Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH JAWA TIMUR

Jawa Timur (disingkat Jatim,  adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau


Jawa, Indonesia. Ibu kota Jawa Timur ialah kota Surabaya. Luas wilayahnya yakni
47.803,49 km², dengan jumlah penduduk sebanyak 40.665.696 jiwa (2020) dan kepadatan
penduduk 851 jiwa/km2.[1]
Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah
penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan
dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta
Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau
Bawean, Pulau Kangean, Kepulauan Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut
Jawa yakni: (Kepulauan Masalembu), Samudera Hindia, (Pulau Sempu dan Nusa Barung).
Jawa Timur dikenal sebagai pusat industri dan keuangan kawasan Tengah dan Timur
Indonesia,[5] yang memiliki signifikansi perekonomian cukup tinggi, yakni berkontribusi sekitar
15% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.

Prasejarah
Jawa Timur telah dihuni manusia sejak zaman prasejarah. Hal ini dapat dibuktikan dengan
ditemukannya sisa-sisa dari fosil Pithecanthropus mojokertensis di Desa
Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik; Pithecanthropus
erectus di Trinil, Ngawi; dan Homo wajakensis di Wajak, Tulungagung.
Era klasik
Prasasti Dinoyo yang ditemukan di dekat Kota Malang adalah sumber tertulis tertua di Jawa
Timur, yakni bertahun 760. Pada tahun 929, Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan
Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, serta mendirikan Wangsa Isyana yang kelak
berkembang menjadi Kerajaan Medang, dan sebagai suksesornya adalah Kerajaan
Kahuripan, Kerajaan Janggala, dan Kerajaan Kadiri. Pada masa Kerajaan Singosari,
Raja Kertanagara melakukan ekspansi hingga ke Melayu. Pada era Kerajaan Majapahit di
bawah Raja Hayam Wuruk, wilayahnya hingga mencapai Malaka, dan Kepulauan Filipina.
Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam nisan
di Gresik bertahun 1102, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.
Merujuk ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang meninggal tahun
475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik.[7]
Selain itu, juga ditemukan munculnya candi Jedong di Daerah Wagir, Malang, Jawa Timur
yang diyakini lebih tua dari Prasasti Dinoyo, yakni sekitar abad ke-6 Masehi.

Kolonialisme
Bangsa Portugis adalah bangsa barat yang pertama kali datang di Jawa Timur.
Kapal Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Pulau Madura pada
tahun 1596. Surabaya jatuh ke tangan VOC pada tanggal 13 Mei 1677. Ketika
pemerintahan Stamford Raffles, Jawa Timur untuk pertama kalinya dibagi atas karesidenan,
yang berlaku hingga tahun 1964.

Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia terbagi menjadi 8 Provinsi, dan Jawa Timur
termasuk salah satu provinsi tersebut. Gubernur pertama Jawa Timur adalah R. Soerjo,
yang juga dikenal sebagai pahlawan nasional.
Tanggal 20 Februari 1948 di Madura dibentuk Negara Madura, dan tanggal 26
November 1948 dibentuk Negara Jawa Timur, yang kemudian menjadi salah satu negara
bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Negara Jawa Timur dibubarkan, dan bergabung
ke dalam Republik Indonesia tanggal 25 Februari 1950, dan tanggal 7 Maret 1950 Negara
Madura memberikan pernyataan serupa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1950, dibentuk Provinsi Jawa Timur.

RUMAH ADAT

Mirip dengan Jawa Tengah, rumah adat Jawa Timur juga dikenal dengan nama
joglo. Bedanya dengan Joglo Jawa Tengah, atap Joglo Jawa Timur sedikit lebih
sederhana.

Joglo Jawa Timur terbagi menjadi dua ruang utama, yaitu pendopo dan ruangan
belakang. Pendopo terletak di depan dan dipakai untuk menerima tamu atau
mengadakan pertemuan.
Ruang belakang terdiri atas kamar dan dapur. Keluarga biasa berkumpul dan
berkegiatan sehari-hari di ruang belakang.

Adapun jenis rumah adat Jawa Timur yang bisa dijumpai adalah Rumah Limasan
Trajumas Lawakan, Rumah Joglo Hageng, Joglo Situbondo, Joglo Sinom, dan
Joglo Pangrawit.

KESENIAN DAERAH

Tari Reog Ponorogo adalah tarian Jawa Timur yang populer. Tarian ini
dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari utama
mengenakan topeng Barongan.

Dilansir situs Kemdikbud, penari Reog melakukan gerakan-gerakan


dengan topeng Barongan yang beratnya hampir 50 kg di kepalanya
dengan mengandalkan kekuatan gigi.

