Anda di halaman 1dari 27

Implementasi K3 Menggunakan

Metode JSA Sebagai Upaya


Pencegahan Kecelakaan Kerja
(Studi Kasus: Workshop
Konstruksi Teknik Sipil FT UNP)
- Farida Nur A - Afifa Intifadha - Resta Dwi Y
H
- Bhre Diansyah - Mitha Amelia R
- Desi - Sumiyati
Syahbaniar - Tri Nyantosani
Pengampu : Dr. Isna Qadrijati, dr., M.Kes
REVIEW
JURNAL
Judul :
Implementasi K3 Menggunakan
Metode JSA sebagai Upaya
Pencegahan Kecelakaan Kerja (Studi
Kasus: Workshop Konstruksi Teknik
Sipil FT UNP)

Penulis :
Nadhilah Syahrit, Prima Yane Putri
PENDAHULUAN

 Workshop merupakan tempat pelaksanaan praktik.

 Selama pelaksanaan workshop, mahasiswa serta seluruh orang yang terlibat menggunakan berbagai macam
alat dan bahan yang memiliki potensi kecelakaan kerja dan penyakit.

 Kecelakaan kerja sering terjadi pada Workshop Konstruksi Teknik Sipil FT UNP.

 Penelitian kali ini akan mengidentifikasi bahaya dengan menggunakan JSA (Job Safety Analysis).
Pengertian K3

• Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran serta upaya dalam
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Syahrit &
Putri, 2020).

• Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di tempat kerja adalah upaya untuk
mewujudkan suasana dan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat untuk para
pekerja (Umaindra & Saptadi, 2018).
Pengertian Kecelakaan Kerja

• Kecelakaan kerja merupakan semua kejadian yang tidak direncanakan yang


menyebabkan atau berpotensi menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau
kerugian lainnya di tempat kerja (Syahrit & Putri, 2020).

• Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang
tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).
Pengertian Workshop

• Workshop atau bisa disebut dengan bengkel, merupakan tempat tenaga kerja baik itu
mekanik, teknisi serta instruktur pelatihan untuk melakukan suatu kegiatan teknis
dengan dukungan kunci-kunci kerja sesuai dengan bidang pekerjaannya.

• Istilah workshop dapat diartikan sebagai suatu ruang bengkel atau bangunan yang
menyediakan hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan atau perbaikan barang-barang
manufaktur.
METODE PENELITIAN

 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang pengambilan datanya diambil secara observasi
dan wawancara.

 Data primer yang didapatkan berupa ketersediaan APD, APAR serta meninjau ketersediaan alat pendukung
K3 pada Workshop Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FT UNP.

 Data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya berupa tabel tingkat risiko kecelakaan kerja pada
Workshop Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FT UNP.

 Pengolahan data dilakukan dengan menetapkan pengendalian risiko berdasarkan potensi bahaya.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi bahaya yang ditemukan dari wawancara :

1. Potensi bahaya tergores kayu

2. Tertimpa kayu

3. Potensi bahaya terhirup debu dan mata terpapar serbuk kayu

4. Terpapar suara bising mesin

5. Tersengat aliran listrik

6. Tangan terpotong
HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Pakaian tertarik mesin ketam

8. Potensi bahaya tangan terjepit besi

9. Potensi bahaya terpapar cahaya dan percikan api

10. Potensi bahaya tergores meterán

11. Potensi bahaya terpukul palu

12. Potensi bahaya tertimpa bahan

13. Potensi bahya terjatuh atau terpeleset


HASIL DAN PEMBAHASAN

14. Potensi bahaya terhirup debu semen

15. Potensi bahaya iritasi kulit

16. Potensi bahaya mesin dan alat rusak, cacat, atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya
HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya pengendalian :

1. Sebelum melakukan praktikum, dosen maupun teknisi mendemonstrasikan terlebih dahulu langkah-langkah
pekerjaan yang akan dilakukan, dan penggunaan mesin atau alat sesuai dengan aturan.

2. Sebelum melakukan praktikum teknisi dan dosen selalu mengingatkan mahasiswa untuk menggunakan APD
HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Mengadakan kartu kendali pada mesin atau alat yang berguna untuk mengetahui keadaan mesin atau alat
tersebut.

4. Melakukan rencana pengendalian dengan melakukan kerjaan sesuai SOP.

5. Adanya rencana pengendalian dengan menyediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
Pengertian Job Safety Analysis (JSA)

• Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi bahaya di
lingkungan kerja serta upaya pengendalian dan penanggulangan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang mungkin timbul pada suatu pekerjaan.

• Tujuan pelaksanaan JSA secara umum adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya
disetiap aktivitas pekerjaan sehingga tenaga kerja diharapkan mampu mengenali bahay
tersebut sebelum terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Tahapan Job Safety Analysis (JSA)

IDENTIFIKASI BAHAYA PENETAPAN TINGKAT


PENGENDALIAN RISIKO
RISIKO
Job Safety Analysis (JSA)
No Urutan Kerja Potensi Bahaya Upaya Pengendalian
1. Memegang atau mengangkat tergores kayu, tertimpa kayu, Menggunakan APD berupa sarung tangan atau
kayu gloves
2. Memotong kayu terhirup debu dan mata terpapar serbuk Menggunakan APD berupa masker dan sarung
kayu tangan atau gloves
3. Menggunakan alat yang Terpapar suara bising mesin, Tersengat Menggunakan APD berupa penutup telinga
terhubung dengan kabel dan aliran listrik, Tangan terpotong, pakaian atau earmuff, sarung tangan atau gloves serta
listrik serta mengeluarkan suara tertarik mesin ketam pakaian khusus yang disediakan untuk
yang keras   praktikum

4. Mengangkat besi Tangan terjepit besi Menggunakan APD berupa sarung tangan atau
gloves
5. Mengunakan mesin pemotong terpapar cahaya dan percikan api Menggunakan APD berupa kacamata atau
besi goggles
Job Safety Analysis (JSA)
No Urutan Kerja Potensi Bahaya Upaya Pengendalian
6. Melakukan pengukuran tergores meteran Menggunakan APD berupa sarung tangan atau gloves
menggunakan meteran berbahan
alumunium dengan ujung tajam
7. Menggunakan palu terpukul palu Berhati-hati dan lebih fokus dalam menggunakan palu

8. Membawa bahan hasil kerja tertimpa bahan Mengunakan alat khusus untuk membawa hasil kerja seperti
seperti semen dan agregat semen dan agregat

9. Berjalan dan melakukan praktikum Bahaya terjatuh atau Menggunakan sepatu praktikum serta membersihkan ruang
terpeleset praktikum setelah menggunakannya
Job Safety Analysis (JSA)
No Urutan Kerja Potensi Bahaya Upaya Pengendalian
10. Memindahkan semen terhirup debu semen Menggunakan alat bantu untuk memindahkan semen agar
tidak berantakan serta menggunakan APD berupa masker
guna menurtup hidung dan mulut
11. Mencuci tangan serta Iritasi kulit Melakukan pekerjaan sesuai SOP salah satunya yaitu
membersihkan diri setelah membersihkan diri serta mencuci tangan setelah melakukan
melakukan praktikum praktikum
12. Menggunakan mesin dan alat mesin dan alat rusak, cacat, Mengadakan kartu kendali pada mesin atau alat yang
atau tidak berfungsi berguna untuk mengetahui keadaan mesin atau alat tersebut
sebagaimana mestinya
Potensial Hazard

1. Lingkungan Fisik
a. Kebisingan : Suara bising mesin
b. Pencahayaan : Percikan api saat menggunakan mesin potong besi
c. Debu : Terhirup debu serbuk kayu dan mata terpapar debu, terhirup debu semen
saat memindahkan semen tidak dilakukan dengan perlahan.
Potensial Hazard

2. Fisiologis
a. Tidak adanya Prosedur Kerja
b. Pedoman K3 yang belum tersedia
c. Ergonomi : Ruangan yang tidak kedap suara
Potensial Hazard

3. Mekanik
a. Tersengat aliran listrik saat menggunakan mesin atau kabel
b. Tangan terjepit besi saat memindahkan besi
c. Tergores meteran saat menyelesaikan pengukuran menggunakan meteran, tangan terlepas dari mesin
meteran
d. Terpukul palu saat menggunakan palu dan tidak memberi jarak yang tepat antara jari tangan dengan benda
yang akan dipukul
e. Tertimpa bahan seperti semen/agregat
f. Tertimpa kayu saat meletakkan kayu
g. Kerusakan pada mesin, alat karena tidak adanya kartu kendali mesin atau mengecek keadaan mesin atau alat
Analisis Risiko

1. Risiko Tinggi
a. Debu, serbuk kayu dan serbuk semen menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA)
b. Suara mesin menyebabkan kebisingan (infeksi saluran pendengaran)
c. Percikan api dari mesin potong besi menyebabkan sakit mata
d. Tersengat aliran listrik
Analisis Risiko

2. Risiko Sedang
a. Tangan terjepit besi menyebabkan tangan menjadi memar
b. Tangan tergores meteran menyebabkan tangan menjadi luka
c. Jari tangan terpukul palu menyebabkan jari tangan menjadi memar
Analisis Risiko

3. Risiko Rendah
a. Tertimpa kayu saat meletakkan kayu
b. Tertimpa bahan seperti semen/agregat

4. Risiko yang Dapat Diterima


a. Tangan terkena permukaan kayu yang kasar menyebabkan memar
b. Tidak mencuci dan membersihkan tangan setelah praktikum menyebabkan kulit
menjadi kering
Hierarki Kontrol

1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Rekayasa Teknik
4. Administrasi kontrol
5. Penggunaan APD
KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada Workshop Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil FT UNP penerapan K3 masih belum terlaksana dengan baik sesuai dengan aturan dan
dokumen K3. Pada dasarnya rencana pengendalian resiko bahaya pada Workshop Konstuksi Jurusan Teknik
Sipil FT UNP sudah diterapkan, tetapi masih ada pengendalian lainnya yang seharusnya dilakukan untuk
mengurangi kejadian kecelakaan kerja.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai