Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

SOSIALISASI MENGENAI UPAYA PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN


DBD DENGAN METODE 3M PLUS DI SMP NEGERI 26 MEDAN

TIM :

Ketua : Elvira (221000061)

Anggota : Nadhira Isnaini Putri (221000019)

Alya Mariska Sitompul (221000020)

Raudhatul Husna (221000029)

Nur Izzati Amalia (221000039)

Nadila Safira (221000040)

Qeenan Sarah Ayuningtias (221000041)

Indah Zakia Pohan (221000059)

Zahra Ramadhani (221000075)

Sarah Dinatha Angelina Sihombing (221000084)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... i


RINGKASAN…………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………... 1
1.1 Analisis Situasi……………………………………………………………………. 1
1.2 Permasalahan …………………………………………………………………….. 7
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………….. 8
1.4 Manfaat …………………………………………………………………………… 8
BAB II TARGET DAN LUARAN………………………………………………………. 9
2.1 Solusi yang Ditawarkan…………………………………………………………… 9
2.2 Target Luaran……………………………….…………………………………….. 10
BAB III METODE PELAKSANAAN……………………..……….………………….. 11
3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan ……………..…………………………………… 11
3.2 Lokasi Kegiatan ……………………….…………………………………………. 14
3.3 Tanggal dan Waktu Pelaksanaan…………………………………………………. 15
3.4 Sasaran Kegiatan………………………………………………………………….. 15
3.5 Susunan Tim ……………………………………………………………………… 15
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ……………………….………………… 16
4.1 Biaya ……………………………………………………………………..……….. 16
4.2 Jadwal Kegiatan……………………………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...…... 19

i
RINGKASAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini biasanya menyerang saat musim
penghujan, karena musim penghujan yang lembab dan banyak genangan air menyebabkan
perkembangbiakan nyamuk meningkat. DBD dapat terjadi pada anak-anak maupun orang
dewasa dan bisa berujung pada kematian. Gejala DBD dapat bervariasi, mulai dari ringan
hingga berat. Gejala umum termasuk demam tinggi, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, ruam
kulit, penurunan jumlah trombosit, dan pendarahan pada gusi atau hidung. Pada kasus yang
parah, DBD dapat menyebabkan syok, kerusakan organ, dan bahkan kematian. Hingga saat
ini, belum ditemukan vaksin untuk DBD, sehingga pencegahan menjadi hal yang paling
penting dalam memberantas penyakit ini.
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus menjadi salah
satu langkah yang efektif dalam meminimalkan penyebaran virus yang dibawa melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. 3M Plus adalah singkatan dari Menguras, Menutup, dan
Mengubur. Selain itu, Plus pada 3M Plus juga mencakup kegiatan pencegahan DBD lainnya
seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang
kawat kasa pada jendela dan ventilasi, menanam tanaman pengusir nyamuk, dan menaburkan
bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan minimal satu minggu
sekali agar rumah bebas dari jentik nyamuk. Rumah bebas jentik sangat bermanfaat karena
populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk
dapat dicegah atau dikurangi.Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan menggunakan 3M Plus
merupakan bagian dari Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang bisa dilakukan sehari-hari
tetapi dampaknya sangat besar dalam memberantas dan menghilangkan jentik/larva sebelum
tumbuh menjadi nyamuk dewasa. Sehingga pencegahan dan pengendalian DBD dilakukan
lebih dini.

Kata Kunci :
Demam Berdarah Dengue (DBD),Virus Dengue , Nyamuk Aedes Aegypti, 3M Plus

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk aedes terutama Aedes aegypti. Demam dengue
merupakan penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di dunia. Negara
beriklim tropis dan subtropis berisiko tinggi terhadap penularan virus tersebut. Hal ini
dikaitkan dengan kenaikan suhu yang tinggi dan perubahan musim hujan dan kemarau
disinyalir menjadi faktor risiko penularan virus dengue (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Sucipto (2011), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam
akut yang disebabkan oleh empat sterotype virus dengue dan ditandai dengan empat
gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan
penyebarannya semakin luas dan penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama
menyerang anak-anak (Widiyono, 2008).
Vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus betina. Nyamuk tersebut, pada umumnya menyerang pada musim panas
dan musim hujan. Mempunyai bintik-bintik di tubuh dan kakinya sehingga nyamuk Aedes
aegypti mudah dikenali, nyamuk ini berkembang biak di air jernih dan hanya mampu
terbang 100-200 meter. Nyamuk betina sangat sensitif terhadap gangguan sehingga
mempunyai kebiasaan berulang-ulang dan sangat memungkinkan penyebaran virus
Demam Berdarah Dengue (DBD) ke beberapa orang sekaligus. Nyamuk biasanya
menggigit pada pukul 8 (delapan) pagi sampai 1 (satu) siang dan pukul 3 (tiga) sampai 5
(lima) sore dan pada malam hari nyamuk ini bersembunyi di sela-sela pakaian yang
tergantung, gorden dan ruangan yang gelap serta lembab (Prameswari, dkk, 2014).
Aedes aegypti merupakan penyakit vektor paling utama namun spesies Aedes albopictus
juga dapat menjadi vektor penular. Biasanya virus Dengue menginfeksi nyamuk Aedes
betina ketika nyamuk Aedes menghisap darah seseorang yang sedang dalam fase demam
akut (viraemia) yaitu 2 (dua) hari sebelum panas mencapai 5 (lima) hari setelah demam
timbul. Nyamuk menjadi efektif 8-12 hari masa (periode inkubasi ekstrinsik). Setelah

1
melalui periode ekstrinsik kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan
virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan akan mengeluarkan
cairan.
Aedes aegypti berkembangbiak di dalam tempat penampungan air yang tidak
langsung berhubungan dengan tanah seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, dan
barang bekas yang dapat menampung air hujan di daerah urban dan sub urban. Aedes
albopictus juga demikian tetapi biasanya lebih banyak terdapat di luar rumah
(Kesumawati Hadi dan Koesharto, 2006). Setelah itu akan mencari tempat berair untuk
meletakkan telurnya. Setelah bertelur nyamuk akan mulai mencari darah lagi untuk siklus
bertelur berikutnya (Kesumawati Hadi dan Koesharto, 2006 dalam Cecep Dani Sucipto,
2011).
Aedes aegypti lebih suka menghisap darah di dalam rumah daripada di luar rumah dan
menyukai tempat yang agak gelap. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia
daripada darah binatang (bersifat antropofilik). Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
menggigit berulang (multiple-biters) sampai lambung penuh berisi darah, dalam satu
siklus gonotropik. Dengan demikian nyamuk Aedes aegypti sangat efektif sebagai
penularan penyakit (Departemen Kesehatan RI, 2005 dalam Cecep Dani Sucipto, 2011).
Setelah menghisap darah, Aedes aegypti (beristirahat) di dalam rumah atau
kadang-kadang di luar rumah, berdekatan dengan tempat berkembangbiaknya. Tempat
hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung seperti: pakaian, kelambu
atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat perkembangbiakannya. Biasanya ditempat yang
gelap dan lembab. Di tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan
telurnya di dinding tempat berkembangbiaknya sedikit di atas permukaan air. Jumlah telur
yang dikeluarkan setiap sekali adalah sekitar 100-400 butir (Brown 1969 dalam Cecep
Dani Sucipto, 2011). Nyamuk betina menghisap darah pada umurnya 3 hari setelah kawin
dan mulai bertelur pada hari ke enam. Telur itu ditempat yang kering dapat bertahan
berbulan-bulan pada suhu -2⁰ C sampai 42⁰C, dan bila tempat tersebut kemudian
tergenang air maka dapat segera menetas lebih cepat.
Nyamuk Aedes aegypti kebiasaan meletakkan telurnya di air jernih, terutama bak air
di kamar kecil (WC), bak mandi, bak atau 19 gentong tandoor air minum. Nyamuk Aedes
albopictus lebih senang bertelur di kaleng yang dibuang (Oda et al., 1983 dalam Cecep
Dani Sucipto, 2011). Hal itu sesuai dengan sifat Aedes aegypti yang mempunyai

2
kecenderungan sebagai nyamuk dalam rumah dan Aedes albopictus merupakan nyamuk
luar rumah.
Umur Aedes aegypti di alam bebas biasanya sekitar 10 hari. Umur 10 hari tersebut
cukup untuk mengembangbiakkan virus dengue di dalam tubuh nyamuk tersebut. Di
dalam laboratorium dengan suhu ruang 28⁰C, kelembaban udara 80% dan nyamuk diberi
makan larutan gula 10% serta darah mencit, umur nyamuk dapat mencapai 2 bulan
(Sungkar, 2005). Umur nyamuk jantan lebih pendek dari nyamuk betina (Christopher,
1960 dalam Cecep Dani Sucipto, 2011).
Penyakit ini menyerang semua kelompok umur, namun sebagian besarnya adalah
anak-anak umur 15 tahun ke bawah (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan, di tahun 2022, jumlah kasus dengue mencapai 131.265 kasus yang mana
sekitar 40% adalah anak-anak usia 0-14 tahun. Sementara, jumlah kematiannya mencapai
1.135 kasus dengan 73% terjadi pada anak usia 0-14 tahun (Kemenkes RI, 2023). Pada
umumnya penderita demam berdarah sebelumnya mengalami gejala yang sangat
bervariasi. Mulai demam ringan sampai gejala yang paling berat, seperti penderita
mengalami muntah-muntah atau berak darah. Biasanya penderita demam berdarah
dialami oleh bayi atau anak-anak, ditandai dengan ruam-ruam pada kulit (Warsidi, 2009).
World Health Organization (WHO), memperkirakan sekitar 2,5 miliar orang atau dua
perlima populasi penduduk di dunia beresiko terserang DBD dengan estimasi sebanyak
50 juta kasus infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahun, DBD banyak ditemukan di
daerah tropis dan subtropis (WHO, 2012). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya (Depkes RI,
2009). Virus dengue sangat endemik terutama daerah Asia, penyakit ini sering menyerang
Cina selatan, Pakistan, india dan semua negara Asia Tenggara. Endemik dengue pertama
kali di Asia terjadi pada tahun 1779, di Eropa pada tahun 1784, di Amerika Selatan tahun
1835, dan di Inggris tahun 1922. Di Indonesia sendiri kasus DBD pertama kali terjadi di
Surabaya pada tahun 1968 (Widoyono, 2011). Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai Negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Depkes RI, 2009).
Jumlah penderita DBD di Indonesia terus mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun,
namun seringkali mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia. Hal ini dapat diamati pada tabel 1.

3
Tabel 1. Jumlah dan Persebaran Kasus DBD Tahun 1968 - 2009

Sumber: Ditjen PP dan PL Depkes RI, 2009

4
Tabel 2. Jumlah Kasus DBD di Indonesia Periode 2013-2022

Sumber: Kementerian Kesehatan

Selama periode tahun 2013-2022, jumlah kasus DBD tiap tahunnya berkisar
antara 65-200 ribuan kasus. Di tahun 2013, data penyakit DBD mencapai 112.511 kasus,
sedangkan 2014 jumlah kasusnya menurun hanya berkisar 100.347 kasus, dan di tahun
2015 berdasarkan data yang ada terdapat sebanyak 129.500 kasus. Namun pada tahun
2016, terjadi lonjakan kasus DBD yang cukup tinggi hingga 204.171 kasus. Jumlah
kasus ini merupakan angka tertinggi kasus DBD dalam kurun 10 tahun terakhir. Meski
capai angka 200 ribuan kasus pada 2016, di tahun berikutnya 2017 dan 2018 jumlah
kasus hanya 68.407 dan 65.602 saja. Kasus DBD melonjak lagi pada 2019 capai angka
138.127 kasus yang kemudian berkurang pada 2020 hanya 108.303. Bahkan, pada tahun
berikutnya yakni 2021 terjadi penurunan kasus hingga 32,12% menjadi 73.518 saja.
Meski alami penurunan di tahun sebelumnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan
pada tahun 2022 jumlah kasus DBD kembali naik di angka 131.265 kasus dengan angka
kematian sebanyak 1.135 orang.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara, jumlah penderita DBD di
Sumatera Utara tahun 2017 naik sebanyak 2.089 dengan 44 penderita meninggal dunia,
sementara pada Januari hingga November 2016 jumlah kasus DBD 7.777 penderita dan
48 orang meninggal dunia. Untuk jumlah kasus DBD per kabupaten atau kota selama

5
tahun 2015 hingga November 2016, kota Medan menduduki peringkat pertama sebanyak
3.010 penderita dan 17 meninggal dunia (Dinas Kesehatan, 2017).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara menyatakan bahwa semua kabupaten dan
kota di wilayahnya kini berstatus endemis demam berdarah dengue (DBD). Terdapat 10
kabupaten-kota dengan kasus tertinggi diantaranya Medan, Deli Serdang,
Pematangsiantar, Gunung Sitoli, Simalungun, Batu Bara, Serdang Bedagai, Langkat, Nias
Utara dan Binjai. Jumlah kasus DBD di Sumut cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2022, misalnya, ada 8.541 kasus DBD di Sumatera Utara, meningkat drastis
dari tahun sebelumnya yakni 2.918 kasus.
Kota Medan merupakan daerah endemis penyakit demam berdarah. Pada tahun 2019,
jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 1.068 kasus dengan jumlah kematian 6
orang dan CFR 0,56%. Terdapat 3 kecamatan dengan angka cakupan tertinggi kasus DBD
diantaranya adalah kecamatan Medan Helvetia 87 kasus, Medan Selayang 81 kasus dan
Medan Belawan 77 kasus (Dinkes Kota Medan, 2019).
Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 92
tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/
MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan
memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans
epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB)
DBD. Manajemen pengendalian vektor secara umum diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian
Vektor (KMK 581/MENKES/SK/VII/1992).
Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia,
maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan pengendalian
vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian vektor ini dapat dilakukan dengan
pelaksanaan kegiatan 3M Plus. Pencegahan penyakit demam berdarah melalui program
kebersihan lingkungan, yakni memutus mata rantai sebaran nyamuk penyebab demam
berdarah (Warsidi, 2009).
Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan
kepompong nyamuk penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue,
Chikungunya, Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya.

6
Gerakan 3M Plus adalah kegiatan yang dilakukan pada saat PSN. PSN dilakukan minimal
satu minggu sekali agar rumah bebas dari jentik nyamuk. Rumah bebas jentik sangat
bermanfaat karena populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit
dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi (Atikah, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh dr. IB Wirakusuma, MOH di wilayah kerja Puskesmas
Bebandem pada tahun 2016, menunjukkan 12 responden dari 66 responden memiliki
perilaku atau praktik baik dalam pemberantasan DBD serta 35 responden dari 66
responden memiliki perilaku atau praktik cukup dalam pemberantasan DBD. Penelitian
yang dilakukan oleh Nining Widaningsih dkk di Desa Karyalaksana Kecamatan Ibun
Kabupaten Bandung dengan pemberantasan nyamuk metode 3M, menyatakan bahwa dari
sikap 3M dalam pemberantasan sarang nyamuk yang masih kurang dilakukan oleh
masyarakat di desa Karyalaksana adalah menguras bak mandi. Penelitian yang dilakukan
oleh Rubaggan Chelvam dan I Gede Ngurah Indraguna Pinatih di wilayah kerja
Puskesmas Banjarangkan II pada tahun 2017, menyatakan 20 responden dari 35
responden memiliki perilaku yang buruk dalam pemberantasan sarang nyamuk.
Atas dasar situasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka tim Pengabdian
Kepada Masyarakat (PKM) 1 Kelas A Stambuk 2022 menginisiasi untuk meningkatkan
kapasitas perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dengan
metode 3M Plus di SMP Negeri 26 Medan Kecamatan Medan Belawan mengingat angka
kejadian DBD di kecamatan tersebut yang masih tinggi. Kegiatan ini diharapkan dapat
mendorong, membina, dan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pelajar SMP
Negeri 26 Medan mengenai penyakit DBD dan cara pencegahan serta pemberantasan
dengan metode 3M Plus. Bentuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)
merupakan kolaborasi antara dosen dan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
yang melibatkan masyarakat, dalam hal ini pelajar di SMP Negeri 26 Medan.

1.2 Permasalahan
Sustainable Development Goals atau SDGs adalah 17 tujuan pembangunan
berkelanjutan yang disusun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia. Dalam hal ini, tujuan
pembangunan berkelanjutan yang hendak dicapai pada Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM) adalah kehidupan sehat dan sejahtera. Tujuan SDGs nomor 3 ini bertujuan untuk

7
mengkampanyekan gaya hidup sehat untuk mengurangi angka kesakitan masyarakat di
seluruh dunia serta berupaya mencapai kesejahteraan yang setinggi-tingginya.
Pengetahuan anak usia sekolah mengenai penyakit DBD dan cara pencegahan serta
pemberantasannya masih belum baik, sehingga memiliki risiko yang tinggi terserang
penyakit tersebut. Guna mengurangi risiko anak usia sekolah mengalami penyakit maka
perlu diberikan pengetahuan dan pemahaman terkait penyakit DBD sehingga anak
sekolah memiliki kesadaran serta mampu menjaga diri agar terhindar dari penyakit ini.
Pencegahan dan pemberantasan dengan metode 3M Plus yang dipraktikkan di sekolah
diharapkan akan diterapkan juga di lingkungan keluarga sehingga seluruh masyarakat di
daerah sekitar SMP Negeri 26 Medan terhindar dari penyakit DBD.
Alasan dipilihnya SMP Negeri 26 Medan sebagai tempat pengabdian adalah karena
tempatnya yang sebagian besar merupakan pesisir yang merupakan salah satu tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes. Selain itu, anak SMP termasuk yang paling rentan
terserang virus dengue. Hal ini dibuktikan dengan data dari Kementerian Kesehatan tahun
2020 yang menunjukkan bahwa proporsi DBD dengan golongan umur 5-14 tahun
mencapai 33,97% dan golongan umur 15-44 tahun mencapai 37,45%. Oleh karena itu,
Kelompok Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) 1 Kelas A Stambuk 2022 ingin
melakukan sosialisasi mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dengan cara
3M Plus dan mengaplikasikannya secara langsung.

1.3 Tujuan
1. Untuk meningkatkan kesadaran para pelajar mengenai penyakit DBD.
2. Untuk memberikan penjelasan bagaimana cara pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD dengan metode 3M Plus.
3. Untuk mengaplikasikan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dengan
metode 3M Plus secara langsung.

1.4 Manfaat
1. Agar memperoleh wawasan yang baru mengenai penyakit DBD sehingga para pelajar
dapat mencegah penyakit DBD.
2. Agar para pelajar dapat memelihara higiene dan sanitasi diri sendiri dan lingkungan.
3. Agar terciptanya lingkungan yang bebas dari penyakit DBD.

8
BAB II

TARGET DAN LUARAN

2.1 Solusi yang ditawarkan


Adapun media yang digunakan yaitu video youtube yang akan ditampilkan pada saat
pemaparan materi. Video yang ditampilkan berisi materi mengenai penyebab penyakit
DBD, apa saja tanda dan gejala DBD, siklus hidup nyamuk aides, dan pencegahan DBD
yakni melakukan GIRIJI (gerakan satu rumah satu pemantau jentik). JUMATIK (juru
pemantau jentik) bertugas untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk aedes di
lingkungan sekitar rumah secara rutin. Gerakan satu rumah satu pemantau jentik adalah
peran serta pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam
pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk aedes dengan melakukan
pemberdayaan PSN 3M PLUS.
Dalam pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik, apabila upaya PSN dengan
kegiatan menguras, menutup, dan mengubur dan atau mendaur ulang sampah (3M) yang
bisa menjadi tempat sarang nyamuk dan PLUS yaitu memelihara ikan pemakan jentik,
memasang kawat kasa, mengatur ventilasi dan pencahayaan dalam ruangan mengganti air
vas bunga minimal satu minggu sekali, mengganti tempat minum burung minimal satu
minggu sekali, menghindari menggantung pakaian di dalam kamar, menaburkan bubuk
larvasida di tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat bersarang dan berkembang
biak sehingga lingkungan menjadi bebas DBD. Upaya pencegahan tersebut dapat
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan dengan gerakan serentak oleh
berbagai tatanan, serta menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan bahan alami
pengusir nyamuk, obat nyamuk (bakar atau oles), menggunakan kelambu, dan menata
ruangan rumah sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungan menjadi
lebih baik.
Para peserta melakukan praktik 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) secara
langsung didampingi oleh pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat untuk memberantas
sarang nyamuk di daerah lingkungan sekolah SMP Negeri 26 Medan, sehingga
diharapkan peserta dapat mempraktikan ilmu yang telah diperoleh di lingkungan tempat
tinggal masing-masing.

9
2.2 Target Luaran

Target yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
bertambahnya pengetahuan dan informasi sasaran khalayak yaitu siswa-siswi SMP
Negeri 26 Medan tentang manfaat upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dengan
metode 3M Plus. Diharapkan kegiatan ini dapat memperoleh wawasan yang baru
mengenai penyakit DBD sehingga para pelajar dapat mencegah penyakit DBD serta
memelihara higiene dan sanitasi diri sendiri dan lingkungan sehingga terciptanya
lingkungan yang bebas dari penyakit DBD.
Luaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa
laporan pengabdian serta terciptanya wawasan dan pengetahuan mengenai upaya
pencegahan dan pemberantasan DBD dengan metode 3M Plus dengan
mengaplikasikannya secara langsung di lingkungan sekitar siswa-siswi SMP Negeri 26
Medan.

10
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan


a. Pemilihan Lokasi
Alasan dipilihnya SMP Negeri 26 Medan sebagai lokasi Pengabdian karena
tempatnya yang sebagian besar merupakan pesisir yang menjadi salah satu tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes. Selain itu, anak SMP termasuk yang paling rentan
terserang virus dengue. Hal ini dibuktikan dengan data dari Kementerian Kesehatan
tahun 2020 yang menunjukkan bahwa proporsi DBD dengan golongan umur 5-14
tahun mencapai 33,97% dan golongan umur 15-44 tahun mencapai 37,45%. Oleh
karena itu, Kelompok 1 Pengabdian Masyarakat Kelas A Stambuk 2022 ingin
melakukan sosialisasi mengenai upaya pencegahan DBD dengan cara 3M Plus dan
mengaplikasikannya secara langsung.

b. Metode Pendekatan
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan metode kegiatan
yang dapat menunjang tercapainya kegiatan. Adapun metode yang digunakan dalam
kegiatan pengabdian masyarakat ini mencakup: (1) Metode ceramah. Alasan
dipilihnya Metode Ceramah adalah dengan metode ini dapat menciptakan wawasan
pemikiran bagi pendengar secara luas, sehingga pendengar dapat belajar melalui apa
yang telah disampaikan oleh presenter dan apa yang ditulis pendengar melalui metode
ceramah itu, memotivasi pendengar untuk lebih belajar mandiri dan menumbuhkan
rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru. Metode ceramah baik untuk memberikan
keterangan-keterangan kepada pendengar dalam membantu memecahkan masalah,
jika pendengar menghadapi kesulitan-kesulitan. (2) Mendemonstrasikan secara
langsung 3M Plus Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian DBD. Alasan
mendemonstrasikan PSN 3M secara langsung agar para murid-murid SMP Negeri 26
Medan mengetahui betapa pentingnya melakukan 3M Plus, dengan melakukan
gerakan 3M Plus seperti (1) Menguras tempat yang sering menjadi penampungan air
seperti bak mandi, drum dan tempat penampungan air lainnya bisa menghindari
adanya telur nyamuk. (2) Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi maupun drum juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di
dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi

11
menjadi sarang nyamuk. (3) Dengan memanfaatkan kembali limbah barang bekas
yang bernilai ekonomis (daur ulang) dan mendaur ulang barang-barang bekas dapat
menghilangkan potensi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah. Dan
yang dimaksudkan Plus-nya adalah Kegiatan Gotong-royong membersihkan
lingkungan dan periksa tempat-tempat penampungan air.

c. Uraian Metode Pendekatan


Kementerian Kesehatan RI menyebutkan PSN 3M Plus meliputi
pemberantasan sarang nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu menguras tempat
penampungan air minimal seminggu sekali, menutup rapat tempat air, memanfaatkan
kembali barang bekas yang dapat menampung air dan memiliki potensi menjadi
perkembangbiakan nyamuk penular DBD (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Makna
Plus adalah mengisi ulang air vas bunga, seminggu sekali. Membersihkan saluran dan
talang air rusak. Membersihkan/mengeringkan tempat yang dapat menampung air.
Mengeringkan tempat yang dapat menampung air hujan misalnya di pekarangan dan
kebun. Memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan cupang, ikan kepala timah, dan
lain-lain. Menggunakan obat nyamuk, memakai larvasida, menggunakan ovitrap.
Larvitar, atau mosquito trap. Menanam tanaman pengusir nyamuk, sebagai contoh
lavender, kantong semar, sereh, zodiac, geranium dan lain-lain (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).

d. Prosedur Kerja Metode


Kegiatan Pengabdian yang dilakukan ini meliputi pemberian materi dasar
mengenai Program 3M Plus dengan metode ceramah, diskusi, serta dialog interaktif
melalui presentasi PowerPoint yang telah dipersiapkan sebelumnya. Metode ceramah
dipilih karena metode ini akan membuka pemahaman para peserta kegiatan untuk
lebih memahami tentang penyakit DBD yang ternyata sangat berbahaya jika tidak
ditangani secara cepat dan tepat. Sebelum sosialisasi dimulai, kami akan memberikan
kertas kuisioner kepada peserta yang mengikuti kegiatan sosialisasi untuk mengukur
pemahaman mereka terkait permasalahan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)
Selain pemberian materi dasar tentang penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)
akan ditampilkan juga sebuah video yang berkaitan dengan topik penyakit DBD
(Demam Berdarah Dengue) secara general dan upaya pencegahannya. Usai menonton
film pendek yang ditampilkan akan diadakan diskusi dimana peserta sosialisasi dapat

12
bertanya ataupun memberikan pendapat tentang materi yang telah disampaikan. Hal
ini bertujuan untuk merangsang keaktifan para peserta kegiatan sosialisasi dalam
mendiskusikan permasalahan penyakit DBD yang terjadi dilingkungan sekitar.
Setelah sosialisasi dilakukan, peserta diminta untuk kembali mengisi kuisioner
tentang materi sosialisasi yang telah disampaikan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perkembangan peserta sosialisasi tentang pengetahuan peserta mengenai
penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) tersebut. Di akhir kegiatan, seluruh
anggota kelompok 1 bersama para peserta akan mempraktekkan secara langsung
penerapan 3M Plus di lingkungan sekolah SMP Negeri 26 Medan, dengan cara
mengadakan kerja bakti dan bersih-bersih lingkungan sekolah.

e. Kuisioner
Kuesioner juga dikenal sebagai angket. Kuesioner merupakan sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi atau dijawab oleh responden atau orang yang akan diukur.
Hal yang didapatkan melalui kuesioner adalah kita dapat mengetahui keadaan atau
data pribadi seseorang, pengalaman, pengetahuan, dan lain sebagainya yang kita
peroleh dari responden. Kuesioner berbentuk daftar pertanyaan. Harapan yang
diinginkan melalui penyusunan kuesioner adalah mampu mengetahui
variabel-variabel apa saja yang menurut responden merupakan halyang penting .
Berikut ini penjelasan pengertian kuesioner menurut para ahli, yaitu sebagai
berikut:

Bimo Walgito (1987)


Pengertian kuesioner adalah daftar pertanyaan dalam penelitian yang harus
dijawab secara lengkap oleh responden atau informan.

Dewa Ketut Sukardi (1983)


Pengertian kuesioner adalah suatu bentuk teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam metode penelitian tanpa memerlukan sumber data yang datang
langsung.

Adapun tujuan penyusunan kuesioner adalah guna memperbaiki bagian-bagian


yang kurang tepat untuk diterapkan dalam pengambilan data terhadap responden.
Responden bisa dengan mudah memberikan jawaban karena alternatif jawaban sudah

13
disediakan misalnya dalam bentuk menambahkan checklist pada kolom. Selain itu,
kuesioner juga memerlukan waktu yang singkat untuk menjawab pertanyaan. Jenis
pertanyaan dalam angket yang digunakan adalah close questions (pertanyaan
tertutup). Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang membatasi atau menutup
pilihan jawaban yang tersedia bagi responden. Responden hanya dapat memilih
jawaban yang tertera pada angkt. Responden tidak dapat dengan bebas memberikan
jawaban yang mungkin diinginkan oleh responden yang terpengaruh. Umumnya, jenis
anet ini digunakan jika masalahnya jelas.
Berikut ini adalah sepuluh pertanyaan yang terdapat pada kuesioner mengenai
penyakit DBD:
1. Apakah nyamuk penyebab DBD adalah nyamuk Anopheles?
2. Apakah nyamuk penular penyakit DBD berkembang biak di air kotor?
3. Apakah nyamuk penyebab DBD menghisap pada malam hari?
4. Apakah seorang yang terkena DBD tidak dapat terjangkit kembali?
5. Apakah demam tinggi merupakan gejala klinis penyakit DBD?
6. Apakah memiliki tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih disekujur
tubuhnya merupakan salah satu ciri-ciri nyamuk penular DBD?
7. Apakah 3M kepanjangan dari menutup,menguras dan mengubur?
8. Apakah penyakit DBD disebabkan oleh bakteri?
9. Apakah menguras tempat penampungan air termasuk perilaku 3M?
10. Apakah kegiatan 3M hanya boleh dilakukan orang tertentu saja?

3.2 Lokasi Kegiatan

Upaya pencegahan DBD (Demam Berdarah Dengue) dengan cara 3M plus


(Menguras, Menutup, dan Mengubur) di SMP Negeri 26 akan dilaksanakan pada:

Tempat : SMP Negeri 26 Medan

Alamat : Blok P, Jl. Pulau Sicanang No.17, Belawan Bahagia, Medan Kota
Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara 20414.

14
3.3 Tanggal dan Waktu Pelaksanaan

Tanggal : 31 Mei 2023

Waktu : 08.00 WIB - selesai

3.4 Sasaran Kegiatan

Sasaran Kegiatan Pengabdian ini adalah 30 Murid Perwakilan dari SMP Negeri 26
Medan.

3.5 Susunan Tim

Ketua : Elvira (221000061)

Sekretaris : Nadila Safira (221000040)

Bendahara : Sarah Dinatha Angelina Sihombing (221000084)

Seksi Acara : Qeenan Sarah Ayuningtias (221000041)

Indah Zakia Pohan (221000059)

Seksi Perlengkapan : Nadhira Isnaini Putri (221000019)

Raudhatul Husna (221000029)

Seksi Konsumsi : Zahra Ramadhani (221000075)

Seksi Dokumentasi : Alya Mariska Sitompul (221000020)

Nur Izzati Amalia (221000039)

15
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Biaya
● Pengeluaran

No Sumber Daya Jumlah Estimasi Biaya

1 Konsumsi 13 kotak x Rp. 15.000 Rp. 195.000


(makan siang)

2 Snack 45 kotak x Rp. 6.000 Rp. 270.000

3 Cenderamata 1 buah plakat x Rp. Rp. 100.000


100.000

4 Hadiah kuis 3 set alat tulis x Rp. Rp. 45.000


15.000

5 Spanduk 1 buah Rp. 100.000

6 Print-out proposal 2 jilid x Rp. 5.000 Rp. 10.000


dan laporan akhir

7 Biaya tidak Rp. 80.000


terduga

Total Rp. 800.000

● Pemasukan

Biaya dari anggota 10 anggota x Rp. 80.000 Rp. 800.000

Total Rp. 800.000

16
4.2 Jadwal Kegiatan

● Agenda Kegiatan

No. Agenda Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

1. Penyusunan Proposal dan bimbingan/diskusi 3 – 30 Mei 2023


dengan dosen pembimbing

2. Survei Lokasi Kegiatan 29 Mei 2023

3. Pelaksanaan Kegiatan 31 Mei 2023

4. Penyusunan Laporan Kegiatan 5 – 10 Juni 2023

● Rundown Kegiatan

Waktu Kegiatan Tempat

08.00 - 08.05 Pembukaan oleh moderator

08.05 - 08.10 Kata sambutan oleh perwakilan


pihak sekolah

08.10 - 08.15 Kata sambutan oleh ketua kelompok

08.15 - 08.20 Kuisioner awal


Ruang Kelas

08.20 - 09.00 Pemaparan materi

09.00 - 09.05 Ice breaking

09.05 - 09.15 Kuis

17
09.15- 09.20 Kuisioner akhir

09.20 - 09.25 Pembagian hadiah dan cendera mata

09.25 - 09.30 Penutupan oleh moderator

09.30 - Selesai Praktik 3M oleh seluruh peserta Lingkungan Sekolah


sosialisasi

18
DAFTAR PUSTAKA

Candra, Aryu. 2019. ASUPAN GIZI DAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH/ DENGUE
HEMORAGIC FEVER (DHF). JNH (Journal of Nutrition and Health), 7(2): 23 - 31.

Candra, Aryu. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor
Risiko Penularan. Aspirator, 2(2): 110 - 119.

Handriani, Dezara Judithia (2019). Jurnal Proses Adaptasi Ikatan Mahasiswa Fakfak Di Kota
Bandung. Diakses pada tanggal 16 November 2022.
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1558

Singh, A.K. 2004. Tests, Measurements and Research Methods in Behavioral Sciences. Patna:
Bharati Bhawan.

Syaharani, Mela. 2023. Jumlah Kasus DBD di Indonesia Periode 2013-2022. Jumlah Kasus
DBD di Indonesia Periode 2013-2022 - GoodStats Data, diakses pada 30 Mei 2023
pukul 08.29.

Stewart, C.J. & Cash W.B. 1982. Interviewing Principles and Practices. 3rd edition. Iowa:
Wm. C. Brown Company Publisher.

Tim Ditjen PP dan PL Depkes RI. 2007. Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI.

Triyunis, Miko dkk. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI.

19

Anda mungkin juga menyukai