Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HADIST TARBAWI

“REWARD DAN FUNISHMENT’’

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


1. MAYA MARISA (19591138)
2. DELLA ROHMAWATI (20591042)
3. INDAH TRI DARANI (20591086)
4. RANI RAHMA DIANA (20591146)
5. ROHANIA (20591168)

DOSEN PENGAMPU :
MAHFUZ, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh


Segala puji serta syukur kita panjatkan atas limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga
kami mampu menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul “Reward dan
Funishment”
Shalawat beserta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
seperti yang kita rasakan pada saat ini. Tujuan utama kami menuliskan makalah ini semata-mata
memenuhi tugas dari mata kuliah Hadist Tarbawi dengan judul “Reward dan Funishment”.
Makalah ini kami buat sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Kami juga
berterimakasih kepada bapak Mahfuz sebagai dosen pengampuh dari mata kuliah Hadist Tarbawi
ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan dan kegunaan ilmu, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan yang jauh dari apa yang di
harapkan. Untuk itu kami berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran dan masukan. Semoga makalah
sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya, kiranya makalah yang telah di
susun ini dapat berguna bagi kami sendiri ataupun orang lain.

Wassalamua’laikum warohmatullahiwabarokatuh

Curup, 11 November 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Pengertian Reward dan Funishment.....................................................................................2
B. Al-Qur’an dan Dalil tentang reward dan funishment...........................................................3
C. Bentuk reward dan punishment............................................................................................5
D. Syarat-syarat pemberian reward dan punishment.................................................................6
E. Kelebihan dan kekurangan Reward dan Funishment...........................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada berbagai macam metode pendidikan saat ini. Banyaknya metode tersebut
membuat para orang tua dan pendidik dapat menerapkannya dalam setiap aspek
kehidupan anak, baik dari segi akal maupun kejiwaan. Karena dengan penerapan metode
yang tepat dapat menerangi jalan mereka, mempersembahkan berbagai solusi untuk
permasalahan-permasalahan yang ada, serta membangun kepribadian dan pembentukan
sesuai dengan metode tersebut. Adapun konsep reward dan punishment merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk memperkuat perilaku positif dan melemahkan
perilaku negatif. Reward merupakan pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional
edukatif anak didik yang berprestasi. Reward sebagai metode pembelajaran akan sangat
ideal dan strategis bila digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip belajar untuk merangsang
belajar dalam kerangka mengembangkan potensi anak didik. Lain halnya dengan
punishment, punishment dalam pendidikan Islam adalah sebagai tuntunan dan perbaikan,
bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Oleh karena itu juru didik Islam mempelajari
dulu tabiat anak dan sifatnya sebelum diberi hukuman, bahkan mengajak supaya si anak
tersebut turut serta dalam memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Reward dan Funishment ?
2. Apa saja dalil tentang Reward dan Funishment?
3. Apa saja bentuk-bentuk tentang metode Reward dan Funishment ?
4. Apa saja Syarat-syarat metode Reward dan Funishment dalam pembelajaran?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode Reward dan Funishment?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa pengertian dari Reward dan funishment
2. Dapat mengetahi apa saja dalil tentang Reward dan Funishment
3. Dapat mengetahui apa saja bentuk-bentuk tentang metode Reward dan Funishment
4. Dapat mengetahui apa saja Syarat-syarat metode Reward dan Funishment dalam
pembelajaran
5. Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan metode Reward dan Funishment

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Reward dan Funishment


 Pengertian Reward
Menurut M. Ngaliman Purwanto reward (hadiah) adalah alat pendidikan represif
yang menyenangkan yang diberikan kepada anak tertentu dalam pendidikan,
memiliki kemajuan dan tingkah laku yang baik sehingga dapat dijadikan tauladan
bagi teman-temannya. Dalam bahasa Arab, reward (ganjaran) diistilahkan dengan
tsawab. Kata ini banyak ditemukan dalam Al Quran, khususnya ketika
membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun
di akhirat dari amal perbuatannya. Kata tsawab selalu diterjemahkan kepada balasan
yang baik. Seiring dengan hal ini, makna yang dimaksud dengan kata tsawab dalam
kaitannya dengan pendidikan Islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap
perilaku baik dari anak didik.
Dalam pembahasannya yang lebih luas, pengertian istilah reward dapat diartikan
sebagai:
 Alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi
pendorong atau belajar bagi murid
 Sebagai hadiah terhadap perilaku yang baik dari anak dalam proses
pendidikan.
Suharsimi Arikonto mengatakan bahwa reward merupakan suatu yang disenangi
dan digemari oleh anak-anak yang diberikan kepada siapa yang dapat memenuhi
harapan, yakni mencapai tujuan yang ditentukan atau bahkan mampu melebihinya.
Sedangkan menurut Nugroho, reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau
imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat usahanya untuk
memperbaiki atau yang telah dicapai.
Pemberian hadiah ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap perilaku
yang baik sehingga akan memotivasi peserta didik untuk terus selalu maju dan
berkembang dalam proses pembelajaran. Reward tidak selamanya berupa materi.
Sebagaimana pemahaman umum, reward identik dengan hadiah yang biasanya
berupa benda atau barang yang diberikan dengan tujuan tertentu seperti kado, parcel,
bingkisan dan semacamnya, atau mungkin berupa barang-barang berharga lainnya.
Padahal reward tidak hanya membahas tentang hal itu, reward juga dapat digunakan
dalam arti luas dan fleksibel, seperti sesuatu yang dapat menimbulkan efek rasa
senang, kepuasan batin dan simpatik atas apa yang telah diperbuat.
 Sedangkan pengertian punishment
Dalam bahasa Arab diistilahkan dengan iqab. Dalam hubungannya dengan
pendidikan Islam, iqab diartikan sebagai :
 Alat pendidikan preventif dan refresif yang paling tidak menyenangkan
 Balasan dari perbuatan yang tidak baik yang dilakukan anak.

2
Selain kata tsawab dan ‘iqob, Al-Quran juga menggunakan kata targhib dan
tarhib yang kemudian kedua istilah inilah yang lebih tepat dalam penerapannya
dengan dunia pendidikan. Kata targhib dan tarhib lebih berhubungan dengan janji
atau harapan untuk mendapatkan kesenangan jika melakukan suatu kebajikan atau
ancaman untuk mendapatkan siksaan kalau melakukan perbuatan tercela.
Perbedaannya, kalau tsawab dan ‘iqob lebih berkonotasi pada bentuk aktivitas dalam
memberikan ganjaran dan hukuman seperti memuji dan memukul.
Punishment menurut Baharuddin dan Esa Nur wahyuni adalah menghadirkan
sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk
menurunkan tingkah laku yang berpengaruh dalam mengubah perilaku seseorang.
Selain itu menurut Malik Fadjar, punishment adalah alat pendidikan yang
mengakibatkan penderitaan bagi siswa yang dihukum yang mengandung motivasi
sehingga siswa yang bersangkutan berusaha untuk selalu memenuhi tugas-tugas
belajarnya agar terhindar dari hukuman.
Berhubungan dengan hukuman, guru harus mengetahui betul bahwa hukuman
terhadap murid tidak selamanya diikuti oleh perbaikan dan dorongan baginya untuk
maju, bahkan hukuman bisa menjadi sebaliknya. Anak menjadi kehilangan
kepercayaan diri atau lari dari situasi belajar atau bahkan membenci sekolah. Oleh
karena itu, guru harus menghindari hukuman kecuali jika terpaksa dan dalam batas
peraturan pendidikan serta prinsip-prinsip pendidikan.

Reward dan Punishment


Metode Reward (ganjaran) dan Punishment (hukuman) merupakan
suatu bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain
belajar adalah merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang barusebagai hasil dari
interaksiantara stimulus dan respon. (John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris
Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996),
hlm. 482)

Menurut Ngalim Purnomo Reward adalah alat untuk mendidik anak-


anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya
mendapat penghargaan.(M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Toretis dan Praktis, hlm.
182)

Menurut Amir Daien Indrakusuma Reward adalah penilaian yang bersifat positif
terhadap belajarnya siswa. (Amir Daien Indrakusuma, PengantarIlmu Pendidikan (Surabaya:
Usaha Nasional, 1973),
hlm. 159
25 M) Beberapa pendapat diatas, dapat

3
disimpulkan bahwa Reward adalah suatu segala sesuatu yang berupa
penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa
karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa
melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.

Peranan reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama


sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku
siswa. Hal ini derdasarkan atas berbagai pertimbangan logis,
diantaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat
mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa. Manusia selalu
mempunyai cita-cita, harapan, dan keinginan. Inilah yang dimanfaatkan oleh
metode reward. Maka dengan metode ini seseorang mengerjakan perbuatan
baik atau mencapai suatu prestasi yang tertentu diberikan suatu reward yang
menarik sebagai imbalan.(Mahfudh Shomahuddin, dkk, Metodologi Pendidikan Agama
(Surabaya: Bina Ilmu,
1987), hlm. 81)

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hukuman memiliki arti peraturan resmi yang
menjadi pengatur (KBBI, hal 196). Namun ada juga definisi punishment adalah ancaman
hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan pelanggar, memelihara
peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar (Mangkunegara,
2000).

B. Al-Qur’an dan Dalil tentang reward dan funishment


a) Al-Qur’an
Dalam pandangan Islam atau Bahasa Arab, hadiah diistilahkan dengan Sawad
yang artinya pahala, upah dan balasan. Abdurrahman Saleh Abdullah menyamakan
arti reward dengan sawad yang didapat oleh seseorang karena perbuatan
baiknya,baik didapatkan di dunia maupun nanti di akhir. Hal ini bisa dilihat dalam
Alquran surah Ali Imran ayat 148.

ࣖ ‫ب ااْل ٰ ِخ َر ِة ۗ َوهّٰللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِي َْن‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫فَ ٰا ٰتىهُ ُم ُ ثَ َو‬
ِ ‫اب ال ُّد ْنيَا َو ُحس َْن ثَ َوا‬
Artinya :
“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang
baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”.
Reward merupakan salah satu cara guru dalam mengapresiasi siswa atas
perbuatannya yang patut dipuji. Menurut Mulyasa, reward adalah respon terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembalinya
tingkah laku tersebut.
Penghargaan merupakan bentuk apresiasi terhadap pelaku kebaikan, siapapun itu.
Bentuk penghargaan sendiri sangat variatif, bisa dalam bentuk materi atau non
materi, prinsipnya adalah untuk membangkitkan semangat anak yang telah berhasil

4
melakukan kebaikan. Karena secara naluri siapapun yang telah melakukan kebaikan
selalu ingin diberikan penghargaan, dan ini adalah bagian dari psikologi manusia
sebagai makhluk. Maka dari itu Allah melalui Al-Qur’an juga memberikan apresiasi
kepada manusia atas kebaikan yang telah mereka lakukan.
ٗ
ُ‫ َو َمن يَ ۡع َم ۡل ِم ۡثقَا َل َذر َّٖة ٗ َر شا يَ َره‬٧ ُ‫َف َمن يَ ۡع َم ۡل ِم ۡثقَا َل َذ َّر ٍة خ َۡۡيا يَ َره‬
Artinya: “Barang siapa yang melakukan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasannya), dan barang siapa yang melakukan kejahatan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya.” (Q.S. al-Zalzalah: 7- 8).

b) Hadits
Contoh pemberian imbalan/ hadiah yang bersifat nonmateri seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah saw., kepada anak-anak paman Beliau, Al-Abbas.

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ ‫ال َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ث ق‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َج ِري ٌر ع َْن يَ ِزي َد ب ِْن َأبِي ِزيَا ٍد ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ْال َح‬
†ِ ‫ار‬
‫ال فَيَ ْستَبِقُونَ ِإلَ ْي ِه‬ َ َ‫ي فَلَهُ َك َذا َو َك َذا ق‬
َّ َ‫ق ِإل‬ ِ ‫ُف َع ْب َد هَّللا ِ َو ُعبَ ْي َد هَّللا ِ َو َكثِيرًا ِم ْن بَنِي ْال َعب‬
َ َ‫َّاس ثُ َّم يَقُو ُل َم ْن َسب‬ ُّ ‫َيص‬
‫ص ْد ِر ِه فَيُقَبِّلُهُ ْم َويَ ْلزَ ُمهُ ْم‬
َ ‫فَيَقَعُونَ َعلَى ظَه ِْر ِه َو‬
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Jarir, dari Yazid ibnu abi Ziyad dari Abdullah
Ibnu Harits berkata :“Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah,
Ubaidillah, dan anak-anak paman Beliau, Al-Abbas. Kemudian, Beliau berkata:
“Barangsiapa paling dahulu sampai kepadaku, maka ia akan mendapatkan ini
dan itu.” Abdullah berkata; Lalu mereka saling berlomba untuk sampai kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga diantara mereka ada yang
menyentuh dada beliau dan ada juga yang menyentuh punggung beliau.
Kemudian beliau menciumi mereka dan memeluk mereka.” (HR. Ahmad: 1739).
- Matan

“Barang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, akan mendapatkan ini
dan itu.”
Dalam hadis ini mengajarkan tentang reward atau hadiah seperti apa yang
akan didapat apabila lebih dahulu sampai kepada Rasulullah saw. Kita dapat
menerapkan hadis ini dalam kehidupan kita, apalagi saat kita menjadi seorang
pendidik kelak. Kita dapat memberikan mereka reward seperti pujian apabila
merka melakukan sesuatu yang baik agar anak tersebut lebih bersemangat dalam
menjalankan pelajarannya. Tapi jangan sampai pujian kita menabalkan sifatnya.

Dalil tentang funishment :


- Al-Qur’an

5
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-
orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka
bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih (Q.S. Ali Imron 3: 21).
- Hadits
Secara hakikat, pemberian punishment kepada peserta didik adalah
sebagai bentuk stimulus dari seorang pendidik kepada peserta didiknya
agar ia tidak mengulangi perbuatan yang salah yang dibuatnya atau bisa
juga sebagai motivasi semoga kedepan ia bisa memperbaiki prestasinya,
oleh karena itu sebagai pendidik muslim diharapkan bisa memberikan
punishment pada peserta didik sesuai konsep Islam, sebagaimana
Rasulullah Saw bersabda:

Artinya :
“Dari Umar bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, beliau berkata,
Rasulullah Saw pernah bersabda, suruhlah anak-anakmu melakukan
shalat sejak
usia tujuh tahun dan pukullah jika tidak mau shalat di usia sepuluh tahun,
serta
pisahkan tempat tidur mereka”.(HR. Abu Daud).
- Matan
Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat sejak usia tujuh tahun dan
pukullah jika tidak mau shalat di usia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat
tidur mereka.
Dari hadits tersebut menunjukan bahwa konsep pendidikan Islam dimulai
dengan mengajarkan anak terlebih dahulu secara lemah lembut, kemudian
setelah dididik ternyata belum ada perubahan ke arah prilaku-prilaku yang
lebih bersifat positif, maka anak dapat diberi ganjaran tapi berupa hukuman
yang sifatnya edukatif. Dalam proses pemberian punishment, anak-anak
mula-mula diberi nasehat lalu diasingkan, hal ini diperbolehkan tapi sebagai
bentuk proses tahapan akhir dalam metode pemberian hukuman, tapi dengan
catatan bahwa sanksi yang diberikan masih dalam batas kewajaran dan tidak
membahayakan jiwa sang anak.

C. Bentuk reward dan punishment

6
Dalam pemberian reward dan punishment, ajaran Islam telah memberikan penjelasan
tentang teknik penerapan reward dan punishment dalam upaya pembentukan perilaku.
Berbagai teknik penggunaan reward yang diajarkan Islam diantaranya adalah:
1) Dengan ungkapan kata
Penggunaan teknik ini dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika memuji
cucunya, Hasan dan Husein yang menunggangi punggungnya seraya beliau
berkata, “Sebaik-baik unta adalah unta kalian, dan sebaik-baik penunggang adalah
kalian”. Oleh karenanya guru diharapkan mengikuti makna-makna dalam rangka
memberi ganjaran atau pujian yang akan bermanfaat dan lebih menarik perhatian.
Ganjaran-ganjaran yang diberikan dengan mudah terhadap suatu perbuatan akan
menghilangkan akibat-akibat yang tidak baik.
2) Dengan memberikan suatu materi
Cara ini selain untuk menunjukkan perasaan cinta, tetapi juga dapat menarik
cinta dari si anak, terutama apabila hal itu tidak diduga. Rasulullah telah
mengajarkan hal tersebut dengan mengatakan, “Saling memberi hadiahlah kalian
niscaya kalian saling mencintai.” Setiap orang tua hendaknya mengetahui apa
yang disukai dan diharapkan oleh anaknya, sehingga hadiah yang diberikan dapat
berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan keadaan anaknya. Pada praktik
pendidikan, cara ini dapat diberikan kepada anak didik dengan syarat benda yang
diberikan terdapat relevansi dengan kebutuhan pendidikan.
3) Dengan memberikan senyuman atau tepukan
Senyuman merupakan sedekah sebagaimana dikatakan oleh Rosulullah:
“Senyumanmu terhadap saudaramu adalah sedekah”. Senyuman sama sekali
bukan suatu beban yang memberatkannya, tetapi ia mempunyai pengaruh yang
sangat kuat, Ketika berbicara dengan anak-anak maupun dengan murid-murid
hendaknya seorang ayah atau seorang guru membagi pandangannya secara merata
kepada mereka semua, sehingga mereka mendengarkannya dengan perasaan cinta
dan kasih sayang serta tidak membenci pembicaraannya. Demikian juga dengan
tepukan tangan, misalnya seorang guru menepuk-nepuk pundak siswanya ketika
siswa tersebut mampu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.
Beberapa cara yang pernah digunakan Rasulullah dalam menjalankan funishment
(hukuman) pada anak, diantaranya:
 Melalui teguran langsung
Umar bin Abi Salmah r.a. berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah
Rasulullah, ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai
penjuru. Melihat itu beliau berkata, Hai ghulam, bacalah basmallah, makanlah
dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu”

D. Syarat-syarat pemberian reward dan punishment


Agar pemberian reward dan punishment sesuai dengan yang dikehendaki dalam
bidang pendidikan, maka setiap pendidik hendaknya memperhatikan syarat-syarat dalam

7
pemberian reward dan punishment. Syarat pemberian reward yaitu:
a) Untuk member hadiah yang paedagogis perlu sekali guru mengenal betul betul
muridnya
b) Hadiah yang diberikan anak jangan sampai menimbulkan cemburu atau iri hati
anak yang lain
c) Memberikan hadiah hendaknya hemat
d) Jangan memberikan hadiah dengan menjanjikan terlebih dahulu sebelum anak
melakukan sesuatu
e) Pendidik harus berhati-hati memberikan hadiah jangan sampai hadiah yang
diberikan berubah fungsi menjadi upah.
Syarat pemberian punishment adalah :
a) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, dan kasih sayang denagn
harapan semangat belajar.
b) Harus didasarkan pada alasan keharusan.
c) Harus menimbulkan kesan di hati anak.
d) Harus di ikuti dengan pemberian maaf, harapan dan kepercayaan.

E. Kelebihan dan kekurangan Reward dan Funishment


 Kelebihan
 Memacu siswa untuk berkompetisi
 Memotivasi belajar siswa agar dapat berkembang secara maksimal
 Meningkatkan ikatan emosional antara peserta didik dengan guru sehingga
berkembang secara optimal. Dengan kata lain, kesenjangan pengetahuan yang
dimiliki guru dan siswa dapat diperkecil karena adanya interaksi komunikasi
aktif antara siswa dengan guru.
 Bersifat mudah dan menyenangkan, baik bagi guru maupun siswa.
 Bagi siswa yang malas belajar menjadi terpacu untuk ikut berkompetisi.
Setidaknya, motivasi belajar siswa pemalas dapat dikurangi karena adanya unsur
ancaman mendapat hukuman jika tidak mau belajar
 Kekurangan
 Membutuhkan biaya tambahan untuk menyiapkan hadiah bagi siswa yang aktif
dan rajin belajar. (jika reward nya berupa materi)
 Terkadang dapat menjadi beban psikologis tersendiri bagi siswa pemalas dan
memiliki mental lemah. Lebih khusus lagi, bagi siswa yang tidak memiliki rasa
percaya diri yang cukup untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki.
 Pada umumnya metode reward bersifat terfokus pada siswa yang aktif, cerdas,
dan komunikatif dibandingkan dengan siswa-siswi biasa. Bahkan, kadangkala
siswa yang rajin belajar tetapi kurang komunikatif sering kali juga terabaikan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reward dan punishment merupakan metode yang dapat diterapkan dalam mendidik
anak, baik diberikan oleh guru maupun orang tua. Reward atau penghargaan adalah reaksi
pendidikan atas perbuatan baik yang telah dilakukan anak didik. Reward sebagai bentuk
metode dalam memotivasi anak untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan
prestasinya. Reward yang diberikan bersifat menyenangkan perasaan sehingga
menimbulkan keinginan dalam diri anak untuk melakukan hal baik dan lebih baik lagi di
masa yang akan datang, tetapi jangan sampai menebalkan sifat materalisnya. Tanpa
adanya hadiah atau penghargaan, diangga kurang mampu memancing minat anak didik
untuk terlibat program belajar secara aktif. Ganjaran dan hadiah tak mesti mahal, tetapi
bias berupa hiburan, apresiasi melalui kata-kata yang baik atau bentuk penghargaan
lainnya. Berbeda dengan kebalikannya, Punishment atau hukuman juga merupakan
bagian dari pendidikan.
Punishment merupakan sanksi yang diberikan kepada anak ketika melakukan
kesalahan. Hukuman juga diartikan mendidik, tidak membahayakan anak dan bersifat
memberi pelajaran yang bersifat positif sehingga menjadikan anak lebih disiplin,
efektifitas, dan memiliki budaya sekolah yang tertib. Dalam pendidikan Islam pemberian
hukuman secara positif, tidak lain karena ingin memberikan edukasi yang benar terhadap
anak supaya sadar dan bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya, serta tidak
mengulangi lagi kesalahan yang sama. Namun, dalam memberikan hukuman diperlukan
memperhatikan kadar dan bentuknya agar tidak berdampak kurang produktif, malas,
kemarahan dan beban mental anak yang kurang positif bagi perkembangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wasty Soemanti, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2012), h.123


Samsul Nizar dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), h.
84-89
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), h.77
Bambang Nugroho, Reward dan Punishment, (Bulletin Cipta Kerja Departemen Pekerjaan,
2006)
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan pembelajaran, (Yogyakarta: ar-Ruzz
Media, 2010), h.74
Tuhfatul ahwadzu, juz VI, hal. 278
Dewi Yana, Hajidin, Itan Syafiah, Pemberian Reward dan Punishment Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi Siswa Kelas V di SDN 15 Lhokseumawe, Vol. 1, No. 2, Oktober 2016
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar), hal 244-245

10

Anda mungkin juga menyukai