Anda di halaman 1dari 16

ALAT PENDIDIKAN (REWARD AND PUNISHMENT PERSPEKTIF

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM)


Makalah Ini Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Syaifulloh,M.pd.I

Di Susun Oleh:

Siti Nur Suci Lestari 2120150975


Sofia Intan Ardila 2120150961

KELAS LK
SEMESTER IV

INSTITUT AGAMA ISLAM KHOZINATUL ULUM BLORA


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PAI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan taufik serta hidayahNya. Sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan judul Metode Pendidikan Dan Pengajaran dalam Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Islam.
Shalawat dan salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau
hinggga akhir zaman. Yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam
terang benderang bercahayakan iman, islam, dan ihsan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen
Mata Kuliah Filsaafat Pendidikan Islam yang telah mendukung kami hingga
teselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurna apa
yang kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan serta isi
atau materi, kami mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun tidak
langsung, untuk kesempurnaan makalah ini.

Blora, 30 April

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii


Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian reward .............................................................................. 3
B. Pengertian Punishment....................................................................... 5
C. Bentuk-bentuk Reward Dalam Pendidikan Islam .............................. 6

D. Aktivitas Manajemen Pendidik Dan Pendidikan ............................... 8


E. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian Ganjaran (reward) ................ 9
F. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian Hukuman (punishment) ......... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 12
B. Saran................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya
individu yang saling berinteraksi sehingga terjadi proses pembelajaran.
Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran ialah
penggunaan metode yang diterapkan oleh guru maupun orang tua dalam
mendidik. Metode bermakna cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai
tujuan pendidikan. Metode yang bisa digunakan ialah metode hadiah
(reward) dan hukuman (punishment). Menurut teori belajar behavioristik,
hadiah dan hukuman dapat digunakan untuk memperkuat perilaku positif
dan melemahkan perilaku negatif.
Penggunaan metode ini harus diimbangi dengan pemahaman guru
atau orang tua tentang hakikat dan konsep penggunaannya. Akan tetapi
dalam praktik pendidikan masih dijumpai beberapa guru yang kurang
memahami konsep penggunaan metode ini. Pemahaman dan pengetahuan
pendidik tentang konsep pemberian hadiah dan hukuman dirasa masih
sangat rendah. Untuk menambah pengetahuan maka perlu dilakukan upaya
berupa kajian yang lebih mendalam mengenai metode pemberian hadiah
(reward) dan hukuman (punishment) dalam perspektif teori belajar
behavioristik dengan teori stimulus dan responnya serta bagaimana
relevansi konsep tersebut dengan pendidikan Islam. Sehingga dapat
diketahui kesesuaian antara konsep yang ditawarkan oleh ilmuwan barat
dengan pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari reward?
2. Apa pengertian dari punishment?
3. Apa saja bentuk-bentuk Reward dan punishment dalam pendidikan
islam?
4. Apa saja dasar-dasar pertimbangan reward dan punishment?

1
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian tentang reward.
b. Untuk mengetahui pengertian tentan punishment.
c. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk reward dan punishment.
d. Untuk mengetahui dasar-dasar reward dan punishment.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reward
Reward secara etimologi adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau
imbalan. Secara terminologi, reward adalah sebagai alat pendidikan yang
diberikan ketika anak melakukan yang baik atau telah mencapai sebuah
tahap perkembangan tertentu atau target tertentu sehingga anak termotivasi
untuk menjadi lebih baik. Reward merupakan salah satu cara guru dalam
mengapresiasi siswa atas perbuatannya yang patut dipuji. Menurut Mulyasa,
reward adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan terulang kembalinya tingkah laku tersebut. Selain itu menurut
Suharsimi Arikonto, reward merupakan suatu yang disenangi dan digemari
oleh anak-anak yang diberikan kepada siapa yang dapat memenuhi harapan
yakni mencapai tujuan yang ditentukan atau bahkan mampu melebihinya.
(Moh. Zaiful Rosyid:2018:8).

Kelompok yang pro berpendapat bahwa hukuman diperlukan


sebagai instrumen untuk: Memelihara perilaku peserta didik agar tetap
berada pada kebaikan dan merubah perilaku kurang atau tidak baik peserta
didik ke arah perilaku yang baik atau terpuji. Demikianpun, pemberian
ganjaran harus lebih didahulukan dari pada pemberian hukuman.
Reward menurut Echolas dan Shadily (2005), Kata reward berasal
dari Kamus bahasa inggris yang berarti ganjaran atau hadiah. Menurut
Shields (2016) Reward dapat menjadi sesuatu yang berwujud atau tidak
berwujud yang organisasi berikan kepada karyawan baik sengaja atau tidak
sengaja sebagai imbalan atas potensi karyawan atau kontribusi atas
pekerjaan yang baik, dan untuk karyawan yang menerapkan nilai positif
sebagai pemuas kebutuhan tertentu.1
Dalam konteks pemberian ganjaran, seperti hadiah dan
penghargaan, hampir semua kalangan sependapat bahwa hal itu diperlukan
untuk memotivasi peserta didik agar tetap bersemangat dan memiliki
senseofcompetition dalam menampilkan perilaku atau prestasi terbaik yang

1
Abudin ,Pemikiran Pendidikan Islam,Jakarta:Rajawali Pres,2012

3
memungkinkan untuk dicapainya. Namun, dalam konteks hukuman,
pertanyaan di atas memperoleh jawaban pro dan kontra dari kalangan
pemikir dan pendidik Muslim. Ada kalangan yang berpendapat bahwa
hukuman diperlukan dalam pendidikan, sementara sebahagian yang lain
menyatakan bahwa hukuman tidak diperlukan dalam pendidikan. (Al-
Rasyidin:2008:91).
Jenis-jenis reward menurut Ivancevich, Konopaske dan Matteson
dalam Gania (2006) reward dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Penghargaan ekstrinsik (extrinsic reward) adalah suatu penghargaan


yang datang dari luar diri orang tersebut. Yang termasuk dalam
penghargaan ekstrinsik yaitu penghargaan finansial berupa: gaji dan
upah, tunjangan karyawan, bonus/insentif dan penghargaan non
finansial berupa: penghargaan interpersonal dan promosi.

b. penghargaan intrinsik (intrinsic reward) adalah suatu penghargaan yang


diatur oleh diri sendiri. Yang termasuk penghargaan intrinsik yaitu
penyelesaian (completion), pencapaian (achievement), otonomi
(autonomy). (Purbudi Wahyuni:2021:242).

Menurut Ngalim Purwanto juga berpendapat bahwa reward adalah


alat untuk mendidik setiap anak yang berhasil melakukan
kebaikan/prestasi/keberhasilan di setiap aktifitasnya sehari-hari, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Setiap penghargaan
yang diberikan oleh anak tidak harus berwujud materi, namun nilai-nilai
moral yang bersifat positif seperti pujian dan apresiasi juga merupakan
penghargaan untuk anak sehingga anak mengetahui hakikat kebaikan.
Pendidikan yang dilakukan terhadap anak mencakup wilayah yang
komprehensif sehingga anak merasakan kenyamanan dalam belajar secara
akademik maupun memahami arti kehidupan.

Menurut pendapat penulis, reward merupakan suatu hal yang sangat


penting dalam pendidikan atau perusahaan. Reward merupakan suatu

4
bentuk dorongan yang positif, yang dapat diterapkan dalam memotivasi
peserta didik atau karyawan sebagai bentuk untuk meningkatkan prestasi
dan untuk memperbaiki diri ke rah yang lebih baik.

B. Punishment / Hukuman
Dalam pendidikan, hukuman (punishment) merupakan penderitaan
yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh guru kepada siswa karena
yang bersangkutan melanggar tata tertib. Dalam konteks keluarga, yang
bertindak sebagai guru adalah orang tua, sedangkan anak berperan sebagai
murid. Orang tua dalam memberikan hukuman hendaknya merupakan jawaban
atas pelanggaran, selalu bersifat tidak menyenangkan, dan bertujuan ke arah
perbaikan, dan hukuman hanya untuk kepentingan anak itu sendiri. Oleh karena
itu syarat hukuman yang baik dalam kerangka pendidikan adalah: Pertama,
Dapat dipertanggung jawabkan, Kedua, Besifat memperbaiki, Ketiga, Tidak
boleh berupa ancaman dan balas dendam, Keempat, Jangan menghukum kalau
sedang marah, Kelima, Hukuman diberikan dengan penuh kesadaran dan
diperhitungkan, Keenam, Hukuman bersifat individual, Ketujuh, Bukan
hukuman badan, Kedelapan, Tidak merusak hubungan pendidik dengan
terdidik, Kesembilan, Pendidik bersedia memaafkan kesalahan terdidik, dan
Kesepuluh, Hukuman relevan dengan kesalahan. (Rahmat Hidayat:2018:110).
Punishment, menurut Baharuddin & Esa Nur Wahyuni adalah
menghadirkan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin
dihindari untuk menurunkan tingkah laku yang berpengaruh dalam mengubah
perilaku seseorang. Selain itu menurut Malik Fadjar punishment adalah alat
pendidikan yang mengakibatkan penderitaan bagi siswa yang dihukum yang
mengandung motivasi sehingga siswa yang bersangkutan berusaha untuk dapat
selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya agar terhindar dari hukuman.
Ada beberapa metode hukuman, yaitu kuratif, hardikan, dan pukulan
ringan merupakan metode terakhir yang akan diterapkan apabila metode-
metode yang lain yang diterapkan metode lain tidak berhasil dalam
memperbaiki peserta didik dan belum bisa merubah perilaku dan sifat peserta

5
didik secara maksimal. Oleh karena itu, antara metode yang satu dengan
metode yang lain saling melengkapi terhadap kekurangannya, sehingga dapat
mencapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Masing-masing metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Tidak ada salah satu
metode yang paling baik diantara metode-metode tersebut. Semua metode
penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari proses
pembelajaran. (Lilis Romdon Nurhasanah:2021:321).
Menurut Nasih Ulwan, yang perlu diperhatikan orang tua ketika
menghukum anaknya adalah: Pertama, Orang tua jangan terburu-buru
menggunakan metode pukulan atau hukuman kecuali telah mencoba metode
yang lain dan tidak berhasil. Kedua, Orang tua jangan memukul ketika dalam
keadaan marah. Ketiga, Ketika menghukum atau memukul, hindari bagian-
bagian yang peka, misalnya kepala, muka, dada, perut. Keempat, Pukulan
pertama untuk hukuman jangan terlalu keras, pada tangan atau kakinya.
Kelima, Jangan memukul anak sebelum berusia sepuluh tahun. Keenam, Jika
dia berbuat salah baru pertama kali, hendaklah diberi kesempaan untuk
bertaubat. Ketujuh, Memukul anak dengan tangannya sendiri. Kedelapan, Jika
sudah dewasa, boleh memukul lebih dari sepuluh kali sampai jera. (Rahmat
Hidayat:2018:110).2
Berdasarkan Paparan diatas dengan demikian Punishment merupakan
suatu hukuman atau sanksi, juga suatu dorongan yang berbentuk negatif, tetapi
akan menjadi suatu bentuk yang memotivasi apabila diberikan secara tepat dan
bijak.
C. Bentuk-bentuk Reward Dalam Pendidikan Islam
Menurut Paul Haug dalam buku Kompri, Motivasi Pembelajaran
Perspektif Guru dan Siswa bentuk-bentuk reward itu adalah pengakuan,
penghargaan dan pujian. Kebanyakan orang biasa normal menyukai pujian dan
penghargaan atas kerja baik mereka, banyak upaya yang dilakukan orang
dewasa untuk memperoleh penghargaan dan mungkin pujian dari teman atau

2
Rahmat Hidayat, Punishment/hukuman, 2018, hlm. 110

6
relasinya, pujian ditanggapi secara positif, bukan dihindari. Sikap seperti ini
memang sering terjadi, padahal apabila seseorang anak berbuat suatu yang
salah ia sering mendapatkan perlakuan negatif. Dalam buku Kompri, Motivasi
Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, Menurut John Gray dalam bukunya
Children Are From Heaven, menyebutkan bentuk-bentuk reward itu adalah:
dengan memberikan hadiah berupa insentif (uang) yang banyak dilakukan oleh
para orang tua, guru maupun perusahaan karena keberhasilan seseorang dalam
kerja, reward juga dapat berupa benda seperti, gambar bintang atau stiker yang
disukai anak, hadiah yang tidak mengeluarkan biaya adalah pengakuan yang
diberikan terhadap kinerja baik seseorang.
Reward dalam pandangan Islam mempunyai banyak bentuk
sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya seperti yang
diungkapkan oleh Armai Arif yaitu: Pujian yang indah, agar anak lebih
semangat dalam beramal. Imbalan materi atau hadiah, karena pada umumnya
anak-anak sangat termotivasi dalam melakukan sesuatu yang akan
mendatangkan hadiah. Doa, misalnya “semoga Allah SWT. menambah
kebaikan kepadamu”. Tanda penghargaan, hal ini sekaligus menjadi kenang-
kenangan bagi anak-anak dari kebaikan dari yang ia lakukan. Memberikan
wasiat tentang kebaikan anak, sehingga ia merasa bahagia terhadap kebaikan
yang ia lakukan dihargai orang.
Melalui pemberian insentif, hadiah barang, pengakuan akan memberi
anak energi dan perhatian untuk menggapai perhatian orang tuanya. Janji akan
mendapatkan lebih banyak lagi memberi ilham bagi setiap orang, tua maupun
muda, untuk bersikap kooperatif. Menurut Ngalim Purwanto dalam buku Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis , Berikut ini beberapa macam perbuatan atau
sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya yaitu: Guru
mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan Suatu jawaban yang
diberikan oleh seorang anak. Guru memberi kata-kata yang menggembirakan
(pujian). Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Ganjaran yang ditujukan
kepada seluruh kelas sering sangat perlu. Ganjaran dapat juga berupa benda-
benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak.

7
Menurut, Muhammad Said Mursi, mengemukakan beberapa bentuk
penghargaan yang bisa dijadikan sebagai rujukan, yaitu: Memberikan Pujian
didepan orang lain, Hadiah berupa benda, Ungkapan tertentu yang
membangkitkan semangat dan motivasi, Memaafkan kesalahan yang mereka
perbuat, Menulis namanya dalam album kenangan, Tidak menjatuhkan
hukuman kepada anak karena kesalahan temannya, Menambah uang jajannya,
Mengkhususkan sapaan kepadanya, Membebaskannya dari berbagi tugas dan
kewajiban, Memilih dia terlebih dahulu, misalnya dalam kegiatan wisata atau
permainan, anda bisa memulai pemilihan dari orang yang ingin anda buka
hatinya dan rebut simpatinya.

D. Bentuk-bentuk Punishment Dalam Pendidikan Islam


Ada beberapa bentuk-bentuk Punishment yang relevan untuk
diterapkan dalam metode pendidikan, yaitu:
Yang Pertama, Dengan teguran secara langsung, Diriwayatkan dari Umar
bin Abi Salamah r.a., dia berkata , “Waktu kecil aku berada dalam perawatan
Rosulullah, ketika itu tanganku memegang-megang makanan dalam wadah,
maka rosulullah berkata, Nak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan
kananmu, dan makanlah apa yang ada di hadapanmu!”.
Kedua, Dengan teguran dengan tidak langsung, Rosulullah bersabda, Apa
maksudnya orang-orang berkata begini dan begitu? padahal aku sholat dan
duduk, berpuasa dan buka, serta menikahi wanita. Barang siapa yang tidak
menyukai sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.
Ketiga, Menegur dengan cara mencela, Diriwayatkan dari Abu Dzar ra., dia
berkata, “Aku pernah mencela seseorang dengan mencaci ibunya, maka Nabi
berkata kepadaku, ”Wahai Abu Dzar, Apakah engkau telah mencaci ibunya?
sesungguhnya engkau masih memiliki sifat jahiliyah.”
Keempat, Mendidik dengan cara mengisolisir, Ketika seorang murid atau
anak melakukan suatu kesalahan, berarti orang tua atau guru harus
meluruskan kesalahan ini. Diantara cara untuk meluruskan kesalahan adalah,
dengan mengisolasi orang yang bersalah sebagaimana hadist yang

8
diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik bahwa ketika dia tertinggal oleh pasukan
Nabi dalam perang Tabuk, maka Rosulullah telah melarang orang-orang
untuk berbicara dengannya. Itu terjadi selama lima puluh malam.
Kelima, Mendidik dengan cara memukul, Diriwayatkan dari Umar bin
Syuaib, dari bapaknya, Dari kakeknya, sesungguhnya Rosulullah SAW, telah
Bersabda, suruhlah anak-anak kalian sholat pada usia Tujuh tahun, dan
pukullah jika tidak mau sholat pada Umur sepuluh tahun, dan pisahkan dari
tempat tidur.
E. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian Ganjaran (reward)
Meskipun hampir semua pakar dan pendidik muslim sepakat
penggunaan pemberian ganjaran dalam pendidikan, namun mereka
memperingatkan agar para pendidik bersikap hati-hati dalam
implementasinya. Sebab, bila tidak hati-hati pemberian ganjaran itu justru
bias kontra produktif atau tidak tepat sasaran sesuai tujuannya.
Dalam konteks ini, Abdur Rahman Shalih Abdullah bahkan
mengharuskan agar setiap pendidik terlebih dahulu mencapai predikat
‘alim sebelum mereka memberikan ganjaran kepada peserta didiknya.
Pemberian ganjaran kepada peserta didik perlu memperhatikan beberapa hal
berikut : Pertama, Berikan ganjaran atas perbuatan atau prestasi yang dicapai
peserta didik, bukan atas dasar pribadinya, Kedua, Berikan penghargaan yang
sesuai atau proporsional dengan prilaku atau prestasi yang diraih peserta
didik, Ketiga, Sampaikan penghargaan untuk hal-hal yang positif, tetapi
jangan terlalu sering, Keempat, Jangan memberikan penghargaan disertai
dengan ungkapan membending-bandingkan seorang peserta didik dengan
orang lain, Kelima, Pilihlah bentuk penghargaan yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
F. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian Hukuman (punishment)
Dalam perspektif falsafah Pendidikan Islam, hukuman pada dasarnya
adalah instrument untuk: Pertama, memelihara fithrah peserta didik agar
tetap suci, bersih dan bersyahadah kepada Allah Swt. Kedua, membina
kepribadian pesrta didik agar tetap istiqamah dalam berbuat kebijakan (amal

9
al-shalihat) dan berakhlak al-karimah dalam setiap perilaku atau
tindakan. Ketiga, memperbaikai diri peserta didik dari berbagai sifat dan amal
tidk terpuji (amal al-syai’at) yang telah dilakukannya.
Berdasarkan hal itu, maka para pakar Pendidikan Islam sepakat bahwa
hukuman tidak diperlukan manakala masih ada instrumen lain yang bisa
digunakan untuk memelihara fitrah peserta didik agar tetap beriman atau
bersyahadah kepada Allah Swt. Kedua, membina kepribadian pesrta didik
agar tetap istiqamah dalam berbuat kebijakan (amal al-shalihat) dan
berakhlak al-karimah dalam setiap perilaku atau
tindakan. Ketiga, memperbaikai diri peserta didik dari berbagai sifat dan amal
tidk terpuji (amal al-syai’at) yang telah dilakukannya.
Berdasarkan hal itu, maka para pakar Pendidikan Islam sepakat bahwa
hukuman tidak diperlukan manakala masih ada instrumen lain yang bisa
digunakan untuk memelihara fitrah peserta didik agar tetap beriman atau
bersyahadah kepada Allah SWT. Hukuman baru diperlukan dan bisa
dilaksanakan ketika diyakini bahwa hampir tidak ada lagi instrumen lain yang
bisa digunakan untuk memelihara, membina atau menyadarkan anak didik
dari kesalahan yang telah dilakukannya.
Seorang pendidik harus memperhatikan beberapa kaedah berikut ini:
Yang Pertama, Jangan sekali-kali menghukum sebelum pendidik berusaha
sungguh-sungguh melatih, mendidik, dan membimbing anak didiknya
dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang baik.
Kedua, Hukuman tidak boleh dijalankan sebelum pendidik
menginformasikan atau menjelaskan konsekuensi logis dari suatu perbuatan.
Ketiga, Anak tidak boleh dihukum sebelum pendidik memberikan peringatan
pada mereka.
Keempat, Tidak dibenarkan menghukum anak sebelum pendidik berusaha
secara sungguh-sungguh membiasakan mereka dengan prilaku yang terpuji.
Kelima, Hukuman belum boleh digunakan sebelum pendidik memberikan
kesempatan pada anak didiknya untuk memperbaiki diri dari kesalahan yang
telah dilakukannya.

10
Keenam, Sebelum memutuskan untuk menghukum, pendidik hendaknya
berupaya menggunakan mediator untuk menesehati atau merubah perilaku
peserta didik.
Ketujuh, Setelah semua hal diatas dipenuhi, maka seorang pendidik baru
dibolehkan menghukum peserta didik dan itupun dengan beberapa catatan:
Jangan menghukum ketika marah, Jangan menghukum karena ingin
membalaskan dendam atau sakit hati, Hukuman harus sesuai dengan tingkat
kesalahan, Hukumlah pesrta didik secara adil, jangan pilih kasih atau berat
sebelah, Jangan memberi hukuman yang dapat merendahkan harga diri atau
martabat peserta didik.3

3
Salminawati, Dasar-Dasar Pertimbangan Pemberian Hukuman/Punishment, 2011, hlm. 165.

11
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dunia pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan zaman dan perkembangan peradaban manusia. Pandangan
filosofis tentang manusia mengilhami model pendidikan yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran. Pandangan yang holistik mengenai
hakikat manusia kemudian memunculkan konsep pendidikan humanistik
yang secara mendasar bertujuan untuk menciptakan
Reward adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulang kembalinya tingkah laku tersebut.
Ngalim Purwanto juga berpendapat bahwa reward adalah alat untuk
mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan
atau pekerjaan-pekerjaannya mendapat penghargaan. Sedangkan menurut
Nugroho, reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan yang
bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat usahanya untuk memperbaiki
atau meningkatkan kinerja yang telah dicapai.
Sedangkan punishment, menurut Baharuddin & Esa Nur Wahyuni
adalah menghadirkan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi
yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku yang berpengaruh
dalam mengubah perilaku seseorang. Selain itu menurut Malik Fadjar
punishment adalah alat pendidikan yang mengakibatkan penderitaan bagi
siswa yang dihukum yang mengandung motivasi sehingga siswa yang
bersangkutan berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya
agar terhindar dari hukuman.
B. Saran
kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna seperti apa
yang temanteman harapkan. Untuk itu, jika terdapat kesalahan atau
kekeliruan baik dalam pengetikan maupun dari presentasinya, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saransarannya dari teman-teman sekalian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abudin ,Pemikiran Pendidikan Islam,Jakarta:Rajawali Pres,2012

Hidayat,Rahmat, Punishment/hukuman, 2018.

Salminawati, Dasar-Dasar Pertimbangan Pemberian Hukuman/Punishment, 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai