Anda di halaman 1dari 5

JEJAK BUKIT IBLIS

Muhammad Joedhy Al Shaddiq


2110721021

Padang, 26 November 2003 di sebuah gubuk di perbukitan wilayah selatan


padang dengan kondisi yang sudah kurang layak dengan banyaknya dinding
dinding kayu yang mulai terkikis oleh rayap halaman yang rindang juga pada
saat itu cuaca sedang mendung dengan diiringi suara gemuruh dan juga langit
kelabu ada seorang pemuda bernama sidiq yang baru saja pulang dari
kegiatannya yang mana sering bertani di wilayah lereng bukit.

Dengan keadaan baju partai berwarna putih yang biasa dipakai sudah
bercampur tanah dan juga berwarna merah kehitaman. Sidiq tinggal seorang
diri yang mana rumahnya terisolasi dari perkampungan warga yang berada di
kaki bukit. Sudah lama sejak kepergian istrinya sidiq yang saat ini berusia 40
tahun terbiasa melakukan segala sesuatu hal sendiri karna dia beranggapan
tidak ada yang menemaninya selain istrinya.

Sidiq seharusnya memiliki anak yang berusia 14 tahun sekarang namun dia
harus kehilangan anaknya pada saat isrinya melahirkan anak mereka. Hal itu
terjadi karena hal yang bisa dianggap tidak wajar karena ada hal yang janggal
pada saat istri Sidiq yang bernama Ira melahirkan dalam keadaan badan yang
tertutup penuh dengan jamur dan juga penuh bau busuk. Pada saat itu tidak
ada hal apapun yang bisa Sidiq lakukan selain menangis dan juga meratapi
penyeselan yang telah ia lakukan untuk mendapatkan hal dia inginkan itu.

Sekarang Sidiq masih dihantui oleh penyesalan yang diperbuatnya, dengan


sengaja Sidiq mengambil pisau daur yang berada di dekatnya sambil berteriak
“jejak bukit Iblissss’ dan kemudian mengakhiri hidupnya tepat setelah hampir
seluruh badan Sidiq sudah tertutupi jamur dan mengeluarkan bau yang sangat
amat anyir.
20 tahun sejak kejadian itu, Pemuda kampung kaki bukit yang bernama Umar
dan juga Riski sedang sibuk mengangkut padi yang telah di panen, mereka
melakukan itu untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari, kehidupan mereka berdua bisa dikatakan lumayan jauh
dari kata layak, mereka tinggal di sebuah rumah yang mana hanya ada
Umar,Riski, Nenek dan juga adik mereka yang masih sangat kecil berusia 5
tahun.

Keadaan adik dan nenek mereka juga bisa dikatakan tidak baik, adik mereka
yang bernama Nur memiliki cacat fisik dimana kaki Nur sudah lumpuh sejak
lahir dan juga Neneknya yaitu Nek Jum yang sudah sakit – sakitan selama
kurang lebih 4 tahun terakhir.

Umar dan Riski merupakan kaka beradik yang usianya hanya berjarak 1 tahun ,
dengan usia yang sangat muda mereka harus melakukan kegiatan yang tidak
biasanya dilakukan oleh anak – anak seusia mereka yang masih asik bermain
layang – layang,bermain gundu atau kelereng di halaman rumah dan
permainan lainnya.

Mereka dituntut harus bekerja agar bisa menghidupi dan juga merawat nenek
dan juga adiknya. Untuk makan mereka saja itu sangat sulit, bahkan untuk
makan sepiring nasi dan telur ayam itu sudah termasuk makanan mewah yang
bisa mereka makan.

Hari – hari mereka lalui sampai mereka sudah masuk masa dewasa suatu saat
mereka sudah merasa mulai lelah dengan kegiatan berulang yang mereka
lakukan tetapi tidak bisa mengubah apa – apa yang sudah mereka, sempat
terlintas di benak mereka untuk meninggalkan nenek dan juga adiknya yang
lumpuh di kampung sendirian.

Para warga kampung sebenarnya sudah banyak memberikan donasi dan juga
pertolongan kepada mereka,tetapi uangnya selalu tidak pernah cukup karena
Umar dan Riski juga suka berjudi sabung ayam yang berada di kampung
sebelah yang letaknya berada di balik bukit.
Mereka suka berjudi sabung ayam berharap agar uang mereka bisa berlipat
ganda selalu,tetapi yang terjadi malah sebaliknya, semenjak mereka suka
berjudi kehidupan mereka semakin hari semakin memburuk, yang biasanya
mereka masih bisa menyishkan sedikit uang, sekarang untuk makan pun juga
sangat sulit,bahkan sampai tidak makan sama sekali.

Beberapa warga kampung ada yang sudah mengetahui kegiatan mereka yang
sangat tidak baik itu mulai hilang simpati terhadap keluarga mereka, dan makin
lama sumbangan pun tak kunjung ada keluarga Umar dan Riski terima.

Adik mereka sekarang sudah mulai besar tetapi tidak banyak hal yang bisa
adiknya lakukan, Karena keterbatasan yang dialami Nur, hanya bertugas
menjaga Nek Jum yang semakin tua dan juga sakit yang semakin parah. Nur
sudah sangat sering bertanya kepada Umar dan juga Riski kemana uang donasi
yang diberikan warga kenapa tidak ada lagi, padahal uangnya bisa dikumpulkan
agar bisa membawa nenek ke rumah sakit yang letaknya lumayan jauh dari
kampung tempat mereka tinggal.

