Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH

KABUPATEN JOMBANG

oleh :
Ehab Zafir Ahmad
4D

MI Perguruan Mu’alimat
Cukir
A. ASAL MULA KOTA JOMBANG

Kabupaten Jombang berbatasan alam dengan Kabupaten Mojokerto, Lamongan,


Nganjuk, dan Kediri. Menurut legenda yang berkembang di masyarakat Jombang, asal-
usul Kabupaten Jombang berasal dari legenda pertarungan Kebo Kicak dan Surontanu.
Wilayah pertarungan tersebutlah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Jombang.
Terdapat banyak versi legenda yang beredar di masyarakat yang menceritakan
kisah Kebo Kicak. Salah satu legenda yang beredar di kalangan cerita dari mulut ke mulut
menyatakan bahwa karena sifatnya yang durhaka pada orang tua, maka Kebo Kicak dikutk
oleh orang tuanya sehingga memiliki kepala kebo (kerbau). Dengan demikian muncul
sebtan Kebo Kicak. Setelah dikutuk memiliki kepala kebau dengan tetap berbadan
manusia, Kebo Kicak berguru kepada seorang kyai yang sakti mandraguna. Setelah
bertahun-tahun belajar pada kyai tersebut, akhirnya Kebo Kicak pun menjadi orang yang
sholeh dan sadar akan kesalahannya di masa lalu. Kebo Kicak memiliki kemampuan yang
luar biasa, baik dari segi agama maupun kesaktian.
Pada masa itu, di sebuah Kadipaten Majapahit yang kelak disebut Kabupaten
Jombang, terdapat seorang perampok yang sakti bernama Surontanu. Surontanu adalah
penjahat nomor satu dan paling ditakuti oleh masyarakat yang tinggal di sekitar
Jombang  tidak ada atu orang pun yang mampu menangkap Surontanu. Alkisah, Kebo
Kicak mendengar terjadinya huru-hara di masyarakat kemudian diperintahkan oleh
gurunya untuk membasma angkara murka. Kebo Kicak turun gunung dan menghentikan
kejahatan Kebo Kicak. Setelah petualangan beberapa hari, Kebo Kicak berhasil
menemukan Surontanu dan keduanya beradu ilmu kesaktian. Pertarungan tersebut
brlangsung lma sekali hingga Surontanu dengan kesaktiannya berhasil masuk k dalam
rawa tebu. Kebo Kicak pun menyusul dan masuk ke dalam rawa yang terletak di wilayah
Jombang sekarang. Baik Surontanu maupun Kebo Kicak yang masuk ke dalam rawa tebu
tidak pernah kembali lagi hingga sekarang.
Adapun versi lain asal-usul terjadinya Kabupaten Jombang, yaitu :
Salah satu versi lain mengisahkan bahwa Kebo Kicak adalah sosok ksatria dan
berani mengobrak-abrik Kerajaan Majapahit untuk mencari ayah kandungnya yang
bernama Patih Pangulang Jagad. Setelah Kebo Kicak bertemu dengan Patih Pangulang
Jagad, sang ayah mengajukan syarat agar Kebo Kicak menunjukkan bukti bahwa dia
benar-benar anaknya. Pembuktian dilakukan dengan mengangkat baju hitam di sungai
Brantas sehingga Kebo Kicak harus berkelahi dengan Bajul Ijo. Sesudah berhasil
membuktikan bahwa dirinya anak kandung Patih Pangulang Jagad, maka Kebo Kicak
diberi wewenang menjadi penguasa wilayah Barat.
Namun, sepak terjang Kebo Kicak tidak sampai di situ, ambisi kekuasaannya yang
tinggi membuat dia rela bertarung dengan saudara seperguruannya, Surantanu. Kebo Kicak
berkelahi dengan Surantanu karena memperebutkan pusaka banteng yang sudah diakui
sebagai milik Surantanu. Lokasi pertarungan Kebo Kicak dan Surantanu berpindah-pindah.
Sebagian besar wilayah pertarungan mereka kemudian diabadikan menjadi nama daerah.
Konon ceritanya, pertempuran dua saudara tersebut berlangsung dengan dahsyat.
Keduanya saling beradu kesaktian hingga memunculkan cahaya ijo (hijau) dan abang
(merah). Dari penggabungan kata ijo dan abang inilah muncul sebutan wilayah Jombang.
Dari dua versi asal usul terjadinya Kabupaten Jombang di atas, masyarakat lebih
banyak yang percaya kepada versi kedua. Sementara itu, kata “Jombang = Ijo Abang“.
Ada banyak pemaknaan yang bisa dan biasa dibuat manusia atas sebuah warna maupun
beberapa kombinasinya. Bahkan, selain dimaknai, elemen warna sering pula dijadikan
semacam instrumen untuk memaknai sesuatu. Sederhananya, selain dimaknai, warna juga
bisa memaknai suatu fenomena. Proses pemaknaan serupa juga terjadi pada Kabupaten
Jombang yang dalam simbol kedaerahannya diwakili secara dominan oleh warna-warna
hijau dan merah.
Dari kedua warna itu pulalah muncul akronim kata Jombang, yang terdiri dari ijo
(hijau) dan abang (merah). Hingga saat ini, kedua warna tadi dipercaya sebagai mula asal
kata Jombang, singkatan dari ijo dan abang. Dalam sebuah literatur resmi keluaran
pemerintah daerah (pemda) setempat, Monografi Kabupaten Jombang, ijo bermakna
kesuburan serta sikap bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, sementara abang dimaknai
sebagai sifat berani, dinamis, atau sikap kritis. Akan tetapi, berbeda dengan “pengartian
resmi” tadi, masyarakat Jombang memiliki cara tersendiri untuk memaknai keberadaan
serta latar belakang budaya mereka. Ijo mewakili kultur santri, kaum agamawan, atau lebih
spesifik lagi Islam, yang berasal dari masyarakat pesisir. Sementara abang dipercaya
mewakili kultur masyarakat abangan berpaham nasionalis, yang berasal dari masyarakat
daerah pedalaman dan berlatar sejarah Mataraman (kejawen).
B. SEJARAH JOMBANG

Penemuan fosil Homo mojokertensis di lembah Sungai Brantas menunjukkan bahwa


seputaran wilayah yang kini adalah Kabupaten Jombang diduga telah dihuni sejak ratusan
ribu tahun yang lalu.

Tahun 929, Raja Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa


Tengah ke Jawa Timur, diduga karena letusan Gunung Merapi atau serangan Kerajaan
Sriwijaya. Beberapa literatur menyebutkan pusat kerajaan yang baru ini terletak
di Watugaluh. Suksesor Mpu Sindok adalah Sri Isyana Tunggawijaya (947-985) dan
Dharmawangsa (985-1006). Tahun 1006, sekutu Sriwijaya menghancurkan ibukota
kerajaan Mataram, dan menewaskan Raja Dharmawangsa. Airlangga, putera mahkota
yang ketika itu masih muda, berhasil meloloskan diri dari serbuan Sriwijaya, dan ia
menghimpun kekuatan untuk mendirikan kembali kerajaan yang telah runtuh. Bukti
petilasan sejarah Airlangga sewaktu menghimpun kekuatan kini dapat dijumpai
di Sendang Made, Kecamatan Kudu. Tahun 1019, Airlangga mendirikan
Kerajaan Kahuripan, yang kelak wilayahnya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali;
serta mengadakan perdamaian dengan Sriwijaya.

Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah yang kini Kabupaten Jombang merupakan


gerbang Majapahit. Gapura barat adalah Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang, sedang
gapura selatan adalah Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng. Hingga ini banyak dijumpai
nama-nama desa/kecamatan yang diawali dengan prefiks mojo-, di
antaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah, Mojotrisno, Mojongapit, dan
sebagainya. Salah satu peninggalan Majapahit di Jombang adalah Candi Arimbi di
Kecamatan Bareng.

Menyusul runtuhnya Majapahit, agama Islam mulai berkembang di kawasan, yang


penyebarannya dari pesisir pantai utara Jawa Timur. Jombang kemudian menjadi bagian
dari Kerajaan Mataram Islam. Seiring dengan melemahnya pengaruh Mataram,
Kolonialisasi Belanda menjadikan Jombang sebagai bagian dari wilayah VOC pada akhir
abad ke-17, yang kemudian sebagai bagian dari Hindia Belanda pada awal abad ke 18, dan
juga seperti di daerah lain juga pernah diduduki oleh Bala Tentara Dai Nippon (Jepang)
pada tahun 1942 sampai Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Jombang juga menjadi bagian dari wilayah gerakan revolusi kemerdekaan Indonesia.
Etnis Tionghoa juga berkembang dengan adanya tiga kelenteng di wilayah Jombang, dan
sampai sekarang masih berfungsi. Etnis Arab juga cukup signifikan berkembang. Hingga
kini pun masih ditemukan sejumlah kawasan yang mayoritasnya adalah etnis Tionghoa,
dan Arab, terutama di kawasan perkotaan.

Tahun 1811, didirikan Kabupaten Mojokerto, di mana meliputi pula wilayah yang


kini adalah Kabupaten Jombang. Jombang merupakan salah satu residen di dalam
Kabupaten Mojokerto. Bahkan Trowulan (di mana merupakan pusat Kerajaan Majapahit),
adalah masuk dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling) Jombang.

Alfred Russel Wallace (1823-1913), naturalis asal Inggris yang memformulasikan


Teori Evolusi, dan terkenal akan Garis Wallace, pernah mengunjungi, dan bermalam di
Jombang ketika mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.

Tahun 1910, Jombang memperoleh status Kabupaten, yang memisahkan diri dari


Kabupaten Mojokerto, dengan Raden Adipati Arya Soeroadiningrat sebagai Bupati
Jombang pertama.[9] Masa pergerakan nasional, wilayah Kabupaten Jombang memiliki
peran penting dalam menentang kolonialisme. Beberapa putera Jombang merupakan tokoh
perintis kemerdekaan Indonesia, seperti KH Hasyim Asy'ari (salah satu pendiri NU dan
pernah menjabat ketua Masyumi) dan KH Wachid Hasyim (salah satu
anggota BPUPKI termuda, serta Menteri Agama RI pertama).

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten


dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai salah satu
kabupaten di Provinsi Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai