Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BAHASA INDONESIA

Nama : Rafid Jundi


Kelas : XI IPA 2
No. Absen : 25

JAWABAN
Judul : Berbuat Baik Hasilnya Baik
Tema : Perilaku tidak terpuji
Alur : Maju
Latar : Tempat :Ruang kelas, Waktu : Siang hari, Suasana : gelisah, tegang
Tokoh : Majun, Pepeb, Tomi, Tina, Pak guru
Watak :
 Majun : Berprestasi, pandai menyontek
 Pepeb : Rajin, jujur, polos
 Tomi : Tampan, paling keren, baik hati, jago basket, tidak pandai dalam mata
pelajaran
 Tina : Pintar, pelit
 Pak guru : Tegas
Amanat : Sebagai siswa di sekolah sebaiknya harus berperilaku terpuji dalam menjalani
Pendidikan. Melakukan persiapan sebelum ujian yaitu dengan belajar dengan giat dan tidak
menyontek atau menanyakan jawaban ke teman.
Prolog : Waktu tepat menunjukkan pukul 7 di pagi hari, bangku di dalam ruang kelas sudah
dipenuhi oleh siswa siswi kelas 6 yang sedang melaksanakan ujian dengan khidmat. Diantara
seluruh siswa, ada 2 deretan bangku yang bersebelahan samping kiri-kanan, serta depan-
belakang, duduklah di sana empat orang siswa siswi, yakni Pepeb, Tomi, Tina, dan Majun.
Tina duduk di depan Pepeb, sedangkan di bangku seberang kanan Pepeb duduklah si Tomi di
belakang Majun. Mereka terlihat tengan serius untuk mengerjakan soal yang dianggap paling
sulit dan rumit, yakni Matematika. Tina terlihat mengembangkan senyum karena Ia merasa
bisa mengerjakan semua soal dengan baik
Dialog :
Tina : (mengerjakan soal nomor 1 sampai 3 dengan cepat dengan cara berpikir kilat tanda
menguasai semuanya) Nah, aku tau jawaban ini! Aha! Ini rumusnya yang kupelajari kemarin,
nih. Sementara itu, suasana berbeda terlihat di seberang kanan Tina,
Majun : (menggaruk kepalanya dengan ujung pensil hingga tidak terasa bahwa ujungnya
patah). Aduh, gimana ini ya! Kok sulit amat, mana gak mirip sama latihan soal yang
kucontek dari si Tina kemarin! ( Si Majun kemudian menolehkan kepalanya sedikit ke arah si
Tina, ia berusaha melirik jawaban si Tina dengan menyipitkan mata agar tidak ketahuan
menyontek). Saat Majun mengangkat lehernya untuk melihat lembar jawaban ujian milik
Tina dengan jelas, tiba-tiba..

Tina : (Kresek! Ia langsung menoleh ke kanan, dan melihat si Madun dengan tatapan sinis).
(Kemudian Tina bergumam pelan dengan mulutnya untuk mengancam si Madun tanpa
suara).
Madun : Dasar pelit, Kau! (berbisik pelan kemudian menoleh ke arah si Pepeb yang duduk di
belakang Tina). Pepeb terlihat sangat serius mengerjakan soal, meskipun di kelas Ia belum
pernah mendapatkan juara 1 hingga 3 besar, tetapi masih termasuk dalam juara 5 besar di
kelas. Karena Pepeb tergolong sebagai murid yang rajin, maka Majun berusaha menyontek
lembar jawaban ujiannya juga.
Pepeb : (sedang serius menghitung jawaban soal nomor 10, Ia tidak menghiraukan apapun
dan siapapun, termasuk si Majun yang sedang menyonteknya).
Majun : Wah, kesempatan nih! Mumpung Pak Guru lagi ke WC, sip sip! (Ia menegakkan
badan dan kepala serta berusaha mencari posisi tepat untuk bisa melihat seluruh lembar
jawaban si Pepeb) Yes, berhasil! (Majun berhasil mendapatkan jawaban soal nomor 5
kemudian dilingkarilah lembar jawaban milik Majun).
Waktu bergerak cepat, jam ujian hampir habis, Madun masih baru mengisi hingga 6 soal dari
15 soal matematika yang modelnya belum pernah ditemui diberbagai sesi sebelumnya. Ia pun
masih sibuk menengok ke kiri dan ke kanan tanpa henti. Ia memiliki target untuk bisa
bertahan minimal di peringkat 2. Ia sebenarnya pandai dan cerdas tapi ia malas belajar,
sedangkan saat ujian berlangsung Ia selalu berhasil mencontek jawaban murid yang
dianggapnya paling pintar. Ia melakukannya sejak duduk di kelas 4 SD, dan kelakuannya pun
berhasil menjadikannya murid dengan peringkat bertahan di juara 2. Hal itu karena teman
sebangkunya sangat pintar dan bisa diandalkan selama ini. Namun, saat berada di kelas 6
teman sebangkunya meninggal karena kecelakaan, kemudian sekarang tempat duduknya
bersama si Tomi yang disarankan oleh Pak Guru. Majun tau kalua Tomi tidak terlalu pintar
dalam mata pelajaran, karena ia ahli di bidang olahraga.

Kini saat ujian sedang berlangsung, tempat duduk selama ujian harus dipisah, dan tiap orang
diharuskan menduduki satu bangku sendirian. Majun menjadi semakin kesulitan apalagi
teman sebangkunya yang duduk di bangku belakang tidak bisa diandalkan. Namun, Majun
juga sadar bahwa waktu hampir habis, Ia pun semakin bingung dan geliah, karena tidak bisa
menjawab satu soal pun dengan kemampuannya sendiri semua yang diisinya berdasarkan
jawaban milik temannya. Saat Majun berhasil mencontek lembar jawaban Pepeb, ia sangat
senang. Sementara itu Pepeb hanya membiarkan si Majun karena tidak sadar sedang
dicontek.
Tina : (Tiba-tiba Tina menolehkan kepalanya ke belakang pada Pepeb, lalu berbisik) Sssttt!
Peb, Peb! Awas lembar jawabanmu dicontek sama si Majun tuh, jangan dibiarin dong!”
Pepeb : (sedikit kaget dan spontan melihat ke arah si Majun, sementara si Majun segera
memalingkan muka darinya. Tapi si Pepeb masih terlihat bengong karena bingung tentang
apa yang baru saja terjadi). Tingkah laku Pepeb yang diam saja sambal sedikit melongo
membuat Pak Guru curiga dan menegurnya.
Pak Guru : Pepeb! Kalian kenapa sedang bengong? Jawabannya sudah terisi semua? (Sambil
berjalan menuju ke tempat duduk si Pepeb)
Pepeb : (agak terkejut, kemudian menjawab pertanyaan Pak Guru dengan sedikit gagap) Ah,
iya pak, sudah, pak! (seluruh kelas pun makin terkejut karena Pepeb satu-satunya murid yang
telah selesai mengerjakan soal ujian yang dianggap paling susah. Demikan juga dengan
Majun, Ia justru semakin kebingungan dan tidak menyangka bahwa Pepeb selesai begitu
cepat).
Pepeb : (berdiri sambil membawa lembar jawaban ujian beserta soal ke depan di meja guru,
kemudian Ia mengambil tas merah mudanya di samping meja guru. Ia memasukkan pensil
beserta penghapusnya ke dalam tas, lalu sekaligus berpamitan untuk pulang kepada Pak
Guru)
Majun : Waduh gimana ini! (Majun gelagapan sambal menoleh ke samping dan ke belakang.
Kemudian dilihatnya lembar jawaban Tomi terbuka lebar dan bisa dilihatnya) Kenapa harus
Tomi, sih. Kalo gini aku nggak bisa masuk peringkat tiga besar, nih. (Ia kembali menghadap
ke bangkunya sendiri, karena masih ragu untuk menyontek si Tomi. Jawaban Majun yang
masih kosong berjumlah 9 nomor, berkali-kali dipandangnya lembar jawaban itu sambil
memegang kepala dengan raut muka cemas.)
Tina : Duluan ya, Jun! (Ia tersenyum sambil berdiri membawa soal beserta lembar
jawabannya, sedangkan Majun hanya meliriknya dengan pandangan sinis)
Tomi : Yeah, hampir selesai, sip dah! (Ia sangat bersemangat melingkari lembar jawaban
yang kurang 2 nomor lagi). (Majun mendengar gumaman si Tomi, kemudian tanpa berpikir
panjang lagi Ia mencuri kesempatan untuk menoleh ke belakang tanpa sepengetahuan si
Tomi).
Majun : (sibuk melingkari jawaban dengan cepat karena waktu tinggal 5 menit lagi)
Syukurlah, hampir penuh! (gumam si Majun, kemudian Ia mengarang jawaban dua nomor
terakhir karena tidak bisa membpercayai jawab si Tomi sepenuhnya).
Epilog :
Hari pembagian nilai ujian pun tiba, semua murid tidak sabar untuk melihat hasil perjuangan
mereka untuk ujian ini. Sementara si Majun justru memasang muka murung dan pasrah, Ia
merasa bahwa ujian kali ini benar-benar kacau, tidak hanya di satu mata pelajaran saja, tetapi
hampir di semua mata pelajaran. Ia ingin segera pulang ke rumah tanpa mengetahui hasil
ujiannya. Beberapa saat kemudian Pak Guru memanggil nama masing-masing murid beserta
nilai yang didapatkan oleh mereka.
Pak Guru : Tina Setiowati, mendapatkan nilai 85 (diiringi tepuk tangan meriah), Tomi Stianto
Kurniawan 80 (tepuk tangan semakin meriah karena Tomi jarang mendapatkan nilai di atas
batas minimal kelulusan), Pepeb Puspita Prapti 95 (makin meriah, wajah si Pepeb pun sangat
senang dan ceria mendengar hasil ujiannya), Majun Mauri (pak guru diam sejenak) 50,
(kemudian suasana kelas menjadi hening seketika)
Majun : (maju sambil menundukkan kepala)
Pak Guru : Majun! Kalian kenapa? Kok bisa nilaimu jadi anjlok begini?
Majun : Tidak tahu, Pak (Dalam hati si Majun sangat menyesali perbuatannya dan berjanji
untuk belajar dengan keras pada tahap selanjutnya).

Anda mungkin juga menyukai