Anda di halaman 1dari 6

Lembar Kerja Praktikum

DDPT

UJI PREDASI

Nama : Ignasius Dimas Patongloan


NIM : G011 21 011
Kelas : Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman B
Kelompok : 4 (Empat)
Asisten : Utari Ulan Apri H.C

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Lembar Kerja
Langkah Kerja:
1. Kumbang koksi (Coccinellidae) sebanyak 3 individu sebagai predator diperoleh
dari pertanaman sekitar.
2. Kutu daun (aphid) sebanyak 60 individu sebagai mangsa diperoleh dari tanaman
dan dipisahkan ke suatu wadah.
3. Pucuk tanaman sehat sebanyak 3 pucuk disiapkan yang berasal dari populasi kutu
daun yang ditemukan dan digunakan sebagai tanaman inang kutu daun.
4. Wadah plastik untuk perlakuan disiapkan sebanyak tiga buah dan telah diberikan
penutup dengan aerasi yang cukup baik.
5. Perlakuan dipersiapkan menjadi tiga sebagai berikut:
a) 20 individu kutudaun; 1 individu kumbang koksi
b) 20 individu kutudaun; 2 individu kumbang koksi
c) 20 individu kutudaun; 3 individu kumbang koksi
6. Masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam wadah plastik secara terpisah
bersama pucuk tanaman inang kutu daun.
7. Pemindahan kutudaun dilakukan secara satu per satu dengan menggunakan kuas
yang halus.
8. Berikan label pada tiap wadah perlakuan.
9. Jumlah kutudaun diamati yang masih hidup pada masing-masing perlakuan pada
1, 3, 6, 12, dan 24 jam.
10. Hasil pengamatan diisi sesuai pada tabel pengamatan.
11. Grafik antar waktu dibuat untuk masing-masing perlakuan dan diinterpretasikan.
12. Pembahasan dibuat berdasarkan hasil pengamatan dan dibandingkan dengan
literatur.
Hasil Pengamatan (Tabel):
No Perlakuan Jumlah kutudaun yang hidup (individu)
. (Jumlah 0 jam 1 jam 3 jam 6 jam 12 jam 24 jam
kumbang koksi)
(Individu)
1. 1 U1= 20 U1= 12 U1= 14 U1= 8 U1= 1 U1= 0
U2= 20 U2= 13 U2= 16 U2= 5 U2= 0 U2= 0
x̄ = 20 x̄ = 13 x̄ =15 x̄ = 7 x̄= 0,5 x̄ = 0
2. 2 U1= 20 U1= 3 U1= 0 U1= 0 U1= 0 U1= 0
U2= 20 U2= 11 U2= 0 U2= 0 U2= 0 U2= 0
x̄ = 20 x̄ = 7 x̄ = 0 x̄ = 0 x̄ = 0 x̄ = 0
3. 3 U1= 20 U1= 2 U1= 0 U1= 0 U1= 0 U1= 0
U2= 20 U2= 19 U2= 0 U2= 0 U2= 0 U2= 0
x̄ = 20 x̄ = 11 x̄ = 0 x̄ = 0 x̄ = 0 x̄ = 0

Hasil Pengamatan (Grafik Antar Waktu):

Uji Predasi
20

15

10
Populasi Kutudaun

0 1 3 6 12 24
Waktu Pengamatan (Jam)

1 2 3
Interpretasi:
Berdasarkan perlakuan 1 yang dilakukan, didapatkan populasi kutudaun
dalam waktu 0 jam adalah 20 kutudaun. Kemudian dalam waktu 1 jam didapatkan
rata rata kutudaun sekitar 13 kutudaun, dalam waktu 3 jam didapatkan 15
kutudaun, pada waktu 6 jam didapatkan 7 kutudaun, dan dalam 12 jam didapatkan
rata-rata 0,5 kutudaun, serta selama 24 jam tidak ada kutudaun yang tersisa.
Berdasarkan perlakuan 2 yang dilakukan, didapatkaan populasi kutudaun
dalam waktu 0 jam adalah 20 kutudaun. Kemudian dalam waktu 1 jam didapatkan
7 kutudaun, lalu dalam waktu 3 jam sampai 24 jam kemudian tidak ada lagi
kutudaun yang tersisa.
Berdasarkan perlakuan 3 yang dilakukan didapatkan populasi kutudaun
dalam waktu 0 jam adalah 20 kutudaun. Setelah 1 jam kemudian kutudaun yang
didapatkan adalah 11, dan pada waktu 3 hingga 24 jam kemudian jumlah kutudaun
yang tersisa adalah 0.
Berdasarkan grafik yang tertera diatas menyatakan ada nya penurunan jumlah
kutudaun pada setiap jam pengamatan dan adapula peningkatan pada kutudaun
tersebut, pada grafik menjelaskan bahwa pada pengamatan dalam waktu 3 jam pada
perlakuan pertama jumlah kutudaun mengalami peningkatan.

Pembahasan:
Berdasarkan pengujian predasi musuh alami tanaman menggunakan
kutudaun,jumlah kutu yang di mangsa oleh sang predator berbeda-beda dimana
pada setiap jam jumlah kutudaun yang awalnya berjumlahkan 20 ekor, setelah
beberapa jam diamati mengalami penurunan jumlah kutudaun. Hal ini sesuai
dengan pendapat Radiyanto et al (2017) yang menyatakan bahwa untuk
mengetahui jumlah mangsa yang dimakan oleh predator menggunakan metode
respon fungsional yaitu banyaknya mangsa yang dimakan oleh seekor predator
pada kepadatan populasi yang berbeda-beda.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan rerata populasi kutudaun diatas
yang dilakukan pada setiap perlakuan memiliki hasil yang berbeda beda
pada setiap jam nya, dimana uji predasi tersebut dilakukan secara
fungsional karena berdasarkan hasil yang menunjukan bahwa kumbang koksi
(Coccinellidae), mampu mengendalikan hama dengan kepadatan yang berbeda-
beda dalam waktu yang singkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Silitonga et al
(2020), yang menyatakan bahwa Kumbang koksi menjadi salah satu sahabat petani
karena dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati dalam mengendalikan hama pada
tanaman dengan kepadatan yang berbeda dalam waktu yang singkat. Kumbang ini
berperan sebagai predator atau musuh alami dari hama kecil seperti kutu daun
(Aphid gossypii) dan hama kecil lainnya.
Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa kumbang koksi adalah predator
yang memakan kutudaun (aphis) yang merupakan hama bagi tanaman yang
dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Efendi
(2018) yang menyatakan bahwa beberapa jenis kumbang koksi sebagai
predator dinyatakan mampu mengendalikan beberapa jenis hama pada
tanaman salah satunya ialah kutudaun (aphis).
Berdasarkan grafik diatas dapat di simpulkan bahwa kutudaun dapat
berkembang biak tanpa adanya proses perkawinan, dimana pada perlakuan pertama
pada waktu 3 jam pengamatan diketahui populasi kutudaun meningkat yang
tadinya berjumlahkan 13 ekor menjadi 15 ekor. Hal ini sesuai dengan pendapat
Meilin (2014) yang mengatakan bahwa kutudaun dewasa dapat menghasilkan
keturunan (nimfa) tanpa melalui perkawinan sifat ini disebut dengan
Partenogenesis.

DAFTAR PUSTAKA
Efendi, S., Yaherwandi, Y., & Nelly, N. (2018). Biologi dan Statistik Demografi
Coccinella transversalis Thunberg (Coleoptera: Coccinellidae), Predator
Aphis gossypii Glover ( Homoptera: Aphididae). Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia , 22(1), 91-97.
Meilin, Araz. (2014). Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai Serta
Pengendaliannya. Jambi : Percetakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Radiyanto, I., Sri R., dan endah W. 2017. Kemampuan Pemangsaan Menochilus
sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Rhopalosiphum
maidis Fitch (Homoptera: Aphididae). Entomologi Indonesia, 8(1): 1-7.

Silitonga, L., M. C. Tobing dan L. Lubis. 2020. Pengaruh Umur dan Waktu Inokulasi
Parasitoid Xanthocampoplex sp. (Hymenoptera: Ichneumonidae) terhadap
Jumlah Larva Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) di
Laboratorium. Jurnal Agroteknologi, 3(1): 87-96.

Anda mungkin juga menyukai