Metode Reinke Dan POA
Metode Reinke Dan POA
Tahap Penentuan Prioritas Alternatif Solusi dengan Metode Reinke dan POA
KELOMPOK 7
KELAS D 2013
Sejak pertama kali ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968, tercatat
54 kasus dengan 24 kematian (CFR 41,5%). Selanjutnya pada tahun 1972
ditemukan DBD di luar Jawa yaitu Sumatera Barat, Lampung, dan Riau. Sejak itu
penyakit DBD tersebar di berbagai daerah, dan angka kejadian penyakit DBD
terus meningkat. KLB penyakit DBD terjadi di sebagian besar daerah perkotaan
dan beberapa daerah pedesaan, di mana sejak tahun 1975 penyakit ini telah
terjangkit di daerah perdesaan. Sampai dengan bulan November 2007, kasus
DBD di Indonesia telah mencapai 124,811 (IR: 57,51/100.000 penduduk) dengan
1.277 kematian (CFR: 1,02%) (Depkes, 2007).
Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang endemis DBD dengan
morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi serta menjadi kota dengan kasus
DBD terbanyak kedua di Indonesia. Menurut data di Dinas Kesehatan Kota
Semarang, pada tahun 2009 tercatat angka kasus DBD terbesar terjadi di Kota
Semarang yang mencapai 2.905 jiwa, dengan korban meninggal sebanyak 34
jiwa. Pada tahun 2010, kasus DBD di Kota Semarang meningkat 100% mencapai
5.556 jiwa, dengan korban meninggal sebanyak 47 jiwa. Namun pada tahun
2011 terjadi penurunan kasus hanya menjadi 1303 kasus dengan kematian 10
jiwa. Tembalang dan Ngaliyan tercatat sebagai kecamatan endemis DBD di kota
Semarang yang selalu menempati masing-masing urutan pertama dan kedua
berdasarkan incidence rate (IR) dalam kasus DBD sejak 3 tahun terakhir
3. Ventilasi Rumah
Dalam sebuah penelitian, ventilasi dan jendela rumah dikatan memenuhi
syarat kesehatan bila pada lubang ventilasi terpasang jarring-jaring atau
kawat kasa. Pemakaian kawat kasa pada setiap lubang ventilasi yang
ada di dalam rumah bertujuan agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah
dan menggigit manusia. Risiko responden di dalam rumah dengan
ventilasi yang tidak berkasa untuk terkena DBD 9,04 kali lebih besar
dibanding dengan responden yang memiliki ventilasi udara yang berkasa.
(Maria, Ita dkk, 2013).
4. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat kenyamanan penghuni suatu rumah. Kondisi kelembaban udara
dalam ruangan dipengaruhi oleh musim, kondisi udara luar, serta kondisi
ruangan yang kebanyakan tertutup. Risiko responden yang tinggal di
rumah yang lembab untuk terkena DBD 3,36 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang tinggal di rumah yang tidak lembab
(Maria, Ita dkk, 2013).
5. Suhu
Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangbiakan
jentik nyamuk Aedes aegypti adalah suhu udara. Nyamuk Aedes aegypti
sangat rentan terhadap suhu udara. Dalam waktu tiga hari telur nyamuk
telah mengalami embriosasi lengkap dengan temperature udara 25-300C
(Yudhastuti dan Vidiyani, 2005). Namun telur akan mencoba menetas 7
hari pada air dengan suhu 160C. Telur nyamuk ini akan berkembang pada
air dengan suhu udara 20-300C (Maria, Ita dkk, 2013).
6. Tanaman Sekitar Rumah
Masyarakat yang memiliki tanaman di sekitar rumahnya memiliki risiko
terkena penyakit DBD 2,1 kali lebih besar dibanding masyarakt yang tidak
ada tanaman di sekitar rumahnya. Hal ini dikarenakan tanaman yang
tumbuh di sekitaran rumah dapat menjadi tempat tertampungnya air
secara alamiah, sehingga dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti. Selain dapat menjadi tempat penampungan air
secara alami, adanya tanaman di sekitaran rumah dappat memperngaruhi
kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah, sehingga menjadi tempat
yang juga disenangi oleh nyamuk Aedes aegypti untuk istirahat (Rasyad,
2002).
Dari penjelasan diatas mengenai penyakit DBD dan beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya kejadian penyakit DBD maka diperlukan pemecahan
masalah. Dalam memecahkan masalah ini mempunyai alur atau proses yang
harus dicermati agar solusi permasalahan dapat diimplementasikan dan dapat
berjalan.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mencermati faktor risiko.
Jika penyebab atau faktor risiko masalah kesehatan telah ditetapkan, selanjutnya
dibuat alternatif untuk pemecahan masalah. Terdapat dua syarat dalam mencari
alernatif solusi dari faktor risiko masalah, yaitu pemahaman akan masalah yang
ada dan pemahaman tentang sub sistem masalah. Setelah dimunculkan
beberapa alternatif solusi, alternatif tersebut perlu diprioritaskan dengan
mempertimbangkan berbagai hal seperti :
1. Relevansi hasil alternatif dengan tujuan pemecahan masalah
2. Efektivitas, sejauh mana alternatif tersebut dapat menghasilkan yang
diharapkan
3. Relative cost, berapa besar biaya masing masing alternatif
4. Technical feasibility, apakah alternatif dapat dijalankan dengan layak
5. Personil, tersedia sumber daya untuk melakukan alternatif tersebut
6. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh
7. Kerugian-kerugian yang mungkin timbul
P = (M x V x I) : C
5. Penyuluhan kepada 3 2 2 3 4 V
warga tentang
penyakit DBD dan
pengendaliannya
Pada tabel di atas, dapat kita simpulkan penentuan alternatif pemecahan
masalah DBD menggunakan metode Reinke didapatkan hasil bahwa
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) menempati urutan pertama dilanjutkan
dengan kegiatan pelaksanaan fogging (II), penaburan bubuk abate (III),
pembentukan kader dalam rangka pengawasan angka bebas jentik (IV), dan
pada urutan terakhir adalah penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit
DBD dan pengendaliannya (V).
Action plan (rencana aksi) adalah satu set tugas yang diberikan kepada
individu atau tim yang berisi daftar target untuk setiap tugas serta tenggat
waktu, orang yang bertanggung jawab, dan langkah-langkah untuk
sukses. Rencana aksi memberikan gambaran untuk individu atau tim
bagaimana kesuksesan mereka akan mempengaruhi pencapaian tujuan
seluruh organisasi (Kamus Bisnis). Biasanya POA berlaku untuk program-
program yang tertentu atau kegiatan tertentu. Hal ini dipergunakan agar :
a. Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.
b. Tidak ada tahapan penting terlewati.
c. Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan
kewajibannya
Seperti kasus yang telah dibahas diatas yaitu DBD, telah dijelaskan
terlebih dahulu mengenai faktor faktor risiko yang mempengaruhi
kejadian DBD. Setelahnya, ditetapkan untuk memakai metode Reinke
dan telah didapatkan jawaban bahwa solusi alternatif yaitu dengan
melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
7. Delegasikan tugas-tugas.
Ambil setiap titik pada time line secara bergantian dan tanyakan :
“siapa yang akan melakukan apa, pada tanggal yang telah ditentukan
untuk melakukan tugas yang telah ditetapkan?” bagikan tugas-tugas
ini kepada setiap individu atau tim yang sesuai.
9. Implementasikan rencana
Terjemahkan semua informasi anda ke kertas baru, daftarkan semua
tindakan yang diperlukan, orang yang bertanggung jawab untuk tugas
tertentu, dan kapan tugas tersebut harus diselesaikan. Setelah action
plan sudah diselesaikan, informasi ini sekarang dapat diberikan
kepada semua yang terlibat.
Setelah ke delapan langkah diatas dilakukan maka rencana yang sudah disusun
dapat di implementasikan. Kegiatan yang dijalankan harus dilaksanakan sesuai
dengan rencana sesuai tupoksinya. Berikut adalah rancangan POA berdasarkan
rancangan kasus DBD
Contoh :
Sasaran : Seluruh warga RW X Kelurahan Sumurboto
Target : 80% warga berpartisipasi
Tempat dan Waktu : Minggu 4 Oktober pukul 07.00 s/d selesai
Metode : Kerja bakti
No Kegiatan Biaya Penanggung Indikator
Jawab Keberhasilan
1. Pengarahan Fee Julliana P Pembicara datang
singkat dari pembicara 1 tepat waktu dan
petugas orang warga paham akan
Puskesmas @50.000 kegiatan yang akan
mengenai DBD dilaksanakan
dan PSN
2. Kerja bakti dengan Syifa Selokan air bebas
menerapkan Sakinah genangan, tidak ada
sistem 3M plus tumpukan sampah
dan tidak ada jentik
nyamuk
3. Penaburan bubuk Ervina Seluruh bak
abate Anggiasari penampung air
ditaburi bubuk abate
Gama, T.A dan Betty R.F. 2010. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam
Berdarah Dnegue di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. [Online]. Tersedia :
http://www.kopertis6.or.id/journal/index.php/eks/article/viewFile/12/10. Diakses
pada tanggal 14 September 2015
Maria, Ita dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kota Makassar Tahun 2013. [Online]. Tersedia :
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5820/ita%20maria_fakt
or%20risiko%20kejadian.pdf?sequence=1. (14 September 2015, 20:21)