Anda di halaman 1dari 26

PENYIHIR

Di suatu pedalaman terdapat desa yang bernama


Beldam, desa Beldam merupakan desa yang dulunya
mayoritas penyihir. Di Dalam desa tersebut tinggal lah
seorang anak laki-laki yang bernama Joshua, ia
merupakan seorang keturunan penyihir terakhir dan
tidak siapapun yang mengetahui keberadaan nya di desa
tersebut terkecuali kakek dan ibu nya, sejak kecil Joshua
dikurung oleh ibunya di sebuah rumah kecil dan tidak
boleh menemui siapapun, jika ada yang berkunjung
kerumahnya ia akan disembunyikan diruang bawah
tanah dan hanya di bolehkan keluar jika tamu sudah
pergi. Joshua seharusnya memiliki satu kakak laki-laki
dan satu adik perempuan tetapi dua saudara kembar nya
itu harus kehilangan nyawanya karena penduduk desa
yang sangat menentang adanya penyihir di dalam desa.
Sekarang Joshua sudah berumur 15 tahun dan membuat
rasa penasarannya akan dunia luar semakin membesar,
ia dilatih oleh kakek nya untuk mengembangkan dan
mengendalikan kekuatan tongkat nya diruang bawah
tanah. Salah satu kekuatan Joshua ialah bisa berbicara
kepada hewan, ia juga memiliki satu hewan peliharaan
yaitu seekor ular betina cantik yg diberi nama Yendi tetapi
sifat dan penampilan Yendi sangat berbanding terbalik
dengan jenis kelamin nya.

Di desa Beldam matahari sangat terik hingga


menyinari seluruh desa yang menunjukkan bahwa waktu
sudah siang , Bu Hima (Ibu Joshua) pun mulai
memasak, setelah hidangan telah siap Bu Hima
memanggil anak dan ayah mertua nya untuk makan
siang, mereka sangat asik berbincang-bincang dimeja
makan hingga akhir nya Joshua bertanya sekali lagi
untuk pertanyaan yang tak kunjung ia dapatkan selama
15 tahun lamanya
“Ibu, Joshua rasa umur Joshua sudah cukup untuk
mengetahui alasan mengapa selama ini Joshua tidak
boleh keluar dari rumah dan tidak boleh menemui
siapapun, bahkan penduduk desa tidak ada yang tau
keberadaan joshua”. Sungguh jawaban yang diharapkan
Joshua bukan lagi tentang
“nak, kamu belum cukup umur untuk mengetahui alasan
mengapa ibu mengurung mu” tetapi jawaban dari
kebenaran yang sesungguhnya.
Bu hima dan kakek saling bertatapan satu sama lain dan
kakek seperti memberi isyarat bahwa sekarang lah waktu
yang tepat untuk memberitahu kebenaran nya. Bu hima
pun berkata
“Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat bagi mu
untuk mengetahui alasan nya, Ibu dan kakek juga sudah
setuju untuk memberitahu mu, kakek akan
menceritakan alasan dibalik mengapa kamu tidak
diizinkan untuk keluar dari rumah selama ini.”

Kakek pun cerita bahwa pada jaman dahulu desa


Beldam merupakan desa satu-satu nya yang memiliki
kekuatan supernatural atau disebut sebagai desa
penyihir, yg dimana dahulu ada seorang perempuan
biasa dari desa yang bertemu dengan laki-laki entah asal
usulnya dari mana, mereka menikah dan dikarunia 2
orang anak laki-laki yang diberi nama Robert (sang kaka)
dan Ronald (sang adik) dimana anak-anak tersebut
memiliki sifat bertolak belakang antara satu sama lain.
Robert memiliki sifat yang sangat egois dan angkuh
sedangkan sang adik yaitu Ronald memiliki sifat yang
baik dan dermawan, mereka berdua tidak seperti
manusia biasa pada umumnya, mereka memiliki
kekuatan yang tidak pernah dimiliki oleh manusia biasa,
dimana kekuatan itu merupakan keturunan dari ayah
mereka. Kala itu penduduk desa menyadari bahwa
mereka berdua sangat berbeda dari anak-anak pada
umumnya, ayah dan ibu dari Robert dan Ronald tahu
bahwa penduduk desa menyadari ada yang berbeda dari
anak-anak mereka, mereka sangat khawatir kepada anak
mereka, mereka takut akan dua hal yang selama ini
mereka pikirkan akan terjadi yaitu, penduduk desa
mengusir keluarga tersebut atau anak mereka dibakar
hidup-hidup jika ketahuan bahwa mereka adalah keluarga
penyihir.

Tiba hari dimana apa yang mereka khawatir kan


terjadi, mereka ketahuan oleh salah satu penduduk desa
yang sedang mencari kayu bakar dihutan ketika Robert
dan Ronald sedang dilatih oleh ayahnya untuk melatih
dan mengendalikan kekuatan tongkat milik nya,
penduduk desa yang melihat kejadian itu segera
bergegas pulang ke desa dan memberitahu kepada
penduduk yang lain tentang apa yang ia liat dihutan tadi,
mendengar hal itu penduduk desa berbondong-bondong
pergi kerumah ketua desa. Pak Bing (ketua desa) yang
sedang duduk bersantai dengan anak nya didepan rumah
terheran melihat penduduknya ramai-ramai datang
kerumah nya, penduduk desa mulai menceritakan
kejadian barusan, bahwa cerita kecurigaan penduduk
desa tentang keanehan kedua anak tersebut ternyata benar
adanya.

Mendengar akan hal itu pak Bing diambang


keraguan , ia tidak ingin percaya tetapi
penduduknya semua meng-iyakan hal itu. Akhirnya
pak Bing percaya dan menanyakan kepada
penduduk apa yang ingin mereka lakukan keluarga
tersebut, penduduk dan ketua desa Beldam
berbincang dan sudah memutuskan apa yang akan
mereka lakukan kepada keluarga tersebut. Dan
ternyata bukan nya di jauhi penduduk desa karena
memiliki kekuatan yang tidak seperti orang normal
pada umumnya ternyata mereka malah dianggap
sebagai anak spesial yang telah diberikan Tuhan
kepada desa mereka untuk menjaga desa, mereka
dipuja-puja dan banyak penduduk desa yang
meminta bantuan kepada mereka karena memiliki
kekuatan. Tetapi sang kakak mulai muak dengan
banyak nya permintaan bantuan yang tidak
kunjung selesai dan membuat sang kakak jadi
semena-mena terhadap desa, bantuan yang biasa
ia kerjakan dengan sang adik kini hanya sang adik
seorang yang melakukan hal tersebut, sejak saat itu
orang-orang desa menyadari akan hal itu bahwa
Robert sang kakak sudah semena-mena terhadap
desa, dan membuat penduduk desa geram
terhadapnya .

Robert juga sudah tidak peduli dengan orang-


orang desa, ia justru tumbuh menjadi penyihir
black witch (penyihir hitam/jahat), salah satu
penyebab nya juga ialah iri dengan sang adik bahwa
Ronald lebih hebat Dalam ilmu sihir dan orang-
orang desa lebih banyak menyanjung Ronald dari
pada dirinya. Robert sering membuat kekacauan
dan kemudian Ronald lah yang membereskan
kekacuan yang dibuat oleh kakanya, kejadian itu
terus berlangsung hingga kepada keturunan
mereka berdua, kejahatan yang dibuat penyihir
black witch semakin hari semakin parah dan
membuat penyihir white witch (penyihir putih/
baik) bertindak lebih jauh, penyihir black witch
yang melihat hal itu tidak suka, mereka
menyatakan perang antar sesama penyihir dan
membuat penduduk desa yg tidak tahu apa-apa
mati satu persatu karena perang antar penyihir itu.
Setelah perang usai penduduk desa mulai
membenci dan mengucilkan para penyihir, tongkat
sihir mereka diambil dan disimpan, bahkan tidak
ada satupun penyihir yang boleh memiliki
keturunan, jika ada yang nekat bayi mereka akan
dibakar hidup-hidup, banyak orang awam yang
mencuri tongkat sihir mereka untuk keuntungan
dirinya ,tetapi nihil karena hanya keturunan
penyihir saja yang bisa memakainya.

“begitulah kisah desa kita dahulu itulah sebabnya


mengapa ibumu melarang mu keluar, jika ada
penduduk yang mengetahui kamu adalah seorang
penyihir maka hidup ibu, kakek dan kamu akan
lebih sengsara” ucap sang kakek.

