DOSEN PENGAMPU :
MAHFUZ, M.Pd
Wassalamua’laikum warohmatullahiwabarokatuh
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Pengertian Reward dan Funishment.....................................................................................2
B. Al-Qur’an dan Dalil tentang reward dan funishment...........................................................3
C. Bentuk reward dan punishment............................................................................................5
D. Syarat-syarat pemberian reward dan punishment.................................................................6
E. Kelebihan dan kekurangan Reward dan Funishment...........................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada berbagai macam metode pendidikan saat ini. Banyaknya metode tersebut
membuat para orang tua dan pendidik dapat menerapkannya dalam setiap aspek
kehidupan anak, baik dari segi akal maupun kejiwaan. Karena dengan penerapan metode
yang tepat dapat menerangi jalan mereka, mempersembahkan berbagai solusi untuk
permasalahan-permasalahan yang ada, serta membangun kepribadian dan pembentukan
sesuai dengan metode tersebut. Adapun konsep reward dan punishment merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk memperkuat perilaku positif dan melemahkan
perilaku negatif. Reward merupakan pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional
edukatif anak didik yang berprestasi. Reward sebagai metode pembelajaran akan sangat
ideal dan strategis bila digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip belajar untuk merangsang
belajar dalam kerangka mengembangkan potensi anak didik. Lain halnya dengan
punishment, punishment dalam pendidikan Islam adalah sebagai tuntunan dan perbaikan,
bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Oleh karena itu juru didik Islam mempelajari
dulu tabiat anak dan sifatnya sebelum diberi hukuman, bahkan mengajak supaya si anak
tersebut turut serta dalam memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Reward dan Funishment ?
2. Apa saja dalil tentang Reward dan Funishment?
3. Apa saja bentuk-bentuk tentang metode Reward dan Funishment ?
4. Apa saja Syarat-syarat metode Reward dan Funishment dalam pembelajaran?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode Reward dan Funishment?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa pengertian dari Reward dan funishment
2. Dapat mengetahi apa saja dalil tentang Reward dan Funishment
3. Dapat mengetahui apa saja bentuk-bentuk tentang metode Reward dan Funishment
4. Dapat mengetahui apa saja Syarat-syarat metode Reward dan Funishment dalam
pembelajaran
5. Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan metode Reward dan Funishment
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Selain kata tsawab dan ‘iqob, Al-Quran juga menggunakan kata targhib dan
tarhib yang kemudian kedua istilah inilah yang lebih tepat dalam penerapannya
dengan dunia pendidikan. Kata targhib dan tarhib lebih berhubungan dengan janji
atau harapan untuk mendapatkan kesenangan jika melakukan suatu kebajikan atau
ancaman untuk mendapatkan siksaan kalau melakukan perbuatan tercela.
Perbedaannya, kalau tsawab dan ‘iqob lebih berkonotasi pada bentuk aktivitas dalam
memberikan ganjaran dan hukuman seperti memuji dan memukul.
Punishment menurut Baharuddin dan Esa Nur wahyuni adalah menghadirkan
sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk
menurunkan tingkah laku yang berpengaruh dalam mengubah perilaku seseorang.
Selain itu menurut Malik Fadjar, punishment adalah alat pendidikan yang
mengakibatkan penderitaan bagi siswa yang dihukum yang mengandung motivasi
sehingga siswa yang bersangkutan berusaha untuk selalu memenuhi tugas-tugas
belajarnya agar terhindar dari hukuman.
Berhubungan dengan hukuman, guru harus mengetahui betul bahwa hukuman
terhadap murid tidak selamanya diikuti oleh perbaikan dan dorongan baginya untuk
maju, bahkan hukuman bisa menjadi sebaliknya. Anak menjadi kehilangan
kepercayaan diri atau lari dari situasi belajar atau bahkan membenci sekolah. Oleh
karena itu, guru harus menghindari hukuman kecuali jika terpaksa dan dalam batas
peraturan pendidikan serta prinsip-prinsip pendidikan.
Menurut Amir Daien Indrakusuma Reward adalah penilaian yang bersifat positif
terhadap belajarnya siswa. (Amir Daien Indrakusuma, PengantarIlmu Pendidikan (Surabaya:
Usaha Nasional, 1973),
hlm. 159
25 M) Beberapa pendapat diatas, dapat
3
disimpulkan bahwa Reward adalah suatu segala sesuatu yang berupa
penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa
karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa
melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hukuman memiliki arti peraturan resmi yang
menjadi pengatur (KBBI, hal 196). Namun ada juga definisi punishment adalah ancaman
hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan pelanggar, memelihara
peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar (Mangkunegara,
2000).
4
melakukan kebaikan. Karena secara naluri siapapun yang telah melakukan kebaikan
selalu ingin diberikan penghargaan, dan ini adalah bagian dari psikologi manusia
sebagai makhluk. Maka dari itu Allah melalui Al-Qur’an juga memberikan apresiasi
kepada manusia atas kebaikan yang telah mereka lakukan.
ٗ
ُ َو َمن يَ ۡع َم ۡل ِم ۡثقَا َل َذر َّٖة ٗ َر شا يَ َره٧ َُف َمن يَ ۡع َم ۡل ِم ۡثقَا َل َذ َّر ٍة خ َۡۡيا يَ َره
Artinya: “Barang siapa yang melakukan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasannya), dan barang siapa yang melakukan kejahatan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya.” (Q.S. al-Zalzalah: 7- 8).
b) Hadits
Contoh pemberian imbalan/ hadiah yang bersifat nonmateri seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah saw., kepada anak-anak paman Beliau, Al-Abbas.
“Barang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, akan mendapatkan ini
dan itu.”
Dalam hadis ini mengajarkan tentang reward atau hadiah seperti apa yang
akan didapat apabila lebih dahulu sampai kepada Rasulullah saw. Kita dapat
menerapkan hadis ini dalam kehidupan kita, apalagi saat kita menjadi seorang
pendidik kelak. Kita dapat memberikan mereka reward seperti pujian apabila
merka melakukan sesuatu yang baik agar anak tersebut lebih bersemangat dalam
menjalankan pelajarannya. Tapi jangan sampai pujian kita menabalkan sifatnya.
5
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-
orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka
bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih (Q.S. Ali Imron 3: 21).
- Hadits
Secara hakikat, pemberian punishment kepada peserta didik adalah
sebagai bentuk stimulus dari seorang pendidik kepada peserta didiknya
agar ia tidak mengulangi perbuatan yang salah yang dibuatnya atau bisa
juga sebagai motivasi semoga kedepan ia bisa memperbaiki prestasinya,
oleh karena itu sebagai pendidik muslim diharapkan bisa memberikan
punishment pada peserta didik sesuai konsep Islam, sebagaimana
Rasulullah Saw bersabda:
Artinya :
“Dari Umar bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, beliau berkata,
Rasulullah Saw pernah bersabda, suruhlah anak-anakmu melakukan
shalat sejak
usia tujuh tahun dan pukullah jika tidak mau shalat di usia sepuluh tahun,
serta
pisahkan tempat tidur mereka”.(HR. Abu Daud).
- Matan
Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat sejak usia tujuh tahun dan
pukullah jika tidak mau shalat di usia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat
tidur mereka.
Dari hadits tersebut menunjukan bahwa konsep pendidikan Islam dimulai
dengan mengajarkan anak terlebih dahulu secara lemah lembut, kemudian
setelah dididik ternyata belum ada perubahan ke arah prilaku-prilaku yang
lebih bersifat positif, maka anak dapat diberi ganjaran tapi berupa hukuman
yang sifatnya edukatif. Dalam proses pemberian punishment, anak-anak
mula-mula diberi nasehat lalu diasingkan, hal ini diperbolehkan tapi sebagai
bentuk proses tahapan akhir dalam metode pemberian hukuman, tapi dengan
catatan bahwa sanksi yang diberikan masih dalam batas kewajaran dan tidak
membahayakan jiwa sang anak.
6
Dalam pemberian reward dan punishment, ajaran Islam telah memberikan penjelasan
tentang teknik penerapan reward dan punishment dalam upaya pembentukan perilaku.
Berbagai teknik penggunaan reward yang diajarkan Islam diantaranya adalah:
1) Dengan ungkapan kata
Penggunaan teknik ini dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika memuji
cucunya, Hasan dan Husein yang menunggangi punggungnya seraya beliau
berkata, “Sebaik-baik unta adalah unta kalian, dan sebaik-baik penunggang adalah
kalian”. Oleh karenanya guru diharapkan mengikuti makna-makna dalam rangka
memberi ganjaran atau pujian yang akan bermanfaat dan lebih menarik perhatian.
Ganjaran-ganjaran yang diberikan dengan mudah terhadap suatu perbuatan akan
menghilangkan akibat-akibat yang tidak baik.
