JUDUL PROGRAM :
STUDI POLA KOLONI EKTOPARASIT (HYDRACHNIDIA)
PADA CAPUNG (ODONATA) DI SLEMAN
BIDANG KEGIATAN :
PKM-P (PENELITIAN)
DISUSUN OLEH :
Menyetujui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………..i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..v
RINGKASAN …………………………………………………………....………...vi
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Odonata………………………………………………………………………3
2.2 Hydrachnidia…………….………………………………………………...…4
2.3 Sleman……………...………………………………………………………...6
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………......13
5.2 Saran………………………………………………………………………….13
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia. Pada bulan Februari 2020 tercatat seekor individu Agriocnemis femina betina
terinfeksi ektoparasit di wilayah Sleman. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data
awal jenis dan distribusi ektoparasit pada capung di Sleman.
1.3 Tujuan
Tujuan dari program penelitian ini adalah:
1.3.1 Mengetahui jenis capung yang terinfeksi Hydrachnidia di Sleman.
1.3.2 Mengetahui jenis ektoparasit yang menginfeksi capung di Sleman.
1.3.3 Mengetahui pola koloni ektoparasit yang menginfeksi capung.
1.3.4 Mengetahui distribusi ektoparasit yang menginfeksi capung di Sleman.
1.3.5 Mengetahui kondisi klimatik edafik pada habitat tempat capung terinfeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Capung
Capung merupakan serangga yang masuk kedalam ordo atau bangsa Odonata.
Pada tingkatan takson dibawah ordo, Odonata masih terdapat subordo lagi yaitu
Anisoptera dan Zygoptera. Anisoptera secara umum dikenal sebagai capung atau
dragonfly, sementara Zygoptera disebut capung-jarum atau damselfly (Rahadi dkk,
2013).
Gambar 1 Gambar 2
(capung) (capung-jarum)
Odonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar dan
seringkali berwarna menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar hidupnya
untuk terbang. Capung juga memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap,
dan memiliki venasi. Selain itu, capung juga memiliki antena pendek yang berbentuk
rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk yang
besar, abdomen panjang dan langsing (Borror et al, 1992).
Capung memiliki peranan penting bagi manusia yaitu sebagai indikator untuk
memantau kualitas air di sekitar lingkungan hidup. Nimfa capung tidak akan hidup
pada air yang tercemar atau yang tidak bervegetasi (Susanti, 1998). Nimfa capung
memangsa serangga kecil lain yang hidup di dalam air. Nimfa capung dapat
menampung polutan bersifat racun yang berasal dari mangsanya. Kenyataan ini bisa
diartikan bahwa kelangsungan hidup capung tergantung dari pencemaran habitatnya,
sehingga capung dapat digunakan sebagai bioindikator lingkungan aquatik (Watson
dan O’farrel, 1991).
Menurut Ansori (2009) pengaruh kualitas lingkungan suatu habitat seperti suhu,
pH, kelembaban udara, ketersediaan makanan dan kondisi faktor kimia sebagai
penyebab perbedaan jumlah individu odonata pada suatu daerah. Capung merupakan
serangga dengan penyebaran luas, mulai dari hutan – hutan, kenun, sawah, sungai,
danau, dan lain – lain. Capung ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian
lebih dari 3.000 mdpl. Pada beberapa jenis capung, memiliki kemampuan terbang
yang baik dan memiliki daya jelajah wilayah yang luas, dan beberapa jenis lainnya
merupakan penerbang yang lemah dan daya jelajahnya sempit (Borror et al, 1992).
4
2.2 Hydrachnidia
Hydrachnidia atau bisa disebut tungau air, termasuk kelompok Arachnida yang
hidup pada perairan air tawar. Sebagian besar tungau dewasa hidup bebas namun
sebagian larva tungau hidup parasit pada hewan yang berfilum Arthropoda. Tungau
parasit dapat menembus exoskeleton inangnya dan memakan hemolymph dan jaringan
disekitarnya (Smith et al, 2001). Kemampuan tungau parasit untuk menginfeksi
terhadap inangnya dipengaruhi faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban
udara, PH air, curah hujan, dan musim. Selain faktor abiotik, faktor biotik beberapa
interaksi mungkin penting dalam menjelaskan pola distribusi tungau parasit.