“tapi jika aku keluar dan tidak memakai tongkat


sihir para penduduk tidak akan tahu aku keturunan
penyihir”

“jika kamu keluar dan penduduk tahu kamu anak


ibu, apa yang harus ibu katakan pada mereka?”

“lalu mengapa aku bisa hidup sedangkan dua


saudara kembar ku tewas ditangan mereka?”
“itu karena dahulu ibu sudah terlanjur mengandung
kalian bertiga dan penduduk mengira bahwa ibu
hamil dua anak kembar, tetapi tak disangka-sangka
ibu melahirkan tiga anak dan hanya nenek kamu
yang membantu proses lahir kalian, penduduk desa
tidak ada yang mau membantu, nenekmu
melarikan diri dengan membawa dua saudaramu
berharap mereka bisa tumbuh ditempat lain dan
jika tertangkap kita masih bisa menyelamatkan
salah seorang dari kalian yang ditinggalkan
dirumah”

“jadi nenek dan saudaraku tertangkap?” tanya


Joshua

“ya, nenek mu tertangkap sebelum keluar dari


wilayah desa” ujar ibu

Mendengar perkataan ibu nya Joshua terdiam,


tak disangka waktu terus berjalan dan menunjukan
matahari sudah terbenam, Joshua masuk kamar
dan memikirkan bagaimana jika waktu itu ia dibawa
oleh nenek nya bersama dua saudaranya, pasti ia
sudah tidak ada lagi di dunia ini. Tetapi hal itu tidak
menghalanginya untuk pergi melihat dunia luar,
justru membuat ia semakin penasaran dan ia sudah
lama merencanakannya untuk menyelinap keluar
dari rumah besok dibantu oleh Yendi. Keesokan
hari nya ia pergi menyelinap diam-diam dan
berhasil keluar dari rumah , ia terkejut melihat desa
ada begitu banyak orang, sepanjang jalan ia hanya
bisa kagum melihat banyak macam-macam rumah
yg berbeda.

Sementara itu dirumah, kakek dan ibu nya


mencari Joshua dan khawatir jika ia nekat pergi
keluar, singkat cerita Joshua sudah pulang kerumah
dan langsung masuk ke kamar, Yendi memberitahu
bahwa ibunya mencari, mendengar akan hal itu
Joshua bergegas keluar kamar dan berpura-pura
seperti ia baru bangun tidur, Bu Hima yang melihat
itu bertanya kepada Joshua

“kamu dari mana saja?, jawab jujur”

Joshua berkata “aku baru bangun tidur bu, ada


apa?” dengan muka polosnya.

“tidak apa-apa, ibu kira kamu mencoba keluar dari


rumah” ucap sang ibu.

Joshua terpaksa berbohong, keesokan nya ia kabur


lagi dan berhasil keluar dan terus seperti itu, hingga
dimana ketika itu di desa ada perayaan besar-
besaran disetiap tahun, semua penduduk harus
hadir dalam acara tersebut termasuk kakek dan Bu
Hima, Joshua yang merasa itu tidak adil jika hanya
ia yg tidak dapat menghadiri,

“aku harus pergi, bukan acara desa namanya jika


salah satu penduduknya tidak hadir, kan aku juga
penduduk desa Beldam” ucap Joshua dalam hati.

Malam perayaan desa tiba, Joshua keluar


setelah ibu dan kakeknya pergi, ia takjub melihat
begitu banyak orang di perayaan itu hingga tak
terhitung jumlahnya, makanan-makanan yang
beragam dan juga begitu banyak barang-barang
unik yang belum pernah ia lihat sebelumnya,
Joshua terlalu asik berjalan hingga sampai ditempat
ruang tunggu para peserta, salah satu pembawa
acara yang meliat Joshua mengira ia adalah
pemeran utama nya karena paras nya yg menawan
dan menarik masuk Joshua karena sebentar lagi
acaranya akan dimulai, Joshua yg tidak tahu apa-
apa hanya terdiam dan membulatkan mata, ia di
pakaikan kostum dan tampil di acara. Joshua hanya
bisa mematung sedangkan para penari sudah
menari mengikuti irama, tak disangka penampilan
ini merupakan tarian berpasangan antara laki-laki
dan perempuan, pasangan Joshua merupakan gadis
yang cantik, baik, polos, bermata indah, berambut
lurus dan berkulit sawo matang.

