Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila
Dosen Pengampu :
Tyas Nugroho Setiowati
Disusun Oleh :
Faiq Muhammad 170210402059
Risma Aulia Hakim 200803102066
Lina Tria Adilia 200810101003
Rienaldi Exsa Akbar 200910101066
Adinda Nurayu Setari 200810101033
Nugroho Kristianto 200110401061
Arisqo Fany Listya Adi 200810101123
UNIVERSITAS JEMBER
2021
i
KATA PENGANTAR
Pertama kami ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Toleransi Beragama Dalam Kebhinnekaan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan tentang Bhinneka Tunggal Ika dengan segala
keberagamannya dan sikap toleransi antar umat beragama serta bagaimana
penyelesaiannya bagi para pembaca dan juga penyusun. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang telah membimbing serta orang tua yang selalu memberi dukungan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami selaku penyusun sangat sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami terima dengan baik
untuk melakukan perbaikan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
Bondowoso, 20 Maret 2020
Penyusun
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
menghargai orang lain dengan segala aktivitas dan perbedaannya. Bukankah
sudah dikatakan dengan jelas dalam makna tersirat Bhinneka Tunggal Ika yang
artinya berbeda – beda tetapi tetap satu. Dari semboyan tersebut mempunyai
makna bahwa harus ada toleransi antar keberagaman yang menjadikan semuanya
bersatu. Jika toleransi sebagai pemersatu bangsa maka intoleran sebaliknya
sebagai pemecah bangsa. Sikap intoleran bisa menghambat persatuan bangsa. Hal
ini biasanya dipicu oleh sifat iri dan mau menang sendiri, iri dengan kelebihan
orang lain dan ingin apa yang dimilikinya menjadi yang terbaik. Sikap tersebut
merupakan contoh yang buruk dan sebenarnya tidak boleh ada dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Untuk itu mari kita tunjukkan bahwa toleransi itu hebat.
Toleransi itu kuat. Toleransi itu berbakat dan toleransi itu indah. Seperti missal
toleransi antar umat beragama. Indonesia mempunyai 6 agama yang diakui, yaitu
Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu. Keenam agama tersebut
telah diakui sebagai agama besar di Indonesia. Meskipun terdiri dari beberapa
agama tersebut, mayoritas agama di Indonesia adalah Islam. Keberagaman agama
inii merupakan salah satu contoh penerapan sikap toleransi di Indonesia, yakni
meskipun berbeda kepercayaan da keyakinan mereka tetap satu kesatuan sebagai
Indonesia. Namun tidak menampik bahwa akan terjadi konflik dan permasalahan
dengan adanya keberagaman tersebut.
3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bhinneka Tunggal Ika dan pengimplementasinya
2. Untuk mengetahui cara pandang Bhinneka Tunggal Ika pada keberagaman
agama ?
3. Untuk mengetahui kondisi keberagaman agama yang terjadi di Indonesia ?
4. Untuk mengetahui penyelesaian masalah pada kasus – kasus intoleran
dalam keberagaman agama ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sebutan Bhineka Tunggal Ika ditulis oleh Mpu Tantular dalam Kitab
Sutasoma yang terjemahan isinya berbunyi“ bahwa agama Budha serta
Siwa( Hindu) ialah zat yang berbeda tetapi nilai- nilai kebenaran jiwa ( Budha)
serta Siwa( Hindu) merupakan tunggal. Terpecah belah namun satu jua
maksudnya tidak terdapat dharma yang mendua”. Semboyan Bhineka Tunggal Ika
mulai jadi pembicaraan terbatas pada sidang- sidang BPUPKI antara Muhamad
Yamin, Ir. Soekarno, I Gusti Bagus Sugriwa sekitar dua setengah bulan sebelum
dibacakannya proklamasi.
Menurut( Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI), berikut ini arti luhur
Bhinneka Tunggal Ika:
5
1. Bangsa Indonesia menyadari bahwa dalam keragaman, baik suku bangsa,
agama, ras, antargolongan, bukanlah sebagai faktor pemecah. Melainkan aspek
kemampuan ataupun modal terjadinya persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia.
4. Bangsa Indonesia menyadari bahwa Bhinneka Tunggal Ika ialah salah satu pilar
bangsa yang memperkokoh kehidupan berbangsa serta bernegara Indonesia, tidak
hanya UUD RI 1945 serta NKRI.
1. Sikap inklusif
6
keadaan plural tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan menimbulkan
terjadinya disintegrasi di dalam bangsa. Jumlah agama, ras, suku bangsa, bahasa,
adat serta budaya yang terdapat di Indonesia sangat banyak serta bermacam-
macam. Perilaku toleran, saling menghormati, saling menyayangi, serta saling
mencintai jadi perihal absolut yang diperlukan oleh segenap rakyat Indonesia.
Agar terbentuk masyarakat yang tenteram serta damai.
7
didalam kesatuan. Pancasila sangat berperan penting dalam pembentukan negara
Indonesia dengan sebutan “Bhinneka Tunggal Ika” ini. Pancasila menyatukan
segala perbedaan dari segala sisi yang ada di Indonesia yang menjadikan tetap
teguh dan Bersatu didalam keragaman budaya.
Perumusan makna dan implementasi setiap sila dari Pancasila tidak lepas
dari istilah “Bhinneka Tunggal Ika” sendiri. Pancasila mengandung makna –
makna dari istilah “Bhinneka Tunggal Ika” disetiap sila – silanya. Didalam sila –
silanya selalu mewakili setiap perbedaan yang ada di Indonesia ini dan tidak lepas
dengan ajakan untuk tetap bersatu didalam keragaman kebudayaan. Adapun
makna “Bhinneka Tunggal Ika” didalam butir – butir Pancasila, yaitu :
Sila Pertama
Sila pertama berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” merupakan sebuah sila
yang didasarkan menurut kesadaran tiap umat – umat dengan agamanya masing –
masing, bukan dari penalaran. Sila pertama juga mengatur tentang hubungan
religius antara penganut agama dan Tuhan dari agama yang dianutnya. Indonesia
juga merupakan negara yang mempunyai bermacam – macam agama beserta
penganut – penganutnya. Dibuatnya sila pertama ini bertujuan agar tiap – tiap
masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk memilih agamanya masing-masing
dan menjalankan kewajiban yang telah ditentukan oleh tiap agamanya masing-
masing. Sila pertama juga bermakna bahwa Indonesia merupakan negara yang
bertoleransi dikarenakan kebebasan dalam memilih agama, bertoleransi dalam arti
dapat menghargai setiap perbedaan masyarakat dalam memilih dan menjalankan
kewajiban dari agama yang dianutnya.
Sila Kedua
8
menang sendiri dan semena-mena terhadap orang lain, serta
mengimplementasikan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira yang akan
menjadikan masyarakat Indonesia diperlakukan secara adil tanpa pilih-pilih, lalu
akan terlaksananya “Bhinneka Tunggal Ika” ini dengan baik.
Sila Ketiga
Sila Keempat
Sila Kelima
9
Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
mengatur tentang sikap kekeluargaan dan keadilan sosial yang didapat oleh tiap-
tiap masyarakat Indonesia. Sila kelima ini bertujuan untuk menjadikan masyarakat
Indonesia menjadi pribadi yang mempunyai sifat kekeluargaan dan
kegotongroyongan, menyamakan keadilan terhadap sesama, menghormati hak
orang lain, senantiasa menjada antara kewajiban dan hak dengan seimbang, serta
tidak memanfaatkan keunggulan atau keuntungan hak yang dimilikinya untuk
merugikan orang lain. Dengan adanya sila kelima ini, masyarakat diharap untuk
dapat mengimplementasikan “Bhinneka Tunggal Ika” dengan baik sehingga
menjadikan negara Indonesia berdiri kokoh dan bersatu didalam keragaman
budaya.
10
sosial dan budaya. Selain itu terdapat beberapa faktor pendorong yang ikut
mempengaruhi kemajemukan Negara Indonesia, seperti:
11
12
BAB III
Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan kaya akan sumber daya,
baik yang berupa alam maupun manusia. Negara ini juga memiliki
keanekaragaman suku dan budaya yang sangat tinggi. Terbukti dari ribuan suku
dengan budaya berbeda-beda yang tinggal di belasan ribu pulau di seantero
Nusantara. Dengan total penduduk sekitar 260 juta, pastinya Indonesia memiliki
keunikan sosial kebudayaan yang tinggi. Selain suku dan budaya yang sangat
beragam, Indonesia ternyata juga memiliki agama yang cukup banyak. Tercatat,
terdapat setidaknya 6 agama besar yang diakui di Indonesia.Agama tersebut antara
lain adalah Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Keenam
agama tersebutlah yang diakui sebagai agama besar di Indonesia. Keberagaman
agama ini tidak terlepas dari posisi indonesia yang sangat strategis pada jalur
perdagangan antara Asia, Afrika dan jazirah Arab. Akibatnya, pedagang dari
seluruh dunia berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Indonesia untuk beristirahat,
berdagang, dan menjalankan usaha-usahanya.
13
Indonesia dapat bersatu meskipun memiliki iman kepercayaan berbeda. Maka
tidak heran, negara ini setidaknya mengalami beberapa konflik seputar agama.
Agama yang seharunya menjadi lambang kesucian bagi orang-orang, di Indonesia
malah menjadi bahan untuk menjatuhkan banyak orang dan keberagaman agama
ini menjadi sasaran bagi kaum mayoritas untuk memerangi kaum minoritas.
Berbagai macam tindasan dan umpatan yang dihujatkan kepada saudara kita yang
minoritas, sungguh menjadi keprihatinan. Seperti kasus-kasus yang terjadi di
Indonesia di antaranya :
Kasus ini viral setelah ayah siswi bernama Jeni Cahyani Hia itu mengunggah
video percakapannya dengan pihak sekolah lewat siaran langsung di akun
Facebook bernama Elianu Hia pada Kamis (21/1/2021).
Dalam video tersebut, Elianu tampak berdebat dengan salah satu guru. Ia
menyayangkan peraturan tersebut dan mengaku keberatan jika anaknya harus
mengenakan jilbab selama bersekolah.
Dalam kasus ini Rusmadi selaku kepala sekolah SMKN 2 Padang mengaku
tidak tahu menahu tentang masalah ini. Rusmadi beralasan baru mengetahui
masalah Jeni setelah wali kelas Jeni mengatakan ada satu anaknya yang tidak mau
pakai kerudung. Di situ, ia sempat berpesan kepada wali kelas maupun Zakri
Zaini agar tidak memaksa siswi Kelas X tersebut memakai jilbab.
Setelah kasus itu viral kepala sekolah menyampaikan permohonan maaf atas
segala kesalahan dari jajaran staf Bidang Kesiswaan dan Bimbingan Konseling
dalam penerapan aturan dan tata cara berpakaian bagi siswi. Dalam hal ini kepala
sekolah menglarifikasi bahwa tidak pernah memaksa para muridnya khususnya
para siswi untuk mengenakan jilbab ke sekolah hal ini di lakukan karena tidak
sesuai dengan berita yang di viralkan tentang sekolah mewajibkan semua
muridnya memakai hijab, khususnya para murid perempuan.
14
Jumlah murid beragama selain Islam di SMK Negeri 2 Padang, mencapai 46
orang. Mayoritas para siswi, klaimnya, sukarela mengenakan kerudung tanpa
paksaan demi menyesuaikan diri dengan murid lain juga mengikuti tradisi di Kota
Padang.
Dan setelah kasus itu viral, Perwakilan Komnas HAM bertemu dengan
perwakilan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk membahas kasus ini.
Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara, menyampaikan beberapa poin
hasil pertemuan antara Komnas HAM, Kantor Perwakilan Sumatera Barat,
Ombudsman dan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat terkait kasus
tersebut.
15
menyesuaikan. Dan melihat dalam hal ini para siswi non muslim merasa bebas
dan bersyukur atas aturan sekolah yang dirubah dan para siswi juga
mengharapkan peraturan yang baru tersebut di gunakan juga di seluruh sekolah di
Padang agar tidak ada lagi kasus diskriminasi yang terjadi di lingkungan sekolah.
Kasus ini berawal dari viralnya sebuah surat yang di layangkan Pemerintah
Desa Ngastemi, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto kepada warga
bernama Sumarmi yang berisi larangan pembangunan rumah hunian menjadi
rumah ibadah dan tempat doa bersama. Isi surat tersebut yaitu
16
Menurut H Mustadi, si kepala desa dan sebagai lulusan Sarjana Hukum
itu, mengaku menulis surat itu setelah bermusyawarah dengan perangkat desa,
Muspika, Kepala KUA, MUI Bangsal, perwakilan muslim, serta perwakilan umat
Kristen di Desa Ngastemi. Surat tersebut di layangkan karena warga yang
bersangkutan yaitu ibu sumarmi yang pada saat itu sedang melakukan renovasi
rumah namun warga sekitar menduga bahwa akan di jadikan tempat beribadah
yang mana menurut penuturan kepala desa setempat yaitu Sumardi tidak sesuai
dengan ketentuan SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan No.
8 Tahun 2006 yang berisikan pasal 14 ayat 1 SKB Dua Menteri menyatakan
daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadah harus paling sedikit 90 orang yang
disahkan oleh pejabat setempat.
17
agama dan keyakinan. JIAD juga menganalogikan larangan tersebut seperti
larangan tahlilan bagi umat muslim. Para warga net juga geram dengan aksi
kepala desa tersebut menurut mereka itu hanya alasan kepala desa saja dan
mereka menyayangkan seharusnya kebijakan yang dibuat harus lebih baik dan
mencerminkan kepemimpinan yang sesuai dengan pancasila.
Melihat dari 2 contoh kasus di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kasus
intoleransi di Indonesia masih marak terjadi di sebuah daerah. Kasus yang terjadi
bukan hanya tentang berpakaian seragam dan pelarangan terhadap ritual,
pengajian, ceramah atau pelaksanaan kepercayaan agama beribadah bagi kaum
lainnya, melainkan masih ada kasus lainnya seperti terkait penolakan untuk
bertetangga dengan orang yang tidak seagama, pelarangan pendirian rumah atau
tempat ibadah, perusakan terhadap rumah ibadah baik gedung ataupun properti,
dan pelarangan terkait kebudayaan etnis tertentu. Dari beberapa kasus yang di
18
paparkan tadi kita pasti tentu masih ingat tentang pelarangan pendirian Gereja dan
Pembakaran Gereja HKI Suka Makmur di Aceh Singil pada tahun di 2015. Dalam
kasus tersebut di jelaskan karena adanya peraturan yang di buat oleh pemerintah
Aceh tentang pendirian tempat ibadah yang mana peraturan tersebut lebih berat di
banding dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pengajuan
untuk pendirian itu pun harus melalui banyak pihak salah satunya harus meminta
persetujuan Kepala Pemerintahan Adat. Dan hal ini yang membuat para kaum
minoritas di Aceh merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya dan mereka
harus sembunyi – sembunyi dalam melaksanakan ibadahnya karena mereka takut
di kecam oleh kaum mayoritas di Aceh. Kaum minoritas di Aceh meminta
kejelasan dan kepastian hukum mereka.
Sungguh ironis melihat kejadian tersebut, padahal kita tahu bahwa kita
hidup di bangsa Indonesia juga membutuhkan simpati orang-orang. Namun relita
yang ada demikian, kita tidak bisa berbuat apa - apa selain intropeksi diri bahwa
kita hidup untuk menjalin kebersamaan ditengah perbedaan yang ada.
Keberagaman agama ini seharusnya menjadikan kita belajar untuk saling
menghargai satu dengan yang lain, bukan malah saling hujat dan saling intoleran.
Bukan itu tujuan yang ingin dicapai negara Indonesia ini. Negara yang banyak
aturan hukum, akan tetapi tidak ada yang melakukannya dengan baik. Dalam
banyaknya kasus yang terjadi, pemerintah seharusnya lebih tegas dalam
menghadapi kasus intoleransi di Indonesia dan memberlakukan peraturan yang
tegas untuk memberikan efek jera bagi kelompok mayoritas yang melakukan
penindasan terhadap kaum minoritas. Sehingga diharapkan agar tidak terjadi lagi
kasus intoleransi di Indonesia.
Pada sub bab sebelumnya telah dibahas kondisi kehidupan antar umat
beragama di Indonesia. Dalam pemberitaan yang dilakukan oleh media masih
19
banyak terjadi gesekan antar umat beragama di Indonesia. Terbaru, ada dua kasus
yang memperlihatkan intoleransi yang terjadi antar umat beragama. Yang pertama
kasus oknum yang mewajibkan penggunaan jilbab kepada siswinya yang islam
dan non islam. Lalu yang kedua, berita seorang kepala desa yang menyurati
warganya yang beribadah di rumah untuk segera menghentikan aktivitas
peribadatannya. Selain dua kasus tersebut sebenarnya masih banyak lagi kasus-
kasus intoleran antar umat beragama. Yang membedakan adalah kasus-kasus
tersebut seringkali luput dari pemberitaan media masa.
Meskipun begitu, ada juga berita yang menunjukkan kerukunan antar agama
satu sama lain. Sebagai contoh saling menjaga saat perayaan hari besar masing-
masing agama, tempat peribadatan yang bersebelahan, dan lain-lain. Hal ini sudah
seharusnya menjadi contoh bagi kelompok lain agar senantiasa menjaga
kerukunan antar umat beragama. Minimal tidak mengganggu atau mengusik
ibadah dan aktivitas agama lain. Semboyan negara kita mengajarkan bahwsanya
meskipun berbeda agama, suku, ras tetapi kita semua tetap satu jua sebagai bangsa
Indonesia. Namun realitanya semboyan tersebut masih banya belum dipahami
oleh sebagian masyarakat sehingga kasus-kasus intoleran masih banyak terjadi.
20
Keberadaan kata “bhinneka” yang berarti “berbeda beda” di dalam semboyan
negara ini merupakan suatu pengakuan bahwasanya bangsa Indonesia adalah
bangsa yang memiliki banyak keragaman dalam artian sebagai sebuah bangsa
yang memiliki ciri unik yakni pluralis. Rakyat Indonesia dalam kehidupan mereka
sehari-hari bersinggungan dengan orang-orang yang memiliki banyak perbedaan,
baik suku, ras, budaya, dan agama. John Titaley mengartikan pluralisme sebagai
suatu kenyataan bahwa dalam suatu kehidupan bersama manusia terdapat
keragaman suku, ras, budaya, dan agama. Oleh sebab itu seperti yang dikatakan
oleh Djohan Effendi bahwa “pluralisme merupakan cara pandang untuk saling
menghargai dalam masyarakat yang heterogen yakni berbagai etnis, ras, agama
dan sosial untuk saling menerima, mendorong pengembangan dan partisipasi
budaya tradisional serta kepentingan yang spesifik di dalam lingkungan
kehidupan bersama.”
21
Sebaliknya, intolernasi agama merupakan kebalikan daripada tolernasi, yakni
tidak adanya tenggang rasa baik antar individu maupun kelompok dan golongan.
Para leluhur atau founding father bangsa Indonesia sadar bahwa Indonesia
terdiri dari beraneka ragam ras, suku, budaya, dan agama. Sehingga untuk
mempersatukan keanekaragaman tersebut, demi tujuan kemerdekaan bangsa
Indonesia maka diguakanlah Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
Para tokoh pendiri bangsa menginginkan adanya persatuan dari berbagai ragam
masyarakat di Indonesia. Sebagai contoh adalah saat perumusan pancasila yang
merubah susunan sila pertama, menjadi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’. Hal ini
dikarenakan agar pondasi dari negara ini dapat digunakan secara menyeluruh oleh
rakyat Indonesia, tidak hanya kaum yang mayoritas saja, akan tetapi seluruh
rakyat Indonesia dari Sabang hingga Merauke dapat bersatu menjadi bangsa
Indonesia.
Menyikapi kasus-kasus yang baru ini terjadi kita sepakat bahwa intoleransi
tidak dapat dibenarkan. Sebagai contoh pada kasus pertama, pemaksaan
22
penggunaan jilbab kepada siswi islam dan non islam oleh oknum sekolah.
Kejadian seperti ini sangat disayangkan karena intoleransi yang dilakukan
terhadap siswi non islam. Selain itu kejadian ini juga tidak mencerminkan
semboyan negara yakni berbeda-beda tetapi satu jua. Seharusnya sekolah tetap
menghargai perbedaan dan keragaman yang terdapat di sekolah tersebut dengan
tidak memaksakan dengan aturan yang menitikberatkan agama atau budaya satu
goolongan saja. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dalam hidup sebagai
bangsa Indonesia. Ketentraman dan kerukunan yang sudah terjadi akan terpecah
dikarenakan intoleransi masih saja dilakukan.
23
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
Pada butir-butir pancasila di atas telah tertulis dengan sangat jelas bahwa
antara umat beragama harus mengembangkan sikap hormat menghormati dan
(butir 3). Menghormati berarti tidak mengganggu kehidupan beragama masing-
masing pemeluk agama. Ketika seseorang hendak melakukan sesuatu sesuai
keyakinan dari agamanya, maka sebagai warga negara yang baik kita wajib
menghormati dan menghargai keputusan dari orang tersebut. Pemaksaan
penggunaan hijab kepada seseorang yang non muslim jelas sekali melanggar butir
pancasila sila pertama. Begitupun sebaliknya pelarangan penggunaan jilbab oleh
seorang muslim juga melanggar butir sila pertama. Hal itu juga dikuatkan dengan
butir-butir selanjutnya, bagaimana kepercayaan adalah hubungan pribadi antara
Tuhan dengan orang yang bersangkutan, bagaimana menghormati kebebasan
beribadah sesuai kepercayaan masing-masing, dan bagaimana kita tidak boleh
memaksakan kehendak kepercayaan kepada orang lain.
24
kepercayaan sendiri. Hal ini berlaku bagi seluruh warga baik itu mayoritas
maupun minoritas.
Memandang kasus juga perlu objektif agar dapat bersikpa netral. Yang perlu
kita pahami adalah semua pihak bisa benar dan bisa salah. Terlebih lagi media
masa saat ini gemar sekali menggunakan judul berita yang terkesan dapat
memprovokasi masyarakat hingga kepada simpulan tertentu yang belum tentu
benar. Sehingga yang perlu dilakukan dalam menyikapi kasus-kasus intoleran
adalah mengetahui kronologinya. Setelah itu baru berpendapat dengan argumen
yang memilki dasar. Tentunya berpendapat juga ada etika dan nilai terlebih lagi
sebagai seorang yang terpelajar. Bukan malah mengkompori di media sosial,
berkata kasar dan sebagainya. Jangan sampai komentar yang dilakukan terhadap
suatu permasalahan menimbulkan kasus yang baru.
Pada kasus kedua dijelaskan bahwa di suatu daerah di Jawa Timur terdapat
seorang kepala desa yang menyurati seseorang warga karena hendak melarang
warga tersebut melakukan ibadah di rumahnya. Menyikapi hal tersebut
seharusnya sebagai pemimpin di suatu daerah dapat mengayomi seluruh
warganya, tidak hanya warga yang mayoritas saja. Kasus kasus seperti ini
seringkali terjadi pada masyarakat. Masyarakat yang mayoritas cenderung merasa
benar karena merasa pendapat warga kebanyakan ialah pendapat yang benar. Pada
butir sila pertama yang ke 6 bahwa kita harus dapat saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing
masing. Ketika seseorang hendak melakukan ibadah di rumahnya maka harus kita
hargai, tidak boleh diusik ataupun diganggu. Jika terdapat permasalahan maka
diselesaikan secara kekeluargaan dengan sikap saling toleran.
Pada dasar negara dan Undang-Undang Dasar sebagai bentuk nyata dari dasar
negara, terdapat pasal yang mengatur tentang ke-Tuhanan. Pasal 29 ayat (1) yakni
penekanan kembali sila pertama selaku dasar yang paling mendasar sebagai
filosofis bernegara ke dalam Pasal Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.
Lalu pada Pasal 29 ayat (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
25
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaan itu”.
Dari dua sub bab sebelumnya sudah dijelaskan dan di jabarkan mengenai
kondisi keberagaman agama di Indonesia dan menyikapi kasus-kasus intoleransi
26
antara umat beragama di Indonesia dan kaitannya dengan Pancasila dan Undang-
Undang. Nah, untuk selanjutnya apakah tidak ada penyelesaian atau solusi dari
kasus-kasus yang telah dijabarkan sebelumnya. Oleh karena itu pada sub bab ini
kita akan membahas solusi maupun penyelesaian yang dapat dilakukan oleh
pemerintah, individu dan masyarakat, dan kita sebagai mahasiswa.
27
masif dan secara nasional maupun global. Namun, sedikit dari kita yang
menyadari bahwa solusi atas permasalahan nasional maupun global tersebut
bermula dari tindakan yang diambil oleh masyarakat lokalnya, bahkan individu
sekalipun. Perilaku intoleran bisa dilawan dengan aksi damai, tindakan yang
membawa pesan arti kehidupan pluralism yang sebenarnya dengan semangat
persatuan dan kesatuan. Aksi damai tersebut bisa berupa tindakan yang mengajak
masyarakat untuk melawan intoleran bersama-sama, menunjukkan serta
mendemonstrasikan solidaritas kepada korban perilaku intoleran, dan menolak
dengan tegas adanya propaganda kebencian. Tindakan-tindakan tersebut bisa
dilakukan oleh semua orang di masyarakat untuk dapat mengakhiri perilaku
intoleran. Selanjutnya, individu dan masyarakat perlu berpikir dua kali sebelum
bertindak intoleran dan sangat perlu untuk memiliki kemauan untuk berperilaku
toleran. Agar dapat dipahami dan diakui oleh seluruh masyarakat, maka konsep
ini harus dituangkan dalam produk hukum yang mengatur nilai dan norma dalam
berperilaku, serta disepakati bersama antara tokoh-tokoh dari kepercayaan yang
berbeda-beda. Perlu untuk dilakukannya sosialisasi terhadap produk hukum yang
telah disepakati bersama tersebut. Setiap tokoh agama seharusnya dirangkul dan
mampu berperan sebagai agen dalam melakukan sosialisasi. Harapannya nilai dan
norma yang terkandung akhirnya dapat terwujud pada praktik nyata toleransi.
28
saat berorganisasi di perguruan tinggi, kemudian kita juga harus selalu memiliki
pemikiran yang terbuka dan tidak sempit. Selanjutnya kita juga harus mendalami
ilmu agama secara benar dan komprehensif dan memiliki wawasan nusantara
yang luas. Jangan sampai kita sebagai mahasiswa malah melakukan pelanggaran
dengan bersikap tidak intoleran kepada suatu kelompok lain atau organisasi lain
yang tidak sama dengan kita.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda – beda tetapi tetap satu
merupakan semboyan pemersatu bangsa yang telah ada sebelum dibacakannya
proklamasi. Adanya semboyan tersebut dipicu oleh keberagaman yang ada di
Indonesia. Keberagaman menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya dan
unik. Namun keberagaman tidak selalu berdampak membawa dampak positif bagi
masyarakat karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat yang berbeda – beda.
Misal keberagaman agama, di Indonesia ada enam agama yang diakui oleh dunia
yaitu Islam, Khatolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu. Adanya
keberagaman agama akan memicu sikap dominan dari beberapa masyarakat
dengan saling membandingkan yang terbaik. Konflik dapat terjadi apabila sifat
egois dan ambisius seseorang atau suatu kelompok sudah berada pada level
tertinggi. Hal ini tentu akan menimbulkan perpecahan antar masyarakat dan
hubungan kekeluargaan menjadi tidak harmonis lagi. Dengan demikian
pentingnya menumbuhkan sikap toleransi di masyarakat sangat dibutuhkan untuk
menjaga dan mencegah terjadinya perpecahan.
4.2 Saran
Bagi Penulis
Penulis sadar bahwa makalah yang kami sajikan jauh dari kata
sempurna karena di dunia memang tidak ada yang sempurna. Namun
penulis telah berusaha semampu kami untuk menyusun makalah ini
dengan baik. Semoga untuk tugas selanjutnya bisa lebih baik lagi mungkin
dengan menyertakan bukti – bukti serta kasus yang lebih spesifik dan
nyata. Penulis juga harus belajar lebih banyak lagi dalam penyajian dan
30
penulisan makalah ini. Semoga kita semua juga dapat menerapkan dan
mengamalkan apa yang telah penulis sampaikan dalam makalah ini.
Bagi Pembaca
Semoga makalah ini bisa membantu dalam pengerjaan tugas seperti
bahan referensi dan kajian dan dapat dijadikan acuan dalam bersikap di
masyarakat. Selain itu makalah ini juga diharapkan bisa memberikan
pemahaman lebih mendalam tentang Bhinneka Tunggal Ika dan
bagaimana sikap toleransi antar agama di masyarakat. Penulis berharap
makalah ini dapat digunakan baik dan benar tanpa merugikan pihak lain.
31
DAFTAR PUSTAKA
Waskita. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat: Hubungan Antar Agama dalam
Kebhinnekaan Indoensia.
jurnal: Toleransi Antar Umat Beragama Di Indonesia Untuk Mempertahankan
Kerukunan
Pembelajaran 4. Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Modul
belajar mandiri halaman 125
jurnal: Khakim Salisul Muhammad, Sukanti, Nugraha Febriyanti Anike, dan
Sarwedi Rachma Aliefah. “Kontribusi Mahasiswa Daerah dalam Penanganan
Intoleransi Melalui Sinergi Perguruan Tinggi di DIY”. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan.Vol.10,No. 1 Mei 2020, hal. 67-70
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-
ika--makna-dan-implementasi?page=all
https://stanbrain.com/materi-butir-butir-pancasila/
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1514290161/09Tugas
%20Pancasila%20Pertemuan%209%20(Makalah).doc
https://kumparan.com/berita-update/bendera-merah-putih-dan-lambang-negara-
yang-termaktub-dalam-uud-1945-1v097vrzUrG/full
https://tirto.id/isi-pasal-35-dan-36a-uud-1945-tentang-bendera-lambang-negara-
f9dt
https://brainly.co.id/tugas/6245832#:~:text=Semboyan%20Bhinneka%20Tunggal
%20Ika%20dikukuhkan,dengan%20Semboyan%20Bhinneka%20Tunggal%20Ika
%E2%80%9D.
https://insanpelajar.com/keberagaman-agama-di-indonesia/
https://www.perbandingan.agama.pdf/
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55806826
https://sumbar.suara.com/read/2021/01/25/110203/kronologi-lengkap-kasus-
siswi-nonmuslim-smkn-2-padang-dipaksa-berjilbab
https://news.detik.com/berita/d-5345362/kasus-siswi-nonmuslim-pakai-jilbab-
kepala-smk-negeri-2-padang-minta-maaf
32
https://wartakota.tribunnews.com/2021/01/28/sejumlah-siswi-nonmuslim-di-
smkn-2-padang-mulai-lepaskan-jilbab-sebagian-masih-memilih-berjilbab?
page=all.
https://faktualnews.co/2020/09/28/rumah-sumarmi-di-mojokerto-dibolehkan-
kembali-untuk-ibadah-umat-kristen/235593/
https://gaekon.com/begini-penampakan-rumah-yang-dilarang-dijadikan-rumah-
ibadah-kristen/
https://www.indozone.id/news/N4sn9No/larangan-ibadah-di-rumah-warga-
kristen-di-mojokerto-jiad-itu-melanggar-ajaran-islam/read-all
https://inilahmojokerto.com/2020/09/26/viral-pemdes-di-mojokerto-larang-
kegiatan-ibadah-warga-minoritas-ini-penjelasan-kades/
https://core.ac.uk/download/pdf/234034449.pdf (diakses 19 Maret 2021)
https://stanbrain.com/materi-butir-butir-pancasila/ (diakses 19 Maret 2021)
https://ksm.ui.ac.id/melawan-intoleran-semua-berawal-dari-diri-sendiri/ (diakses
pada tanggal 19 Maret 2021)
https://theconversation.com/bagaimana-agama-berperan-dalam-perilaku-intoleran-
individu-dan-masyarakat-124188 (diakses pada tanggal 19 Maret 2021)
33