Tetapi Umar dan Riski yang sudah kepalang mengahmburkan uang mereka
membentak Nur dengan sangat keras dan juga memarahi Nek Jum yang tidak
kunjung sembuh dari sakitnya tanpa belas kasihan karena sudah muak dengan
keadaan yang sedang mereka alami.

Dengan penuh kesadaran dan juga segala letih yang Umar dan Riski jalani
mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke dukun yang mereka kenal karena
memang masysrakat di kampung lebih percaya kepada dukun, hal ini
dikarenakan tempat mereka yang lumayan jauh di pelosok.

Mereka mulai berjalan ke arah sebuah rumah yang berada di lereng bukit yang
tertutup batang pohon besar dengan halaman yang penuh semak semak
tinggal seorang dukun yang sudah sangat berumur dengan jenggot putih
panjang dan juga mata kanan yang buta,dukun ini merupakan dukun yang
sangat di pecaya warga sekitar karena sudah banyak hasil yang mereka
dapatkan dari dukun ini meski tentunya dengan bayaran yang sangat amat
besar. Dan Juga darah segar (tumbal).

Warga sudah sangat banyak meminta lahan taninya menjadi subur


mendapatkan kekayaan dan banyak lainnya, Riski tanpa ragu bertanya kepada
dukun dengan kondisi mereka saat ini bagaimana caranya agar bisa
mendapatkan kekayaan yang berlimpah agar bisa merubah segala kondisi yang
mereka hadapi saat ini.

Dukun itu yang bernama Pak Bagus atau yang biasa dipanggil Guih (gus) oleh
warga kampung menjelaskan bagaimana cara untuk mendapatkan kekayaan
karna sudah banyak juga warga yang meminta hal yang sama.

Kemudian tiba – tiba Umar bertanya hal yang membuat Riski dan juga Guih
menjadi kaget yaitu, Umar ingin meminta kekuatan kepada dukun agar dia bisa
melakukan hal apa saja yang dia inginkan dan akan terwujud.

Gus tersentak mendengar permintaan Umar sambil sedikit tersenyum sadis,


karena dengan permintaan Umar ini tentunya memiliki syarat yang sangat amat
berat baik itu untuk Umar sampai orang terdekat umar itu sendiri, lantas Riski
langsung saja membentak umar dengan permintaannya yang sangat gila itu.

Sempat terjadi perselisihan antara Umar dan juga Riski di tempat itu,melihat
keadaan itu Gus tidak tinggal diam,dia langsung saja menyamoaikan syarat –
syarat yang harus mereka penuhi jika ingin memiliki kekuatan seperti itu, tetapi
harus siap dengan segala konsekuensinya. Gus langsung saja memberikan
sebuah buku, kain putih dan juga pisau yang sangat tajam kepada Umar
sebagai syarat dari permintaannya, tetapi sebelum menerima barang – baramg
itu mereka harus siap melakukannya sampai selesai dan jika tidak mereka yang
akan terkena imbasnya.
Umar pun dengan sigap langsung menyanggupi, walaupun Riski masih dengan
ketakutan untuk menerima syaratnya karena ini pasti bukan hal yang main –
main.

Setelah menerima barang – barang yang diberikan oleh Gus mereka pun
diperintahkan untuk mengikuti jejak yang ada pada bukit ini, Gus menjelaskan
bahwa bukit ini merupakan bukit yang sangat sakral,ada hal yang tidak bisa
terlihat oleh mata manusia biasa.

Dengan mengikuti perintah dari buku itu mulai dari meneteskan darah segar
keatas kain putih yang kemudian kain yang telah di tetesi darah itu di usapkan
ke seluruh wajah agar bisa melihat jejak yang ada pada bukit itu dan
mengarahkan mereka pada suatu tempat. Tanpa mereka sadari mereka sudah
mengikuti jejak itu hingga mereka sampai di sebuah desa yang tidak pernah
mereka lihat sebelumnya.

Sesampainya di desa itu mereka disambut baik oleh warga yang berada pada
desa itu, dengan sedikit panik bingung dan juga bahagia Umar dan Riski tinggal
di desa itu untuk waktu yang cukup lama, karena di tempat ini mereka dengan
mudah mendapatkan apa yang ingin mereka dapatkan,baik itu rumah,
kekayaan dan juga sampai istrinya.

Semakin lama mereka tinggal disana mulai banyak hal yang mencurigakan yang
terjadi di tempat itu seperti, tradisi pembunuhan yang akan dilakukan setiap
minggu yang membuat mereka cukup panik, sampai tiba dimana saat mereka
yang akan dijadikan tumbal pembunahan yang ada di desa itu.

Dengan sangat ketakutan mereka mecoba kabur dari tempat itu, kemudian
mereka membuka kembali lembaran buku bagaiaman cara untuk kabur dari
tempat itu, buku itu pun menjelaskan cara keluar dari tempat itu adalah
“MATI”.

Anda mungkin juga menyukai