Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Lokal

KABUPATEN JOMBANG

Oleh:

Layli Setianing Hidayati


14040284019

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM

UNIVERSITAS SURABAYA
1. Legenda Kebo Cicak
Dalam cerita itu disebutkan, Kebo Kicak adalah seseorang yang dikutuk orangtuanya sehingga
memiliki kepala kebo atau kerbau. Setelah berkepala kerbau dengan tetap berbadan manusia, Kebo
Kicak berguru kepada seorang kiai sakti mandraguna. Bertahun-tahun belajar pada kiai tersebut,
Kebo Kicak menjadi orang soleh. Konon, di sebuah kadipaten Kerajaan Majapahit yang kelak
disebut Kabupaten Jombang, terdapat seorang perampok sakti bernama Surontanu. Dia adalah
penjahat nomor satu dan paling ditakuti masyarakat sekitar Jombang. Tidak ada satu orang pun
yang mampu menangkap Surontanu.
Alkisah, huru-hara di masyarakat didengar oleh Kebo Kicak. Atas perintah sang guru, Kebo
Kicak turun gunung untuk menghentikan kejahatan Surontanu. Setelah berpetualang beberapa
hari, Kebo Kicak berhasil menemukan Surontanu. Tanpa panjang lebar, keduanya beradu kesaktian.
Setelah bertarung beberapa lama, Surontanu terdesak. Dia melarikan diri hingga ke sebuah rawa
yang terdapat banyak tanaman tebu. Dengan kesaktiannya, Surontanu berhasil masuk ke rawa
tebu. Kebo Kicak menyusul masuk ke rawa yang sekarang terletak di wilayah Jombang. Namun,
Surontanu dan Kebo Kicak yang masuk ke dalam rawa tebu tidak pernah kembali lagi. Entah apa
yang terjadi dengan mereka. Hingga sekarang, masyarakat tak menemukan jasad maupun makam
mereka.
Ada versi lain terkait Kebo Kicak. Salah satu versinya mengisahkan bahwa Kebo Kicak adalah
sosok kesatria. Dia mengobrak-abrik Kerajaan Majapahit untuk mencari ayah kandungnya yang
bernama Patih Pangulang Jagad. Setelah bertemu Patih Pangulang Jagad, Kebo Kicak diminta
menunjukkan bukti bahwa dia benar-benar anak sang Patih. Cara membuktikannya tak mudah.
Kebo Kicak diminta mengangkat batu hitam di Sungai Brantas. Dalam upayanya itu, Kebo Kicak
harus berkelahi dengan Bajul Ijo. Usaha Kebo Kicak membuahkan hasil. Setelah berhasil
membuktikan bahwa dirinya anak kandung Patih Pangulang Jagad, Kebo Kicak diberi wewenang
menjadi penguasa wilayah barat.
Ambisi kekuasaan yang tinggi membuat Kebo Kicak tak pernah puas. Dia bertarung dengan
saudara seperguruannya, Surontanu, demi memperebutkan pusaka banteng milik Surontanu.
Konon, pertempuran kedua orang tersebut berlangsung amat dahsyat. Saat keduanya bertarung,
muncul cahaya ijo (hijau) dan abang (merah). Dari penggabungan kata ijo dan abang tersebut
muncul sebutan Jombang. Kini, warna hijau dan merah tua begitu mencolok dalam logo Kabupaten
Jombang. Warna dari perisai berarti perpaduan dua warna Jo dan Bang (ijo dan abang) sama
dengan Jombang. Warna hijau bermakna kesuburan, ketenangan, dan kebaktian kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sementara, warna merah berarti keberanian, dinamis dan kritis.  Tapi, ada pula
yang menyebut ijo mewakili kaum santri (agamis), sementara abang mewakili kaum abangan
(nasionalis/kejawen). 

