Anda di halaman 1dari 18

ETNOGRAFI SUKU SUNDA

 SEJARAH

Suku sunda adalah suku yang mendiami pulau jawa bagian barat. Pada tahun
1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa[1], kebanyakan dari mereka
hidup di Jawa Barat beserta Banten dan sekitar 3 juta jiwa hidup di provinsi lain.
Dari antara mereka, penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup
berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media.

Yang melahirkan peradaban besar di dunia.

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat sunda yang tinggal di wilayah barat


pulau Jawa. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal-bakal berdirinya
peradaban di Nusantara[2], di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di
Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh,
Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang.

Kata Sunda artinya bagus/baik/putih/bersih/cemerlang, segala sesuatu yang


mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda diyakini memiliki etos/watak/karakter
Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak/karakter Sunda yang
dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil),
dan pinter (pandai/cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara abad ke 17
sampai ke Sumedang Larang, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan
lebih dari 1000 tahun.

 SISTEM MASYARAKAT & SISTEM EKONOMI

Sistem kemasyarakatan Suku Sunda sangat erat dengan kehidupan ekonominya.


Di sini ada 3 unit sosial yang menjadi pusat kehidupan ekonomi, yaitu: kota, desa
dan daerah perkebunan.
Struktur masyarakat kota dan perekonomiannya tidak berbeda dengan kota-kota
lain di pulau Jawa, yaitu masyarakatnya Gesellschaft dengan mata pencaharian
utama pada sektor: perdagangan, industri, jasa, pertukangan dan buruh.

Kota menjadi pusat kegiatan politik, sosial, pendidikan dan seni budaya. Setiap
kegiatan mempunyai sifat interdependensi. Unit sosial ekonomi kedua ialah
daerah perkebunan.

Sistem kemasyarakatan dan perekonomian suku Sunda

Sejak jaman pendudukan Belanda, Jawa Barat termasuk salah satu daerah
perkebunan terpenting di Indonesia, terutama daerah Priangan dan Bogor, jenis
perkebunannya: teh, karet, kina, kopi dan kelapa sawit.

Lapisan masyarakat daerah perkebunan terbagi atas kelompok majikan dengan


tingkat perekonomian yang baik, dan kelompok buruh dengan tingkat
perekonomian yang rendah sampai sedang. Hubungan sosial antara kedua
kelompok itu biasanya kurang begitu akrab.

Unit sosial ekonomi ketiga dan yang terbesar adalah daerah pertanian yang
berbentuk desa-desa dengan cara pengerjaan yang masih tradisional. Ada sawah
irigasi, sawah tadah hujan (sawah guludug) dan ada tanah tegalan yang hanya
bisa ditanami palawija saja.

Pada sawah irigasi sering ditaburi benih-benih ikan (sistem minapadi). Sebelum
memotong padi, petani mengundang seorang dukun candoli atau wali pukun
untuk menentukan hari yang tepat dalam pemotongan padi dan memimpin
upacara selamatan pemotongan padi.

Di desa-desa Jawa Barat juga memiliki tanah, milik komunal yang disebut tanah
titisara atau kanomeran (di Ciamis), kacahcahan (di Majalengka) dan kasikepan (di
Cirebon).Kedudukan tanah ini sama dengan tanah lungguh atau tanah bengkok.
Kehidupan ekonomi para petani di Jawa Barat pada umumnya juga tidak jauh
berbeda dengan para petani di Jawa Tengah atau Jawa Timur.
 SISTEM KESENIAN

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi
provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah
(Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia.
Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Jika
Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk
Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan
tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama Kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan
(Jati Sunda). Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas
pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak
Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.

Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya.
Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang.[2] Orang
Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan
pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan
diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja
Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik
dengan Bangsa lain pada abad ke-15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari
diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa
tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada
kabinet RI.

Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa


kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan
adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris
dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.

10 Jenis Kesenian Tradisional Suku Sunda


1. Angklung

Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu
khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal
penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau
tradisional.

2. Degung

Sebuah kesenian sunda yang biasanya dimainkan pada acarahajatan.


Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.Degung ini
merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Baratyaitu,Gendang,
Goong, Kempul, Saron, Bonang, Kacapi, Suling, Rebab, dansebagainya. Degung
merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di JawaBarat, karena iringan
musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatanyang masih
menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakansebagai musik
pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Baratlainnya.
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya

3. Kuda renggong

Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran
yangterdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara
penyajiannyayaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat
dinaikkan ke ataspunggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti
seorang Raja atauSatria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai
Bendo, takwa danpakai kain serta selop.

4. Kecapi Suling

Sulingadalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu


permainanalat musik tradisional yang memadukan suara alunan Suling dengan
Kacapi(kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh Mamaos
(tembang)Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda,
yang padaumumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi
perempuan,yang dalam bahasa sunda disebut Sinden. Kacapi suling ini biasanya
digunakanuntuk mengiringi nyanyian sunda

5. Rengkong

Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh


leluhurmasyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten
Cianjur danorangyang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah
H. Sopjan. Bentukkesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda
dahulu ketika menanampadisampai dengan menemuinya.

6. Wayang Golek

Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat, yaitu


pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh
seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang
memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya
Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musikDegung lengkap denganSinden
nya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan
atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari
(biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00
pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh
budaya Hindu dari India, sepertiRamayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh
dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada
‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan
Purnakawan, seperti Dawala danCepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka
merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan
sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan
memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang lucu dan menarik.

7. Reog

Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini
padaumumnya ditampilkan dengan Bodoran, serta diiringi dengan musik
tradisionalyang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa
orang yangmempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini
ditampilkan denganmembawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang
dibawakan adalahcerita lucu atau lelucon.

8. Kuda lumping

Kuda Lumpingmerupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan
dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya
seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah
kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan
tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang
memerankannya akan mampu memakan kaca, rumput.Selain itu orang yang
memerankannya akan di cambuk seperti halnya menyabuk kuda.

 KEBUDAYAAN

Pakaian Adat :

Pakaian adat Sunda tak hanya dibedakan berdasarkan kasta penggunanya saja,
tapi ada juga pakaian yang dibedakan berdasarkan acaranya, seperti pakaian
pengantin atau untuk menghadiri acara resmi. Agar Anda tidak bingung
membedakan pakaian adat Sunda, berikut adalah penjelasan mengenai setiap
jenis pakaian adat Suku Sunda.

1. Pakaian Adat Sunda Untuk Rakyat Biasa

Pakaian adat yang dipakai oleh Suku Sunda kalangan rakyat biasa tergolong
sederhana dan tidak banyak menggunakan aksesoris yang meriah. Di zaman
dahulu, pakaian adat untuk rakyat biasa ini banyak digunakan oleh para petani
atau pekerja di kalangan menengah ke bawah.
Pakaian Adat untuk Laki-laki

Baju adat untuk pria Sunda di kalangan rakyat biasa disebut dengan salontreng.
Pakaian ini nampak seperti baju kain berwarna gelap dengan sarung sederhana
yang biasa dililitkan menyilang di bahu. Sementara untuk bawahannya dinamakan
celana pangsi atau komprang yang merupakan celana kain besar yang tidak ketat
di kaki.

Ketika mengenakan pakaian adat ini, para pria bisa menambahkan beberapa
aksesoris lainnya, seperti logen (ikat kepala) dengan model Barambang Semplak
atau Hanjuang Nangtung. Alas kaki yang dipakai terbuat dari kayu, namanya
tarumpah.

Pakaian Adat untuk Perempuan

Wanita Sunda dari kalangan rakyat biasa menggunakan kain batik panjang yang
biasa disebut sebagai sarung kebat. Nama lain dari bawahan untuk pakaian adat
ini adalah sinjang bundel yang merupakan rok yang dipakai sampai betis. Untuk
atasannya, para wanita mengenakan kebaya yang dilengkapi selendang batik
dengan beubeur (sejenis ikat pinggang).

Tak ada aksesoris mencolok yang dipadukan dengan pakaian adat Sunda khusus
wanita ini. Namun, untuk alas kakinya biasanya menggunakan sandal jepit
keteplek.

2. Pakaian Adat Sunda Untuk Kalangan Menengah

Selanjutnya, ada pakaian adat Sunda untuk kalangan menengah ke atas. Jika
dibandingkan dengan pakaian ada untuk kalangan rakyat biasa, tentu saja
terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara keduanya. Pakaian adat untuk
kalangan menengah terlihat lebih modis, rapi, dan elegan walaupun tidak terlalu
semarak.
Penggunakan pakaian adat untuk strata sosial menengah ini biasanya berasal dari
para pedagang, pengusaha, atau orang-orang yang menempuh pendidikan cukup
tinggi pada zaman dulu.

Pakaian Adat untuk Laki-laki

Baju adat untuk pria dari kalangan menengah berupa jas berwarna putih yang
dikenal dengan nama bedahan. Sementara untuk bawahannya, ada kain kebat
yang disarungkan, lengkap dengan tambahan aksesoris kepala berupa bengker.

Untuk mempertegas kesan penampilan masyarakat dari kalangan menengah ke


atas, para pria juga dianjurkan untuk memakai aksesoris berupa arloji dengan
rantai keemasan yang nantinya digantungkan di saku.

Pakaian Adat untuk Perempuan

Para istri dari pria yang berprofesi pedagang atau pengusaha juga wajib memakai
pakaian adat Sunda untuk kalangan menengah ini. Yang membedakan antara
pakaian adat wanita dari rakyat biasa dan kalangan menengah adalah pilihan
warna kebayanya. Perempuan dari kalangan menengah bisa memakai kebaya
dengan warna apapun, termasuk warna yang terang. Sementara bawahannya
juga memakai kain kebat sebagai rok panjang.

Kaum hawa yang mengenakan pakaian adat untuk kalangan menengah ini
rambutnya ditata dengan model sanggul. Tak lupa ada aksesoris tambahan
berupa ikat pinggang dan selendang dengan warna senada. Alas kaki yang dipakai
umumnya adalah selop. Bahkan, para wanita di kalangan menengah
diperbolehkan memakai perhiasan tambahan, seperti anting, kalung, gelang,
maupun cincin.
3. Pakaian Adat Sunda Untuk Kalangan Bangsawan

Bangsawan dianggap sebagai strata sosial paling atas di Suku Sunda. Jadi, sudah
bisa dipastikan bahwa pakaian adanya pun terlihat lebih mewah dan elegan
dibanding pakaian adat untuk rakyat biasa maupun menengah. Sampai dengan
saat ini, pakaian adat Sunda untuk kaum bangsawan masih banyak dipakai
meskipun penggunanya sendiri mungkin bukan berasal dari kalangan bangsawan.
Pakaian Adat untuk Laki-laki

Atasan yang dipakai sebagai pakaian adat Sunda kalangan bangsawan berupa jas
yang terbuat dari bahan beludru hitam dengan sulaman benang emas di bagian
ujung lengan. Untuk mengimbangi atasannya, para pria juga memakai bawahan
berupa celana panjang dengan motif, bahan, dan warna serupa dengan atasannya
ditambah dengan sabuk emas.

Aksesoris tambahan untuk para pria bangsawan berupa penutup kepala yang
dinamakan bendo. Mereka juga bisa menambahkan arloji emas berantai yang
digantung pada bagian saku.

Pakaian Adat untuk Wanita

Sama seperti pria, pakaian adat Sunda khusus bangsawan yang dipakai oleh
wanita juga berasal dari bahan beludru berwarna hitam. Hanya saja, bentuknya
dibuat seperti kebaya. Ada juga tambahan mute atau manik-manik pada kebaya
ini. Kain kebat juga masih dipakai sebagai bawahan pakaian adat ini.

Alas kaki yang dipakai oleh wanita bangsawan berupa selop yang bahannya juga
dari beludru hitam. Tambahan aksesoris lainnya bisa berupa sanggul rambut
lengkap dengan tusuk kondenya, giwang, maupun bros. Perhiasan yang dipakai ini
bisa berasal dari emas maupun berlian.
4. Pakaian Adat untuk Pengantin

Dari sekian banyak pakaian adat Suku Sunda, jenis pakaian yang inilah yang masih
sering dipakai sampai dengan saat ini. Ya, apalagi jika bukan pakaian pengantin.
Akan tetapi, pakaian adat untuk pengantin Sunda ini sudah melewati berbagai
tahapan modifikasi agar terlihat modern dan mengikuti perkembangan zaman.

Baju Pengantin untuk Wanita

Baju adat pengantin untuk wanita Sunda terinspirasi dari busana yang dipakai
oleh putri-putri Kerajaan Sunda di masa lampau. Baju pengantinnya berupa
kebaya brokat dengan warna krem, kuning, atau putih. Untuk bawahannya
menggunakan batik kebat Lereng Eneng Prada.

Aksesoris tambahan untuk menunjang baju pengantin untuk wanita Sunda ini
adalah mahkota perhiasan bernama siger. Siger memiliki makna kehormatan dan
sifat bijaksana. Tambahan perhiasan lainnya bisa berupa gelang, cincin permata,
dan 2 kalung (pendek dan panjang) yang dipakai bersamaan.

Baju Pengantin untuk Pria

Sementara untuk pria menggunakan baju adat pengantin yang bernama Jas Buka
Prangwedana dengan warna senada dengan kebaya pengantin wanita. Bawahan
yang digunakan merupakan kain batik yang motif dan warnanya terlihat serasi
dengan warna baju atasannya.

Satu yang tak boleh dilewatkan oleh pengantin pria yang sudah mengenakan
pakaian pengantin Suku Sunda adalah bendo, penutup kepala yang berhiaskan
batu permata. Di bagian bawah juga diberi tambahan boro sarangka, kantong
atau tempat yang dipakai untuk menyimpan keris.
5. Pakaian Adat untuk Acara Resmi

Tak hanya menyediakan pakaian untuk pengantin saja, Suku Sunda juga memiliki
pakaian adat yang biasa dipakai untuk menghadiri acara resmi. Jika dilihat
sepintas, pakaian adat untuk acara resmi memang nampak sama dengan pakaian
ada khusus bangsawan.

Pakaian Adat untuk Laki-laki

Pakaian adat acara resmi untuk para pria mengenakan atasan seperti jas beludru
yang dikenakan oleh para bangsawan. Sementara itu, bagian bawahnya diberi
celana panjang yang selaras dengan warna atasannya.

Aksesoris tambahan yang dipakai berupa kain samping di pinggang dan bendo
yang dipakai sebagai penutup kepala. Tak lupa juga untuk menyematkan arloji
emas berantai pada bagian saku atasannya untuk membuat penampilan semakin
rapi dan gagah.

Pakaian Adat untuk Wanita

Bagi wanita yang ingin menggunakan pakaian adat Sunda untuk acara resmi,
pakaian yang dipilih tergolong cukup sederhana dan tidak terlalu mencolok, yakni
berupa kebaya warna polos dengan sulaman. Bagian bawahnya mengenakan kain
bebat.

Untuk membuat penampilan jadi semakin anggun, ada juga aksesoris tambahan
berupa beubeur, kamisol untuk pakaian bagian dalam, selendong yang warnanya
juga harus diselaraskan dengan warna kebayanya. Boleh juga memakai perhiasan
untuk semakin menunjang penampilanmu.

Sama seperti pakaian adat pengantin, pakaian adat Sunda untuk acara resmi ini
juga masih bisa dilihat sampai sekarang. Di beberapa acara yang mengangkat
tentang kebudayaan Sunda pakaian adat ini sangat sering dipakai. Jadi, Anda pasti
pernah melihatnya ketika menyaksikan pemilihan Perjaka dan Gadis.
Rumah Adat :

Rumah Adat Sunda Badak Heuay sebagai rumah adat Sunda yang banyak dijumpai
di Sukabumi. Penamaannya sendiri diambil dari bentuk atapnya yang sangat mirip
dengan badak menguap. Rumah adat Sunda Badak Heuay ini terbuat dari bahan
dasar kayu untuk bagian dinding dan lantainya.

Upacara Adat :

1. Seren Taun

Seren Taun merupakan upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang
dilakukan tiap tahun. Upacara ini berlangsung secara khidmat dan semarak di
berbagai desa adat Sunda. Adapun upacara adat Seren Taun ini dilakukan sebagai
bentuk syukur kepada Sang Pencipta. Beberapa desa adat Sunda yang menggelar
Seren Taun tiap tahunnya, antara lain Desa Cigugur, Kasepuhan Banten Kidul,
Desa adat Sindang, Desa Kanekes, dan Kampung Naga.

2. Meuleum Harupat

Upacara ini melambangkan harapan agar kedua mempelai selalu rukun dalam
hidup berkeluarga, dijauhkan dari amarah satu sama lain. Harupat merupakan lidi
daun enau yang dibakar oleh mempelai wanita untuk membuang masalah dalam
kehidupan kita.

3. Injak telur

Sama dengan upacara adat Jawa, upacara Sunda juga memiliki Injak Telur sebagai
bentuk kesanggupan mempelai pria untuk menjadi kepala keluarga yang baik dan
bertanggung jawab, sedangkan mempelai wanita memperlihatkan baktinya
kepada suami.

Tari Adat :
1. Tari Jaipong

Siapa yang tak tahu jika Tari Jaipong adalah tarian khas Jawa Barat. Dikutip dari
laman jabarprov.go.id, kata jaipong bersal dari masyarakat Karawang yang bersal
dari bunyi kendang sebagai iringan tari rakyat yang menurut mereka berbunyi
jaipong yang secara onomotofe. Tepak kendang tersebut sebagai iringan tari
pergaulan dalam kesenian banjidoran yang berasal dari Subang dan Karawang
yang akhirnya menjadi populer dengan istilah jaipongan.

Tari Jaipongan muncul pada tahun 1980an yang lahir fari kekreatifitasan para
seniman Bandung, salah satunnya yakni Gugum Gumbira. Jaipong merupakan
pengembangan dari ketuk tilu apabila dilihat dari perkembangannya dan dasar
koreografernya.

Karya jaipongan pertama yang diciptakan oleh Gugum Gumbira adalah tari daun
pulus keser bojong dan tari Raden Bojong yang berpasangan putra- putri. Tarian
tersebut sangat digemari dan populer di seluruh Jawa Barat termasuk Kabupaten
Bandung karya lain yang diciptakan oleh Gugum diantaranya toka-toka, setra sari,
sonteng, pencug, kuntul mangut, iring-iring daun puring , rawayan, kaum anten
dan lain – lain. Daya tarik tarian tersebut bagi kaum muda selain gerak dari tari
yang dinamis dan tabuhan kendang membawa mereka untuk menggerakan
tubuhnya untuk menari sehingga tari jaipongan sebagai salah satu identitas
kesenian Jawa Barat.

2. Tari Merak

Tarian ini adalah kesenian yang berasal dari daerah Bandung. Tarian ini
terinspirasi dari burung merak yang mempunyai bulu yang indah yang
digambarkan lewat kostum yang dipakai oleh para penarinya.
Bukan penggambaran Merak betina, Tari Merak ini justru merupakan
penggambaran tingkah laku burung merak jantan yang memiliki keindahan bulu
ekor yang memikat perhatian.

Dilansir dari situs resmi Kemdikbud, Tari Merak diciptakan oleh Rd. Tjetje
Somantri pada tahun 1955. Gerakan tarian ini merupakan pengembangan dari
gaya tari Sunda yang dikuasai oleh Tjetje. Mulanya, penciptaan tarian ini ditujukan
untuk menghibur para delegasi Konferensi Asia Afrika dalam acara resepsi di
Bandung tahun 1955.

Sejak diciptakan, Tari Merak Sunda karya Tjetje hanya dipertunjukkan empat kali,
yaitu dalam rangkaian kegiatan KAA di halaman belakang Gedung Pakuan pada
tahun 1955; tahun 1955 di Hotel Orient, Bandung; tahun 1957 dalam rangka
menyambut kehadiran Voroshilof, Presiden USSR (Rusia) di Gedung Pakuan; dan
tahun 1958 dalam pertunjukan tari di YPK.

Sepeninggal Rd. Tjetje Somantri pada Tahun 1963, Irawati Durban sebagai
muridnya menyempurnakan tatanan Tari Merak ciptaan Rd. Tjetje Somantri
dengan mengolah kembali struktur koreografi tariannya.

Kemudian pengembangan terhadap Tari Merak Sunda ini pertama kali digagas
oleh Irawati Durban ketika Grup Viatikara diberi tugas oleh Presiden Soekarno
untuk mempersiapkan rombongan kesenian ke New York Fair 1965.

Tari Merak ini biasa ditarikan oleh perempuan dengan mengenakan busana yang
sangat glamor, estetis, eksotis, serta komposisi kinestetiknya. Hal ini menjadikan
Tari Merak Sunda memiliki daya pikat tersendiri bagi siapapun yang menari dan
menontonnya.

3. Tari Topeng

Tarian khas Jawa Barat asli dari daerah Cirebon, termasuk Indramayu. Disebut tari
topeng, karena saat menari penarinya menggunakan topeng. Tarian ini telah
mengalami perkembangan dalam gerakan maupun cerita. Terkadang tari topeng
dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa
orang.

Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah Tari Topeng Kelana Kencana
Wungu yang merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang
menceritakan ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menak Jingga
yang tergila-tergila kepadanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang
mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana
Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun.
Menak Jingga (disebut juga Kelana), dengan topeng warna merah mewakili
karakter yang berangasan, temperamental dan tidak sabaran. Tari ini karya
Nugraha Soeradiredja. Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan
musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari
topeng.

Hingga kini, sanggar-sanggar tari masih banyak yang mengajarkan Tari Topeng.
Salah satu sanggar tari topeng yang ada di Indramayu adalah danggar tari topeng
Mimi Rasinah, yang terletak di Desa pekandangan, Indramayu. Mimi Rasinah
adalah salah satu maestro tari topeng yang walaupun mengalami kelumpuhan
sejak 2006 ia masih aktif menari dan mengajarkan kesenian tari topeng. Mimi
Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010.

4. Tari Sintren

Tarian khas Jawa Barat yang lainnya yang berasal dari Cirebon yakni Tari Sintren.
Tarian ini disebut mengandung unsur magis sehingga tidak boleh untuk dibuat
mainan. Tari sintren ini biasanya dibawakan oleh seorang wanita yang
mengenakan kostum khusus dan berkacamata hitam, sebelum melakukan tarian
ini biasanya sang penari akan masuk ke dalam sebuah kurungan yang ditutup oleh
kain.
Nama sintren yang ada pada tarian ini ternyata merupakan gabungan dari dua
kata yakni si dan tren yang mana dalam bahasa Jawa kata si merupakan sebuah
ungkapan panggilan yang memiliki arti ia atau dia, sedangkan kata tren berasal
dari kata tri atau putri sehingga sintren memiliki arti si putri atau sang penari.

Kesenian tari sintren pada mulanya dipentaskan pada waktu yang sunyi di saat
malam bulan purnama karena kesenian tari ini berhubungan dengan roh halus
yang masuk ke dalam sang penari, namun kini pementasan tari sintren tidak lagi
dilakukan pada malam bulan purnama melainkan dapat juga dipentaskan pada
siang hari dan bertujuan untuk menghibur wisatawan serta memeriahkan acara
hajatan.

Dikutip dari cirebonkota.go.id, Tari Sintren juga dipergunakan oleh para wali
untuk menyebarkan dakwah Islam dan mengajarkan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Penari sintren yang dalam keadaan tidak sadar dan
kemudian menari, ketika dilemparkan uang dengan jumlah berapapun akan
mengakibatkan penarinya jatuh dan tidak bisa berdiri sendiri sebelum didirikan
oleh dalang sintren.

Menurut Ki Mamat yang merupakan dalang sintren dari sanggar tari Sekar
Pandan, kesultanan Kacirebonan, nilai-nilai dakwah Islam yang dibawa oleh
pagelaran sintren adalah:

Ranggap(Kurungan Ayam), bentuk kurungan ayam yang melengkung berusaha


mengingatkan pada manusia yang menyaksikan bahwa bentuk melengkung itulah
bentuk dari fase hidup manusia dimana manusia dari bawah akan berusaha
menuju puncak, namun setelah berada dipuncaknya manusia kembali lagi ke
bawah, dari tanah kembali menjadi tanah, dilahirkan dalam keadaan lemah akan
kembali pada keadaan yang lemah pula.

Duit(Uang), uang yang dilempar membuat penari sintren langsung jatuh lemas
bermakna di dalam kehidupan manusia jangan selalu mendahulukan duniawi,
terlalu serakah ke duniawi akan membuat manusia jatuh.
5. Tari Ronggeng Gunung

Tari Ronggeng Gunung merupakan tarian asli khas Pangandaran. Menurut sumber
tradisi perkembangan tari ronggeng gunung mengalami perubahan nama akibat
generasi penerusnya.

"Ada tiga sebutan untuk pertunjukan ronggeng yaitu Ronggeng Gunung,


Ronggeng Kaler, dan Ronggeng Amen atau Ronggeng Kidul," ujar Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Tonton Guntar

Namun perubahan nama itu tidak merubah estetika dalam tarian ronggeng.
Perkembangan ronggeng itu berada di Kecamatan Langkaplancar, Mangunjaya,
Padaherang, Pangandaran dan Sidamulih.

Dari buku yang ditulis prof. Dr. Nina Herlina Lubis dengan judul "Pangandaran Dari
Masa ke Masa" menyebutkan bahwa Ronggeng gunung merupakan bentuk awal
dari seni pertunjukan Ronggeng yang diyakini berasal dari daerah pegunungan
Pangandaran.

Sementara itu, bentuk pertunjukan Ronggeng Kala merupakan pengembangan


dari Ronggeng Gunung biasanya dalam pertunjukan ini. Ronggengnya terdiri dari
dua orang dan gamelan pengiringnya lengkap disertai dengan lagu-lagu kliningan.

Pagelaran Ronggeng Kaler dikhususkan hanya untuk hiburan dalam perhelatan


perkawinan atau khitanan dan tidak dipertunjukkan dalam ritual.

Ronggeng Amen juga merupakan perkembangan dari Ronggeng Gunung. Pada


awalnya pertunjukan Ronggeng Amen disebut Ronggeng Ngamen, namun lama
kelamaan berubah nama menjadi Ronggeng Amen.

Dalam penyajiannya Ronggeng Amen lebih banyak melibatkan penonton untuk


menari bersama ronggeng. Selain itu, lagu yang dibawakan pun lebih variatif,
misalnya bercampur dengan lagu dangdut atau kliningan, yang pada intinya bisa
menarik perhatian banyak penonton.
Seiring perkembangan zaman saat ini tari ronggeng gunung menjadi seni tradisi
hiburan yang dipakai masyarakat Pangandaran pada prosesi hajatan, event, dan
syukuran-syukuran lainnya.

Ada makna yang terkandung dalam tari ronggeng gunung yang menarik. Karena
lebih seru jika dibawakan oleh banyak penari dengan posisi melingkar.
"Sarendeuk saigel sabobot sapihanean, artinya setiap gerakan harus se irama,
selalu bersama-sama tak pernah bertengkar karena berbeda pendapat, rukun dan
saling menghargai," ucapnya.

6. Tari Sampiung

Tarian khas Jawa Barat ini biasa ditampilkan ketika upacara adat seperti Seren
Taun, Pesta Panen, Ngaruat, Rebo Wekasan, dan hari Kemerdekaan RI. Tari ini
ditampilkan di ruang tertutup seperti bale atau pendopo.

Dinamakan Tari Sampiung karena suara yang dihasilkan dari alat musik
pengiringnya yakni Tarawangsa. Alat musik gesek ini menghasilkan bunyi yang
khas.

7. Tari Ketuk Tilu

Tarian ini disebut sebagai cikal bakal tari jaipongan yang kemudian menjadi
tersohor. Tarian ini banyak ditemukan di daerah Priangan, Bogor, dan Purwakarta,
Jawa Barat. Tari Ketuk Tilu termasuk tari pergaulan atau hiburan yang diiringi alat
musik seperti kendang, rebab, tiga buah ketuk, Kecrek, dan Goong.

Anda mungkin juga menyukai