Seni Reog Ponorogo terdiri atas dua sampai tiga tarian pembukaan. Tarian
yang pertama dibawakan oleh 6 hingga 8 pria.

8 Pria mengenakan pakaian serba hitam dan wajah poles warna merah.
Para penari ini menggambarkan sosok singa pemberani.

Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh enam hingga delapan gadis
yang mengendarai kuda.

ALAT MUSIK
Gamelan adalah ansambel atau perpaduan beberapa alat musik, seperti
diantaranya gambang, gendang, dan gong. ... Kata gamelan sendiri berasal dari
bahasa Jawa, 'Gamel', yang artinya memukul atau menabuh. Merujuk juga pada
jenis palu yang digunakan untuk memukul instrumen, sedangkan akhiran "an"
merujuk pada kata benda.

OBYEK WISATA TERKENAL

Gunung Bromo atau dalam bahasa Tengger dieja "Brama", juga disebut Kaldera Tengger,


adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian
2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten,
yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten
Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Sebagai
sebuah objek wisata, Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang
masih aktif. Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru.
Nama Bromo berasal dari nama dewa utama dalam agama Hindu, Brahma.
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau
lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Ia mempunyai sebuah kawah dengan garis
tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah
bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

CERITA RAKYAT
Konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah
ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Dalam
menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani,
arif, tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri
Tanjung sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat
sang Raja tergila- gila padanya. Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk
dan merayu Sri Tanjung maka muncullah akal liciknya dengan memerintah Patih
Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh
manusia biasa. Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih
berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja. Sepeninggal Sang Patih
Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah
Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya. Namun cinta Sang Raja tidak
kesampaian dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu
berdoa untuk suaminya. Berang dan panas membara hati Sang Raja ketika
cintanya ditolak oleh Sri Tanjung.

Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap


Sang Raja. Akal busuk Sang Raja muncul, memfitnah Patih Sidopekso dengan
menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja
meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak
serong dengan Sang Raja.

Tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan
penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan.

Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso
semakin panas menahan amarah dan bahkan Sang Patih dengan berangnya
mengancam akan membunuh istri setianya itu. Diseretlah Sri Tanjung ke tepi
sungai yang keruh dan kumuh. Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri
Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya, sebagai
bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya
diceburkan ke dalam sungai keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai
berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong, tapi jika air sungai berbau
harum maka ia tidak bersalah. 

Patih Sidopekso tidak lagi mampu menahan diri, segera menikamkan kerisnya ke
dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika.
Mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan sungai yang keruh itu
berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum,
bau wangi. Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung, tanpa ia
sadari, ia    menjerit "Banyu..... ... wangi............... . Banyu    wangi ... .."
Banyuwangi terlahir dari bukti cinta istri    pada suaminya.

BAHASA TRADISIONAL
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Jawa Timur adalah bahasa Indonesia. Hingga
2019, Badan Bahasa mencatat setidaknya ada beberapa bahasa daerah dominan di Jawa
Timur.[11] Bahasa-bahasa tersebut diantaranya adalah bahasa Jawa, Madura, Bajo,
[12]
 dan Kangean.
Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar suku Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Dialek
bahasa Jawa Timur dikenal dengan 'bahasa Jawa Timuran', yang dianggap sebagai bahasa
Jawa tidak baku. Ciri khas bahasa Jawa Timuran adalah egaliter, terus terang, dan
cenderung tidak bersifat normatif layaknya bahasa Jawa baku yang umumnya dituturkan di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Namun demikian, penutur rumpun
bahasa ini dikenal cukup fanatik, dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih
akrab. Di wilayah ibu kota Jawa Timur, bahasa Jawa yang dominan dituturkan adalah dialek
Surabaya alias Suroboyoan .
Dialek bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan dialek Surabaya. Dibanding
dengan bahasa Jawa dialek Mataraman (Ngawi sampai Kediri), bahasa dialek
Malang termasuk bahasa kasar dengan intonasi yang relatif tinggi. Sebagai contoh, kata
makan, jika dalam dialek Mataraman diucapkan dengan 'maem' atau 'dhahar', dalam dialek
Malangan diucapkan 'mangan'. Salah satu ciri khas yang membedakan antara bahasa arek
Surabaya dengan arek Malang adalah penggunaan bahasa terbalik yang lazim dipakai oleh
arek-arek Malang. Bahasa terbalik Malangan sering juga disebut
sebagai bahasa Walikan atau Osob Kiwalan. Berdasarkan penelitian Sugeng Pujileksono
(2007), kosakata bahasa Walikan Malangan telah mencapai lebih dari 250 kata. Mulai dari
kata benda, kata kerja, kata sifat. Kata-kata tersebut lebih banyak diserap dari bahasa Jawa,
Indonesia, sebagian kecil diserap dari bahasa Arab, Tionghoa, dan Inggris.
Beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya mobil diucapkan libom,
dan polisi diucapkan silup. Perkembangan bahasa Walikan Malangan semakin berkembang
pesat seiring dengan munculnya supporter kesebelasan Arema (kini Arema Indonesia) yang
sering disebut Aremania. Bahasa-bahasa Walikan banyak yang tercipta dari istilah-istilah di
kalangan pendukung. Seperti Ongisnade atau Singo Edan, Otruham, Rajajowas, Ongisiras,
dan Utab untuk menyebut wilayah Muharto, Sawojajar, Singosari, dan Batu. Terlepas dari
tiga kelompok dialek bahasa Jawa tersebut (Malangan atau Kiwalan, Boso Suroboyoan, dan
Mataraman) saat ini bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang
diajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SMA. Suku
Tengger menggunakan bahasa Tengger yang lebih dekat dengan bahasa Jawa Kuno. Suku
Osing Banyuwangi menggunakan bahasa Osing.
Bahasa Madura dituturkan oleh suku Madura di Madura maupun di mana pun mereka
tinggal. Bahasa Madura juga dikenal tingkatan bahasa seperti halnya bahasa Jawa,
yaitu enja-iya (bahasa kasar), engghi-enten (bahasa tengahan), dan engghi-
bhunten (bahasa halus). Bahasa Madura memiliki beragam dialek yang dituturkan di
beberapa daerah berbeda dengan ciri khas yang berbeda pada masing-masing dialek,
bagaimanapun dialek Sumenep dipandang sebagai dialek yang paling halus, sehingga
dijadikan bahasa standar yang diajarkan di sekolah. Di daerah Tapal Kuda, sebagian besar
penduduknya menguasai dua bahasa daerah: bahasa Jawa dan bahasa Madura.
Bahasa Kangean dituturkan oleh suku Kangean yang berasal dari Pulau Kangean, bahasa
ini merupakan bahasa yang umumnya dituturkan di wilayah Kepulauan Kangean secara
umum yang mana bahasa ini memiliki elemen linguistik campuran yang berasal dari bahasa-
bahasa lain seperti bahasa Bajo, Bugis, Makassar, Banjar, Jawa, Bali, Mandar dan
sebagainya yang menjadikan bahasa ini memiliki keunikan yang khas di Provinsi Jawa
Timur.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal
kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya,
terutama berita, dan gelar wicara, misalnya JTV memiliki program berita
menggunakan dialek Surabaya alias Suroboyoan, bahasa Madura, dan bahasa-bahasa
dalam rumpun bahasa Jawa Tengahan.
TARIAN ADAT

Tarian Gandrung yang merupakan khas Banyuwangi dibawakan sebagai


perwujudan rasa syukur masyarakat setelah panen. Gandrung merupakan seni
pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa
dan Bali.

PAKAIAN ADAT

Kebaya racongan merupakan sejenis pakaian adat pasangan dari baju pesa'an.


Jenis pakaian adat kebaya ini memiliki bentuk dan motif yang sederhana, dan
biasanya jenis kebaya ini juga pakai serta dipadukan dengan sarung batik motif
lasem, tebiruan, dan storjan.
SENJATA TRADISIONAL

Clurit adalah senjata tradisional jawa timur yang berasal dari Suku Madura. Rokhyanto dan
Marsuki dalam jurnal berjudul Sikap Masyarakat Madura Terhadap Tradisi Carok: Studi
Fenomenologi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Madura (2015), menyebutkan bahwa clurit
merupakan senjata yang melengkung dengan ujung sangat tajam yang digunakan dalam
duel maut mempertahankan harga diri yaitu budaya carok. Namun pada saat tanah Madura
diduduki oleh Belanda dan sekutu, clurit merupakan senjata andalan Suku Madura dalam
melakukan perlawanan atas penjajahan tersebut. Clurit yang digunakan Suku Madura
biasanya dibumbuhi ritual adat untuk memberikan kekuatan magis pada clurit tersebut.

MAKANAN KHAS

Dimulai dari makanan tradisional khas Jawa Timur yang paling terkenal, yaitu Rawon.
Makanan ini identik dengan kuah hitamnya. Warna hitam pada rawon tersebut tidak lain
berasal dari bumbu khas yaitu kluwek. Rasa rawon sangat ramah bagi Anda yang tidak suka
pedas. Makanan tradisional khas Jawa Timur ini akan semakin nikmat disantap dengan nasi
putih, kerupuk, serta lauk pelengkap seperti telur asin.

Anda mungkin juga menyukai