2. Awal Pembentukan Kabupaten Jombang


Jombang termasuk Kabupaten yang masih muda usia, setelah memisahkan diri dari
gabungannya dengan Kabupaten Mojokerto yang berada di bawah pemerintahan Bupati Raden
Adipati Ario Kromodjojo, yang ditandai dengan tampilnya pejabat yang pertama mulai tahun 1910
sampai dengan tahun 1930 yaitu : Raden Adipati Ario Soerjo Adiningrat.
Menurut sejarah lama, konon dalam cerita rakyat mengatakan bahwa salah satu desa yaitu
desa Tunggorono, merupakan gapura keraton Majapahit bagian Barat, sedang letak gapura sebelah
selatan di desa Ngrimbi, dimana sampai sekarang masih berdiri candinya. Cerita rakyat ini
dikuatkan dengan banyaknya nama-nama desa dengan awalan "Mojo" (Mojoagung, Mojotrisno,
Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu dan masih banyak lagi). Dalam logo
Kabupaten Jombang, terdapat gerbang dan benteng yang melambangkan bahwa zaman dahulu
Jombang adalah benteng Majapahit (Mojopahit) sebelah barat. 
Salah Satu Peninggalan Sejarah di Kabupaten Jombang Candi Ngrimbi, Pulosari Bareng Bahkan
di dalam lambang daerah Jombang sendiri dilukiskan sebuah gerbang, yang dimaksudkan sebagai
gerbang Mojopahit dimana Jombang termasuk wewenangnya Suatu catatan yang pernah
diungkapkan dalam majalah Intisari bulan Mei 1975 halaman 72, dituliskan laporan Bupati
Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tanggal 25 Januari 1898
tentang keadaan Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling Jombang) pada tahun 1880.
Sehingga kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya bukan dimulai sejak berdirinya
(tersendiri) Kabupaten jombang kira-kira 1910, melainkan sebelum tahun 1880 dimana Trowulan
pada saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang, walaupun saat itu masih terjalin
menjadi satu Kabupaten dengan Mojokerto. Fakta yang lebih menguatkan bahwa sistem
pemerintahan Kabupaten Jombang telah terkelola dengan baik adalah saat itu telah ditempatkan
seorang Asisten Resident dari Pemerintahan Belanda yang kemungkinan wilayah Kabupaten
Mojokerto dan Jombang Lebih-lebih bila ditinjau dari berdirinya Gereja Kristen Mojowarno sekitar
tahun 1893 yang bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung di Kota Jombang, juga tempat
peribadatan Tridharma bagi pemeluk Agama Kong hu Chu di kecamatan Gudo sekitar tahun 1700.
Konon disebutkan dalam ceritera rakyat tentang hubungan Bupati Jombang dengan Bupati
Sedayu dalam soal ilmu yang berkaitang dengan pembuatan Masjid Agung di Kota Jombang dan
berbagai hal lain, semuanya merupakan petunjuk yang mendasari eksistensi awal-awal suatu tata
pemerintahan di Kabupaten Jombang.

3. Masa Penjajahan Belanda


Menyusul runtuhnya Majapahit, agama Islam mulai berkembang di kawasan, yang
penyebarannya dari pesisir pantai utara Jawa Timur. Jombang kemudian menjadi bagian dari
Kerajaan Mataram Islam. Seiring dengan melemahnya pengaruh Mataram, Belanda menjadikan
Jombang sebagai bagian dari wilayah VOC pada akhir abad ke-17, yang kemudian sebagai bagian
dari Hindia Belanda pada awal abad ke-18.Tahun 1811, didirikan Kabupaten Mojokerto, meliputi
pula wilayah yang kini adalah Kabupaten Jombang. Trowulan (pusat Kerajaan Majapahit), masuk
dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling) Jombang. Alfred Russel Wallace (1823-1913), naturalis
asal Inggris yang memformulasikan Teori Evolusi dan terkenal dengan Garis Wallace, pernah
mengunjungi dan bermalam di Jombang saat mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.
Tahun 1910, Jombang memperoleh status kabupaten, memisahkan diri dari Kabupaten
Mojokerto. Raden Adipati Arya Soeroadiningrat menjadi bupati pertama.  Dia juga biasa disapa
Kanjeng Sepuh atau Kanjeng Jimat. Dia juga merupakan keturunan ke-15 dari Prabu Brawijaya V,
Raja terakhir Majapahit. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai salah satu
kabupaten di Provinsi Jawa Timur.

4. Keadaan Geografis Kabupaten Jombang

  Luas wilayah kabupaten 115.950 Ha : 1.159,5 Km².


 Terletak membentang antara 7.20' dan 7.45' .Lintang Selatan 5.20º - 5.30 º Bujur Timur.
 Batas-batas wilayah kabupaten/kota :
o Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan
o Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri
o Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto
o Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk
 Administrasi Pemerintahan terdiri dari 21 Kecamatan dan 301 desa, 5 kelurahan.
 Kecamatan yang terluas adalah kecamatan Kabuh (13.233 Ha) dan yang terkecil Kecamatan
Ngusikan (34,980 Ha).
 Curah hujan terbesar antara 1750 s/d 2500 mm pertahun
5. Lambang Daerah

                       

 Bentuk :
Berbentuk perisai, didalamnya berisi gambar : padi dan kapas, gerbang Mojopahit dan
benteng, Balai Agung (Pendopo Kabupaten Jombang), menara dan bintang sudut lima diatasnya
berdiri pada beton lima tingkat, gunung, dua sungai satu panjang satu pendek.

 Arti Gambar :
o Perisai
mengandung arti alat untuk melindungi diri dari bahaya.
o Padi dan Kapas
berarti kemakmuran, sebagai harapan masyarakat jombang, khususnya bangsa Indonesia
umumnya.
o Gerbang Mojopahit
berarti jaman dahulunya Jombang wilayah kerajaan Mojopahit wewengkon krajan sebelah
barat.
o Benteng
berarti jaman dulunya Jombang merupakan benteng Mojopahit sebelah barat, hal ini
menyebabkan masyarakat bermental kuat, dinamis dan kritis.
o Balai Agung
berarti para pejabat daerah dalam membimbing masyarakat bersifat mengayomi seperti
tugas balai yang tetap berdiri tegak dan kukuh, guna memelihara persatuan/kesatuan
rakyat di dalam daerahnya.
o Tangga Beton Lima Tingkat
berarti terus tetap berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945, demi persatuan kesatuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Warna Putih berarti
dalam menjalankan tugas tetap berpegang pada kesucian, sepi ing pamrih rame ing gawe.
o Bintang Sudut Lima dan Menara
berarti Ketuhanan Yang Maha Esa. Jombang terkenal di segala penjuru tanah air sebagai
tempat yang banyak Pondok Pesantren. Pondok-pondok tersebut adalah Tebuireng,
Rejoso, Denanyar, Tambak Beras dan sebagainya.
o Gunung
berarti Jombang selain terdiri dari daerah rendah, sebagian terdiri dari tanah pegunungan.
Warna Hijau berarti banyak membawa kemakmuran.
o Dua sungai
berarti Kesuburan Jombang dialiri oleh 2 (dua) sungai yaitu Sungai Brantas dan Sungai
Konto yang banyak membawa kemakmuran bagi daerah Jombang.
  Warna
o Hijau dan Merah tua
Warna dari perisai berarti perpaduan 2 warna Jo dan Bang (Ijo dan Abang) sama dengan
Jombang.
o Hijau
Kesuburan, ketenangan, kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
o Merah
Keberanian, dinamis dan kritis. Biru Langit Cerah, juga berarti kecerahan wajah rakyat yang
optimis.
o Coklat
Warna Tanah Asli, segala sesuatu menampakkan keasliannya.
o Kuning
Warna keagungan dan kejayaan.
o Putih
Kesucian.

6. Bupati Jombang
 R.A.A. Soeroadiningrat (Masa Bhakti 1910-1930)
 R.A.A. Setjoadiningrat (Masa Bhakti 1930 – 1946)
 Bupati R. Boediman Rahardjo (Masa Bhakti 1946-1949)
 R. Moestadjab Soemowidagdo (Masa Bhakti 1949-1950)
 R. Istadjab Tjokrokoesoemo (Masa Bhakti 1950-1956)
 Bupati M. Soebijakto (Masa Bhakti 1956-1958)
 Bupati R. Soedarsono (Masa Bhakti 1958-1962)
 Bupati R. Hassan Wirjoekoesoemo (Masa Bhakti 1962- 1966)
 Bupati Ismail (Masa Bhakti 1966-1973)
 Bupati R. Soedirman (Masa Bhakti 1973-1979)
 Achmad Hudan Dardiri (Masa Bhakti 1979-1983)
 Bupati Noeroel Koesmen (Masa Bhakti 1983-1988)
 Bupati Tarmin Hariadi (Masa Bhakti 1988-1993)
 Bupati Soewoto Adiwibowo (Masa Bhakti 1993-1998)
 Bupati Drs.H. Affandi, M.Si (Masa Bhakti 1998-2003)
 Bupati Drs. H. Suyanto (Masa Bhakti 2003 – 2008)
 Bupati Drs. H. Ali Fikri (Masa Bhakti 2008-2008)

7. Tokoh Tokoh Jombang


 Pahlawan Nasional
o KH. Hasyim Asy’ari
o KH. Wahab Hasbullah
o KH. Wahid Hasyim
 Cendekiawan, Tokoh Politik, Pejabat Sipil dan Militer.
o Profesor Dr. Nurcholish Madjid
o KH. Bisri Syansuri
o KH. M. Wahib Wahab
o KH. M Yusuf Hasyim
o KH. Abdurrahman Wahid
o Prof. Dr. Widjojo Nitisastro
o KH. Ir. Salahuddin Wahid
o KH. As’ad Umar
o Dr. KH. Musta’in Romly
o Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si.
o Drs. H. Choirul Anam
o Laksda Sukarton Marmosudjono, SH.
o Singgih, SH.
o Marsekal TNI (Purn) Rilo Pambudi
o Laksamana TNI Slamet Soebijanto
o Mayjen TNI Moekhlas Sidik, MPA.
 Tokoh Seni, Budaya, dan LSM
o Emha Ainun Nadjib
o Wardah Hafidz, MA.
o Gombloh
o Cak Durasim
o Asmuni
o Markeso
o Bolet
Sumber: 

1. Nasrulloh, Fahrudin, Jabbar Abdullah dan Abdul Wahab. 2010. Biografi Para Pemimpin Jombang.
Jombang: Pemerintah Kabupaten Jombang.
2. Pitono, Djoko dan Kun Haryono. 2010. Profil Tokoh Kabupaten Jombang. Jombang: Pemerintah
Kabupaten Jombang.
3. http://jombangkab.go.id
4. http://Wikipedia.com
5. http://wiyonggoputih.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai