan
dengan adanya asam organik dengan cara yang bergantung pada suhu dan juga menghambat
pertumbuhan sel yang menempel pada permukaan kaca. [22]
Meskipun tidak memiliki kemiripan struktural dengan retinol, Bakuchiol ditemukan memiliki
fungsi retinol melalui regulasi ekspresi gen mirip retinol. [23] Pada tahun 2018, studi klinis
selama 12 minggu secara acak, tersamar ganda, dengan 44 sukarelawan menunjukkan bahwa
Bakuchiol sebanding dengan retinol dalam kemampuannya untuk meningkatkan penuaan dini
(keriput, hiperpigmentasi) tetapi memiliki toleransi kulit yang lebih baik. [24]
Bakuchiol diketahui memiliki aktivitas antiandrogenik dalam sel kanker prostat, yang
menghambat proliferasi sel. [25]

Beberapa jenis sedian topical


1. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air, jika bahan pelarutnya murni air disebut
sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan
digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya
bersifat astringen dan antimikroba.

Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan berperan melunakkan
karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang terdapat di atas permukaan kulit; sebagian
kecil akan mengalami evaporasi. Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtura jauh lebih
kuat. Namun sediaan tingtura telah jarang dipakai karena efeknya mengiritasi kulit. Bentuk
sediaan yang pernah ada antara lain tingtura iodi dan tingtura spiritosa.

2. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum
dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfi sial karena tidak melekat
erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum merupakan suatu
bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium
polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen bedak, bedak kocok
dan pasta.

Zync Oxyde sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga memberi efek
mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip yang cukup besar. Bedak
tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri dari partikel padat,
sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran
pada daerah intertriginosa.

3. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa.
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas permukaan kulit dan
kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar hidrokarbon digunakan sebagai
penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi) kerjanya terutama untuk
mempercepat penetrasi karen Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut
dalam air mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi yang
memerlukan penetrasi yang dalam.

4. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai
emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air (O/W), misalnya
vanishing cream.

Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena komponen minyak
menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan kulit dan mampu menembus
lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang disukai secara kosmetik karena komponen
minyak yang lama tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W memiliki daya pendingin lebih
baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W.
5. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep
misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep
padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada
bagian yang diolesi. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi
dan daya maserasi lebih rendah dari salep.

Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih dominan sebagai
pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta berlemak saat
diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah seperti serum.

6. Gel atau Jelly


Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase ganda. Gel fase
tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga
tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal
dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti
tragakan). Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu gel
yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel alumunium hidroksida. Gel ini
merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium hidroksida yang tidak larut dan
alumunium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk
menetralkan asam klorida dalam lambung.

Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit
lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut. Penetrasi gel
mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan padakondisi yang
memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik,
disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorpsi.

7. Lotio
Lotio merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi dalam
cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini menyebabkan
dalam pemakaian lotio dikocok terlebih dahulu. Pemakaian lotio meninggalkan rasa dingin oleh
karena evaporasi komponen air. Beberapa keistimewaan lotio, yaitu mudah diaplikasikan,
tersebar rata, favorit pada anak.

lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat
bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada
permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis
dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk
memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap akan
digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali

Pravitasari, Dwi Nurwulan. 2012. Efek Samping Kosmetik dan Penanganannya. Jurnal Saintika
Medika. Vol 6 (13)

Tranggono, Retno dkk. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Suhartini, Dkk. Analisis Asam Retinoat Pada Kosmetik Krim Pemutih Yang Beredar Dipasar Kota
Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi-UnsRAT. 2013. Manado. Vol 2 No 01. Hal. 1-7

Anti-dermatophytic activity of bakuchiol: In vitro mechanistic studies and in vivo tinea pedis-
inhibiting activity in a guinea pig model

Genus Psoralea: A review of the traditional and modern uses, phytochemistry and pharmacology
Comparison of the Cosmetic Effects of Bakuchiol and Retinol - Full Text View – ClinicalTrials

Cosmetic commentary: Is bakuchiol the new 'skincare hero'?

Characterization of glutathione conjugates derived from reactive metabolites of bakuchiol

Babchi oil-induced phytophotodermatitis mimicking burn injury

Mengenal Khasiat Bakuchiol Untuk Kulit, Pengganti Retinol

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1175/MENKES/PER/VIII/2010, tentang Izin Produksi


Kosmetika

Pravitasari, D, N. 2012. Efek Samping Kosmetik Dan Penanganannya. Jurnal Saintika Medika. Vol 6.
Universitas Muhammadiyah Malang
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010

Baki G. and Alexander K. S., 2015, Introduction to Cosmetics Formulations and Technology, John
Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey

Siswanto. 2010. Systematic Review Sebagai Metode Penelitian Untuk Mensintesis Hasil-hasil
Penelitian (Sebuah Pengantar). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 4 Oktober 2010:
326–333.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan,
Kementerian sehatan, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan Kesehatan

Neuman, W. Lawrence. (2014). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches
Seventh Edition. Edinburgh Gate, Harlow: Pearson Education Limited

Anda mungkin juga menyukai