Kehadiran inang yang cocok untuk larva tungau parasit adalah salah satu faktor utama
dalam menjalankan siklus kehidupan dan mempengaruhi pola distribusi tungau parasit
(Sabitino et al., 2004).
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Subkelas : Acari
Ordo : Trombidiformes
Subordo : Prostigmata
Famili : Hydrachnidia
Distribusi tungau dan spesies parasitik pada umumnya tergantung pada umur
spesies parasit tersebut, kemampuan suatu parasit untuk berpisah dari inangnya dan
daya tingkat keterikatan inang pada habitat tertentu. Distribusi tungau juga
dibutuhkan oleh filogeni inangnya, kemampuan pemilihan lokasi sebaik mungkin
pada bagian dari tubuh inangnya, sehingga dapat memperoleh kebutuhan makanan
dan bereproduksi maksimum dalam batas tertentu yang ditentukan oleh metabolisme
tungau dan respon fisiologi inangnya (Elmer & Noble, 1982).
Gambar 3 Gambar 4
(capung terinfeksi Hydrachnidia) (contoh Hydrachnidia)
Zawal (2006) mengusulkan bahwa postur inang (khususnya Odonata) selama
oviposisi menentukan lokasi tungau pada tubuh, sementara Mitchell (1969)
5
mengamati bahwa bagian tubuh (thorax dan perut) yang keluar dari exuvia paling
lambat selama molting menjadi dewasa menentukan pemisahan tungau pada situs
spesifik. Menurut Smith (1988), masing-masing spesies tungau memiliki situs
perlekatan yang jelas tetapi awal kontak dapat dilakukan di situs alternatif. Tungau
cenderung menempati keterikatan situs spesifik, daripada memilih situs acak.
Sedikit yang diketahui tentang mekanisme seleksi lokasi penempelan larva tungau
air terhadap inangnya dan hampir semua informasi yang tersedia berkaitan dengan
beberapa spesies dari genus Arrenurus. Pemilihan lokasi larva Arrenurus sp. pada
capung tampaknya sebagian besar merupakan fungsi waktu. Proses metamorfosis
naiad menjadi capung dewasa memaksa larva tungau air untuk menjadi aktif dan
bergerak, mencari titik di mana tungau air dapat bersentuhan dengan tubuh capung,
lalu mereka biasanya menempel di sekitar titik tersebut (Andrew et al., 2015).
Larva Arrenurus sp. menempel secara pasif pada awal instar dari inangnya dan
menjadi aktif hanya ketika inangnya akan berganti eksoskeleton (moulting). Larva
Arrenurus sp. yang menjadi parasit pada naiad Odonata akan dibawa keluar dari air
pada dan hampir semuanya berhasil berpindah dari exuvia naiad ke Odonata dewasa
(Smith et al., 2010).
2.3 Sleman
BAB III
METODE PENELITIAN
7
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, jaring serangga
(insect net), botol spesimen, alkohol, lembar pengamatan, alat tulis, alat ukur klimatik
edafik (termometer, lux meter, higrometer, anemometer, indikator pH, turbidimeter,
dan DO meter), Optilab, laptop, mikroskop, cawan petri, gelas benda, pipet, pinset,
jarum pentul, penggaris, millimeter blok, tisu, kertas label, kontainer plastik.
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
9
Ektoparasit berupa tungau air yang ditemukan di wilayah Sleman yaitu Arrenurus sp.
