Narrator: Di desa Sukmajaya, hiduplah sebuah keluarga yang hidup rukun dan harmonis, serta berkecukupan.
Papa Dimas memiliki seorang istri yang biasa dipanggil mama Clara, serta seorang anak perempuan
yang bernama Karen. Mereka tinggal bersama oma tercinta, yaitu Oma Samantha.
Narator: Papa dan Jeniffer terlihat semakin dekat, kemudian Karen melihat kemesraan mereka berdua.
Karen terlihat sedih, dan sangat marah.
(Tiba-tiba Nina menghampiri Jennifer)
Nina : Jennifer, aku ingin berbicara empat mata denganmu!
Jennifer: Eh, Nina… Ko kamu disini. Kamu mengikuti aku ya? Ada apa? (jawab Jennifer dengan nada ketus)
Nina : Aku tahu semua yang kamu lakukan.
Jennifer: Lakukan? Kamu bicara apa sih?
Nina : Kamu jangan pura-pura! apa kamu sudah memikirkan akibat dari perbuatanmu dengan mas Dimas?
Jennifer: Aku tahu akibat dari perbuatanku itu, aku tidak akan mundur sebelum dendamku terbalas, aku tidak
ingin melihat lelaki manapun bahagia. Aku benci dengan semua orang yang bahagia.
Nina : Kamu salah Jen, semua perbuatan burukmu itu pasti akan ada balasannya. Hentikan, sebelum
semuanya terlambat. Aku hanya peduli padamu.
Jennifer: Ya ya ya terimakasih atas kepedulianmu Nina, ini hidupku! Urus saja hidupmu sendiri!
Nina : Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu.
Jennifer: Lebih baik kamu pergi!
Nina : Baik kalau begitu, semua terserah padamu.
(Nina pun meninggalkan Jennifer)
Narator: Dengan perubahan sikap suaminya, Clara merasakan sedikit kejanggalan dalam rumah tangganya.
Mama : Pah, Papa kenapa akhir-akhir ini sikap papa berbeda? Apakah mama ada salah? Jika memang ada, kan
semuanya bisa dibicarakan dengan baik-baik.
Papa : Sudahlah tidak usah dibahas, itu urusanku!
(Tak lama kemudian datanglah Karen dalam keadaan mabuk, sambil terus bermain HP)
Mama : Karen! kamu kenapa sayang? Kenapa kamu harus seperti ini nak?
Papa : Apa yang kamu lakukan Karen? Dasar kamu anak tidak bisa diatur!
Karen : Apa pah? Apa? Papa mau tampar aku? Tampar Pah Tampar!
Papa : Kenapa kamu lakukan ini?
Karen : Papa tanya aku kenapa? Tanya sama diri Papa sendiri! Apa yang Papa lakukan dengan wanita itu di
taman kemarin?
Mama : Jadi selama ini papa khianatin Mama? Kenapa papa tega? Kenapa pa?
Oma : Ada apa ini, mengapa ribut-ribut. Dimas, Clara ada apa? Karen, kamu kenapa nak’? Oma sedih
melihatmu seperti ini.
Papa : Tanya saja Clara, dia yang mulai.
Mama : Maksud kamu apa pa? Sikap kamu yang jelas-jelas berubah.
Karen: Sudah, cukup... cukup (berteriak dg suara nyaring) setiap hari ribut, ribut terus. Papa sama mama selalu
sibuk sendiri. Hanya oma yang memperhatikan Karen. Sebenarnya Karen ini anak siapa?
Oma : Karen, yang sabar ya.
Papa : Aaaahhh... sudah aku sudah capek, aku mau pergi saja
Mama : Pa... papa... pa...
(Tidak lama kemudian Nina datang).
Nina : Pa Dimas!
Mama : Kamu siapa? Dia siapa lagi pa?
Nina : Aku rekan kantornya bu.
Mama : Mau apa kamu di sini?
Nina : Aku tahu apa yang telah terjadi. Maksud kamu apa?
Nina : Aku bukan mau ikut campur urusan keluarga kalian, tapi maaf pa aku ke sini hanya memberi tahukan
satu hal, bahwa Jennifer itu bukan wanita baik – baik, dia itu adalah teman SMA ku dulu, dia wanita
tidak benar pa. Dia ingin menguras hartamu saja. Dan hanya ingin menghancurkan keluarga bapa dan
ibu.
Mama : Oh Mama faham.
Papa : Tidak Ma, semua itu tidak seperti yang Mama pikirkan. Papa…. Papa … (terbata-bata)
Papa : Jadi papa pilih siapa? Perempuan itu atau Mama dan Karen? Kalau Papa lebih memilih perempuan itu
biar kami yang pergi dari sini.
Karen : Sudah Ma, kita pergi saja dari sini. Papa sudah menyakiti hati Mama. Dia sudah tidak pantas menjadi
Papaku.
(Tidak lama kemudian Jennifer datang, ternyata Jennifer membuntuti Nina sampai ke rumah mereka)
Jennifer : Nina! Kamu apa-apaan?!
Papa : Jennifer!
Karen : Wanita itu yang aku lihat bersama Papa.
Mama : Pa, jadi dia yang bernama Jennifer?
Jennifer: Ya, aku Jennifer.
Nina : Kenapa kamu ada di sini?
Jennifer: Mas, kamu sudah janji akan menceraikan dia!
Papa : Lupakan itu.
Mama : Mas, aku tahu kamu menyayangi keluargamu. Kamu harus membuat pilihan.
Oma : Dimas, apakah ini semua benar? Jika benar, semua harus segera dihentika. Ingatlah bagaimana kamu
dan Clara membangun rumah tangga ini dari bawah. Kalian selalu berdoa bersama, setia mencari
pertolongan Tuhan ketika ada masalah. Lupakah kamu, bahwa selama 7 tahun kalian bergumul dalam
permohonan kepada Tuhan untuk hadirnya seorang anak. Sampai akhirnya Tuhan menjawab doa
kalian semua. Karen lahir dan ada di tengah kalian sampai sekarang. Lupakah kamu, bagaimana Tuhan
memberkati setiap doa dan pekerjaanmu. Sekarang semua sudah lebih baik. Ingatlah Tuhan dan
keluargamu, nak.
Papa : Iya oma. Oma benar. Saya sudah terlalu jauh melangkah dalam kesalahan. Semoga Tuhan memulihkan
keluarga saya
` Jennifer hubungan kita cukup sampai disini, tolong kau pergi jauh dari kehidupanku. Aku tidak ingin
mengenalmu lagi
Jennifer: Apa... tidak, kamu tidak bisa seperti itu. Kamu akan menyesal. Saya pastikan kamu akan menyesal.
(Sambil berlari keluar, diikuti Nina)
.
Dengan penuh penyesalan, papa Dimas pun menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Oma,
mama Clara dan Kare
Papa : Ma, papa lebih memilih keluarga kita. Maafin Papa Mah, Papa khilaf. Papa tidak akan mengulanginya
lagi. Papa sayang kalian.
Mama : Maafkan mama juga ya pa.
Karen : Karen juga minta maaf ya pa, ma kalau sudah membuat ma2 dan papa sedih.
Oma : Terima kasih Tuhan, Engkau telah memulihkan keluarga ini.