Anda di halaman 1dari 9

1

Makalah
KEWARGANEGARAAN

Tentang :
TOLERANSI DALAM KEMAJEMUKAN/KEBHINEKAAN
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Yusuf Ansori : 2102165
2. Enjang Kartiwa : 2102118
3. Denny : 2102164
4. Hanjar Aji Susilo : 2102096
Dosen Pembimbing :
Fajar Iqbal Mirza, MM.

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH A.R FACHRUDDIN


Jl KH Syekh Nawawi No.99, Mata Gara, Kec. Tigaraksa,Tangerang Banten 15720 Tahun 2022
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat
merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang
demokratis. Masyarakat majemuk memiliki kedudukan yang setara tidak ada prioritas antar
suku, ras, etnis, maupun agama walaupun mereka memiliki budaya dan aspirasi yang
berbeda-beda.

Manusia dikodratkan menjadi makhluk yang harmoni. Perbedaan-perbedaan dalam


masyarakat seharusnya menjadi alasan untuk menjalani kehidupan yang menjunjung tinggi
toleransi. Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan modal yang sangat menentukan
terwujudnya sebuah bangsa yang Bhinneka tunggal ika. Menurut Setiadi (2006: 153-154),
segala bentuk kesenjangan harus didekatkan, segala keanekaragaman dipandang sebagai
kekayaan bangsa milik bersama. Kemajemukan masyarakat seharusnya dapat menjadikan
rakyat indonesia hidup dalam keharmonisan, namun kenyataan yang terjadi justru
sebaliknya. Secara relatif sering terjadi konflik antar kelompok satu sama lain. Realitas ini
harus diterima dengan sikap keterbukaan dan kedewasaan agar konflik tersebut tidak
menggoyahkan persatuan Indonesia.

Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi untuk memecahkan permasalahan
masyarakat Indonesia yang majemuk adalah Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Setiadi (2006:
157), Bhinneka tunggal ika merupakan ungkapan yang menggambarkan masyarakat
Indonesia majemuk dan heterogen. Bhinneka Tunggal Ika menekankan aspek persatuan
dalam segala bidang tanpa membeda-bedakan. Terwujudnya Bhinneka tunggal ika tidak
lepas dari kesadaran masyarakat akan hidup berdampingan dan memahami makna
Bhinnekat Tunggal Ika agar menjadi pedoman dalam berbangsa dan bernegara

B. Perumusan Masalah
3

Dari latar belakang yang telah kami paparkan diatas, maka kami merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, yakni :

1. Bagaimana makna toleransi dalam kebhinekaan?


2. Bhinneka Tunggal Ika dalam Keberagaman di Indonesia
3. Bagaimana Bentuk keberagaman di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Dari pemaparan rumusan masalah diatas maka kami menentukan tujuan pemakalah ini
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian makna toleransi dalam kebhinekaan


2. Untuk mengetahui Bhinneka Tunggal Ika dalam Keberagaman di Indonesia
3. Untuk mengetahui bentuk keberagaman di Indonesia

1.
4

BAB II

TOLERANSI DALAM KEBHINEKAAN

A. Makna Toleransi dalam Kebhinekaan

Makna toleransi dalam kebhinekaan adalah adalah hidup berdampingan secara damai
dan saling menghargai di antara keragaman suku bangsa, agama, adat istiadat dan bahasa.
Toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran, kelembutan hati,
keringanan dan kesabaran. Secara umum istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang
dada, suka rela dan kelembutan.

Badan dunia PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan (UNESCO),


mengartikan toleransi sebagai sikap saling menghormati, saling menerima, saling menghargai
di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia.

Toleransi merupakan bentuk akomodasi dalam interaksi sosial. Manusia beragama


secara sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus bergaul bukan hanya dengan
kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok berbeda agama. Umat beragama musti
berupaya memunculkan toleransi untuk menjaga kestabilan sosial sehingga tidak terjadi
benturan-benturan ideologi dan fisik di antara umat berbeda agama.

Indonesia adalah negara multikultural, tapi bukan negara multikulturalis. Karena itu
multikulturalisme tidak menjadi solusi dalam pengelolaan keragaman di Indonesia. Beberapa
kategori multikulturalisme yang diproblematisasi di Indonesia, terutama misalnya, terkait
dengan pertanyaan siapa orang asli, minoritas nasional, dan imigran dalam konteks
masyarakat Indonesia. Keberagaman dalam masyarakat Indonesia ditinjau dari sudut pandang
geografis, terbentuk oleh jumlah suku bangsa yang mendiami suatu wilayah Indonesia sangat
banyak dan tersebar di mana-mana. Sebagai negara kepulauan, perbedaan antar suku yang
mendiami satu pulau dengan pulau lain atau berada di satu kawasan berbeda-beda
budayanya.Dengan selalu berpedoman kepada dasar negara Pancasila dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika kita tentu lebih dapat bersikap bijaksana dalam pergaulan di rumah,
lingkungan belajar atau di masyarakat kita yang beragam. Kita akan selalu menjaga persatuan
dan kesatuan sehingga kehidupan yang rukun, serasi dan harmonis dapat terwujud.
5

1. Bhinneka Tunggal Ika dalam Keberagaman di Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman sosial di Indonesia adalah sebagai


pemersatu, perekat berbagai budaya dari suku bangsa di Indonesia.

Di dalam UUD 1945 menjelaskan bahwa Lambang Negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Lagu Garuda Pancasila diciptakan oleh
Sudharnoto sebagai lagu wajib perjuangan Indonesia. Burung Garuda melambangkan
kekuatan. Warna emas pada burung Garuda melambangkan kemuliaan. Perisai di tengah
melambangkan pertahanan bangsa Indonesia. Setiap simbol pada perisai melambangkan
setiap ajaran Pancasila, yaitu:

1. Bintang melambangkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Rantai melambangkan prinsip Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Pohon Beringin melambangkan prinsip Persatuan Indonesia
4. Kepala Banteng melambangkan prinsip Demokrasi yang Dipimpin oleh Kebijaksanan
dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Seluruh dari Indonesia

Warna Merah dan Putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Warna merah
berarti keberanian dan warna putih berarti kemurnian. Garis hitam tebal di perisai
melambangkan wilayah Indonesia dilalui oleh garis Khatulistiwa.

Keragaman dalam masyarakat majemuk merupakan sesuatu yang alami yang harus
dipandang sebagai suatu identitas bangsa. Hal tersebut dapat dianalogikan seperti halnya jari
tangan manusia yang terdiri atas lima jari yang berbeda, akan tetapi kesemuanya memiliki
fungsi dan maksud tersendiri, sehingga jika semuanya disatukan akan mampu mengerjakan
tugas seberat apapun.

Untuk menyadari hal tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran yang sangat penting.
Pengembangan multikulturalisme mutlak harus dibentuk dan ditanamkan dalam suatu
kehidupan masyarakat yang majemuk.

Jika hal tersebut tidak ditanamkan dalam suatu masyarakat yang majemuk, agar kemajemukan
tidak membawa pada perpecahan dan konflik. Indonesia sebagaibangsa yang multikultural
harus mengembangkan wawasan multikultural tersebut dalam semua tatanan kehidupan yang
bernafaskan nilai-nilai kebhinekaan.
6

Membangun masyarakat multikultur di Indonesia harus diawali dengan keyakinan bahwa


dengan bersatu kita memiliki kekuatan yang lebih besar.

2. Menghormati Keberagaman dalam Masyarakat

Menghormati keberagaman suku bangsa merupakan upaya untuk menjaga persatuan


Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945, termuat cita-cita bangsa Indonesia yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa
yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa
dengan bahasa lokal 300 macam. Jadi perlu makna toleransi dalam bermasyarakat.

Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus kita jaga
dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat
Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi
bangsa persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula
merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam
itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan
nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan
berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.

Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan


lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh
kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia
adalah merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.

Semua keragaman sosial budaya dan adat istiadat di wilayah Indonesia menjadi
kebudayaan nasional yang berlandaskan Undang-Undang Dasar. Sebagai pelajar, generasi
muda dan anggota masyarakat hendaknya mengembangkan keragaman sosial budaya menjadi
kebudayaan nasional dengan landasan dan arah tujuannya yang dituangkan dalam penjelasan
pasal 32 UUD 1945 yang berbunyi, “Kebudayaan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang

timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan


7

lama dan asli yang terdapat sebagai puncakpuncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolakbahan-bahan baru dari
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa
sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”.

B. Bentuk keberagaman di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi sumber daya alam maupun
keberagamannya. Ada beberapa bentuk keberagaman di Indonesia, mulai dari keberagaman
suku, keberagaman agama, keberagaman ras, dan juga keberagaman anggota golongan.

1. Keberagaman suku

Indonesia adalah negara kepulauan. Dari geografis yang berbeda-beda tersebut, Indonesia
memiliki banyak sekali suku. Suku bangsa atau yang disebut juga etnik dapat diartikan
sebagai pengelompokan atau penggolongan orang-orang yang memiliki satu keturunan. Selain
itu, kelompok suku bangsa ditandai dengan adanya kesamaan budaya, bahasa, agama,
perilaku atau ciri-ciri biologis yang dimiliki.

Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun
budaya. Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok suku, lebih tepatnya 1.340 suku bangsa. 

2. Keberagaman agama

Indonesia adalah negara yang religius. Hal itu dibuktikan dalam sila pertama Pancasila,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan dalam beragama dijamin dalam UUD 1945
pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Di Indonesia sendiri, ada enam agama yang diakui oleh negara. Agama-agama yang diakui
oleh negara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan juga Konghucu. Keenam
agama harus hidup berdampingan di masyarakat dengan prinsip toleransi antarumat
beragama.

3. Keberagaman ras

Ras merupakan klasifikasi yang digunakan untuk mengategorikan manusia melalui ciri
fenotipe (ciri fisik) dan asal usul geografis. Asal mula keberagaman ras di Indonesia
8

disebabkan oleh beberapa faktor seperti bangsa asing yang singgah di Tanah Air, sejarah
penyebaran ras dunia, dan juga kondisi geografis. 

Ada beberapa ras yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Ras Malayan-Mongoloid
yang berada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ras
Melanesoid mendiami wilayah Papua, Maluku, dan juga Nusa Tenggara Timur. Selain itu, ada
juga ras Asiatic Mongoloid yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu seperti orang
Tionghoa, Jepang, dan Korea. Terakhir, ada ras Kaukasoid, yaitu orang-orang India, Timur-
Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika.

4. Keberagaman anggota golongan

Dalam masyarakat multikultural, keberagaman golongan bisa terjadi secara vertikal dan
horizontal. Untuk vertikal, terdapat hierarki lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Contohnya seperti status sosial, pendidikan, jabatan, dan sebagainya. Secara horizontal,
biasanya anggota golongan setara dan tidak ada hierarki. Namun, hal ini mengakibatkan
banyak yang merasa anggota golongannya paling benar sehingga merendahkan anggota
golongan lainnya. Contohnya adalah agama, idealisme, adat-istiadat, dan sebagainya.
9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai