Anda di halaman 1dari 5

BHINNEKA TUNGGAL IKA

A. Pengantar

Kelahiran suatu bangsa memiliki karakteristik, sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-
sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran bangsa tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran bangsa Indonesia meliputi (1) faktor
obiektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis, (2) faktor subjektif, yaitu
faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang


beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia
Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan
kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut
mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasya,
melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai
faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara, beserta
identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di Indonesia
pada awal abad XX.

B. Asal usul Bhinneka Tunggal Ika

Seloka 'Bhinneka Tunggal Ika' yang melambangkan realitas bangsa dan negara Indonesia
yang tersusun dari berbagai unsur rakyat (bangsa) yang terdiri atas berbagai macam, suku,
adat-istiadat, golongan, kebudayaan dan agama, serta wilayah yang terdiri atas beribu-ribu
pulau menyatu menjadi bangsa dan negara Indonesia. Secara filolofis istilah seloka itu
diambil dari bahasa Jawa-kuno, berasal dari zaman kerajaan Keprabuan Majapahit yang
zaman keemas-annya di bawah kekuasaan Prabu Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada
(1350-1364).

Sesanti atau Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh Mpu Tantular,
pujangga agung kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada abad
XIV (1350-1364). Sesanti tersebut terdapat dalam karyanya “kakawin sutasoma” yang
berbunyi “bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa”, yang artinya “berbeda-beda,
tak ada pengabdian yang mendua”. Kutipan tersebut berasal dalam pupuh 139, bait 5
kakawin sutasoma:
Jawa Kuno Alih Bahasa Indonesia
Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wisma Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat
yang berbeda
Bhinneka rakwa ring apan Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakan
bisa dikenali?
Kena parwanosen, Mangkang Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah
tunggal
Jinata kalawan Siwatatwa Tunggal Terpecah belah itu, tetapi satu jualah itu

Binneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa Tidak ada kerancuan dalam kebenaran

C. Dasar Hukum Bhinneka Tunggal Ika

Dalam hubungan dengan lambang Negara Garuda Pancasila yang di dalamya terdapat
seloka Bhinneka Tunggal Ika telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal 36A disebutkan bahwa Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pasal tersebut merupakan dasar yuridis
konstitusional sekaligus merupakan pengakuan dan penegasan secara yuridis formal dan
resmi oleh negara tentang penggunaan simbol-simbol tersebut sebagai jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada 1951 semboyan Bhinneka Tunggal Ika
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai semboyan resmi negara melalui Peraturan
Pemerintah No. 66 Tahun 1951 yang menetapkan bahwa sejak 17 Agustus 1950 Bhinneka
Tunggal Ika ditetapkan sebagai semboyan negara.

D. Prinsip dan Nilai Bhinneka Tunggal Ika


1. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
a) Pembentuk kesatuan dari keanekaragaman, tidak terjadi pembentukan konsep baru
dari keanekaragaman bangsa indonesia. Contoh: terdapat keanekaragaman agama
dan kepercayaan, namun bhinneka tunggal ika tidak dimaksudkan untuk
membentuk agama baru. Setiap agama diakui seperti apa adanya.
b) Tidak bersifat eksklusif, akan tetapi bersifat inklusif. Hal ini bermakna bahwa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak boleh merasa paling benar.
Golongan mayoritas tidak boleh memaksakan kehendaknya pada golongan
minoritas.
c) Tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan perilaku semu. Bhinneka
tunggal ika dilandasi sikap saling percaya, saling menghormati, saling mencintai,
dan rukun.
d) Bersifat konvergen, artinya perbedaan yang terjadi dalam keragaman tidak untuk
dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temunya dalam bentuk kesepakatan bersama
yang dilandasi sikap toleran, inklusif, akomodatif dan rukun.

2. Nilai Inti Bhinneka Tunggal Ika


a) Nilai keberagaman etnis dan ras (kemampuan masyarakat dalam
berinteraksi/kerjasama, keramahan, dan perhatian dalam bidang ekonomi, sosial,
dan budaya)
b) Nilai keanekaragaman inklusifitas (meninggalkan ego dari masing-masing
kelompok sara)
c) Nilai kesadaran budaya multikultural (penerimaan terhadap budaya lain dalam
rangka menghargai serta melestarikan budaya dari setiap suku bangsa yang ada)
d) Membangun sikap sensitifitas gender (menghargai dan menempatkan jenis kelamin
dengan persamaan hak dan kewajiban)
e) Membangun nilai toleransi (sikap menghargai terhadap perbedaan)

Di samping itu, nilai lainnya menurut Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia
(2011):

a) Nilai toleransi, yaitu sikap untuk mau memahami orang lain sehingga komunikasi
dapat terjalin dengan baik
b) Nilai keadilan, yaitu sikap untuk menerima haknya dan tidak mau mengganggu hak
orang lain
c) Nilai gotong royong, yaitu sikap untuk bekerjasama atau membantu agar sama-
sama mencapai tujuan

E. Fungsi dan Kedudukan Bhinneka Tunggal Ika


1. Pendorong lahirnya nasionalisme Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi satu juga, artinya meskipun bangsa
dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudavaan
dan adat-istiadat yang bermacam-macam seta beranekaragam kepulauan wilayah negara
Indonesia, namun merupakan suatu persatuan, yaitu bangsa dan negara Indonesia.

2. Penyemangat untuk membangun Indonesia yang lebih maju

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Setiap warga negara dapat menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

3. Benteng persatuan bangsa dan negara Indonesia di era globalisasi

Bhinneka tunggal Ika selamanya akan tetap relevan bagi kehidupan bernegara di
Indonesia. Adanya globalisasi harus dihadapi secara selektif dengan mengedepankan rasa
persatuan bangsa Indonesia dalam kerangka bingkai Bhinneka Tunggal IKa.

F. Ancaman Terhadap Bhinneka Tunggal Ika


1. Ancaman dalam negeri
a. Disintegrasi bangsa melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentiment
kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat.
b. Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran
HAM yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru hara/kerusuhan massa.
c. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrem atau
tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
d. Potensi konflik antar kelompok/golongan baik perbedaan pendapat dalam
masalah politik, maupun akibat masalah SARA.
e. Makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional.
2. Ancaman luar negeri
Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990-an, ketegangan
regional di dunia umumnya dan di kawasan Asia Tenggara khususnya dapat
dikatakan berkurang. Meskipun mash terdapat potensi konflik perbatasan
khususnya di wilayah Laut Cina Selatan seperti sengketa Kepulauan Spratly yang
melibatkan beberapa negara di kawasan tersebut, namun diperkirakan semua
pihak terkait tidak akan menyelesaikan masalah tersebut melalui kekerasan
bersenjata. Dapat dikatakan bahwa ancaman dalam bentuk agresi dari luar relatif
kecil.
Potensi ancaman dari luar tampakya akan lebih berbentuk upaya
menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda,
peredaran narkoba, film-film tidak bermoral atau berbagai kegiatan kebudayaan
asing yang memengaruhi bangsa Indonesia, terutama generasi muda, dan merusak
budaya bangsa. Potensi ancaman lainnya adalah dalam bentuk "penjarahan"
sumber daya alam melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol
sehingga merusak lingkungan, seperti illegal loging, illegal
fishing, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai