FISIOLOGI TUMBUHAN
Disusun Oleh :
Nunung Harijati
Retno Mastuti
Wahyu Widoretno
• Sebelum Praktikum
1. Mahasiswa harus datang 10 menit SEBELUM acara praktikum
dimulai.
2. Batas toleransi keterlambatan adalah 10 menit sesudah acara
praktikum dimulai atau sebelum pengarahan oleh asisten
berakhir.
3. Setiap kali praktikum, mahasiswa harus membawa jas
praktikum, buku penuntun praktikum, dan peralatan menulis.
4. Sebelum masuk laboraturium, mahasiswa diwajibkan sudah
menulis dasar teori, tujuan dan metode praktikum untuk hari
itu di Buku Laporan Praktikum, dan diserahkan kepada asisten
yang bertugas.
B. Laporan Praktikum
1. Pada laporan praktikum hendaknya ditulis judul praktikum,
tanggal dan nama asisten pada tempat yang disediakan.
E. Mahasiswa dilarang :
Makan, minum, merokok selama praktikum.
Memakai sandal serta kaos oblong selama praktikum.
2
DAFTAR ISI
Halaman
Tata tertib praktikum……………………………………………………………………… 1
Daftar isi ………………………………………….…………………………………………….. 3
Topik 1. Pengukuran potensial air jaringan tumbuhan ..………….. 4
Topik 2. Transpirasi ……………………………………………………………………… 10
Topik 3. Pengukuran kandungan gula sebagai hasil
fotosintesis …………………………………………………………………….. 13
Topik 4. Nutrisi mineral ………………………………………………………………. 16
Topik 5. Peran auksin dan sitokinin dalam pembentukan tunas
dan akar adventif……………………………………………………………. 20
Topik 6. Pengaruh stres kekeringan terhadap pertumbuhan
kecambah dan kandungan prolin………………………………….. 23
Format Laporan …………………………………………………………………………….. 26
Dasar Teori
Pemeliharaan aktivitas fisiologis pada sel baik secara individu
maupun pada seluruh tubuh tanaman tergantung pada kestabilan relatif
beberapa kondisi. Salah satu diantaranya adalah keseimbangan air. Bila
pada masa perkembangan tanaman kekurangan air maka umumnya laju
perkembangan dan seluruh fungsi vital tanaman berkurang. Apabila
kekurangan air tersebut berlangsung berkepanjangan atau tanaman
berada pada keadaaan sangat kekurangan air maka akan menyebabkan
kematian pada tanaman yang sedang aktif tumbuh.
Pada tanaman yang sedang aktif tumbuh, apabila kandungan air
dalam jaringan berkurang dan pada keadaan desikasi maka
perkembangan tanaman tersebut akan terhambat. Kondisi terhambat
tersebut sebenarnya menguntungkan tanaman dalam keperluan untuk
‘survive’. Kondisi temperatur yang tinggi maupun rendah sangat tidak
menguntungkan bagi tanaman karena dapat mematikan bagian
vegetatif. Berbeda dengan tubuh tanaman, pada biji kondisi
temperatur tinggi dan rendah tidak menimbulkan kematian. Oleh
karena itu adaptasi tanaman pada kondisi kering atau temperatur
rendah seringkali melibatkan pengurangan kandungan air.
Untuk memahami sepenuhnya tentang hal-hal yang berhubungan
dengan air maka perlu untuk mengenali beberapa prinsip
termodinamika. Termodinamika adalah pengetahuan perubahan energi
yang terjadi dalam proses fisik dan kimia; termasuk yang terjadi
dalam jaringan. Hal pertama yang sebaiknya dimengerti adalah energi
bebas atau energi bebas Gibb (G). Energi adalah satu sifat
termodinamik suatu sistem atau komponen suatu sistem dan
didefinisikan sebagai energi yang secara isotermal (pada temperatur
tetap) tersedia untuk konversi kerja. Persamaan energi bebas
tersebut adalah sebagai berikut:
G = E + PV − TS
4
Dimana
E = Energi internal (Jumlah transisi rotasi dan vibrasi energi
substansi)
PV = Hasil tekanan x volume. Jika P diekspresikan dalam atsmofer, V
dalam liter, maka PV dapat dikonversikan menjadi kalori, karena
satu liter atmosfer setara dengan 24,2 kalori.
T = temperatur absolut (dalam Kelvin, 0°C = 273°K )
S = Entropi ( tingakat / derajat ketidakteraturan ; mempunyai unit :
energi per derajat , kalori / derajat )
ψ sel = ψ s +ψ p +ψ m
Dimana
ψ sel = Potensial air sel
ψ s (atau ψ )
π = Potensial osmotik
ψp = Potensial tekanan ( tekanan turgor )
ψm = Potensial matriks
ψ = ψ s +ψ p
Salah satu metode yang biasa dilakukan untuk penentuan potensial
air jaringan adalah dengan cara meletakkan potongan jaringan sampel
yang seragam pada satu seri larutan nonelektorit seperti sukrosa atau
manitol. Dalam percobaan ini dicari larutan sukrosa yang tidak
mengakibatkan perubahan berat atau volume jaringan, yang berarti
bahwa antara jaringan dan larutan terjadi keseimbangan osmotik
6
sehingga potensial air antara jaringan pasti sama dengan potensial air
larutan, maka persamaanya menjadi:
ψ =ψ s
Tujuan:
1) Menentukan potensial air umbi kentang (atau umbi lain)
2) Memperkenalkan salah satu metode populer dalam mengukur
potensial air jaringan tanaman
Cara kerja:
1. Siapkan 13 cawan petri atau tabung reaksi, masing–masing isi
dengan 20 ml (untuk tabung besar) atau 10 ml (untuk tabung kecil)
larutan sukrosa dengan konsentrasi : 0 (aquades); 0.05; 0.1; 0.15;
0.2; 0.25; 0.3; 0.35; 0.4; 0.45; 0.5; 0.55; dan 0.6 molal
2. Lakukan dengan cepat: buat 13 (secukupnya) silinder umbi kentang
dengan bor gabus. Masing–masing dengan panjang 4 cm/seragam.
Sebaiknya untuk satu set percobaan dibuat dari satu umbi saja.
Letakkan pada wadah tertutup.
3. Dengan pisau silet potonglah satu silinder kentang menjadi irisan
tipis-tipis yang seragam dengan tebal ± 2 mm sebanyak 4 irisan.
4. Bilas dengan cepat irisan tersebut dengan aquades, keringkan
dengan tissue dan timbang (sbg berat awal)
5. Masukkan 4 irisan dari masing-masing umbi kentang ke dalam 13
larutan yang sudah disiapkan (no. 1).
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 7
6. Setelah 2 jam direndam, keluarkan irisan-irisan umbi kentang
tersebut dari masing-masing cawan petri/tabung reaksi lalu
keringkan dengan kertas tissue dan timbang (sbg berat akhir).
7. Perubahan berat dihitung dengan rumus berikut :
−Ψs = miRT
dimana
m = Molalitas larutan
i = Konstanta inonisasi (untuk sukrosa 1)
R = Konstanta gas (0.083 liter bar/mol derajat)
T = temperatur absolut (dalam Kelvin, 0°C = 273°K)
9. Hitung potensial osmotik lainnya dengan menggunakan rumus
M1 M 2
= (7)
Ψ1 Ψ 2
10. Tentukan (dengan interprestasi dari grafik) konsertasi sukrosa
yang tidak menghasilkan perubahan berat. Juga hitung ψs dari
larutan ini. Nilai ψs sebanding dengan potensial air (ψ) jaringan.
8
Pertanyaan:
1. Mengapa untuk satu set percobaan sebaiknya digunakan satu
sumber umbi yang sama?
2. Bagaimana perubahan berat potongan kentang yang terjadi pada
masing-masing larutan yang bersifat isotonis, hipotonis dan
hipertonis? Jelaskan mengapa demikian?
3. Apakah bisa digunakan umbi lain selain kentang?
Dasar Teori
Air memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan
tanaman. Hampir semua proses fisiologi dalam tumbuhan berlangsung
dengan adanya air. Air diperlukan untuk kelangsungan reaksi kimia
penting seperti dalam fotosintesis. Dalam proses transport, air
merupakan sarana vital, demikian juga untuk mempertahankan turgor
sel, air adalah unsur utamanya.
Meskipun peranannya penting, jumlah air yang dipergunakan
dalam proses tumbuhan hanyalah merupakan sebagian kecil dari
jumlah air yang diabsorpsi dari tanah. Sebagian besar air (sekitar
99%) yang masuk dalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang
sebagai uap air, melalui daun. Ada dua jenis transpirasi: transpirasi
melalui stomata disebut transpirasi stomata dan transpirasi melalui
kutikula disebut transpirasi kutikula.
Laju transpirasi tergantung dari faktor dalam atau faktor
tanaman seperti struktur daun yang menyangkut lebar daun, adanya
kutikula dan letak serta jumlah stomata. Selain faktor dalam juga
tergantung faktor luar atau faktor lingkungan seperti permukaan daun
per waktu. Satuan yang paling banyak digunakan yaitu g m –2 jam -1
atau g m cm-2 det-1
Metode yang paling umum digunakan untuk mengukur transpirasi
adalah metode grafimetrik. Metode ini disebut juga sebagai metode
pot atau linsimeter yang mempunyai teknik pelaksanaan sederhana dan
dapat digunakan bagi penelitian atau alat demonstrasi/alat peraga.
Metode lain dengan menggunakan porometer diffusi, cobalt klorida,
potometer, dan penganalisa infra merah/IRGA.
Tujuan:
Mengetahui perbedaan laju transpirasi tanaman pada 2
lingkungan tumbuh yang berbeda
10
Bahan dan alat:
♦ Dua jenis tumbuhan (daun lebar dan daun sempit)
♦ Neraca bench top, kertas grafik
♦ Plastik hitam sebagai pencegah evaporasi
♦ LAM
♦ Cutex putih
♦ Kipas angin
Cara kerja:
1. Masukkan masing-masing tanaman ke dalam Erlenmeyer/botol
kultur 100 cc yang sebelumnya diisi 75 ml air, tutup permukaan
leher dengan kapas dan lapisi permukaan kapas tersebut dengan
selotip hitam, perhatikan gambar di bawah ini
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud evaporasi? Apa perbedaannya dengan
transpirasi?
2. Bagaimanakah perbedaan konsentrasi uap air yang ditranspirasikan
dari jenis tanaman dan lingkungan tumbuh yang berbeda?
3. Adakah hubungan kerapatan stomata dengan kecepatan
transpirasi? Jelaskan!
12
TOPIK III
PENGUKURAN KANDUNGAN GULA SEBAGAI HASIL
FOTOSINTESIS
Dasar Teori
Fotosisntesis merupakan salah satu proses metabolisme
penting dalam mendukung ketersediaan energi yang ada di biosfer.
Energi cahaya yang ditangkap klorofil diubah menjadi nergi kemia
yang tersimpan di ikatan-ikatan kimia yang ada di karbohidrat. Ada
berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengukur kandungan
karbohidrat. Metode-metode tersebut diantaranya:
Cara kerja:
A. Penyiapan bahan dan ekstraksi:
1. Tanaman kedelai hasil perkecambahan berumur 7 hari
ditanam/diletakkan dalam kondisi lingkungan cahaya yang
berbeda; yaitu di dalam ruangan, di luar ruangan yang terkena
sinar matahari langsung dan di luar ruangan di tempat
teduh/naungan selama 10 hari.
2. Ambil daun dari ketiga tanaman dan keringkan pada suhu 70oC
selama 3 hari
14
3. Daun ditimbang seberat 2 g, digerus dan diekstrak dengan 20 ml
alkohol panas (80%)
4. Campuran disentrifugasi pada 9000 × g selama 15 menit,
supernatan yang didapat dipisahkan
5. Volume supernatan ditera kembali sehingga mencapai volume 50
ml
6. Supernatan sebanyak 1 ml direaksikan dengan 5 ml reagen
anthrone (100 mg anthrone, 50 ml 95% H2SO4) pada suhu 100oC
selama 10 menit.
7. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es selama
5 menit
8. Kandungan gula total ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm
9. Hitung konsentrasi gula terlarut dengan menggunakan kurva
standar, plotkan absorbasi yang diperoleh pada kurva standar
10. Sebagai standard digunakan 1 ml larutan gula (40-320 µg)
yang direaksikan dengan 5 ml reagen anthrone
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud gula reduksi? Berikan contohnya!
2. Apa yang dimaksud gula non-reduksi? Berikan contohnya!
3. Apa yang dimaksud dengan karbohidrat?
4. Apa yang dimaksud dengan pati?
5. Jelaskan dengan gambar struktur dari amilosa dan amilopektin
6. Apa yang anda ketahui tentang selulosa?
7. Apakah sama struktur selulosa dengan pati?
8. Bagaimana hasil kandungan gula daun pada tanaman kedelai di
bawah kondisi cahaya berbeda?
16
TOPIK IV
NUTRISI MINERAL
Dasar Teori
Tanaman autotrof umumnya memerlukan C, H, dan O yang
diperoleh dari CO2, H2O, dan O2. Selain itu juga memerlukan 13 unsur
anorganik lainnya. Enam dari 13 elemen tersebut diperlukan dalam
jumlah besar dibandingkan dengan 7 sisanya. Unsur-unsur makro
tersebut adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan 7 elemen mikro
yang dimaksud adalah Mo, Cu, Zn, Mn, B, Fe, dan Cl.
Dua belas dari 13 elemen yang diperlukan berasal dari batuan
induk dan oleh karenanya disebut elemen mineral. Sumber nitrogen
yang terdekat adalah nitrogen molekuler (N2) yang diperoleh dari
atmosfer. Selain tanaman dapat mengikat nitrogen langsung dari
atmosfer baik langsung maupun melalui peristiwa simbotik, nitrogen
dapat diperoleh dengan diserap sebagai garam organik (ion nitrat atau
amonium) oleh tanaman autrotrof.
Salah satu pendekatan untuk penentuan peran metabolik dari
elemen-elemen esensial adalah menentukan akibat dari defisiensinya.
Dalam semua unsur makro, ada gejala khusus yang menghasilkan cukup
informasi terhadap kemungkinan hambatan metabolik dan tempat
dimana suatu elemen berfungsi. Metode umum dari pelaksanaan
pendekatan ini adalah menanam tanaman secara hidroponik dari
larutan yang komposisinya diketahui secara tepat.
Cara kerja:
1. Botol – botol selai dicuci dan bilas dengan aquades (dilakukan
seminggu sebelum perlakuan)
2. Tandai botol–botol tersebut dengan label: lengkap; -Ca -S; -Mg; -
K; -P; -Fe; -hara.
3. Isilah botol-botol tersebut dengan larutan hara seperti tertera
pada tabel dibawah ini, kemudian tambahkan aquades sampai leher
botol/tanda dan aduk agar tercampur dengan baik.
4. Dapatkan larutan hara yang tidak diketahui pada asisten.
Selanjutnya ukur pH awal larutan masing-masing perlakuan.
5. Buat sumbat gabus seluas mulut botol lalu buat 2 lubang kecil
dengan φ: ± 0.5 cm
6. Tanamlah kecambah jagung media cair dalam botol selai melalui
lubang foam. Ikuti cara-cara berikut:
a. Dengan hati-hati masukkan kecambah melalui lubang pada
sumbat
b. Perkuat kedudukan kecambah dengan melilitkan kapas
kedalam lubang sekeliling hipokotil
7. Apabila telah selesai mintalah bantuan asisten untuk memeriksa
apakah setiap perlakuan sudah lengkap dan periksa pH larutan
masing–masing botol.
8. Pada minggu 2 dan 3 amati keadaan kecambah, ukurlah panjang
akar dan batang serta catat gejala-gejala kekurangan hara dari
masing–masing tanaman serta ukur pH larutan hara. Buang
kecambah yang mati atau tumbuhnya sangat lambat pada masing–
masing botol.
9. Pada akhir pengamatan minggu ke 3, ambil foto pada tanaman yang
menunjukkan defisiensi. Buanglah semua larutan hara dan cucilah
botol-botol percobaan dan serahkan kembali pada
penanggungjawab peralatan.
18
Tabel Komposisi Larutan Hara (300 ml)
Komponen yang dItambahkan
Mikr
Perlakuan Ca o
KN Mg KH2 FeE NaN Mg Na2 NaH CaC KCI
(NO nutri
O3 SO4 PO4 DTA O3 Cl2 SO4 PO4 l2
3) en
Catatan :
Stok makro dibuat 1 M
Mikronutrien (minus besi) per liter berisi :
2.86 g H3BO3 ; 1.81 g MnCl2 ; 4H2O ; 0.11 g ZnCl2 ; 0.65 CuCl2 ; dan 0.025 g Na2Mo O4
NaFeDTA = Kompleks besi-khelat
1 ml stok mengandung 5 mg Fe–metal (= 42 mg chelate commercial/sequestrene–misalnya)
Pertanyaan :
1. Gejala apa yang tampak pada tanaman yang diletakkan di larutan
yang tidak mengandung unsur makronutrien tertentu?
2. Mengapa kadang-kadang larutan berwarna hijau pada akhir
percobaan?
Dasar Teori
Tanaman hidup selalu melibatkan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan tanaman terutama berkaitan dengan
peningkatan secara kuantitatif pada tubuh tanaman, misalnya ketika
suatu kecambah sedang tumbuh terdapat suatu peningkatan panjang
akar dan batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering dan laun-
lain. Perkembangan yang merupakan perubahan kualitatif dapat dilihat
pada proses perkecambahan biji, pembentukkan bunga dan bji,
munculnya tunas llateral, jatuhnya daun dan buah.
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh tumbuhan dikontrol oleh
kedua perangkat internal yaitu nutrisi dan hormon. Perkembangan
tubuh tumbuhan yang seimbang dan terkoordinasi dilakukan oleh suatu
substansi pertumbuhan tanaman atau disebut sebagai zat pengatur
tumbuh (hormon) yang merupakan senyawa organik selain nutrisi, yang
dalam jumlah kecil dapat meningkatkan, mengurangi atau merubah
proses-proses fisiologis dalam tumbuhan.
Zat pengatur tumbuh terdiri dari senyawa kimia buatan dan
senyawa-senyawa yang disintesis oleh tumbuhan itu sendiri. Secara
garis besar ada 5 jenis hormon tumbuhan yaitu auksin, giberelin,
siokinin, asam absisat (ABA) dan etilen. Masing–masing hormon
tersebut dapat dibedakan satu dengan yang lain oleh struktur kimia
dan aktifitas fisiologisnya yang khas walaupun beberapa sifat-sifat
fisiologisnya sering hampir sama. Untuk pertumbuhan normal dalam
tubuh tanaman dibutuhan keseimbangan dari ke 5 hormon tersebut,
masing-masing dengan aktifitas yang sama atau berbeda. Hasil akhir
suatu proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil
interaksi dari hormon-hormon yang berbeda yang terdapat dalam
tubuh tanaman. Melihat fungsi dan peranan zat pengatur tumbuh yang
sangat penting maka senyawa-senyawa tersebut sering dipakai
terutama di bidang holtikultura.
Untuk menghindari variasi genetik maka sering dipakai beberapa
20
zat tumbuh untuk memacu perkembangan dan pertumbuhan dalam
perbanyakkan tanaman secara vegetatif, misalnya stek batang karena
beberapa tanaman tidak siap membentuk akar adventif.
Tujuan:
Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap
pembentukan tunas dan akar adventif
Cara kerja:
1. Isilah botol selai (vol 300 ml) dengan larutan Hoagland dan beri
perlakuan zat pengatur tumbuh di atas
2. Sisi luar botol dilapisi dengan plastik hitam dan bagian atas botol
ditutup dengan foam
3. Setiap kecambah kedelai (umur 14 hari) yang mempunyai daun
pertama yang mulai berkembang penuh dan trifoliat pertama mulai
mengembang dipotong pada bagian dasar hipokotil dengan silet
yang tajam sampai akar terputus (hati-hati jangan sampai
mengoyak kotiledon)
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 21
4. Tanam 3 kecambah ke larutan perlakuan dengan menyisipkan pada
foam yg telah dilubangi seperti gambar di bawah
5. Simpan tanaman pada tempat yang aman selama 2 minggu (hindari
intensitas cahaya yang terlalu tinggi)
6. Periksa dan tambahkan aquades untuk menggantikan air yang
hilang karena transpirasi
7. Setelah 2 minggu hitung jumlah akar adventif dan tunas serta
ukur tinggi tanaman dari dari masing-masing perlakuan
8. Jangan lupa untuk membuat tabel pengamatan di tiap seri
pengamatan
Pertanyaan:
1. Diantara jenis zat pengatur tumbuh yang diperlakukan, jenis
zat pengatur tumbuh apa yang paling efektif mempengaruhi
pembentukan akar adventif atau tunas? Mengapa, jelaskan.
2. Sebutkan ciri khusus dari hormon auksin, sitokinin, giberelin.
Etilen, dan asam absisat
22
TOPIK VI
PENGARUH STRES KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
KECAMBAH DAN KANDUNGAN PROLIN
Teori dasar:
Air merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan
tanaman disamping unsur hara. Tanaman yang mengalami stres
kekeringan secara umum mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan
dengan tanaman yang tumbuh normal. Kandungan air tanaman untuk
mempertahankan turgor dijaga oleh keseimbangan laju transpirasi dan
penyerapan air oleh akar. Pada kondisi ketersediaan air tanah menurun
akan terjadi defisit kandungan air di jaringan tanaman yang selanjutnya
menjadi faktor pemicu respon fisiologis dan biokimia dalam sel tanaman
untuk mengatasi stres kekeringan. Respon tanaman terhadap stres
kekeringan dapat teramati pada level perkembangan, morfologis,
fisiologis dan biokimia.
Toleransi tanaman terhadap stres kekeringan dapat terjadi jika
tanaman dapat survive terhadap stres yang terjadi dan adanya
toleransi/mekanisme yang memungkinan tanaman menghindar dari situasi
stres tersebut. Tanaman mempunyai oleransi yang berbeda terhadap
stres kekeringan karena perbedaan dalam mekanisme morfologi,
fisiologi, biokimia dan molekuler. Toleransi stres kekeringan melibatkan
akumulasi senyawa yang dapat melindungi sel dari kerusakan yang terjadi
pada ssat potensial air rendah. Prolin merupakan salah satu senyawa
yang memegang peranan penting untuk toleransi terhadap stres
kekeringan.
Akumulasi prolin dalam respon terhadap stres kekeringan telah
dilaporkan pada beberapa tanaman secara in vitro dan in vivo. Jumlah
prolin yang meningkat dianggap merupakan indikasi toleransi terhadap
stres kekeringan karena prolin berfungsi sebagai senyawa penyimpan N
dan osmoregulator dan/atau sebagai protektor ensim tertentu, osmotic
adjustment, menjaga integritas membran dan stabilisator protein.
Tanaman yang overproduksi prolin dianggap mempunyai sifat toleransi
terhadap stres kekeringan yang lebih baik. Akumulasi prolin pada
tanaman yang mengalami strres kekeringan disebabkan oleh aktivasi
biosintesis prolin dan inaktivasi degradasi prolin.
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 23
Tujuan:
Mengetahui pengaruh stres kekeringan, yang disimulasi dengan
PEG, pada fase perkecambahan terhadap pertumbuhan
kecambah dan kandungan prolin
Cara Kerja:
Uji kekeringan pada fase perkecambahan
1. Perkecambahan dilakukan menggunakan media pasir yang
dimasukkan ke dalam gelas plastik (± 220 ml). Bagian dasar
gelas plastik dilubangi sebanyak empat lubang kemudian diisi
pasir sampai ketinggian ± 1 cm di bawah mulut gelas.
2. Simulasi kekeringan dilakukan dengan PEG. Masing-masing
gelas disiram dengan larutan perlakuan PEG (0, 5 dan 10%)
untuk pertama kalinya sebanyak 50 ml. Tiap perlakuan diulang
3 kali (3 gelas plastik)
3. Setiap gelas diisi lima benih jagung lalu benih ditutup dengan
pasir. Kemudian masing-masing gelas disiram lagi dengan
larutan sesuai perlakuan sebanyak 15 ml. Sebagai kontrol
benih yang ditanamn pada gelas disiram dengan air.
4. Benih dikecambahkan selama 14 hari dan disiram dengan
larutan perlakuan setiap 3 hari sekali sebanyak 15 ml.
5. Kecambah jagung berumur 14 hari diamati pertumbuhan
kecambah (meliputi jumlah & berat basah kecambah, panjang
24
akar & pucuk, rasio akar/pucuk) dan dianalisis kandungan
prolin daun.
Analisis prolin
1. Kadar prolin dianalisis berdasarkan metode Bates et al. (1973).
2. Daun tanaman ditimbang seberat 2 g, digerus dan dihomogenasi
dengan 10 ml asam sulfosalisilat (3%).
3. Campuran disentrifugasi pada 9000 × g selama 15 menit,
supernatan yang didapat dipisahkan.
4. Supernatan sebanyak 2 ml direaksikan dengan 2 ml larutan asam
ninhidrin dan asam asetat glacial dalam tabung reaksi dan
dipanaskan pada penangas air dengan suhu 100oC selama 60
menit.
5. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es
selama 5 menit.
6. Hasil reaksi diekstraksi dengan 4 ml toluene sehingga terbentuk
kromoform.
7. Kromoform yang terbentuk diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
8. Sebagai standart digunakan DL-proline 5-30 µg yang dilarutkan
dalam asam sulfosalisilat (3%).
9. Kadar prolin dinyatakan sebagai µmol/g berat basah.
26
D-2. Pada konsentrasi berapa penambahan air tidak terjadi?
D-3. Beri contoh perhitungan ψs pada no. b
D-4. Beri 1 contoh perhitungan yang lain!
D-5. Buat grafik % perubahan berat (y) dan ψs (x) dan grafik %
perubahan berat (y) dan konsentrasi larutan (x)
- Laju transpirasi
Perlakuan Waktu Berat Berat Selisih Laju Rata-rata
awal (g) akhir (g) berat (g) transpirasi laju
transpirasi
0’
Didalam kelas 15’
30
45’
0’
15’
Di luar kelas,
30
berangin
45’
28
Rata-rata
- Laju transpirasi
Perlakuan Waktu Berat Berat Selisih Laju Rata-rata
awal (g) akhir (g) berat (g) transpirasi laju
transpirasi
0’
Didalam kelas 15’
30
45’
0’
15’
Di luar kelas,
30
berangin
45’
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawaban Pertanyaan
H. Daftar Pustaka
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawaban Pertanyaan
H. Daftar Pustaka
30
LAPORAN LATIHAN 4
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawaban Pertanyaan
H. Daftar Pustaka
32
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawab Pertanyaan
H. Daftar Pustaka
Tabel . Pengaruh stres kekeringan pada pertumbuhan kecambah jagung dan kandungan
prolin
Konsentrasi Ulangan Pertumbuhan Kecambah Kandungan
PEG (%) Jumlah Berat basah Panjang Panjang Rasio prolin
kecambah kecambah akar pucuk akar/pucuk
0 1
2
3
Rerata
5 1
2
3
Rerata
10 1
2
3
Rerata
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Daftar Pustaka
34
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 35