Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS POTENSI BAHAYA DAN RISIKO KECELAKAAN KERJA

DENGAN PENDEKATAN PRINSIP DASAR HIGIENE INDUSTRI PADA


INDUSTRI PEMOTONGAN KAYU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ergonomi dan Lingkungan Kerja

Dosen Pengajar : Ir. Kalsum, M.Kes.

Disusun Oleh :

Raudhatul Husna

221000029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
ANALISIS POTENSI BAHAYA DAN RISIKO KECELAKAAN KERJA
DENGAN PENDEKATAN PRINSIP DASAR HIGIENE INDUSTRI PADA
INDUSTRI PEMOTONGAN KAYU

Globalisasi semakin merebak di seluruh negara termasuk Indonesia. Menyebar di


berbagai bidang, salah satunya yakni bidang industri. Persaingan yang ketat menuntut
perusahaan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi. Dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
potensi bahaya dan risiko lingkungan kerja yang paling besar harus diperhatikan karena
merupakan ancaman bagi para tenaga kerja. Potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungan, diantaranya faktor fisik, faktor biologi, faktor kimia, faktor
psikologi, dan juga faktor. Oleh karenanya, diperlukan kesadaran terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja (K3), baik untuk diri sendiri maupun lingkungan kerja. Risiko dapat
dihindari apabila perusahaan mampu mengendalikan kemungkinan risiko yang muncul
sehingga peluang atau akibat yang ditimbulkan tidak besar. Jika tingkat risiko diketahui
sebelum terjadi, maka perusahaan dapat menemukan cara yang tepat untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan sehingga potensi risiko tersebut bisa dikendalikan.

Untuk mengatasinya diperlukan penerapan higiene industri. Higiene industri


merupakan ilmu dan seni pengenalan, penilaian, dan pengendalian faktor-faktor bahaya
lingkungan sehingga tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari efek samping
kemajuan teknologi berupa Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja. Adapun
prinsip dasar higiene industri sebagai berikut.

a. Pengenalan Lingkungan Kerja


Merupakan metode untuk mengetahui adanya potensi bahaya kerja yang
terdapat dalam suatu pekerjaan yang mencakup stasiun kerja, mesin dan
peralatan kerja. Pengenalan lingkungan kerja merupakan salah satu upaya
untuk mencegah kecelakaan kerja terjadi kepada para tenaga kerja.
b. Penilaian Lingkungan Kerja
Merupakan metode untuk menilai risiko bahaya pada area kerja dengan cara
melakukan penilaian terhadap potensi bahaya yang sudah diidentifikasi agar
mengetahui tingkatan risiko dari bahaya tersebut. Ada dua parameter untuk
menganalisis penilaian risiko, yaitu keparahan (severity) dan kemungkinan
(likelihood). Menurut AS/NZS 4360, skala kemungkinan diukur dari risiko
yang jarang terjadi hingga sering terjadi tiap saat. Sedangkan skala keparahan
diukur dari nilai terkecil hingga terbesar. Untuk menentukan level risiko dari
risiko bahaya, maka digunakan rumus:

Risk = likelihood x severity

Setelah didapatkan hasil nilai risiko bahaya menggunakan rumus di atas,


langkah selanjutnya yaitu memasukkan hasil perhitungan ke dalam kolom
matriks risiko (risk matrix). Matriks risiko berguna untuk menentukan tingkat
risiko potensi bahaya yang telah teridentifikasi.
Tabel 3. Matriks Risiko
Severity
Likelihood
1 2 3 4 5
5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5

Berdasarkan Tabel 3, penilaian risiko dikategorikan menjadi 3 kategori,


yaitu: (a) warna hijau, termasuk risiko rendah yang tidak diperlukan adanya
tindakan apapun; (b) warna kuning, termasuk risiko sedang yang perlu
dilakukan tindakan; dan (c) warna merah, termasuk risiko tinggi yang sangat
diperlukan tindakan dan pengendalian.

c. Pengendalian Lingkungan Kerja


Merupkan langkah untuk mengelola potensi bahaya dan kecelakaan kerja
yang ada di tempat kerja agar meminimalkan potensi bahaya. Upaya
pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara pendekatan hirarki
pengendalian yaitu eliminasi yang merupakan pengendalian risiko yang
bersifat permanen dan harus diterapkan untuk pilihan pertama, substitusi
digunakan untuk mengganti bahan dan alat-alat yang berbahaya dengan bahan
dan alat yang aman, rekayasa teknik merupakan pengendalian yang merubah
struktur objek kerja agar tidak terpapar risiko bahaya kerja, pengendalian
administratif merupakan penyedia sistem kerja agar dapat mengurangi pekerja
dari potensi bahaya kerja, dan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan sarana
umum yang digunakan untuk waktu yang cukup singkat dan bersifat
sementara.
Industri pemotongan kayu adalah industri yang mengubah kayu bulat (log)
menjadi kayu persegi (gergaji) dengan berbagai tahapan tertentu. Aktivitas pemotongan
kayu meliputi beberapa kegiatan penanganan secara manual oleh manusia dengan mesin
dan area kerja seperti membawa kayu log ke stasiun pemotongan, mempersiapkan kayu,
membawa kayu menuju mesin gergaji, pemberian oli pada mata gergaji, mengunci kayu
di trolley, memasukkan kayu ke mesin gergaji, memindahkan kayu, menajamkan gigi
mesin gergaji, membersihkan limbah kayu, dan membersihkan serta merapikan area kerja
setelah proses pemotongan. Jika rangkaian aktivitas tersebut dilakukan secara berulang-
ulang dengan durasi lama serta posisi tubuh yang tidak benar maka akan menyebabkan
kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).

1. Pengenalan Lingkungan Kerja


Pengenalan lingkungan kerja dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
potensi bahaya serta risikonya pada industri pemotongan kayu yang disusun
berdasarkan tingkat risiko di lingkungan kerja. Pada setiap identifikasi potensi
bahaya akan dilakukan pemaparan mengenai bahaya di setiap aktivitas kerja yang
telah diidentifikasi. Adapun terdapat 10 kegiatan kerja proses pemotongan kayu
teridentifikasi bahaya kerja, yaitu:

Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Risiko Kerja


Tahapan Proses
No Potensi Bahaya Risiko
Pekerjaan
Membawa kayu log ke Kayu log terjatuh Tangan terjepit saat
1
stasiun pemotongan ketika diangkat mengangkat kayu log
Kayu log terjatuh Tangan terjepit saat
2 Mempersiapkan kayu
ketika diangkat mengangkat kayu log
Membawa kayu menuju Peletakan kayu yang Kayu tergelincir saat
3
mesin gergaji tidak sempurna proses pengerjaan dan
dapat mencederai jari
tangan
Alat yang digunakan
Pemberian oli pada tidak sesuai SOP Tangan tergores gigi
4
mata gergaji (Standard Operating pisau
Procedure)
Tenaga kerja dapat
Mengunci kayu di Penguncian tidak terjepit dan kayu
5
trolley sempurna terjatuh mengenai
kaki
Tenaga kerja tidak Tangan tergores gigi
Memasukkan kayu ke
6 menggunakan sarung pisau dan jari tangan
mesin gergaji
tangan terputus
Posisi membungkuk
Tenaga kerja dapat
secara berulang-ulang
Memindahkan kayu mengalami
7 dan kayu diletakkan
yang telah dipotong muscoloskelet al
dengan posisi tidak
disorders
benar
Tenaga kerja tidak
Proses penajaman gigi Tangan tergores mata
8 menggunakan sarung
mesin gergaji pisau gergaji
tangan
Tenaga kerja tidak
Proses pembersihan
9 menggunakan masker Mata terkena iritasi
limbah kayu
dan safety glasses
Membersihkan dan
merapikan area kerja
Area kerja kotor dan Sesak nafas dan
10 setelah melakukan
berdebu penglihatan terganggu
proses pemotongan
kayu
Berikut merupakan deskripsi identifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja.
a. Kayu log terjatuh ketika diangkat pada tahapan membawa kayu log ke stasiun
pemotongan dapat menyebabkan tangan yang terjepit.
b. Kayu log terjatuh ketika diangkat pada tahapan mempersiapkan kayu juga
dapat menyebabkan tangan yang terjepit.
c. Peletakan kayu yang tidak sempurna pada tahapan membawa kayu menuju
mesin gergaji dapat menyebabkan tergelincirnya kayu sehingga mencederai
jari tangan.
d. Alat yang digunakan tidak sesuai SOP (Standard Operating Procedure) pada
tahapan pemberian oli di mata gergaji dapat menyebabkan tergoresnya tangan
akibat gigi pisau.
e. Penguncian yang tidak sempurna pada tahapan mengunci kayu di trolley dapat
menyebabkan terjepitnya tenaga kerja dan kayu terjatuh mengenai kaki tenaga
kerja.
f. Tenaga kerja yang tidak menggunakan sarung tangan pada tahapan
memasukkan kayu ke mesin gergaji dapat menyebabkan tangan tergores gigi
pisau dan terputusnya jari tangan.
g. Posisi membungkuk berulang-ulang dan peletakan kayu dengan posisi yang
tidak benar pada tahapan memindahkan kayu yang telah dipotong dapat
menyebabkan tenaga kerja mengalami musculoskelet al disorders.
h. Tenaga kerja tidak menggunakan sarung tangan pada tahapan penajaman gigi
mesin gergaji dapat menyebabkan tergoresnya tangan pada mata pisau gergaji.
i. Tenaga kerja tidak menggunakan masker dan safety glasses pada tahapan
pembersihan limbah kayu dapat menyebabkan iritasi pada mata.
j. Area kerja yang kotor dan berdebu pada tahapan membersihkan dan
merapikan area kerja setelah melakukan proses pemotongan.
2. Penilailan Lingkungan Kerja

Tabel 5. Hasil Penilaian Risiko


Tingkat
No Aktivitas Likelihood Severity
Risiko
Membawa kayu log
1 ke stasiun 4 3 Risiko tinggi
pemotongan
2 Mempersiapka kayu 4 3 Risiko tinggi
Membawa kayu Risiko
3 4 2
menuju mesin gergaji sedang
Pemberian oli pada Risiko
4 3 3
mata gergaji sedang
Mengunci kayu di
5 4 3 Risiko tinggi
trolley
Memasukkan kayu ke
6 3 4 Risiko tinggi
mesin gergaji
Memindahkan kayu
7 5 3 Risiko tinggi
yang telah dipotong
Proses penajaman gigi Risiko
8 2 2
mesin gergaji rendah
Proses pembersihan Risiko
9 4 1
limbah kayu rendah
Membersihkan dan
merapikan area kerja Risiko
10 5 2
setelah melakukan sedang
proses pemotongan

Diketahui bahwa hasil penilaian risiko untuk 10 aktivitas kerja pada area
kerja pemotongan kayu menunjukkan potensi bahaya dengan skor risiko yang
berbeda, dimana 2 kegiatan kerja memiliki potensi bahaya rendah, 3 kegiatan
kerja memiliki potensi bahaya sedang, dan 5 kegiatan kerja lainnya memiliki
potensi bahaya tinggi.

3. Pengendalian Lingkungan Kerja

Tahap terakhir adalah menentukan pengendalian risiko dari potensi bahaya


yang telah dilakukan identifikasi dan penilaian. Tujuan dari pengendalian risiko
ialah untuk menghilangkan potensi bahaya di lingkungan kerja.

Adapun perbaikan risk control yang sesuai dengan hierarki pengendalian


risiko menurut standar AS / NZS 4360 yang diusulkan pada proses pemotongan
kayu adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas membawa kayu dari mobil ke stasiun pemotongan


Usulan perbaikan: dibuatkan standard operating procedure (SOP) cara
pengangkatan material kayu yang baik dan benar, serta mewajibkan
pekerja memakai APD berupa safety shoes dan sarung tangan.
2. Aktivitas mempersiapkan kayu log yang akan dipotong
Usulan perbaikan: dibuatkan SOP cara pengangkatan material kayu
yang baik dan benar, serta mewajibkan pekerja memakai APD berupa
safety shoes dan sarung tangan.
3. Aktivitas membawa kayu menuju mesin gergaji
Usulan perbaikan: dibuatkan SOP cara pengangkatan material kayu
yang baik dan benar.
4. Aktivitas pemberian oli ke gigi gergaji mesin
Usulan perbaikan: pada saat pengisian oli, jari tangan pekerja berada
pada posisi yang tepat yang tidak terlalu dekat dengan pisau gergaji;
dan selalu menggunakan sarung tangan, bekerja sesuai aturan SOP
yang berlaku.
5. Aktivitas mengunci kayu ke ragum
Usulan perbaikan: jaga jarak dengan trolley serta memastikan
pemasangan ragum ke kayu dengan kencang serta adanya pengadaan
safety shoes sebagai salah satu APD dari perusahaan.
6. Aktivitas kayu ke dalam gergaji
Usulan perbaikan: pekerja wajib menggunakan pelindung sarung
tangan dan bekerja sesuai SOP yang berlaku.
7. Aktivitas memindahkan kayu yang sudah dipotong
Usulan perbaikan: pekerja harus bekerja dengan postur tubuh yang
sesuai dengan prinsip ergonomi saat melakukan pemindahan kayu
serta pemberian pelatihan tentang K3 dan ergonomi kepada para
pekerja.
8. Aktivitas penajaman gigi gergaji
Usulan perbaikan: jari tangan pekerja berada pada posisi yang tepat
dan tidak terlalu dekat dengan pisau gergaji, selalu menggunakan
sarung tangan, serta bekerja sesuai aturan SOP yang berlaku.
9. Pembersihan limbah atau serbuk kayu
Usulan perbaikan: pekerja diwajibkan untuk selalu menggunakan APD
seperti masker, sarung tangan dan safety glasses.
10. Pembersihan area kerja
Usulan perbaikan: perlu dilakukan pengawasan terhadap pekerja
secara lebih ketat untuk selalu menggunakan masker.
REFERENSI

Asih, T. N. dkk. (2021). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada Proses Fabrikasi dengan Menggunakan Metode
HIRARC (Studi Kasus: PT. Ravana Jaya). JUSTI (Jurnal Sistem dan Teknik
Industri), 1(2); 272–303.

Garto, T. dkk. (2023). Analisis Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja dengan
Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) dan HIRARC di Home Industri
Emi Craft. IESM (Industrial Engineering System and Management) Journal, 4(1);
19 – 31.

Ihsan, T., T. Edwin, dan R. O. Irawan. (2017). Analisis Risiko K3 dengan Metode
HIRARC pada Area Produksi PT Cahaya Murni Andalas Permai. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(2); 179–185.

Puspasari, T. dan H. Koesyanto. (2020). Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko


Menggunakan Metode HIRARC. HIGEIA (Journal of Public Health Research
and Development), 4(1); 43–51.

Tambunan, W., F. I. dkk. (2019). Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menggunakan Metode HIRARC pada Proses Perbaikan Kapal Tugboat (Studi
Kasus PT Marga Surya Shipindo, Samarinda). JIME (Journal of Industrial and
Manufacture Engineering), 3(1); 33–41.

Anda mungkin juga menyukai