2) Dengan memberikan suatu materi
Cara ini selain untuk menunjukkan perasaan cinta, tetapi juga dapat menarik
cinta dari si anak, terutama apabila hal itu tidak diduga. Rasulullah telah
mengajarkan hal tersebut dengan mengatakan, “Saling memberi hadiahlah kalian
niscaya kalian saling mencintai.” Setiap orang tua hendaknya mengetahui apa
yang disukai dan diharapkan oleh anaknya, sehingga hadiah yang diberikan dapat
berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan keadaan anaknya. Pada praktik
pendidikan, cara ini dapat diberikan kepada anak didik dengan syarat benda yang
diberikan terdapat relevansi dengan kebutuhan pendidikan.
3) Dengan memberikan senyuman atau tepukan
Senyuman merupakan sedekah sebagaimana dikatakan oleh Rosulullah:
“Senyumanmu terhadap saudaramu adalah sedekah”. Senyuman sama sekali
bukan suatu beban yang memberatkannya, tetapi ia mempunyai pengaruh yang
sangat kuat, Ketika berbicara dengan anak-anak maupun dengan murid-murid
hendaknya seorang ayah atau seorang guru membagi pandangannya secara merata
kepada mereka semua, sehingga mereka mendengarkannya dengan perasaan cinta
dan kasih sayang serta tidak membenci pembicaraannya. Demikian juga dengan
tepukan tangan, misalnya seorang guru menepuk-nepuk pundak siswanya ketika
siswa tersebut mampu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.
Beberapa cara yang pernah digunakan Rasulullah dalam menjalankan funishment
(hukuman) pada anak, diantaranya:
Melalui teguran langsung
Umar bin Abi Salmah r.a. berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah
Rasulullah, ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai
penjuru. Melihat itu beliau berkata, Hai ghulam, bacalah basmallah, makanlah
dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu”
7
pemberian reward dan punishment. Syarat pemberian reward yaitu:
a) Untuk member hadiah yang paedagogis perlu sekali guru mengenal betul betul
muridnya
b) Hadiah yang diberikan anak jangan sampai menimbulkan cemburu atau iri hati
anak yang lain
c) Memberikan hadiah hendaknya hemat
d) Jangan memberikan hadiah dengan menjanjikan terlebih dahulu sebelum anak
melakukan sesuatu
e) Pendidik harus berhati-hati memberikan hadiah jangan sampai hadiah yang
diberikan berubah fungsi menjadi upah.
Syarat pemberian punishment adalah :
a) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, dan kasih sayang denagn
harapan semangat belajar.
b) Harus didasarkan pada alasan keharusan.
c) Harus menimbulkan kesan di hati anak.
d) Harus di ikuti dengan pemberian maaf, harapan dan kepercayaan.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reward dan punishment merupakan metode yang dapat diterapkan dalam mendidik
anak, baik diberikan oleh guru maupun orang tua. Reward atau penghargaan adalah reaksi
pendidikan atas perbuatan baik yang telah dilakukan anak didik. Reward sebagai bentuk
metode dalam memotivasi anak untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan
prestasinya. Reward yang diberikan bersifat menyenangkan perasaan sehingga
menimbulkan keinginan dalam diri anak untuk melakukan hal baik dan lebih baik lagi di
masa yang akan datang, tetapi jangan sampai menebalkan sifat materalisnya. Tanpa
adanya hadiah atau penghargaan, diangga kurang mampu memancing minat anak didik
untuk terlibat program belajar secara aktif. Ganjaran dan hadiah tak mesti mahal, tetapi
bias berupa hiburan, apresiasi melalui kata-kata yang baik atau bentuk penghargaan
lainnya. Berbeda dengan kebalikannya, Punishment atau hukuman juga merupakan
bagian dari pendidikan.
Punishment merupakan sanksi yang diberikan kepada anak ketika melakukan
kesalahan. Hukuman juga diartikan mendidik, tidak membahayakan anak dan bersifat
memberi pelajaran yang bersifat positif sehingga menjadikan anak lebih disiplin,
efektifitas, dan memiliki budaya sekolah yang tertib. Dalam pendidikan Islam pemberian
hukuman secara positif, tidak lain karena ingin memberikan edukasi yang benar terhadap
anak supaya sadar dan bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya, serta tidak
mengulangi lagi kesalahan yang sama. Namun, dalam memberikan hukuman diperlukan
memperhatikan kadar dan bentuknya agar tidak berdampak kurang produktif, malas,
kemarahan dan beban mental anak yang kurang positif bagi perkembangan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10