Joshua hanya bisa pasrah ketika pasangan nya


membuat ia menari, sedangkan dibarisan penonton
kakek dan ibu nya yg melihat Joshua tampil hanya
bisa terkejut melihat anak nya berada di atas
panggung, Joshua yang sudah mulai asik mengikuti
tarian hingga lepas kendali membuat ia mengambil
tongkat sihirnya disaku dan mengayunkan tanpa
dia sadari , penduduk yang melihat hal itu kaget
dan suasana menjadi suram, sedangkan Joshua
yang asik menari melihat ibu dan kakek nya
dibarisan penonton dan berkata

“Oh hai ibu! hai kakek!” sambil tersenyum


melambaikan tangan.

Namun tanggapan ibu nya datar, Joshua yang


melihat hal itu menyadari seharusnya ia tidak
menampakkan diri didepan banyak orang seperti
ini.

“oh tidak, seharusnya aku tidak berada disini!”

ia juga sadar suasana yang tadinya meriah menjadi


suram dan melihat tongkat sihir yang ada
ditangannya, ia segera berhenti dan lari
meninggalkan panggung tanpa melihat kebelakang.

Keesokan harinya penduduk berbondong-


bondong bersama ketua desa ke rumah kediaman
Bu Hima, ia meminta penjelasan soal semalam dan
Bu Hima menjelaskan apa yg terjadi selama ini,
tongkat sihir Joshua diambil dan disimpan. Joshua
yg melihat tongkat sihirnya dibawa hanya bisa
pasrah dan menunggu dia selanjutnya yang akan
dimintai penjelasan oleh ibu nya, ibu yg sudah
selesai dengan penduduk desa meminta penjelasan
kepada anak nya

“sekarang jelaskan kepada ibu, mengapa kamu


keluar rumah, bukankah ibu sudah melarang mu
untuk keluar rumah?!” tanya ibu kepada Joshua
dengan nada kesal

“maaf bu, Joshua ingin sekali pergi keluar, Joshua


juga ingin merasakan perayaan desa seperti apa,
ibu juga tidak pernah mengatakan apa-apa kepada
Joshua malam itu”

“kamu bukan anak kecil lagi yang harus ibu larang”


“Bu Joshua juga sudah bosan selalu berada di
dalam rumah, tidak akan ada yang tahan jika
dikurung di dalam rumah selama 15 tahun”

“apa kamu pikir ibu tega mengurung kamu, ibu


tidak sejahat itu nak, seorang ibu hanya ingin yang
terbaik untuk anaknya”

“baik menurut ibu tidak berarti baik untuk Joshua”

“oke, sekarang kamu sudah bebas, kamu bisa


kemana saja sekarang tidak akan ada lagi yg
melarang mu”

“bukankah sekarang Joshua akan dihukum mati


karena keturunan penyihir?”

“tidak, kamu tidak bisa mati di umur mu yang


sekarang, ketika seorang penyihir berumur 10
tahun ia tidak bisa mati kecuali dua hal, berumur
tua dan terbunuh oleh kekuatan tongkat sihir.” Ujar
sang kakek.

Sejak saat itu Joshua bebas keluar tanpa harus


pergi diam-diam tetapi dibalik kebebasan nya ia
mendapat perlakuan tidak enak terhadap desa, ia
dijauhi, dimaki, diejek oleh anak-anak desa, tidak
ada yg mau berteman dengan dirinya dan tatapan
menyeramkan dari penduduk desa. Joshua duduk
sendiri dan menatapi aliran sungai yang begitu
mulusnya

“mengapa hidupku tidak berjalan mulus seperti


aliran sungai ini?” kata Joshua

Tiba-tiba dari arah lain terdengar seorang gadis


menyahuti perkataan joshua

“ Tidak ada hidup semulus air sungai mengalir,


kamu akan terus mendapat masalah jika masalah
yang sebelumnya sudah terselesaikan” - Halinka

“hai, perkenalkan nama ku Halinka” -mengulurkan


tangan

“…”

“emm nama mu?”

“nama ku Joshua” sambil bersalaman

Hati Joshua tak karuan kala itu, ini pertama kalinya


ada yang mau berkenalan dengan nya

Dalam hati Joshua bergumam “Ya tuhan ini kali


pertamanya ada seorang gadis cantik , baik dan
juga ramah ingin berteman dengan ku”
Joshua terpana melihat gadis itu dan terus
menatapnya hingga ia tak sadar bahwa ia belum
melepas jabatan tangan nya.

Halinka yang menyadari itu pun mengatakan “emm


maaf bisakah kamu melepaskan tanganku”

“ah iya maaf” ucap Joshua menahan malu.

“kamu masih mengingat ku bukan, aku perempuan


yang menjadi pasangan mu di acara desa waktu
itu” kata Halinka

“ah iya aku ingat , kamu sangat pandai menari,


tarian mu sangat indah" ucap Joshua.

Halinka tersipu malu dan menyibakkan rambut


yang ada di telinganya " Benarkah? Terimakasih
Joshua" ucap Halinka.

Joshua yang melihat Halinka tersipu malu merasa


senang "Halinka maukah kamu qmengajari ku
caranya?" Kata Joshua.

"Tentu saja! Dengan senang hati!" Ucap Halinka


sembari tersenyum ceria.
Mereka pun akhirnya berbincang dan sudah
mengenal satu sama lain. Sejak saat itu Joshua dan
Halinka berteman, mereka sering bermain
bersama, menghabiskan waktu bersama bahkan
ibu dan kakek Joshua sudah sangat mengenal
Halinka begitupun sebaliknya.

Perasaan Joshua pun mulai tumbuh kepada


Halinka, setiap ia bersama dengan Halinka jantung
nya berdegup begitu kencang.

Ia bergumam “perasaan apa ini, ini pertama


kalinya aku merasakan hal yang berbeda” tanpa ia
sadari ini perasaan jatuh cinta yang belum pernah
ia rasakan sebelumnya.

Joshua dan Halinka sedang asyik bermain tanpa


mereka sadari matahari sudah terbenam, dan
mereka pun memutuskan untuk pulang kerumah
masing-masing, dalam perjalanan pulang Joshua
bertemu dengan seorang laki-laki tua yang
menawarkan ramalan tentang kehidupan
seseorang.

“permisi nak, apakah kamu ingin kakek ramalkan


tentang kehidupanmu? Kakek melihat kamu seperti
orang yang putus asa, mungkin dalam ramalan ini
kehidupan mu bagus dan membuat kamu
semangat lagi”

“tidak perlu kek, aku tidak punya uang untuk


membayar”

“ini gratis, spesial untuk pelanggan pertama kakek”

“Yang benar kek?, wahhh kalau begitu Joshua ingin


kek”

“tetapi sebelum mulai kakek membutuhkan darah


kamu untuk dicampur bersama cairan, tolong kamu
lukai tangan mu dan masukan darah nya kedalam
botol ini”

Joshua sudah melakukan perintah dari kakek tua


dan menunggu ramalan nya, kakek tua mencampur
darah Joshua dengan cairan tersebut dan berubah
menjadi warna jingga

“cairan nya berubah menjadi warna jingga ketika


darah mu bercampur yang berarti kehidupan mu
nantinya sangat tentram, damai, dan namamu akan
dikenang bukan hanya oleh satu orang saja tetapi
semua orang didesa ini.”
“Wah benarkah? aku harap itu benar, terimakasih
kek aku ingin pulang dan memberitahu kepada ibu
dan kakek tentang ini”

“Oh iya semoga banyak pelanggan kek!” teriak


Joshua sambil berlari dan kakek tersenyum tipis.

Tiga bulan berlalu sejak Joshua diketahui bahwa


ia adalah keturunan penyihir oleh penduduk, tiba-
tiba desa Beldam mengalami insiden tidak masuk
akal, seperti rumah kebakaran, pohon-pohon
tumbang, hewan banyak yang mati, dan badai yang
sering terjadi. Ketua desa Beldam mengundang
semua penduduknya berkumpul disuatu tempat
untuk membicarakan insiden ini, Joshua pun di
perintahkan untuk datang kepertemuan, penduduk
desa Beldam sudah berkumpul dan ya seperti biasa
mereka curiga bahwa Joshua lah yang melakukan
hal ini.

“Pak ketua, pasti dalang dibalik semua ini anak


keturunan penyihir itu!” menunjuk ke joshua

“Ya, Ya betul itu!” penduduk menjawab serentak

“tenang semua, kita tidak boleh main hakim


sendiri”
“tidak pak pasti dia yg melakukan itu, semenjak
anak itu ketahuan tiba-tiba desa ini mengalami
kerusakan masal yang tidak wajar”

Joshua yang mendengar hal itu berkata “bagaimana


bisa kalian menuduhku, tongkat sihir ku saja sudah
kalian ambil, tanpa tongkat sihir itu aku tidak bisa
berbuat apa-apa, kalian sudah tahu itukan”

Penduduk terdiam, tiba-tiba ada salah seorang dari


mereka mengatakan

“kita dikumpulkan bukan hanya membahas desa


tetapi satu tongkat sihir menghilang dan itu punya
Robert sang penyihir terdahulu”

Penduduk yang mendengar hal itu membuat


suasana menjadi gaduh, tiba tiba Anastagio (kakak
dari ketua desa) mengeluarkan tongkat sihir dan
membuat benda disekitar pecah, penduduk
seketika terdiam dan meliat tongkat sihir Robert
yang berada ditangan nya

“Bagaimana kau bisa menggunakan nya, kau bukan


keturunan penyihir” kata ketua desa

“dasar bodoh” kata Anastagio


“sudah lama aku ingin menjadi ketua desa ini,
namun orang tua kami malah memilih dia, tapi tak
mengapa sekarang aku sudah memiliki tongkat sihir
hebat ini dan akan menjadi ketua desa”

“hei anak muda terimakasih atas darah mu, aku


adalah si kakek tua yang menyamar menjadi
peramal, kau masih ingat tentang cairan itu, itu
adalah cairan yang bisa membuat aku
menggunakan tongkat sihir ini”

“bertahun-tahun aku mempelajari nya dan


bertahun-tahun juga aku mencari-cari penyihir, aku
mengira penyihir sudah punah setelah dua saudara
mu mati, tetapi tak disangka aku seperti mendapat
undian setelah tahu masih ada keturunan penyihir
yang tersisa”

“oh iya soal ramalan itu jangan dimasukin kehati ya


karena ramalan yg sebenarnya adalah kau akan
mati ditanganku dan menjadi penyihir yang
menyedihkan”

Joshua tertegun beku mendengar ucapan itu, ia


tak menyangka telah ditipu dan dimanfaatkan
untuk pertama kali nya, suasana berubah
mencekam dingin dan tegang. Juga para penduduk
yang terdiam tak menyangka bahwa selama ini
Anastagio yang selalu ramah di kalangan
masyarakat mempunyai akal licik seperti itu.

“jadi itukah alasan mu, saat itu membujuk kami


untuk tak melenyapkan keturunan Hima adalah
untuk kepentigan mu” kata para penduduk desa.

Selang beberapa menit, Joshua merasa sangat


marah, mata nya terbelalak dan warna matanya
berganti menjadi ungu serta barang barang di
sampingnya terangkat.

Penduduk terkejut dan lari terpontang panting,


menyelamaatkan diri dari amarah Joshua, ibu dan
kakek Joshua bingung harus berbuat apa melihat
hal yang terjadi kepada Joshua.

Anastagio mengangkat tongkat mengarah ke


Joshua berniat untuk menghentikan Joshua, namun
karena kemarahan yang luar biasa kekuatan
Anastasgio tertepis. Namun tiba tiba Joshua jatuh
tersungkur ke tanah karena, badannya melemah
akibat serangan Anastagio.

Melihat Joshua yang tersungkur Anastagio ingin


mengambil kesempatan untuk menghabisi Joshua,
namun ditengah kejadian itu terdengar desisan
diantara semak semak di dekat Anastagio, dari
semak-semak ada benda melayang yang jatuh
tepat di tangan anastagio yang ternyata itu adalah
Yendi (ular peliharaan Joshua).

Yendi yang selalu memiliki firasat yang terhubung


kepada Joshua, merasakan energi aneh yang
mengkhawatirkan dan benar saja, hal itu benar
terjadi.

Namun saat ular menempel pada lengan


Anastasgio, berusaha membuat lengan Anastasgio
mati rasa, sang ular malah tertusuk oleh tongkat
milik Anastasgio. Dan malang nya sang ular
dilempar begitu saja oleh Anastagio, hingga
membuat sang ular tak berdaya.

