Anda di halaman 1dari 2

KKN di desa penari ini menceritakan pengalaman 6 mahasiswa yang melakukan kegiatan Kuliah Kerja

Nyata di desa misterius di Jawa Timur. Cerita bermula dari datangnya 6 mahasiswa, yaitu Widya,
Nur, Ayu, Bima, Anton dan Wahyu di suatu desa tanpa listrik serta saluran air.

Sebelum KKN dimulai, enam mahasiswa ini diingatkan oleh Pak Prabu sejumlah pantangan, dari jaga
sikap maupun ucapan hingga dilarang memasuki kawasan yang ditandai gapura untuk sesaji. Baru
tiba di lokasi, Nur merasakan hal aneh. Pundak kanannya memberat.

Malamnya mereka diperbolehkan tinggal di rumah penduduk, mereka membahas program kerja dan
membagi program mereka menjadi 3 kelompok. Esok nya saat di TKP, Bima berperilaku aneh, ia tiba-
tiba masuk ke gapura yang dilarang oleh Pak Prabu. Pulangnya ia hanya diam saja dan tidak bicara
apapun.

Hari demi hari berlalu, mereka sadar bahwa desa tempat mereka KKN tersebut bukanlah desa biasa.
Suasana menjadi tak terkendali ketika Widya dan Nur yang sedang mandi, merasakan ada seseorang
yang hadir disana. Apalagi ketika Widya menyibakkan rambutnya, ia melihat sosok wanita penari
yang memakai baju hijau lengkap dengan hiasan dan pernak-perniknya yang membuatnya kaget.

Tak hanya itu, terdengar suara desahan dari kamar Bima. Anehnya terdengar suara desahan wanita
juga yang membuat semuanya kebingungan.

Adegan berlanjut ketika Nur curhat kepada Pak Prabu dan Mbah Buyut jika mereka merasakan hal
aneh di desa ini. Ia kemudian disuruh meminum kopi hitam yang pahit, namun anehnya kata Nur
kopinya manis.

Malamnya mereka dikejutkan oleh kejadian aneh lagi, yaitu Widya yang tiba-tiba menari ditengah
malam di depan tempat mereka tinggal. Mbah buyut pun langsung ke TKP dan menenangkan Widya.
Widya disuruh meminum kopi pahit tadi , dan ternyata katanya manis juga. Ternyata lelmbut suka
dengan kopi hitam pahit karena kata mereka rasanya manis, pertanda bahwa Nur dan Widya diikuti
sesuatu.

Adegan berlanjut ketika mereka menemukan sebuah pendopo indah didalam hutan di desa tersebut.
Para mahasiswa pun kebingungan mengapa ada pendopo yang besar dan indah ditempat seperti itu.

Kemudian adegan beralih ketika keenam mahasiswa itu tengah berkumpul di malam hari, dan salah
satu mahasiswa mengingatkan agar Bima tidak meninggalkan sholat nya, tapi ia tidak terima dan
malah acuh tak acuh.

Hari berikutnya, Anton dan Widya pergi ke kota untuk membeli makanan, namun apesnya ketika
mereka pulang melewati hutan, motor Anton mogok. Tiba-tiba ada kakek-kakek yang menyodorkan
bantuan dan mengajak mereka ke tempat hajatan. Tanpa segan Anton menerimanya secara sepihak
dan menarik Widya juga. Anton makan dan membungkus makanan yang ada di pesta itu lalu
membawanya pulang.

Sementara itu, ditempat lain sepasang mahasiswa yakni Ayu dan Bima sedang melakukan hal
terlarang di Desa tersebut, dan hal ini yang membuat murka penguasa desa tersebut.

Sesampainya Anton dan Widya tiba dirumah, tiba-tiba suasana menjadi tegang dikarenakan Nur
mengetahui perbuatan Bima dan Ayu dan sedang menegur mereka. Anton yang berusaha
mencairkan suasana menawari makanan kepada mereka yang ternyata berubah menjadi gumpalan
daging.
Hari makin hari keadaan semakin menakutkan, dimana penampakan-penampakan sang penari mulai
terlihat oleh para mahasiswa. Pak Prabu pun menyarankan mereka untuk membatalkan KKN ini dan
pulang saja. Namun beberapa pihak tidak setuju karena program kerja sudah setengah jalan.

Mereka melanjutkan program kerja mereka, namun pada siang tertentu, Nur mendapati barang
mistis dari tas Ayu. Nur langsung mendesak Ayu untuk menjelaskan semuanya. Ayu dan Bima
menemui seorang penari yang bernama Dawuh Badarawuhi, Bima ditugaskan Badarawuhi untuk
memberikan kawat turi ke Widya yang merupakan incaran Badarawuhi untuk dijadikan Dawuh.
Namun Ayu tidak memberikannya dan menyimpannya sendiri, kemudian Ayu diberi selendang hijau
untuk memikat Bima yang dicintai oleh Ayu agar terpikat dan mau berhubungan intim dengannya.
Mendengar hal tersebut Nur marah besar dan mengatakan mereka menyekutukan Allah dengan
percaya pada jin seperti Badarawuhi.

Nur yang marah pun langsung mengajak mereka untuk pulang karena ia tahu bukan desa nya yang
salah, melainkan perbuatan mereka sendiri. Mereka sudah bertekad untuk pulang besok paginya.

Namun, malam harinya, keadaan menjadi semakin menggila dengan hilangnya Bima dan Widya. Nur
yang tiba-tiba terbangun menemui Ayu yang sudah seperti sakaratul maut. Ia yang panik langsung
memanggil Pak Prabu dan Mbah Buyut serta warga setempat untuk mencari Bima dan Widya serta
membantu Ayu yang sudah seperti mayat. Nur pun menceritakan kesalahan mereka kepada Pak
Prabu, Pak Prabu tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Para warga mencari Bima ke hutan, sedangkan Mbah Buyut mencari Widya yang tubuh serta jiwanya
ada di alam lain dalam kendali Badarawuhi. Widya berhasil diselamatkan jiwa dan tubuhnya, tetapi
tidak dengan Bima dan Ayu. Jiwa mereka tidak dapat dikembalikan dan terjebak di alam lain. Tubuh
Bima akhirnya ditemukan warga dalam keadaan yang sama dengan Ayu.

Pagi nya mereka yang tadinya datang ber 6, akhirnya pulang ber 4 dengan Bima dan Ayu yang dalam
keadaan tubuh saja, tidak mempunyai jiwa. Bima meninggal 4 hari setelah kejadian, dan Ayu
meninggal 3 bulan setelah kejadian.

Anda mungkin juga menyukai