Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SEMBOYAN NEGARA

(Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila)

Dosen Pengampu : Dr. Tusriyanto, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1. Nabita Deassy Sabilla (2301070020)

2. Sumita Novera Hairisah (2301070030)

PRODI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (TIPS)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum wr.wb

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr. Tusriyanto, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila
telah memberi kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini, adapun tema dari
makalah ini yaitu “BHINEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SEMBOYAN NEGARA”.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila, dengan pembahasan
mengenai Bhineka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara sehingga pembaca dapat mengetahui
ilmu dan manfaat dari pancasila, selanjutnya dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya yang akan datang.
Kami selaku penulis mohon maaf apabila ada kesalahan kata yang kurang berkenan.

Wassalamu’allaikum wr.wb

Metro, 10 November 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Masalah..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

A. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika...........................................................


B. Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks Indonesia..............................
C. Keanekaragaman Bangsa Indonesia..................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara Indonesia yang menekankan
komposisi pada keanekaragaman suku bangsa, bahasa, ras, etnis, kebudayaan maupun
agama. Bhineka Tunggal Ika mengidentifikasikan bahwa meskipun beraneka ragam tetapi
tetap satu juga yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga jadi
semboyan bangsa Indonesia dalam persatuan maupun kesatuan. Bhineka Tungga Ika
sebagai upaya pemersatu diantara berbagai keanekaragaman yang ada pada masyarakat
Indonesia diantaranya beraneka ragam dalam suku, ras, budaya, bahasa, maupun agama
yang diatur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Bhinneka Tunggal Ika menjadi pedoman dan acuan bagi warga negara Indonesia
sebagai pemersatu dalam persatuan dan kesatuan NKRI. Pada semboyan ini masyarakat
akan dihadapkan dalam berbagai konflik atau pemersalahan diantara warga negaranya.
Hal itu terlihat dalam berbagai konflik yang diungkapkan oleh Irwan Abdullah dengan
judul Bhinneka Tunggal Ika dalam keragaman budaya Indonesia yang dijelaskan bahwa
terdapat berbagai kegagalan penerapan semboyan Bhinneka tunggal Ika sebagai
semboyan negara.

Konflik baik antar individu maupun antar kelompok, itu biasa terjadi karena
adanya perbedaan, seperti: pendirian, pendapat, etnis, budaya, kepentingan, dan lain-lain.
Masyarakat itu bersifat dinamik. Dinamika dan perubahan sosial menyebabkan terjadinya
perubahan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat. Terdapat berbagai macam akar
masalah konflik meliputi sikap cemburu, ada masalah sosial, sikap benci, tidak puasan
batin, kekuasaan, dan emosi manusia yang menyebabkan konflik. Hal itu semua perlunya
penerapan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan masyarakat agar terjadi
keselarasan dalam hidup sesuai dengan UUD 1945 yang berlaku.

Dalam sebuah kehidupan masyarakat, konflik merupakan hal yang sulit


terhindarkan karena selalu berhadapan dengan masalah, bahkan sering terjadi
dimasyarakat yang dikarenakan adanya konsep, ide yang berlawanan atau berbeda.
Konflik biasanya terjadi pada siapa saja baik individu, kelompok, yang memiliki
kepentingan dan tujuan berbeda terkadang berbenturan pebedaan pendapat sehingga
timbulah konflik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Sejarah Bhinneka Tunggal Ika?
2. Bagaimana Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks Indonesia?
3. Apa Keanekaragaman bangsa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, berikut merupakan tujuan dari penulisaan makalah
ini :
1. Untuk mengetahui sejarah Bhinneka Tunggal Ika
2. Untuk mengetahui Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks Indonesia
3. Untuk mengetahui keanekaragaman bangsa indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika


Semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang,
yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Semboyan Bhineka Tunggal
Ika dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan
Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka Tunggal Ika ini dilakukan oleh Mpu
Tantular dalam kitab Sutasoma.
Perumusan semboyan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam
usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan
sehubungan usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Semboyan Negara Indonesia
ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa
kemerdekaan. Bhineka Tunggal Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia1.
Dalam kitab Sutasoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada
perbedaan dalam hal kepercayaan dan keanekaragaman agama yang ada di kalangan
masyarakat Majapahit. Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
konsep Bhineka Tungggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi
fokus, tapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara
memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat istiadat), beda
pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan
Nusantara.
Jika diuraikan kata per kata, Bhineka berarti Berbeda, Tunggal berarti Satu, dan
Ika berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada
hakekatnya satu. Dengan kata lain, seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju
tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia.

1
Melaningrum Andarwati. Menguatkan Karakter Bhinneka Tunggal Ika melalui pembelajaran Sejarah di kelas.
Malang. 2017.
Berbicara mengenai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan secara resmi
menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
1951 pada 17 Oktober 1951 dan di-Undang-kan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang
Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia
berlandaskan pada pandangan yang sama, yaitu pandangan mengenai semangat rasa
persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara.
Sementara itu, semboyan “Tan Hana Darma Mangrwa dipakai sebagai motto
lambang Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). Makna dari semboyan itu adalah
“Tidak ada kebenaran yang bermuka dua”. Namun, Lemhanas kemudian mengubah
semboyan tersebut mejadi yang lebih praktis dan ringkas, yaitu “Bertahan karena benar”.
Makna “Tidak ada kebenaran bermuka dua” sebenarnya memiliki pengertian agar
hendaknya manusia senantiasa berpegangan dan berlandaskan pada kebenaran yang satu.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa adalaha
ungkapanyang meamaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan pada Majapahit. Tidak
hanya Siwadan Budha, tapi juga seajumlah aliran (sekte) yang sejak awal telah dikenal
lebih duku sebagian besar anggota masyarakat Majapahit yang memiliki sifat majemuk 2.
Sehubungan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, cikal bakal dari Singasari,
yakni pada masa Wisnuwardhana sang dhinarmeng ring Jajaghu (Candi Jago), semboyan
tersebut dan Candi Jago disempurnakan pada masa Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu,
kedua simbol tersebut lebih dikenal sebagai hasil peradaban masa Kerajaan Majapahit.
Dari segi agama dan kepercayaan, masyarakat Majapahit merupakan masyarakat yang
majemuk. Selain adanya beberapa aliran agama dan kepercayaan yang berdiri sendiri,
muncul juga gejala sinkretisme yang sangat menonjol antara Siwa dan Budha serta
pemujaan terhadap roh leluhur. Namun, kepercayaan pribumi tetap bertahan. Bahkan,
kepercayaan pribumi memiliki peranan tertinggi dan terbanyak di kalangan mayoritas
masyarakat.

2
H.A.R Tilaar. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pada saat itu, masyarakat majapahiat terbagi menjadi beberapa golongan.
Pertama, golongan orang-orang Islam yang datang dari barat dan menetap di Majapahit.
Kedua, golongan orang-orang China yang mayoritas beasal dari Canton, Chang-chou,
dan Fukienyang kemudian bermukin di daerah Majapahit.
Namun, banyak dari mereka masuk agama Islam dan ikut menyiarkan agama
Islam. Ketiga, golongan penduduk pribumi. Penduduk pribumi ini jika berjalan tidak
menggunakan alas kaki, rambutnya disanggul di atas kepala. Penduduk pribumi
sepenuhnya percaya pada roh-roh leluhur.

B. Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks Indonesia


Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), makna Bhinneka
Tunggal Ika adalah sebagai pemersatu bangsa. Dilansir dari buku Keragaman dalam
Dinamika Sosial Budaya Kompetensi Sosial Kultural Perekat Bangsa, semboyan
Bhinneka Tunggal Ika hendaknya dijadikan landasan kehidupan bermasyarakat. Agar
Indonesia menjadi bangsa yang kokoh dan bersatu selamanya. Sebab itu, hendaknya
masyarakat Indonesia menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan dalam
kehidupannya.
Dikutip dari buku Pendidikan Multikultural: Strategi Mengelola Keberagaman
disekolah, semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Demi
menjaga keutuhan NKRI, masyarakat Indonesia hendaknya memahami makna
kebhinekaan. Artinya perbedaan yang ada seharusnya tidak menjadi pemecah, melainkan
mempersatukan berbagai perbedaan.
Makna Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) adalah Indonesia merupakan negara yang majemuk, tetapi tetap satu
sebagai bangsa Indonesia. Negara Indonesia dikatakan majemuk karena penduduknya
berasal dari berbagai latar belakang. Walau begitu, kemajemukan ini tidak seharusnya
menjadi jurang pemisah bagi masyarakat Indonesia. Sebaliknya, kondisi masyarakat yang
majemuk ini menjadikan Indonesia kaya dan menyatu dalam keberagaman. Guna
menyikapi kondisi yang majemuk ini, masyarakat Indonesia hendaknya saling
menghormati, menghargai, dan selalu menjadikan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat.
Arti dari Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks persatuan bangsa Indonesia adalah
bahwa meskipun Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki
kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda, namun keseluruhannya tetap
merupakan satu persatuan. Ini dijelaskan dalam PP No. 66 tahun 1951, yang pada tanggal
17 oktober 1951 dan diterbitkan dalam lembaran No. II tahun 1951, yang menjelaskan
bahwa persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia tetap terjaga meskipun ada
perbedaan-perbedaan yang ada3.
Proses perkembangan dan persatuan bangsa yang dikendalikan oleh kekuasaan
idealis akan menghasilkan suatu negara yang ideal tetapi tidak sesuai dengan realitas
bangsa dan negara. Oleh karena itu, prinsip-prinsip nasionalisme di Indonesia harus
merupakan suatu sintesa yang seimbang dari hal-hal yang berifat fisik dan idealis, yang
sesuai dengan hakikat manusia yang memiliki beagam aspek. Hal ini sesuai dengan
Pancasila, yang mengakui hakikat manusia yang beragam.
Dalam perkembangan nasionalisme didunia, terdapat berbagai teori, salah satunya
yaitu teori Hans Khon yang menyatakan bahwa nasionalisme terbentuk dari persamaan
Bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara, dan kewarganegaraan. Bangsa Indonesia
tumbuh dan berkembang melalui analisis akar-akar yang terbentuk melalui jalannya
sejarah.
Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat dan
kebudayaan yang berbeda-beda serta wilayah negara Indonesia yang terdiri dari ribuan
pulau. Oleh karena itu, keanekaragaman itu bukanlah suatu yang bertentangan, tetapi
justru merupakan sumber daya dai persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam kenyataan objektif, perkembangan nasionalisme Indonesia telah dibentuk
dalam sejarah yang berakar dalam adat-istiadat kebudayaan. Arti dari paragraf tersebut
adalah bahwa prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) terdiri dari
komponen yang saling terkait, diantaranya:
1. Kesatuan sejarah

3
Dinarti, Novi Suci, Dinie Anggraeni Dewi, and Yayang Furi Furnamasari. Meningkatkan Integrasi Nasional
melalui Implementasi Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika. Jurnal Pendidikan Tambusai 5.3 (2021): 7890-7899.
Bahwa bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam sebuah proses sejarah yang
sama.
2. Kesatuan Nasib
Bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia berada dalam proses sejarah yang sama dan
mengalami nasib yang sama dalam penderitaan dibawah penjajahan dan kebahagiaan
bersama setelah kemerdekaan.
3. Kesatuaan kebudayaan
Bahwa keanekaragaman kebudayaan di Indonesia tumbh menjadi bentuk kebudayaan
nasional.
4. Kesatuan asas kerohanian
Bahwa ide, cita-cita, dan nilai-nilai kerohanian yang menyatu dalam Pancasila
merupakan dasar dari persatuan bangsa Indonesia.
Berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme tersebut, dapat disimpulkan bahwa
nasionalisme memiliki peran peran historis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia,
yaitu mampu mewujudkan proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945. Persatuan
Indonesia merupakan jiwa dan semangat dari perjuangan Indonesia.
Pemahaman Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara Indonesia
merupakan pilar penting dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Hal ini mengajarkan kepada kita untuk hidup saling mnghormati dan menghargai
perbedaan yang ada diantara masyarakat tanpa memandang suku bangsa, agama, Bahasa,
adat istiadat, wana kulit, dan lain-lain. Sebagai negara kepulauan yang terdi dari pulau-
pulau, Indonesia memiliki beragam adat istiadat, Bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain
yang berada antar pulau. Tanpa kesadaran untuk menjaga Bhinneka Tungga Ika, ini dapat
menyebabkan berbagai kekacauan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana
setiap orang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa
memperhatikan kepentingan bersama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga
Bhinneka Tunggal Ika dengan baik, dan sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan
perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan
wilayah Republik Indonesia menjadi negara kesatuan.
C. Keanekaragaman Bangsa Indonesia
Keanekaragaman di Indonesia bukanlah sesuatu yang bertentangan atau
merugikan, melainkan justru menjadi bagian dari persatuan bangsa dan negara.
Keanekaragaman ini memperkaya sifat dan makna dari persatuan Indonesia. Dalam
proses perkembangan persatuan suatu bangsa (Nasionalisme), ada dua aspek kekuasaan
yang mempengaruhinya : Kekuasaan fisik (lahir) atau yang juga disebut kekuasaan
material yang meliputi kekerasan, paksaan, ide-ide, dan kepercayaan. Persatuan bangsa
yang dikendalikan oleh kekuasaan fisik akan berkembang menjadi bangsa yang
materialistik.
Bhinneka Tunggal Ika sangat dihormati oleh masyarakat Indonesia. Semboyan ini
menunjukan meskipun ada perbedaan dalam budaya, suku, ras, bahasa, dan agama,
namun masyrakat tetap bersatu dan menjunjung tinggi prinsip persatuan dan kesatuan.
Faktor keberagaman dindonesia meliputi letak geografis yang strategis, kondisi alam
yang yang berbeda, bentuk kepulauan, faktor transportasi dan komunikasi, sejarah, sikap
terhadap perubahan nilai, kondisi iklim, keanekaragaman ras, agam, dan pengaruh
budaya.
1. Letak geografis yang strategis

Indonesia terletak diantara dua samudera dan dua benua , yauitu Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia, serta benua Asia dan Benua Australia. Letak ini membuat
Indonesia terlibat dalam jalur perdagangan dengan negara lain, sehingga pedagang asing
yang datng ke Indonesia membawa budaya dan bahasa yang berbeda. Budaya dan Bahasa
ini kemudian diadaptasi dan dikembangkan oleh Indonesia, menyebabkan keragaman
budaya dan bahasa dinegara ini.

2. Kondisi alam yang berbeda

Kondisi alam ini menyebabkan perkembangan adat istiadat yang berbeda disetiap
pulau memiliki kondisi alam yang berbeda-beda disetiap pulau. Ini menyebabkan
keragaman dalam budaya dan adat istiadat di Indonesia.

3. Bentuk kepulauan
Seiring dengan perkembangan teknologi, transportassi dan komunikasi menjadi
lebih mudah, sehingga memungkinkan adanya interaksi antar pulau yang lebih sering.
Hal ini menyebkan terjadinya pertukaran budaya dan nilai-nilai antar pulau, yang pada
akhirnya menyebabkan keberagaman masyarakat Indonesia.

4. Faktor transportasi dan komunikasi

Transportasi dan komunikasi memungkinkan masyarakat untuk berinteraksi dan


berpindah dari satu daerah ke darah lain. Hal ini menyebabkan adanya perpaduan budaya
dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan
munculnya keberagaman dalam masyarakat Indonesia, sehingga menciptakan negara
yang unik dan beragam dengan ciri khas tersendiri. Namun, dengan Bahasa nasional yang
digunakan, komunikasi dapat digunakan dengan mudah di seluruh wilayah Indonesia.
Transportasi dam komunikasi yang baik juga membantu mobilitas masyarakat dan
memudahkan perkembangan budaya.

5. Sejarah

Masyarakat indonesia cenderung terbuka terhadap perubahan nilai dan budaya.


Hal ini dapat dilihat dari cara masyarakat Indonesia menerima dan mengadopsi nilai dan
budaya asing yang dating. Namun, sikap terbuka ini juga didasarkan oleh prinsip yang
berlaku dimasyarakat Indonesia , yaitu menjaga harmoni dan keseimbangan antar budaya.

6. Sikap terhadap perubahan nilai

Sikap terbuka masyarakat tersebut menyebabkan perbedaan nilai dan budaya


dapat diterima dengan baik dan diasimilasi dalam masyarakat, sepanjang tidak
bertentangan dengan dasar negara Pancasila.

7. Kondisi iklim

Perbedaan iklim diidonesia membuat masyarakat disetiap wilayah harus


beradaptasi dengan kondisi yang ada. Misalnya, masyarakat diwilayah dengan musim
juhan yang panjang harus mengatur pengelolaan tanah dan air dengan baik, sementara
masyarakat di wilayah dengan musim kemarau panjang harus mengoptimalkan
pengelolaan sumber air dan mngatur kebutuhan air dengan baik.
8. Keanekaragaman Ras

Negara Indonesia dikenal sebagai negara multietnik, dengan beragam ras yang hidup
disana. Ras melayu mongoloid tersebar diwilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa,
dan Bali. Ras Melanesoid terdapat di Papua , NTT, dan Maluku. Selain itu, pendatang
seperti India, Timur tengah, Australia, Eropa dan Amerika juga memiliki peran dalam
keragaman etnik di Indonesia. Ras mongoloid Asia seperti Cina, Korea dan jepang juga
memiliki peran dietnik Indonesia. Setiap ras memiliki budaya yang berbeda-beda dan
terkadang terjadi akulturasi yang menambah keragaman budaya di Indonesia. Oleh
karena itu, ras merupakan salah satu faktor yang menyebabkan keragaman dalam
masyarakat Indonesia.

9. Agama

Setiap agama memiliki tata nilai yang berbeda yang tercermin dalam perilaku sehari-
hari para pemeluknya. Kehidupan umat beragama yang rukun dan toleran memberikan
warna tersendiri bagi keberagaman Indonesia. Indonesia mengakui enam agama, yakni
Islam, Katolik, Kristn Protestran, Buddha, Hindu, serta Konghucu. Selain ke enam agama
itu, banyak masyarakat tradisonal Indonesia yang masih menganut beberapa aliran
kepercayaan. Contohnya kejawen.

10. Pengaruh budaya

Pengaruh budaya asing juga dapat dilihat dari pengaruh budaya Eropa pada masa
kolonial Belanda, atau budaya cina pada masa kerajaan majapahit. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh budaya dan nilai-nilai dalam masyarakat Indonesia, sehingga menambah
keragaman dalam masyarakat.

Adapun contoh keberagaman yang ada di Indonesia yaitu:

1. Pakaian daerah atau adat

Setiap suku bangsa memiliki desain dan corak yang unik dan sering digunakan
dalam upacara adat atau pernikahan. Namun, pakaian adat juga beradabtasi dengan
perkembangan fashion saat ini. Keberagaman pakaian adat disetiap provinsi juga menjadi
simbol keunikan didaerahnya dan memiliki nama yang berbeda- beda.
2. Bahasa

Bahasa nasional Indonesia yang digunakan sebagai Bahasa pengantar adalah


Bahasa Indonesia, yang digunakan sebagai alat komunikasi antarwarga dan antarnegara.
Namun, meskipun Bahasa nasional digunakan sebagai Bahasa pengantar, Bahasa tetap
dihormati dan diakui sebagai bagian dari keanekaragaman budaya Indonesia.

1. Rumah adat

Setiap rumah adat di Indonesia memiliki desain dan fungsi yang berbeda-beda,
yang ditentukan oleh budaya, sejarah, dan kondisi geografis setempat. Rumah adat juga
di pertahankan sebagai simbol dan peninggalan sejarah yang pentig bagi masyarakat
setempat, serta digunakan upacara adat dan kegiatan sosial.

2. Alat musik tradisional

Alat musik tradisonal yang popular di Indonesia antara lain gamelan, angklung,
kendang, dan sasando. Alat musik tradisonal ini banyak digunakan dalam upacara adat
dan perayaan rakyat, serta menjadi salah satu simbol budaya Indonesia yang kaya dan
beragam.

3. Suku

Indonesia terdiri dari berbagai suku seperti melayu, batak, bugis, jawa, Madura,
dan lain-lainya. Terdapat 300 suku di Indonesia4.

4
SUPARLAN, Parsudi. Bhinneka Tunggal Ika: keanekaragaman sukubangsa atau kebudayaan. Antropologi
Indonesia, 2014.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara Indonesia yang menekankan
komposisi pada keanekaragaman suku bangsa, bahasa, ras, etnis, kebudayaan maupun
agama. Bhineka Tunggal Ika mengidentifikasikan bahwa meskipun beraneka ragam tetapi
tetap satu juga yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga jadi
semboyan bangsa Indonesia dalam persatuan maupun kesatuan. Bhineka Tungga Ika
sebagai upaya pemersatu diantara berbagai keanekaragaman yang ada pada masyarakat
Indonesia diantaranya beraneka ragam dalam suku, ras, budaya, bahasa, maupun agama
yang diatur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Hal ini penting untuk dijaga agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keberagaman Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah letak geografis Indonesia yang memungkinkan keragaman budaya dan
suku bangsa dari wilayah lain untuk tinggal dan berinteraksi di Indonesia. Selain itu,
faktor sejarah, perdagangan, sikap terhadap perubahan, iklim, transportasi dan
komunikasi, serta etnisitas juga mempengaruhi keragaman suku dan budaya di Indonesia
yang merupakan salah satu ciri yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Melaningrum Andarwati. Menguatkan Karakter Bhinneka Tunggal Ika melalui pembelajaran


Sejarah di kelas. Malang. 2017.

H.A.R Tilaar. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari
Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dinarti, Novi Suci, Dinie Anggraeni Dewi, and Yayang Furi Furnamasari. Meningkatkan
Integrasi Nasional melalui Implementasi Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika. Jurnal
Pendidikan Tambusai 5.3 (2021): 7890-7899.

Utami, Indah Wahyu Puji, and Aditya Nugroho Widiadi. Wacana Bhineka Tunggal Ika dalam
Buku Teks Sejarah. Paramita: Historical Studies Journal 26.1 (2016).

SUPARLAN, Parsudi. Bhinneka Tunggal Ika: keanekaragaman sukubangsa atau kebudayaan.


Antropologi Indonesia, 2014.

Anda mungkin juga menyukai