Di samping itu Joshua sangat marah atas


perlakuan Anastagio terhadap satu satunya teman
setianya, ia berusaha berdiri, tapi ia ingat bahwa
tongkat miliknyaa telah diambil oleh penduduk
yang disimpan di rumah kepala desa, ia berlari
menuju rumah kepala desa untuk mengambil
tongkat miliknya, di belakang nya ia dikejar oleh
Anastagio yang meneriaki bahkan melemparnya
dengan kekuatan tongkat. Beruntungnya ia bisa
menghindar, di pertengahan jalan ia merasa ada
yang memanggil dirinya, saat ia melihat ke samping
ada sebuah benda melayang berbentuk tongkat.

Dan benar saja itu adalah tongkat miliknya yang


diambil diam-diam oleh Halinka, dari jauh Halinka
berteriak

“kalahkan dia aku yakin kau pasti bisa!”

Joshua berbalik badan dan mengeluarkan


kekuatan tongkat menyerang Anastagio, hingga
Anastagio menjadi kewalahan. Namun saat Joshua
harus menyerang Anastagio di saat-saat terakhir, ia
melihat Anastagio mengarahkan tongkat kearah
Halinka, ia berlari menuju Halinka, dan terkena
kekuatan tersebut, kekuatan terakhir yang keluar
dari tongkat Joshua bersinar terang hingga
menyilaukan, bergerak seperti kilat menghantam
Anastagio hingga membuat hidupnya berakhir.

Kepala Joshua terbaring di atas pangkuan


Halinka, menatap keatas langit senja berwarna
jingga terang. Ia tersenyum melihat muka Halinka
dihadapannya dengan sisa tenaga nya ia menggapai
wajah Halinka, menyeka air mata Halinka yang
sudah menangis dan bersuara lirih
“pertemuan mu dengan ku adalah waktu yang
amat sangat singkat, dimulai malam yang tak
terpikirkan olehku, terima kasih atas segala hal
bersamamu aku bahagia melihat mu, sampai
berjumpa di kehidupan selanjutnya”

Tangan Joshua terjatuh ke tanah dan matanya


tertutup, Halinka tak kuasa membendung air mata,
tangisannya pecah saat itu juga ia memeluk erat
Joshua yang sudah mulai mendingin.

Tiga belas tahun berlalu desa Beldam membuka


lembaran baru, terlihat patung anak yang
memegang tongkat bertuliskan

“ Joshua penyelamat desa”- tulisan yang terdapat


pada patung

Desa kala itu sedang memperingati kejadian yang


terjadi terhadap desa yang diselamatkan anak
penyihir itu, iya dia Joshua. Keluarga Joshua
dikelilingi dengan tetangga yang selalu menyapa
ramah.

Diatas gunung berdiri seorang perempuan,


dihadapannya terlihat makam yang sudah
berumput, diatas batu nisannya terdapat nama
yang bertuliskan Joshua sang pennyelamat, dia
berdiri sendiri menatap makam itu sambil
tersenyum

“ aku datang Joshua, apakah kau merindukanku?”

Ya dia yang tak lain dan tak bukan adalah Halinka,


perempuan yang menjadi orang pertama dan
terakhir yang di sukai oleh Joshua.

“ apakah kau bahagia disana?, seberapa jauh


engkau pergi? apakah kau tahu ini hari apa? semua
orang menghargai dan merindukan mu begitupun
dengan ku ”

“ aku senang bahwa kau sekarang, tak lagi merasa


terbuang kamu memiliki aku, desa beserta warga
juga keluargamu, mereka berkata akan sering
kemari untuk melihat dan menengokmu “

“ langit senja adalah perpisahan kita, apakah


mungkin itu juga akan menjadi pertemuan kita?”

Suara terdengar samar dari belakang Halinka,


berdiri seorang pria yang tersenyum matanya
berkerut karena senyumnya, Halinka berdiri dan
berjalan menghampiri pria itu, kakinya tak kuasa
menahan tubuhnya ia hampir tersungkur. tangan
nya di gapai dan dengan lirih suara pria itu berkata
“aku disini untukmu, untuk desa, dan untuk
kedamaian. Aku tak jauh darimu dan aku selalu ada
didekatmu”

Apakah pria itu Joshua, apa mungkin dia kembali


setelah tiga belas tahun berlalu, atau kah itu hanya
khayalan Halinka.

Anda mungkin juga menyukai