Ciri-Ciri Cerpen
Nah secara spesifik ciri-ciri cerpen ini mudah dikenali. Berikut adalah ciri-ciri
umum novel:
Cerpen mini (flash), cerpen yang memuat jumlah kata antara 750 kata
hingga 1.000 kata.
Cerpen ideal, cerpen yang memuat jumlah kata antara 3.000 hingga
4.000 kata.
Cerpen panjang, cerpen ini merupakan jenis cerpen terpanjang yakni
memuat 10.000 kata.
Contoh Cerpen
Berikut contoh cerpen yang bisa Anda gunakan sebagai referensi:
Persahabatan memang sesuatu yang penuh warna dan membuat hidup kita
berharga. Itu yang aku rasakan ketika mengenal Joe dan Rolence, dua
sahabat yang mengisi sebagian kisah perjalanan hidupku.
Aku, Joe dan Rolence pertama kali berkenalan saat kami mendaftar masuk ke
SMA. Saat itu kami sama-sama mendaftar dan diterima di sekolah negeri yang
cukup terkenal. Sampai akhirnya tiga tahun berjalan kami seolah tak
terpisahkan.
Banyak suka duka yang kami alami, banyak rasa yang sudah kami lewati, ada
benci, kesal, amarah, rindu, cemburu dan banyak lagi yang tak terungkap.
Saat ini kami sudah sama-sama lulus sekolah menengah atas, dan akhirnya
kami harus berpisah dan melanjutkan hidup dengan jalan masing-masing.
Namun begitu, persahabatan akan tetap ada, ingatan kenangan akan selalu
erat kami dekap dan akan selalu menghiasi jalan yang akan kami lalui… aku
tak akan mungkin lupa semua kenangan bersama mereka, seperti kala itu saat
pertama kali kami bertemu…
“Apa…… enak aja loe…. Aku dan Imam memang sahabatan dari kecil…”
“Oew…”
Kesan pertama aku mengenal Rolence memang sangat berbeda dengan anak
lain. Rolence anak perempuan yang apa adanya, ia tak pernah menutupi
apapun yang ada di benaknya. Sampai-sampai Joe sahabatku sering kali
tersinggung dengan apa yang dia katakan…
“Joe…..”
“Apa Lence…..?”
“Hei…. Sudah berapa kali aku bilang jangan panggil aku dengan singkatan,
panggil Rolence!!”
“Besok minggu aku ulang tahun dan aku ingin membuat acara kecil-kecilan,
jadi aku ingin kamu sama Imam datang….”
“Wah…. Mau banget, kalau masalah kayak gitu mah aku pasti ikut, la mana si
Imam nih…”
“Sial loe Mam…. Masak cewek cantik gini disamakan dengan badak….”
“Haa.a…ha.aha….”
Lucu, dan aneh-aneh aja memang tingkat Joe dan Rolence sahabatku itu.
Bahkan sampai sekarang aku masih sering tertawa sendiri jika ingat berbagai
kejadian lucu antar mereka.
Mereka adalah sahabat terbaikku yang umumnya tidak pernah akur, selalu ada
saja yang saling ejek… Pernah suatu kali si Joe benar-benar dibuat jengkel
oleh Rolence, begini ceritanya…
“Joe…. Asyiknya ngobrol berduaan….” Ucap Rolence menyela Joe dan Tina
yang sedang ngobrol
“Apaan sih Lence, jail bener, lupa apa…?”, Joe menjawab dengan sedikit
penasaran
“Itu tu… itu….. gak etis kalau ku bilang langsung……” jawab Rolence
Bukan hanya kejadian kecil seperti itu, masih banyak kejadian lain yang tak
pernah bisa aku lupakan. Memang, paling banyak yang aku ingat adalah
kejadian-kejadian antara mereka berdua dan kami sekaligus bertiga, untuk
kejadian yang secara khusus terjadi antara aku dan Rolence tidak banyak
karena memang Rolence memperlakukanku berbeda dengan Joe. Entahlah,
kadang juga aku heran kenapa demikian.
Saat berdua dengan aku, misalnya saat Joe sedang memesan makanan di
kantin dan kami berdua menunggu, Rolence selalu bersikap manis layaknya
putri raja, tidak bawel, tidak alai dan tidak usil seperti ketika Rolence dengan
Joe. Hal itu bahkan kadang membuat Joe merasa iri, pernah ia protes sampai
hampir marah…
“Rolence ini kalau sama Imam aja pasti lembut, beda banget sama aku….”
“Ya emang kenapa sih…. Sama aja, perasaan kamu aja tuh….”
“Iya kamu nih joe, ada – ada aja… kamu aja yang suka berckamu….”
“Enggak Mam, lihat deh, tuh lihat, gaya ngomongnya aja Rolence beda….
Pake melotot lagi…”
“Ya enggak lah Joe, biasa aja… Ya iya juga sih dikit, soalnya kamu bau sih…
he ehe ehee…..”
“Tu…. kan, benar kan Mam, sahabat kita yang satu ini memang gak adil……
kejam-kejam, sungguh kejam…..!”