A. LatarBelakangMasalah
Indonesia merupakan negara yang majemuk. Menurut Hardiman (2002:4), Indonesia dalam
membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional selalu mengutamakan persatuan dan
kesatuan dalam satu wadah yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guna menyatukan
kemajemukan, Bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut
berasal dari Bahasa Jawa Kuno. Semboyan itu memiliki arti “berbeda-beda tapi tetap satu jua”.
Semboyan ini sangat cocok untuk keadaan bangsa Indonesia yang dihuni oleh beragam suku, ras,
agama, dan kebudayaan. Nilai kesatuan amat dijunjung tinggi oleh leluhur bangsa Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika rupanya juga terkait dengan filsafat, ideologi Pancasila, dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bhinneka Tunggal Ika juga memiliki keterkaitan
dengan simbol pemersatu bangsa Indonesia seperti bendera nasional, lagu kebangsaan, dan
bahasa. Keterkaitan yang dimaksud untuk memperkuat gagasan bahwa Bhinneka Tunggal Ika
telah tertanam dalam kehidupan dan karakter bangsa Indonesia.
Realitanya nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Tindakan yang dilakukan sebagian masyarakat, justru cenderung berlawanan dengan semboyan
tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia dapat ditemukan konflik antar suku, ras ataupun
agama. Berita terkait konflik etnis pernah diinformasikan Oke Zone (2016), mengenai perang suku
di
Timika. Dampak perang suku yang terjadi di Iliale Kampung Tunas Matoa Distrik Kwamki Narama
Mimika pada 24 Juli 2016, sempat meluas hingga ratusan warga Jemaat GIDI mengungsi ke
Sentani Kabupaten Jayapura. BBC (2016) juga pernah memberitakan serangan di salah satu gereja
di Medan. Pria yang menyerang tersebut menyamar sebagai jemaat dan ikut misa di Gereja Santo
Yosep Medan pada Minggu (28 Agustus 2016). Pria itu sebelum menyalakan benda mirip bom,
sempat menyerang pastor Albert Pandiangan dengan pisau. Dua peristiwa di atas menjadi bukti
bahwa permasalahan lunturnya nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, terjadi pada masyarakat
Indonesia
Penelitian Handayani (2015) dan Nisvilyah (2013) memiliki persamaan dan perbedaaan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini. Persamaannya terletak pada keberagaman
masyarakat sebagai objek umum penelitian. Perbedaannya dengan Handayani (2015), secara
khusus mengkaji toleransi umat Islam terhadap upacara adat. Sementara perbedaaan dengan
penelitian Nisvilyah (2013), memfokuskan perhatian pada nilai-nilai agama dan nilai budaya.
Penelitian yang akan dilakukan ini berfokus pada implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika
pada pemuda.
Penelitian Dempsey and all (2016) dalam Journal International, menjelasakan bahwa Bhinneka
Tunggal Ika adalah The textbooks’ explanations of Bhinneka Tunggal Ika are also associated with
(1) philosophy, ideology and the foundation of the state, Pancasila (the Five Principles); (2) the
Constitution of the Republic of Indonesia 1945; (3) Unifying symbols of the nation‐state of
Indonesia such as the national flag, anthem, and language; (4) history of the struggle of Indonesia
for independence; and (5) the Oath of Youth. The explanations are intended to reinforce the idea
that Bhinneka Tunggal Ika has been embedded in the life and the character of the nation‐state of
Indonesia. It represent its soul and its character. Dengan mewujudkan dan mengaktualisasikan
pemahaman nilai- nilai Bhinneka Tunggal Ika, diharapkan segenap komponen bangsa dapat
mengintegrasikan seluruh kehidupan berkebangsaan dengan menjunjung tinggi nasioanalisme
demi mempertahankan NKRI.
Penelitian Rosenthal and Levy (2012) dalam Journal International, menyatakan bahwa
multikulturalisme adalah endorsement of multiculturalism may also take the form of learning to
appreciate and value different groups’ positive contributions to a diverse society. Penelitian
Fraenkel (1977) “A Value is an idea- a concept about- what some thinks is important in life (nilai
adalah ide atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh
seseorang).
Negara merupakan sebuah organisasi besar yang di dalamnya terdapat masyarakat yang
mendiami wilayah tersebut. Negara juga dapat dikatakan sebagai suatu wilayah dipermukaan
bumi yang terdapat pemerintahan untuk mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan,
dan keamanan nasional. Menurut Darmadi (2010:24), negara merupakan organisasi kekuasaan
dari kelompok manusia yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu. Suatu komunitas
masyarakat dapat dikatakan sebagai negara apabila telah memenuhi beberapa syarat yang
ditetapkan. Syarat berdirinya negara diantaranya mempunyai wilayah, rakyat, pemerintahan yang
berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.
Masyarakat Indonesia yang berbudaya, memiliki sistem-sistem nilai yang terkandung dalam
Bhinneka Tunggal Ika. Cara masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi sangat bergantung pada
budaya, bahasa, aturan, dan norma masing-masing. Budaya memiliki tanggung jawab atas
seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Wrenn
(1962)
berpendapat bahwa kegagalan dalam menghargai perbedaan, berkaitan dengan latar belakang
budaya. Menurut Hefner (1987) ide nasionalis pasca kolonial mencerminkan ikatan primordial
kekerabatan, bahasa, etnis, dan agama secara bertahap sehingga memberikan arti lebih
menyeluruh dari komunitas politik nasional.
Mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika pada masyarakat Indonesia juga menemui tantangan.
Problem utamanya adalah setiap individu memiliki kecenderungan menganggap bahwa
budayanya sebagai suatu keharusan tanpa perlu dipersoalkan lagi (Mulyana dan Rakhmat,
2003:vii). Setiap orang akan menggunakan budayanya sebagai standarisasi untuk mengukur
budaya-budaya lain. Salah satu bentuk aktivitas komunikasi antar budaya yang nyata di dalam
Bhinneka Tunggal Ika terlihat dalam kehidupan keluarga perkawinan campuran, yang tidak
mempermasalahkan perbedaan agama. Pemerintahan Indonesia yang berdaulat memiliki posisi
yang sangat penting, baik sebagai penentu kebijakan maupun sebagai pelaksana dalam arti
mengkoordinasikan kegiatan pertahanan dan pembelaan terhadap negara.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami jabarkan diatas, maka dapat diambil
beberapa rumusan masalah guna menunjang isi makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana perjalanan Sejarah tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai bentuk
identitas Bangsa Indonesia. Kapan pertama ditetapkannya, penerapan Bhineka Tunggal
Ika, dan Pengimplementasiaan Lambang Bhineka Tunggal Ika pada saat ini?
2. C. Tujuan
Tujuan yang dapat diperoleh dari Lambang Bhineka Tunggal Ika, berbeda-
beda tetap satu jua, yang dimana kita sebagai penerus bangsa agar tetap
bersatu di era Globalisasi ini.
1. D. Manfaat
Dari makalah ini dapat kami peroleh manfaat bagi semua orang dan orang
yang membacanya, bahwasanya dalam hidup berbangsa dan bernegara dapat
memaknai dan melakukan apa yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika
dan Bisa menjadikan dalam kehidupan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Dan juga dapat
Memaknai arti Bhineka Tunggal Ika yang saat ini sudah mulai memudar dan
dapat menjaga persatuan Bangsa Indonesia.
Pembahasan
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa yang patut dijunjung tinggi
kedudukannya. Tanpa bhinneka tunggal ika Indonesia tak akan mudah mendapatkan
kemerdekaannya. Di sinilah arti Bhinneka Tunggal Ika yang sesungguhnya. Mampu
menyatukan perbedaan bangsa tanpa perselisihan di dalamnya hingga benar-benar
merdeka.disebut sebagai ikrar pemersatu bangsa yang menggetarkan jiwa. Ikrar ini
dikutip dari karangan Kakawin Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Tantular. Kakawin
Sutasoma sebutannya. Dalam kakawin ini ditegaskan bahwa arti Bhinneka Tunggal
Ika bukanlah perpecahan, karena perpecahan akan berujung pada kehancuran.
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kalimat tersebut merupakan
kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu : Kakawin Sutasoma, karangan Mpu
Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam Kakawin Sutasoma
(Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan
bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan kepercayaan di kalangan
masyarakat Majapahit.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap
adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kutipan ini berasal dari Pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah
ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa. Bhinnêki rakwa ring apan kena
parwanosen? Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal Bhinnêka tunggal ika
tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan :
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Bangsa Indonesia sudah lama hidup di dalam keanekaragaman. Bangsa Indonesia merupakan suatu
bangsa yang besar dan berdaulat.
Adapun beberapa fungsi dari Bhinneka Tunggal Ika dalam berbangsa maupun bermasyarakat, yaitu :
Itulah mengapa, Bhinneka Tunggal Ika patut dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan di dalam bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi selanjutnya yang bisa menikmati
kemerdekaan dengan mudah, harus bersungguh-sungguh untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang diungkap oleh Mpu Tantular, ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia sebagai semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan
Peraturan Pemerintah No.66 tahun 1951. Peraturan Pemerintah tersebut
menentukan bahwa sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan
sebagai seboyan yang terdapat dalam Lambang Negara Republik Indonesia,
“Garuda Pancasila.” Kata “bhinna ika,” kemudian dirangkai menjadi satu
kata “bhinneka”. Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal
Ika dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat dalam Lambang
Negara, dan tercantum dalam pasal 36a UUD 1945 yang
menyebutkan :”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika”. Dengan demikian, Bhinneka Tunggal
Ika merupakan semboyan yang merupakan kesepakatan bangsa, yang
ditetapkan dalam UUDnya. Oleh karena itu untuk dapat dijadikan acuan
secara tepat dalam hidup berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal
Ika perlu difahami secara tepat dan benar untuk selanjutnya difahami
bagaimana cara untuk mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.
Bhinneka tunggal ika yang berarti berbeda tetapi satu, bila ditengok dari asal
usul kalimatnya yang tertuang dalam syair kitab sutasoma adalah
penggambaran dari dua ajaran atau keyakinan yang berbeda kala itu, namun
pada dasarnya memiliki satu kesamaan tujuan.
Sangat beragam juga bila kita dapat mengartikan bhinneka tunggal ika dalam
perwujudan sehari-hari. Bhinneka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari
seringkali ditemui, namun untuk memahaminya terkadang masih terasa sulit,
apalagi mengakuinya. Ada ungkapan yang menyatakan “perbedaan adalah
rahmat” dan inipun terkadang menjadi bahan perdebatan.
Matahari dan bulan itu berbeda akan tetapi saling menerangi bumi, siang dan
malam itu berbeda tetapi saling melengkapi hari, laki-laki dan perempuan
beda tapi saling mengisi dalam kehidupan, salah dan benar, baik dan buruk
yang Tuhan ciptakan tentu tidak dapat disangkal, lalu mengapa Tuhan
ciptakan itu semua? Apabila perbedaan itu seharusnya tidak perlu ada,
apakah kemudian kita berpikir bagaimana sebaiknya Tuhan? Mengakui
perbedaan terkadang terasa sulit seperti halnya mengakui kebenaran orang
lain daripada melihat sisi salahnya. Tangan dan kaki, telinga dan mata, yang
kanan dan kiri memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda tetapi saling
menyempurnakan bentuk manusia itu secara utuh. Ketika dalam satu
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya masing-masing
memiliki perbedaan pendapat apakah itu tidak boleh? dan apabila si anak
memiliki keinginan yang bertentangan dengan orang tuanya apakah
kemudian menjadikan terputusnya hubungan darah? Kemudian apabila alam
semesta yang beraneka ragam ini tercipta karena adanya hubungan Tuhan
dengan ciptaan-Nya, apakah akan menjadikan putusnya hubungan, apabila
ciptaan tidak mengakui penciptanya? Perbedaan adalah kenyataan yang tidak
bisa terelakan lagi, mulai dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara
atau dunia.
Jika kita perhatikan malam yang digantikan siang, ini berjalan selaras tidak
saling mendahului tentu terasa sempurna hari yang terlewati, oleh karena
keselarasan itu maka dalam pertemuan malam dengan siang terlahir fajar
yang indah, begitu pula siang yang digantikan malam tercipta senja yang
penuh misteri, hal itu terwujud karena adanya keselarasan alam yang berbeda
tetapi bersatu menciptakan hari.Lalu bagaimana dengan perbedaan diantara
kita, apakah bisa berjalan selaras agar tercipta kedamaian?
Para pendiri bangsa Indonesia terdahulu tentu memiliki harapan yang sangat
besar dengan menjadikan kalimat “BHINNEKA TUNGGAL IKA” ini sebagai
simbolis Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan memahami arti dan
makna yang terkandung didalamnya serta dengan mewujudkan dalam
kehidupan sehari-hari mulai dari diri sendiri, berharap bangsa ini berjalan
dengan selaras dan tumbuh menjadi bangsa yang besar.
Model ini akan memunculkan identitas ganda yang bersifat hirarkis, dengan
artian seseorang tidak akan melepaskan identitas asalnya dan memiliki suatu
identitas bersama yang lebih tinggi nilainya. Sebagai contoh seseorang tidak
melupakan asalnya sebagai orang Minang, namun memiliki suatu kesatuan
bersama yang lebih diutamakan yaitu sebagai rakyat Indonesia. Dengan
demikian identitas kesukuan atau daerah lebih rendah nilai dan
III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Refrensi
Bahan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca- sila. 1990. Jakarta:
BP-7 Pusat.
https://coretanandrea.wordpress.com/2013/11/03/323/amp/
https://www.researchgate.net/publication/329188939_BHINNEKA_TUNGGAL_IKA
https://m.bola.com/ragam/read/4485949/pengertian-bhinneka-tunggal-ika-sejarah-
fungsi-dan-maknanya-yang-harus-diketahui