Tungau air ditemukan menjadi parasit di luar tubuh (ektoparasit) pada capung-jarum. Capung
yang terinfeksi ektoparasit menghuni habitat perairan yang tenang dan terdapat genangan air
berlumpur. Tungau air memilih untuk melekatkan diri di bagian tubuh capung yang lapisan
kutikulanya tidak terlalu tebal. Berdasarkan pengamatan ditemukan bahwa tungau air
melekatkan diri di toraks capung. Selama penelitian, sebanyak 337 individu capung telah
diperiksa untuk mengetahui keberadaan tungau air. Terdapat 7 individu capung-jarum
Agriocnemis sp. yang terinfeksi tungau air.
Gambar 7 (Inlet Embung Tambakboyo sebagai titik lokasi habitat capung terinfeksi
tungau air)
pada 29°C dan suhu air 27 °C. pH air pada lokasi ini yaitu 7, sementara kekeruhan air
berkisar antara 3-7 NTU.
Outlet Embung Tambakboyo merupakan aliran keluar dari Embung Tambakboyo.
Aliran air cukup deras, air menuruni bidang miring ±15 meter. Terdapat sejumlah
sampah yang terbawa aliran air di lokasi ini. Lokasi memiliki substrat berupa bebatuan,
terdapat vegetasi di tepian badan air. Lokasi berbatasan langsung dengan permukiman
penduduk dan hutan. Belum pernah tercatat adanya capung terinfeksi tungau air di lokasi
ini. Intensitas cahaya pada lokasi ini cukup tinggi yaitu 5857 cd. Kelembaban udara
berkisar antara 53 RH. Suhu udara berkisar pada 29°C dan suhu air 27 °C. pH air pada
lokasi ini yaitu 7, sementara kekeruhan air berkisar antara 1 NTU.
Kolam permukiman Jembatan Babarsari merupakan kolam ikan milik penduduk
sekitar Jembatan Babarsari. Sebagian kolamnya sudah tidak alami karena disemen,
memiliki aerasi cukup deras dari pipa-pipa berukuran besar, beberapa kolam yang tidak
disemen ditepiannya banyak tumbuh rumput. Belum pernah tercatat adanya capung
terinfeksi tungau air di lokasi ini. Lokasi berbatasan langsung dengan permukiman
penduduk dan sungai. Intensitas cahaya pada lokasi ini cukup tinggi yaitu 8571 cd.
Kelembaban udara berkisar antara 49 RH. Suhu udara berkisar pada 30°C dan suhu air
26 °C. pH air pada lokasi ini yaitu 7, sementara kekeruhan air berkisar antara 4 NTU.
Sungai Bedog stasiun 1, 2 dan 3 memiliki sejumlah perbedaan dan kesamaan
karakteristik lokasi. Ketiga stasiun Sungai Bedog memiliki kesamaan yaitu substrat
sungai yang berupa bebatuan dan vegetasi rimbun di tepian sungai. Sungai Bedog
stasiun 2 memiliki arus yang paling deras, stasiun 3 agak deras, sementara di stasiun 1
aliran arusnya paling tenang. Sungai Bedog stasiun 1 memiliki intensitas cahaya yaitu
6785 cd. Kelembaban udara berkisar antara 50 RH. Suhu udara berkisar pada 32°C. pH
air pada lokasi ini yaitu 7, sementara kekeruhan air berkisar antara 1 NTU. Sungai
Bedog stasiun 2 memiliki intensitas cahaya yaitu 1370 cd. Kelembaban udara berkisar
antara 79 RH. Suhu udara berkisar pada 25°C. pH air pada lokasi ini yaitu 7. Sungai
Bedog stasiun 3 memiliki intensitas cahaya yaitu 1128 cd. Kelembaban udara berkisar
antara 38 RH. Suhu udara berkisar pada 35°C. pH air pada lokasi ini yaitu 7, sementara
kekeruhan air berkisar antara 2 NTU.
Terinfeks
i
Agriocnemis Arrenurus Toraks Inlet Embung
1 28 Agst femina Betina sp. 2 Hijau tua Capung Tambakboyo
Agriocnemis Arrenurus Toraks Inlet Embung
2 2 Sept femina Jantan sp. 4 Hijau tua Capung Tambakboyo
Agriocnemis Arrenurus Toraks Inlet Embung
3 2 Sept femina Betina sp. 1 Hijau tua Capung Tambakboyo
Agriocnemis Arrenurus Toraks Inlet Embung
4 2 Sept femina Jantan sp. 4 Coklat Capung Tambakboyo
Agriocnemis Arrenurus Toraks Inlet Embung
5 2 Sept femina Jantan sp. 1 Hijau tua Capung Tambakboyo
Agriocnemis Arrenurus Toraks Inlet Embung
6 2 Sept pygmaea Betina sp. 1 Kuning Capung Tambakboyo
Agriocnemis Arrenurus Coklat Toraks Inlet Embung
7 3 Sept pygmaea Betina sp. 4 kehijauan Capung Tambakboyo
Tabel 1 (Data capung terinfeksi tungau air)
2
1 1 1
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
a( a( a( a( a( ea( ea(
in in in in in a a
m m m m m gm gm
fe fe fe fe fe y y
A. A. A. A. A. p p
A. A.
Gambar 8 (Diagram jumlah ektoparasit yang menginfeksi capung)
Gambar 10 (Tungau air tampak dorsal) Gambar 11 (Tungau air tampak ventral)
Berdasaran hasil pengamatan, tungau air yang diamati memiliki warna tubuh
yang berbeda namun bentuk tubuh umumnya sama. Bentuk tubuh membulat seperti
bola dengan tiga pasang tungkai beruas-ruas yang pendek. Pada bagian ventral
terdapat seperangkat alat mulut (gnathosoma) yang berfungsi untuk melekatkan diri
ke tubuh inang. Pada bagian dorsal dapat teramati mata yang berada di tepi tubuh.
Tubuhnya tidak halus melainkan ada bercak-bercak yang berwarna dan terdapat setae
pada tubuhnya yang hanya dapat diamati dengan mikroskop.
Arrenurus sp. adalah perenang yang baik dan menyukai habitat berupa
genangan air serta perairan yang tenang. Arrenurus sp. sangat toleran terhadap suhu
dan zat kimia terlarut sehinga mampu menghuni air berlumpur di gurun, danau alkali,
bahkan rawa asam. Fleksibilitas perilaku yang ditunjukkan oleh larva Arrenurus sp.
dalam memilih dan mengeksploitasi capung sebagai inangnya adalah faktor utama
yang memungkinkan tingkat simpatri yang tinggi, dan tingkat persaingan antara
deutonymph dengan imago dari berbagai spesies kemungkinan tidak signifikan dalam
komunitas alami (Smith et al., 2010). Menurut Andrew et al. (2015), Arrenurus sp.
dapat melekatkan diri di toraks, sayap, maupun abdomen.
Tungau air yang ditemukan saat pengamatan terdiri dari 4 warna, hijau tua,
coklat kehijauan, coklat, dan kuning. Pada setiap capung terdapat tungau air dengan
warna yang sama. Menurut (Andrew et al., 2015) tungau air berubah warna seiring
usianya hampir bersamaan satu sama lain sehingga pola warnanya pada tiap inang
akan seragam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Jenis capung yang terinfeksi Hydrachnidia di Sleman yaitu
Agriocnemis femina dan Agriocnemis pygmaea.
2. Jenis ektoparasit yang menginfeksi capung di Sleman yaitu Arrenurus
sp.
3. Pola koloni ektoparasit yang menginfeksi capung yaitu melekat pada
toraks bagian ventral dan lateral.
4. Distribusi ektoparasit yang menginfeksi capung di Sleman diantaranya
yaitu di Inlet Embung Tambakboyo.
5. Kondisi klimatik edafik pada habitat tempat capung terinfeksi yaitu
habitat berupa perairan yang tenang dan terdapat genangan air berlumpur di
tepian badan air utama. Mayoritas vegetasi sekitar badan air yaitu eceng
gondok, rumput-rumputan (Poaceae), dan keladi. Lokasi terpapar terik
matahari sepanjang hari dengan intensitas cahaya matahari berkisar antara
1.500 – 2.500 cd. Kelembaban udara berkisar antara 55-65 RH. Suhu udara
berkisar pada 28°C dan suhu air 26 °C. pH air pada lokasi ini yaitu 6,
sementara kekeruhan air berkisar antara 3-7 NTU.
5.2 Saran
Adanya monitoring rutin terhadap capung di habitat perairan tenang dan
menggenang di musim yang berbeda untuk mengetahui fluktuasi populasi tungau
air. Dilakukannya identifikasi jenis tungau air menggunakan PCR untuk
mengetahui hingga ke tingkat genus/ spesies secara tepat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, R. J., Verma, P. R., and Thaokar, N. R. (2015). A parasitic association of Odonata
(Insecta) with Arrenurus Dugés, 1834 (Arachnida: Hydrachnida: Arrenuridae) water
mites. Journal of Threatened Taxa. 7(1).
Ansori, I. (2008). Keanekaragaman Nimfa Odonata ( Dragonflies ) di Beberapa Persawahan
Sekitar Bandung Jawa Barat. EXACTA. 6 (2) : 41 – 50.
Borror. (1992). Pengenalan Pelajaran Serangga. Buku edisi VI. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Elmer RN, Noble GA. (1982). Parasitologi Biologi Parasit Hewan. [diterjemahkan oleh
Wardiarto dan N. Soeripto. 1989] . Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Goldschmidt, T. (2016). Water mites (Acari, Hydrachnidia): powerful but widely neglected
bioindicators – a review. Neotropical Biodiversity Vol. 2 No. 1.
McKef, D., Harvey, L., Thomas, M., and Sherratt, T.N. (2003). Mite infestation of
Xanthocnemis zealandica in a Chritschurch pool. N. Z. J. Zool., 30: 17–20.
Mitchell, R.D. (1969). Population regulation of larval water mites. In: G.O. Evans (Ed.).
Proc. 2nd Int. Congress of Acarology. Akademiai Kiado, Budapest, p. 99–102.
Rachman, H.T., Hidayat, S., dan Triatmanto. (2017). Penyusunan Panduan Identifikasi
Spesies Capung Berdasarkan Penelitian Keanekaragaman Capung di Rawa Jombor
Klaten. Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol. 6 No. 7.
Rahadi, W.S., Feriwibisono, B., Nugrahani, M.P., Putri, B. dan Makitan, T. (2013). Naga
Terbang Wendit, Keanekaragaman Capung Perairan Wedit, Malang, Jawa Timur.
Malang :Indonesi Dragonfly Socienty.
Rehfeldt, G. (1995). Naturliche Feinde, Parasiten und Fortpflanzen von Libellen. Wolfram
Schmidt, Braunschweig.
Robb, T. and Forbes, M.R. (2006). Sex basis in parasitism of newly emerged damselflies.
Ecosci., 13: 1–4.
Sabatino AD, Boggero A, Miccoli FP, Cicolani B. (2004). Diversity, distribution and ecology
of water mites ( Acari : Hydrachnidia and Halacaridae ) in high Alpine lakes (Central
Alps, Italy). Experimental and Applied Acarology.34: 199-210.
Smith, I.M. (1988). Host parasite interaction and impact on larval water mite on insects. Ann.
Rev. Entomol., 33: 487–507.
Smith BP, Cook DR, Smith BP. (2001). Water mites ( Hydrachnida ) and other arachnids. In
: Thorp, J.H and A.P. Covich.
Smith, I. M., Cook, D. R., Smith, B. P. (2010). Water Mites (Hydrachnidiae) and
Other Arachnids. Ecology and Classification of North American Freshwater
Invertebrates. 15
Susanti, S. (1998). Mengenal Capung. Bogor : Puslitbang Biologi-LIPI.
Watson, J. A. L, dan O’farrel, A.F. (1991). Odonata ( Dragonflies and Damselfly). Division
of Entomologi CSIRO Australia. Melbourne : Melbourne University Press.
Zawal, A. (2006). Phoresy and parasitism: water mite larvae of the genus Arrenurus (Acari:
Hydrachnidia) on Odonata from Lake Binowskie (NW Poland). Biological letters, 43
(2): 257–276.
15
LAMPIRAN
PERALATAN PENUNJANG
No Tanggal Uraian Jumlah Harga Jumlah
satuan satuan
1. 25 Agustus 2020 Sewa kamera 1 buah 100.000,00 100.000,00
2. 27 Agustus 2020 Sewa kamera 1 buah 100.000,00 100.000,00
3. 2 September 2020 Sewa insect net 1 buah 193.810,00 193.810,00
Jumlah sub total 393.810,00
PERJALANAN
No Tanggal Uraian Jumlah Harga Jumlah
satuan satuan
1. 1 Juli 2020 Parkir 3 motor 2.000,00 6.000,00
2. 10 Juli 2020 Parkir 3 motor 2.000,00 6.000,00
3. 10 Juli 2020 GrabBike 1 motor 13.000,00 13.000,00
4. 25 Juli 2020 Parkir 4 motor 2.000,00 8 000,00
5. 25 Juli 2020 Bensin 2.342 L 7.650,00 17.916,00
6. 27 Juli 2020 Bensin 2.570 L 9.000,00 23.130,00
7. 28 Juli 2020 Parkir 2 motor 2.000,00 4.000,00
8. 28 Agustus 2020 Parkir 2 motor 2.000,00 4.000,00
9. 28 Agustus Bensin 2.106 L 9.000,00 18.954,00
10. 28 Agustus Bensin 2.100 L 7.650,00 16.065,00
11. 2 September 2020 Parkir 2 motor 2.000,00 4.000,00
12. 7 September 2020 Bensin 2.601 L 7.650,00 19.900,00
13. 10 September 2020 GrabBike 1 motor 14.000,00 14.000,00
14. 10 September 2020 GrabBike 1 motor 16.000,00 16.000,00
Jumlah sub total 174.965,00
LAIN-LAIN
No Tanggal Uraian Jumlah Harga Jumlah
satuan satuan
1. 24 Juli 2020 Excellent 3.500,00
Copy, Print,
Jilid
2. 27 Juli 2020 LA Fotocopy Print copy 10 200,00 2.000,00
3. 25 Agustus 2020 Arcapada Fc, Print copy 10 200,00 9.500,00
Printing Papan ujian 1 6.500,00
Rautan 1 1.000,00
4. 25 Agustus 2020 Yanti Cell Pulsa 25k 27.000,00 27.000,00
5. 26 Agustus 2020 Toko Merah Pensil 1 1.000,00 29.400,00
BP Zebra 4 1.400,00
Mistar 1 1.300,00
Setip 1 2.300,00
Zippbag 1 3.900,00
Nota GK 1 2.000,00
Tissu 1 3.500,00
HVS 1 pck 4.900,00
Map batik 1 1.700,00
Map vitec 1 3.200,00
6. 27 Agustus 2020 Sari Ecco Top Delfi 6 1.000,00 23.000,00
Koyo 1 pck 6.000,00
17
Amplop 3 100,00
Soffell 1 pck 10.700,00
7. 28 Agustus 2020 Apotek Visi Masker 1 pck 10.000,00 20.000,00
Pharma Alkohol 1 btl 10.000,00
8. 1 September Arcapada Fc, Print copy 9 200,00 1.800,00
2020 Printing
9. 3 September Progo Mulyo Pot 15 bh 1.200,00 46.000,00
2020 Yogyakarta Alkohol ½ L 28.000,00
10 5 Oktober 2020 Arcapada Fc, Print copy 19.800,00
Printing Print warna
11 5 Oktober 2020 Nusa Indah 1 FC BC 3 3.000,00 17.000,00
Fc & Print Print wrna 16 500,00
Jumlah sub total 199.000,00
JUMLAH TOTAL 1.000.000,00
SALDO AKHIR 0
18
Foto sisi ventral tungau air Foto sisi dorsal tungau air
....................Pamplet
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57