Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENDIDIKAN
PANCASILA

Disusun Oleh:
Putry Anggreni (D1B122042)
Nesty Paays (D1B122064)
Anwar Seknun (D1B122066)
Hera Firna
Trivena
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah dan rahmat dan
karunianya kepada kami sehingga kami dapat melesaikan makalah yang berjudul ”Pendidikan
Pancasila” ini dengan lancar.penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah “Pendidikan Pancasila” juga kepada rekan-
rekan sekelompok atas kerja samanya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik kami
berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
BAB II. PEMBAHASAN
Pengertian Bhineka Tunggal Ika
Secara harfiah Kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Bhinneka
Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetap satu jua.  Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan
bangsa Indonesia dan tertulis di dalam lambang Garuda Pancasila.Konsep Bhinneka Tunggal Ika
sendiri diambil dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan
majapahit di sekitar abad ke-14 M.Secara etimologi kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal
dari bahasa Jawa Kuno yang jika dipisah menjadi Bhinneka memiliki makna ragam atau
beraneka, Tunggal adalah satu, dan Ika adalah itu.Sehingga arti Bhinneka Tunggal Ika adalah
berbeda-beda tetap satu jua. Maknanya, dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia mengakui
realitas bangsa yang majemuk (suku, bahasa, agama, ras, golongan dll) namun tetap menjunjung
tinggi persatuan. I Nyoman Pursika (2009) dalam jurnal Kajian Analitik Terhadap Semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan
keseimbangan antara cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri
keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan.Bhinneka Tunggal Ika
merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara
keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau
antara pluralisme dan monisme.

Sejarah Bhineka Tunggal Ika

Membahas perihal semboyan tanah air anda Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah
memiliki makna ‘Beraneka satu itu’. Semboyan ini tanpa anda sadari sudah melekat
pada diri kita setiap sejak diperkenalkan di bangku sekolah maka sejak tersebut pula
‘Bhinneka Tunggal Ika’ tak melulu sekadar semboyan tetapi sudah menjadi pemersatu
jiwa putra dan putri bangsa ini.

Bhinneka Tunggal Ika adalahsebuah karya sastra agama atau kakawin Jawa kuna
yakni kakawin Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular, seorang bujangga yang
hidup pada abad ke-14 di masa kerajaan Majapahit dibawah dominasi Prabu
Rajasanagara atau Raja Hayam Wuruk. Sepenggal kalimat itu pada mulanya ialah
bentuk rasa toleransi dari seorang Mpu Tantular yang adalahpenganut Buddha
Tantrayana yang hidup dilingkungan kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Siwa.

Berikut ialah kutipan yang berasal dari kakawin Sutasoma pada pupuh 139, bait 5:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,


Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Yang memiliki makna :


Konon Buddha dan Siwa adalahdua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, namun bagaimanakah dapat dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa ialah tunggal

Terpecah belahlah itu, namun satu jugalah itu. Tidak terdapat kerancuan dalam
kebenaran.

 Lingkungan kerajaan Majapahit dikenal mempunyai ragam masyarakat yang


majemuk disaksikan dari keyakinan yang dianut dan orientasi bangunan berupa
candi.Masyarakat tidak melulu menganut agama Hindu dan Buddha tetapi pun
ada yang memuja roh-roh leluhur. Masyarakat di lingkungan kerajaan Majapahit
saat tersebut terbagi menjadi :
 Golongan kesatu : ialah orang-orang yang beragama Islam yang datang dari
barat dan bermukim di Majapahit.
 Golongan kedua : ialah orang-orang Cina yang berasal dari Canton, Chang-chou
dan Ch’uan-chou yang letaknya di Fukien yang lantas hijrah dan tinggal di sini.
Sebagian besar dari mereka lantas memeluk agama Islam dan menyiarkan
agama tersebut.
 Golongan ketiga : ialah penduduk asli yang berlangsung tanpa alas kaki,
rambutnya digelung di atas kepala. Mereka percaya sepenuhnya untuk roh-roh
leluhur.

Mpu Tantular yang namanya memiliki makna ‘Teguh Pendirian’ ini disebutkan dalam
kitab berjudul ‘Meluruskan Sejarah Majapahit’ karya Irawan Joko Nugroho, ialah sosok
yang tersingkap pada agama beda terlebih agama Hindu-Siwa. Ia mempunyai
pandangan mengenai hakikat nilai-nilai agama secara luas atau universal. Hal itu tidak
melulu diketahui melewati kakawin Sutasoma miliknya yang familiar tetapi pun kakawin
karangannya yang lain yaitu kakawin Arjunawijaya.

Pada masanya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi doktrin untuk para pengikut
Buddha dan Hindu-Siwa pada saat tersebut hingga dipercayai pula bahwa semboyan
itu adalahhasil pemikiran yang begitu berkilauan dari Mpu Tantular sampai kerajaan
Majapahit dapat menyatukan Nusantara kala itu.

Bhinneka Tunggal Ika dalam sehelai pita yang dicengkram sang Garuda menurut
rancangan karya Sultan Hamid II (1913-1978) kesatu kali resmi dipakai dalam sidang
kabinet Republik Indonesia Serikat pada 11 Februari 1950. Salah satu figur founding
fathers yaitu Muh. Yamin, ialah tokoh yang kesatu kali menggagas pemakaian kata
Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara untuk Presiden Soekarno. Beliau
mempercayai bahwa karya Mpu Tantular itu sangat sesuai dan relevan guna
diimplementasi dengan kehidupan pada ketika itu. Bukan melulu perihal perbedaan
keyakinan melainkan pun perbedaan sudut pandang ideologi, suku, ras, etnik, dan
golongan. Ketika sidang BPUPKI dilangsungkan pada bulan Mei-Juni 1945. Muh.
Yamin sejumlah kali melafalkan kalimat ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Berdasarkan
keterangan dari I Made Prabaswara, Muh.Yamin adalahtokoh Bahasa dan kebudayaan
yang mempunyai ketertarikan tersendiri dengan hal-hal yang bersangkutan dengan
Majapahit.
Ketika tengah melafalkan sendiri kalimat akan semboyan Negara itu, I Gusti Bagus
Sugriwa yang berasal dari Buleleng tiba-tiba saja menyambung kalimat ‘Bhinneka
Tunggal Ika’ dengan kalimat ‘Tan Hana Dharma Mangrwa’ yang memiliki makna ‘Tidak
Ada Kerancuan dalam Kebenaran’. Lagi-lagi berkat kalimat yang dibacakan I Gusti
Bagus Sugriwa tersebut, pulang dapat diperlihatkan bahwa karya sastrawan seorang
pengikut Buddha bisa diterima di lingkungan masyrakat yang minoritas pengikut Hindu.
Mengingatkan anda kembali mengenai bagaimana toleransi kehidupan pada masa
kerajaan Majapahit yang terus ada sampai saat ini. ‘Tan Hana Dharma Mangrwa’ juga
dijadikan sebagai moto Lembaga Pertahanan Nasional.

Sebelum diusulkan menjadi semboyan Negara. ‘Bhinneka Tunggal Ika’ pada tahun
1888 oleh Prof. Kerf diselidiki lalu ditabung di perpustakaan Leiden, Belanda. Sang
semboyan Negara juga telah melewati perjalanan panjang, mulai dari tahun 1928 saat
berikrarnya ‘Sumpah Pemuda’ inilah ini :

Sumpah Pemuda
Kami putra dan putri Indonesia menyatakan bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menyatakan berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Diikrarkannya Sumpah Pemuda yang menjadi di antara bukti perilaku yang menyokong adanya
persatuan dan kesatuan bangsa dengan rasa bangga mempunyai tanah air Indonesia. Layaknya suatu
keajaiban. Disaat bangsa ini tengah dipersiapkan dan membutuhkan sesuatu sebagai ‘Identitas’maka
tanpa anda sadari semenjak berabad-abad yang kemudian ‘Bhinneka Tunggal Ika’ sudah ada. Terlahir
dari buah pemikiran seseorang cendekiawan yang hebat.

Bhinneka Tungga Ika memiliki makna tersirat dan tersurat yang mengindikasikan bahwa bangsa
Indonesia mengakui, mencintai, dan menghargai adanya keanekaragaman jauh sebelum sebelum nama
Indonesia tersebut sendiri ada.Keanekaragaman sendiri bukanlah pemicu kehancuran, keretakan, dan
ketegangan, melainkan ialah alat pemersatu bangsa. Persatuan dan kesatuan bangsa yang bisa terwujud
bilamana kita melakoni apa yang tersirat dan tersurat dalam semboyan bangsa ini.

Prinsip Bhineka Tunggal Ika


1. Common Denominator

Di Indonesia terdapat lima jenis agama yang berbeda. Maka dalam agama-agama ini harus dicari
common denominatornya atau mencari persamaan sehingga rakyat mampu hidup bersama dalam
perbedaan tersebut.Bukan hanya aspek agama saja, namun juga aspek lain yang memiliki persamaan di
Indonesia. Semua perbedaan tersebut dicari persamaannya dan disatukan ke dalam bingkai NKRI.

2. Tidak Bersifat Formalistis

Melakukan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an tidak bersifat formalistis atau menunjukan perilaku semu dan
kaku. Namun sifat dari Bhinneka Tunggal Ika adalah universal dan menyeluruh.Dengan rasa universal
yang didasari rasa hormat, rukun, saling percaya satu dengan yang lain maka akan muncul kedamaian
dan keanekaragaman dapat disatukan.
3. Tidak Bersifat Enklusif

Bhinneka Tunggal Ika bersifat Inklusif bukan Enklusif, yang berarti segala kelompok masyarakat di
Indonesia harus saling memiliki rasa persaudaraan, kelompok yang memiliki strata yang berbeda
diperlakukan dalam posisi yang sama atau berdampingan satu dengan yang lain.Kelompok mayoritas
juga tidak berhak untuk memaksakan kehendak kepada kelompok minoritas.

4. Bersifat Konvergen

Sikap yang ditunjukan oleh Bhinneka Tunggal Ika adalah sifat konvergen dan bukanlah divergen.
Sehingga apabila terjadi perasalahan akibat dari keanekaragaman haruslah dicari titik temunya yang
dapat membuat segala macam bentuk kepentingan menjadi satu.

Implementasi Bhinneka Tunggal Ika


Implementasi atau penerapan Bhinneka Tunggal Ika dapat dicapai jika seluruh rakyat Indonesia dapat
mematuhi prinsip-prinsip yang sudah disebutkan diatas.Bila kita jabarkan lagi maka yang harus dilakukan
rakyat Indonesia agar Bhinneka Tunggal Ika bisa berjalan adalah :

1. Mementingkan Kepentingan Bersama

Dengan mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan untuk pribadi atau kelompoknya
dapat membuat segala komponen masyarakat merasa senang dan juga puas. Karena masing-masing
kelompok memiliki peranan masing-masing dalam kehidupan.

2. Mengakomodasi sifat Prulalistik

Indonesia memang merupakan negara yang plural terbesar di dunia. Namun dengan keadaan tersebut
maka sangat dimungkinkan untuk terjadi perpecahan.Untuk itu saling toleran dan menghormati satu
dengan yang lain, saling mencintai dan menyayangi menjadi sesuatu yang wajib untuk dilakukan seluruh
warga Indonesia agar tercipta kedamaian dalam bermasyarakat.

3. Tidak Mencari Kemenangan Untuk Diri Sendiri

Setiap orang memang memiliki pendapatnya masing-masing. Namun untuk mencapai ke-Bhinneka-an
maka setiap orang harus saling menghormati pendapat orang lain.
Jangan memperbesar perbedaan pendapat yang ada karena malah tidak menemukan titik temu untuk
menyelesaikan konflik.

4. Musyawarah untuk Mufakat

Perbedaan antara kelompok dan individu memang harus dicari solusinya dengan melakukan suatu
musyawarah. Prinsip common denominator atau mencari kesamaan harus diterapkan dalam hal
ini.Sehingga kesepakatan yang nantinya diambil mencapai mufakat antara kelompok maupun pribadi.

5. Dengan Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban

Dengan menggunakan rasa kasih sayang dan rela berkorban untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari maka akan menjauhkan rasa benci, dengki dan iri antara kelompok atau individu. Sehingga
menjauhkan dari konflik dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai