Anda di halaman 1dari 36

PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

Disusun Oleh :
Nunung Harijati
Retno Mastuti
Wahyu Widoretno

LAB. FISIOLOGI DAN KULTUR JARINGAN TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI-FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
TERTIB PRAKTIKUM

• Sebelum Praktikum
1. Mahasiswa harus datang 10 menit SEBELUM acara praktikum
dimulai.
2. Batas toleransi keterlambatan adalah 10 menit sesudah acara
praktikum dimulai atau sebelum pengarahan oleh asisten
berakhir.
3. Setiap kali praktikum, mahasiswa harus membawa jas
praktikum, buku penuntun praktikum, dan peralatan menulis.
4. Sebelum masuk laboraturium, mahasiswa diwajibkan sudah
menulis dasar teori, tujuan dan metode praktikum untuk hari
itu di Buku Laporan Praktikum, dan diserahkan kepada asisten
yang bertugas.

A. Selama dan Sesudah Praktikum


1. Hasil pengamatan harus mendapat persetujuan (acc) asisten
yang bertugas.
2. Setelah praktikum selesai setiap kelompok harus
membersihkan semua alat yang dipakai dan mengembalikannya
kepada asisten sesuai dengan jumlahnya.
3. Setiap kelompok atau mahasiswa wajib mengganti alat yang
rusak atau hilang selama dipinjam, sebelum ujian akhir
praktikum (UAP).
4. Test (Pre test atau pos test) diadakan sebelum atau sesudah
praktikum.
5. Mahasiswa harus mengisi daftar hadir praktikum yang telah
disediakan.

B. Laporan Praktikum
1. Pada laporan praktikum hendaknya ditulis judul praktikum,
tanggal dan nama asisten pada tempat yang disediakan.

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 1


2. Laporan praktikum yang sudah dilengkapi dengan hasil dan
pembahasan serta kesimpulan dan daftar pustaka, dikumpulkan
segera pada hari dimana pengamatan itu selesai / berakhir.
3. Mahasiswa yang tidak mengumpulkan laporan praktikum sampai
tiga kali (kumulatif) praktikumnya dianggap gugur.

C. Tidak Dapat Mengikuti Praktikum


1. Mahasiswa yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti
praktikum yang sudah dijadwalkan harus melapor ke
koordinator asisten supaya mendapatkan ijin untuk mengikuti
susulan
2. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum sampai tiga kali
tanpa keterangan, praktikumnya dianggap gugur

D. Susulan Praktikum dan Ujian Praktikum


1. Mahasiswa yang mendapatkan ijin untuk mangikuti susulan
praktikum menanggung semua biaya keperluan bahan
praktikumnya sendiri sesuai dengan materi yang dikerjakan
2. Ujian praktikum dilakukan setelah semua acara praktikum
selesai

E. Mahasiswa dilarang :
Makan, minum, merokok selama praktikum.
Memakai sandal serta kaos oblong selama praktikum.

2
DAFTAR ISI

Halaman
Tata tertib praktikum……………………………………………………………………… 1
Daftar isi ………………………………………….…………………………………………….. 3
Topik 1. Pengukuran potensial air jaringan tumbuhan ..………….. 4
Topik 2. Transpirasi ……………………………………………………………………… 10
Topik 3. Pengukuran kandungan gula sebagai hasil
fotosintesis …………………………………………………………………….. 13
Topik 4. Nutrisi mineral ………………………………………………………………. 16
Topik 5. Peran auksin dan sitokinin dalam pembentukan tunas
dan akar adventif……………………………………………………………. 20
Topik 6. Pengaruh stres kekeringan terhadap pertumbuhan
kecambah dan kandungan prolin………………………………….. 23
Format Laporan …………………………………………………………………………….. 26

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 3


TOPIK I
PENGUKURAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN

Dasar Teori
Pemeliharaan aktivitas fisiologis pada sel baik secara individu
maupun pada seluruh tubuh tanaman tergantung pada kestabilan relatif
beberapa kondisi. Salah satu diantaranya adalah keseimbangan air. Bila
pada masa perkembangan tanaman kekurangan air maka umumnya laju
perkembangan dan seluruh fungsi vital tanaman berkurang. Apabila
kekurangan air tersebut berlangsung berkepanjangan atau tanaman
berada pada keadaaan sangat kekurangan air maka akan menyebabkan
kematian pada tanaman yang sedang aktif tumbuh.
Pada tanaman yang sedang aktif tumbuh, apabila kandungan air
dalam jaringan berkurang dan pada keadaan desikasi maka
perkembangan tanaman tersebut akan terhambat. Kondisi terhambat
tersebut sebenarnya menguntungkan tanaman dalam keperluan untuk
‘survive’. Kondisi temperatur yang tinggi maupun rendah sangat tidak
menguntungkan bagi tanaman karena dapat mematikan bagian
vegetatif. Berbeda dengan tubuh tanaman, pada biji kondisi
temperatur tinggi dan rendah tidak menimbulkan kematian. Oleh
karena itu adaptasi tanaman pada kondisi kering atau temperatur
rendah seringkali melibatkan pengurangan kandungan air.
Untuk memahami sepenuhnya tentang hal-hal yang berhubungan
dengan air maka perlu untuk mengenali beberapa prinsip
termodinamika. Termodinamika adalah pengetahuan perubahan energi
yang terjadi dalam proses fisik dan kimia; termasuk yang terjadi
dalam jaringan. Hal pertama yang sebaiknya dimengerti adalah energi
bebas atau energi bebas Gibb (G). Energi adalah satu sifat
termodinamik suatu sistem atau komponen suatu sistem dan
didefinisikan sebagai energi yang secara isotermal (pada temperatur
tetap) tersedia untuk konversi kerja. Persamaan energi bebas
tersebut adalah sebagai berikut:

G = E + PV − TS
4
Dimana
E = Energi internal (Jumlah transisi rotasi dan vibrasi energi
substansi)
PV = Hasil tekanan x volume. Jika P diekspresikan dalam atsmofer, V
dalam liter, maka PV dapat dikonversikan menjadi kalori, karena
satu liter atmosfer setara dengan 24,2 kalori.
T = temperatur absolut (dalam Kelvin, 0°C = 273°K )
S = Entropi ( tingakat / derajat ketidakteraturan ; mempunyai unit :
energi per derajat , kalori / derajat )

Energi bebas (Persamaan 1) dari subtansi apapun tergantung dari


jumlah substansi yang ada. Sejumlah partikel mempunyai energi dan
entropi khusus pada kondisi dan tekanan tertentu. Oleh karena itu
energi bebas biasanya dinyatakan dalam energi per mol atau per gram
substansi.
Potensial kima air diekspresikan sebagai potensial air (ψ, psi).
Potensial air ini penting untuk diketahui agar dapat mengerti
pergerakan air dalam sistem tumbuhan, air, dan tanah. Potensial air
(ψ, psi) seringkali dinyatakan dalam tekanan (bar), kadang-kadang
dalam satuan energi (kalori per mol). Tanpa memperhatikan bagaimana
potensial air itu dinyatakan, jika terdapat perbedaan diantara bagian-
bagian suatu sistem, maka air cenderung berpindah ke titik / tempat
yang mempunyai potensial air paling rendah. Jadi diffusi (termasuk
osmosis), terjadi sebagai respon terhadap suatu gradien energi bebas
dari partikel yang berdiffusi.
Nilai absolut potensial air (ψ) tidak mudah diukur, tetapi
perbedaan potensial air (ψ) dapat diukur. Secara konvensional
referensi standar diambil terhadap air murni. Potensial air (ψ) yang
merupakan perbedaan energi bebas atau potensial kimia perunit mol
volume antara air murni pada tekanan atmosfer sama dengan nol. Oleh
karena itu potensial air dalam sel-sel dan larutan kurang dari nol atau
negatif. Potensial air dipengaruhi oleh semua faktor-faktor yang
merubah energi bebas atau aktifitas kimia molekul air.
Potensial adalah ekspresi dari status bebas air, sebuah ukuran
kekuatan penggerak yang menyebabkan air berpindah ke suatu sistem,
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 5
seperti jaringan tanaman, tanah atau atmosfer, atau dari suatu bagian
ke bagian lainnnya. Potensial air mungkin merupakan parameter yang
paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem
tanah, tanaman, atau atmosfer.
Ekspresi dasar yang menggambarkan potensial air (ψ) adalah
sebagai berikut:

ψ sel = ψ s +ψ p +ψ m

Dimana
ψ sel = Potensial air sel
ψ s (atau ψ )
π = Potensial osmotik
ψp = Potensial tekanan ( tekanan turgor )
ψm = Potensial matriks

Potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat


terlarut, tandanya selalu negatif. Potensial tekanan adalah potensial
yang disebakan oleh tekanan hidrostatik isi sel terhadap dinding sel,
nilainya bisa positif, nol atau negatif. Penambahan tekanan (
terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan tekanan potensial lebih
positif. Potensial matrik disebabkan oleh ikatan pada koloid
protoplasma dan permukaan (yaitu dinding sel). Potensial sel bertanda
negatif, tetapi umumnya sel-sel yang bervakuola nilainya dapat
diabaikan. Oleh karena itu persamaan (2) dapat disederhanakan
menjadi:

ψ = ψ s +ψ p
Salah satu metode yang biasa dilakukan untuk penentuan potensial
air jaringan adalah dengan cara meletakkan potongan jaringan sampel
yang seragam pada satu seri larutan nonelektorit seperti sukrosa atau
manitol. Dalam percobaan ini dicari larutan sukrosa yang tidak
mengakibatkan perubahan berat atau volume jaringan, yang berarti
bahwa antara jaringan dan larutan terjadi keseimbangan osmotik

6
sehingga potensial air antara jaringan pasti sama dengan potensial air
larutan, maka persamaanya menjadi:

ψ =ψ s
Tujuan:
1) Menentukan potensial air umbi kentang (atau umbi lain)
2) Memperkenalkan salah satu metode populer dalam mengukur
potensial air jaringan tanaman

Alat dan Bahan:


♦ Umbi kentang (atau bahan lain yang ditentukan kemudian )
♦ Larutan sukrosa berbagai konsentrasi (0.05; 0.1; 0.15; 0.2; 0.25;
0.3; 0.35; 0.4; 0.45; 0.5; 0.55; dan 0.6 molal)
♦ Bor sumbat botol gabus (cork borer) dengan garis tengah 1 cm
untuk membuat silinder umbi kentang
♦ Pisau silet
♦ Timbangan elektrik (metler)
♦ 13 cawan Petri atau tabung reaksi ∅ 3 cm

Cara kerja:
1. Siapkan 13 cawan petri atau tabung reaksi, masing–masing isi
dengan 20 ml (untuk tabung besar) atau 10 ml (untuk tabung kecil)
larutan sukrosa dengan konsentrasi : 0 (aquades); 0.05; 0.1; 0.15;
0.2; 0.25; 0.3; 0.35; 0.4; 0.45; 0.5; 0.55; dan 0.6 molal
2. Lakukan dengan cepat: buat 13 (secukupnya) silinder umbi kentang
dengan bor gabus. Masing–masing dengan panjang 4 cm/seragam.
Sebaiknya untuk satu set percobaan dibuat dari satu umbi saja.
Letakkan pada wadah tertutup.
3. Dengan pisau silet potonglah satu silinder kentang menjadi irisan
tipis-tipis yang seragam dengan tebal ± 2 mm sebanyak 4 irisan.
4. Bilas dengan cepat irisan tersebut dengan aquades, keringkan
dengan tissue dan timbang (sbg berat awal)
5. Masukkan 4 irisan dari masing-masing umbi kentang ke dalam 13
larutan yang sudah disiapkan (no. 1).
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 7
6. Setelah 2 jam direndam, keluarkan irisan-irisan umbi kentang
tersebut dari masing-masing cawan petri/tabung reaksi lalu
keringkan dengan kertas tissue dan timbang (sbg berat akhir).
7. Perubahan berat dihitung dengan rumus berikut :

berat akhir − berat awal


%berat = × 100%
berat awal
8. Buat grafik dan plotkan: (a) berat atau persentase berat pada
ordinat dan konsentrasi larutan (molal) pada absis serta (b) berat
atau persentase berat pada ordinat dan potensial pada absis.
Kalibrasikan tekanan potensial setelah menghitung potensial
osmotik untuk tiap larutan sukrosa. Potensial osmotik dihitung
dengan rumus berikut:

−Ψs = miRT
dimana
m = Molalitas larutan
i = Konstanta inonisasi (untuk sukrosa 1)
R = Konstanta gas (0.083 liter bar/mol derajat)
T = temperatur absolut (dalam Kelvin, 0°C = 273°K)
9. Hitung potensial osmotik lainnya dengan menggunakan rumus

M1 M 2
= (7)
Ψ1 Ψ 2
10. Tentukan (dengan interprestasi dari grafik) konsertasi sukrosa
yang tidak menghasilkan perubahan berat. Juga hitung ψs dari
larutan ini. Nilai ψs sebanding dengan potensial air (ψ) jaringan.

8
Pertanyaan:
1. Mengapa untuk satu set percobaan sebaiknya digunakan satu
sumber umbi yang sama?
2. Bagaimana perubahan berat potongan kentang yang terjadi pada
masing-masing larutan yang bersifat isotonis, hipotonis dan
hipertonis? Jelaskan mengapa demikian?
3. Apakah bisa digunakan umbi lain selain kentang?

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 9


TOPIK II
TRANSPIRASI

Dasar Teori
Air memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan
tanaman. Hampir semua proses fisiologi dalam tumbuhan berlangsung
dengan adanya air. Air diperlukan untuk kelangsungan reaksi kimia
penting seperti dalam fotosintesis. Dalam proses transport, air
merupakan sarana vital, demikian juga untuk mempertahankan turgor
sel, air adalah unsur utamanya.
Meskipun peranannya penting, jumlah air yang dipergunakan
dalam proses tumbuhan hanyalah merupakan sebagian kecil dari
jumlah air yang diabsorpsi dari tanah. Sebagian besar air (sekitar
99%) yang masuk dalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang
sebagai uap air, melalui daun. Ada dua jenis transpirasi: transpirasi
melalui stomata disebut transpirasi stomata dan transpirasi melalui
kutikula disebut transpirasi kutikula.
Laju transpirasi tergantung dari faktor dalam atau faktor
tanaman seperti struktur daun yang menyangkut lebar daun, adanya
kutikula dan letak serta jumlah stomata. Selain faktor dalam juga
tergantung faktor luar atau faktor lingkungan seperti permukaan daun
per waktu. Satuan yang paling banyak digunakan yaitu g m –2 jam -1
atau g m cm-2 det-1
Metode yang paling umum digunakan untuk mengukur transpirasi
adalah metode grafimetrik. Metode ini disebut juga sebagai metode
pot atau linsimeter yang mempunyai teknik pelaksanaan sederhana dan
dapat digunakan bagi penelitian atau alat demonstrasi/alat peraga.
Metode lain dengan menggunakan porometer diffusi, cobalt klorida,
potometer, dan penganalisa infra merah/IRGA.

Tujuan:
Mengetahui perbedaan laju transpirasi tanaman pada 2
lingkungan tumbuh yang berbeda

10
Bahan dan alat:
♦ Dua jenis tumbuhan (daun lebar dan daun sempit)
♦ Neraca bench top, kertas grafik
♦ Plastik hitam sebagai pencegah evaporasi
♦ LAM
♦ Cutex putih
♦ Kipas angin

Cara kerja:
1. Masukkan masing-masing tanaman ke dalam Erlenmeyer/botol
kultur 100 cc yang sebelumnya diisi 75 ml air, tutup permukaan
leher dengan kapas dan lapisi permukaan kapas tersebut dengan
selotip hitam, perhatikan gambar di bawah ini

Kapas + selotip hitam

2. Timbang tanaman pada kondisi di atas (sbg berat awal)


3. Letakkan satu tanaman (berdaun lebar dan sempit) dalam ruangan
dan letakkan tanaman lainnnya (daun lebar dan sempit) di luar
ruangan dan nyalakan kipas angin sebagai simulasi keadaan
berangin.
4. Timbang Erlenmeyer beserta tanaman tersebut tiap 15 menit
selama 45 menit (sbg berat akhir untuk masing-masing waktu
pengamatan dan masing-masing lingkungan tumbuh). Selisih berat
pot + tanaman merupakan banyaknya air yang hilang melalui
transpirasi
5. Olesi permukaan daun di tiga wilayah dengan cutex putih

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 11


6. Setelah dirasa kering cutex dikelupas, dan diamati di bawah
mikroskop, kemudian hitung kerapatan stomata per luas bidang
pandang
7. Ambil 50 % jumlah daun dan ukur luas daun dengan menggunakan
Leaf Area Meter (LAM)
8. Hitung kecepatan transpirasi per luas daun (g cm–2 detik–1 )
9. Buat grafik yang menunjukkan hubungan antara laju transpirasi
dengan waktu pada masing-masing lingkungan tumbuh yang
diujikan.

Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud evaporasi? Apa perbedaannya dengan
transpirasi?
2. Bagaimanakah perbedaan konsentrasi uap air yang ditranspirasikan
dari jenis tanaman dan lingkungan tumbuh yang berbeda?
3. Adakah hubungan kerapatan stomata dengan kecepatan
transpirasi? Jelaskan!

12
TOPIK III
PENGUKURAN KANDUNGAN GULA SEBAGAI HASIL
FOTOSINTESIS

Dasar Teori
Fotosisntesis merupakan salah satu proses metabolisme
penting dalam mendukung ketersediaan energi yang ada di biosfer.
Energi cahaya yang ditangkap klorofil diubah menjadi nergi kemia
yang tersimpan di ikatan-ikatan kimia yang ada di karbohidrat. Ada
berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengukur kandungan
karbohidrat. Metode-metode tersebut diantaranya:

No Uji Reagen Hasil Rdaeaksi


1 Molish H2SO4 pekat, alfa Cincin ungu
naftol
2 Seliwanoff resorcinol Kompleks merah
bata
3 Barfoed (gula Cu asetat, asam asetat Endapan merah
reduksi) bata
4 Fehling (gula CuSO4, K-Na tartrat, Endapan merah
reduksi) NaOH bata
5 Benedict (gula CuSO4, Na citrate, Na- Endapan merah
red) karbonate bata
6 Anthrone Anthrone Kompleks-biru
kehijauan
7 Nelson Somogy Kuprioksida, Kompleks-biru
Arsenomilibdat
8 Phenol-sulfuric Phenol, sulfuric acid Kuning-oranye
acid
9 Uji Iodin Iodin Biru
(Polisakarida)
10 Uji fenilhidrazin Kristal putih
Pembentukan (glusazon,
Ozason fruktazon, dst)

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 13


Pada praktikum ini digunakan metode Anthrone untuk
mengukur kadar gula. Reaksi anthrone merupakan metode yang cepat
dan aman untuk penentuan karbohidrat, baik yang bebas atau ada
dalam polisakarida. Prinsip dasar dari metode anthrone adalah
kemampuan karbohidrat untuk membentuk turunan furfural dengan
keberadaan asam dan panas, yang kemudian diikuti dengan reaksi
dengan anthrone yang menghasilkan warna biru kehijauan. Uji
Anthrone ini memiliki kelebihan dalam hal sensitifitas dan
kesederhanaan ujinya. Warna biru tersebut yang diukur pada λ 620
nm menggunakan spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi
gula. Warna hasil pembacaan spektrofotometer akan dikonversi
nilainya terhadap warna yang dihasilkan oleh larutan gula yang sudah
diketahui konsentrasinya dari kurva standar.

Bahan dan Alat:


Tabung reaksi bersih
Labu takar 500 ml
Beaker glass 250 ml
Labu ukur 100 ml (jumlah disesuaikan)
Neraca analitik
Mortar+pestle
Blue tip 5 buah (untuk kurva standart)
Waterbath (segera nyalakan ketika praktikum dimulai)
Spektrofotometer
Foam

Cara kerja:
A. Penyiapan bahan dan ekstraksi:
1. Tanaman kedelai hasil perkecambahan berumur 7 hari
ditanam/diletakkan dalam kondisi lingkungan cahaya yang
berbeda; yaitu di dalam ruangan, di luar ruangan yang terkena
sinar matahari langsung dan di luar ruangan di tempat
teduh/naungan selama 10 hari.
2. Ambil daun dari ketiga tanaman dan keringkan pada suhu 70oC
selama 3 hari

14
3. Daun ditimbang seberat 2 g, digerus dan diekstrak dengan 20 ml
alkohol panas (80%)
4. Campuran disentrifugasi pada 9000 × g selama 15 menit,
supernatan yang didapat dipisahkan
5. Volume supernatan ditera kembali sehingga mencapai volume 50
ml
6. Supernatan sebanyak 1 ml direaksikan dengan 5 ml reagen
anthrone (100 mg anthrone, 50 ml 95% H2SO4) pada suhu 100oC
selama 10 menit.
7. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es selama
5 menit
8. Kandungan gula total ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm
9. Hitung konsentrasi gula terlarut dengan menggunakan kurva
standar, plotkan absorbasi yang diperoleh pada kurva standar
10. Sebagai standard digunakan 1 ml larutan gula (40-320 µg)
yang direaksikan dengan 5 ml reagen anthrone

B. Membuat larutan dan kurva standart:


Konsentrasi glukosa yang digunakan untuk membuat kurva standar gula
terlarut adalah 50, 75, 100, 125, 150 ug. Untuk membuat konsentrasi
glukosa dalam konsentrasi kecil maka perlu dibuat larutan stok.
Larutan stok 1: 100 mg dilarutkan dalam 100 ml akuades
Larutan stok 2: 10 ml stok 1 dilarutkan dalam 100 ml akuades [100
µg/mL]
1. Siapkan 5 tabung reaksi bersih dan kering
2. Pipet larutan stok 2 berturut-turut 0.5, 0.75, 1, 1.25, 1,5 ml
pada masing-masing tabung reaksi
3. Masing-masing tabung ditambahkan dengan 5 ml reagen
anthrone (100 mg anthrone, 50 ml 95% H2SO4)
4. Panaskan tabung pada suhu 100oC selama 10 menit.
5. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es selama
5 menit
6. Kocok larutan, diamkan 10 menit kemudian tera pada λ 620 nm
dengan spektrofotometer

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 15


7. Buat grafik dengan sumbu x adalah konsentrasi glukosa dan
sumbu Y adalah Absorbansi.

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud gula reduksi? Berikan contohnya!
2. Apa yang dimaksud gula non-reduksi? Berikan contohnya!
3. Apa yang dimaksud dengan karbohidrat?
4. Apa yang dimaksud dengan pati?
5. Jelaskan dengan gambar struktur dari amilosa dan amilopektin
6. Apa yang anda ketahui tentang selulosa?
7. Apakah sama struktur selulosa dengan pati?
8. Bagaimana hasil kandungan gula daun pada tanaman kedelai di
bawah kondisi cahaya berbeda?

16
TOPIK IV
NUTRISI MINERAL

Dasar Teori
Tanaman autotrof umumnya memerlukan C, H, dan O yang
diperoleh dari CO2, H2O, dan O2. Selain itu juga memerlukan 13 unsur
anorganik lainnya. Enam dari 13 elemen tersebut diperlukan dalam
jumlah besar dibandingkan dengan 7 sisanya. Unsur-unsur makro
tersebut adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan 7 elemen mikro
yang dimaksud adalah Mo, Cu, Zn, Mn, B, Fe, dan Cl.
Dua belas dari 13 elemen yang diperlukan berasal dari batuan
induk dan oleh karenanya disebut elemen mineral. Sumber nitrogen
yang terdekat adalah nitrogen molekuler (N2) yang diperoleh dari
atmosfer. Selain tanaman dapat mengikat nitrogen langsung dari
atmosfer baik langsung maupun melalui peristiwa simbotik, nitrogen
dapat diperoleh dengan diserap sebagai garam organik (ion nitrat atau
amonium) oleh tanaman autrotrof.
Salah satu pendekatan untuk penentuan peran metabolik dari
elemen-elemen esensial adalah menentukan akibat dari defisiensinya.
Dalam semua unsur makro, ada gejala khusus yang menghasilkan cukup
informasi terhadap kemungkinan hambatan metabolik dan tempat
dimana suatu elemen berfungsi. Metode umum dari pelaksanaan
pendekatan ini adalah menanam tanaman secara hidroponik dari
larutan yang komposisinya diketahui secara tepat.

Tujuan: agar mahasiswa memahami metode penanaman secara


hidroponik; mempelajari tanda-tanda defisien yang berhubungan
dengan tidak tercukupinya suplai elemen tertentu; memeriksa akibat
serapan ion oleh tanaman dari larutan hara yang tidak seimbang.

Alat dan bahan:


♦ Kecambah jagung yang berumur 2 minggu
♦ Larutan baku/larutan stok unsur hara
♦ Akuades
♦ 11 botol selai ukuran 300 ml
♦ 11 sumbat gabus berlubang 2
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 17
♦ Pinset, gelas ukur, lakmus/indikator pH
♦ Kapas dan kertas label

Cara kerja:
1. Botol – botol selai dicuci dan bilas dengan aquades (dilakukan
seminggu sebelum perlakuan)
2. Tandai botol–botol tersebut dengan label: lengkap; -Ca -S; -Mg; -
K; -P; -Fe; -hara.
3. Isilah botol-botol tersebut dengan larutan hara seperti tertera
pada tabel dibawah ini, kemudian tambahkan aquades sampai leher
botol/tanda dan aduk agar tercampur dengan baik.
4. Dapatkan larutan hara yang tidak diketahui pada asisten.
Selanjutnya ukur pH awal larutan masing-masing perlakuan.
5. Buat sumbat gabus seluas mulut botol lalu buat 2 lubang kecil
dengan φ: ± 0.5 cm
6. Tanamlah kecambah jagung media cair dalam botol selai melalui
lubang foam. Ikuti cara-cara berikut:
a. Dengan hati-hati masukkan kecambah melalui lubang pada
sumbat
b. Perkuat kedudukan kecambah dengan melilitkan kapas
kedalam lubang sekeliling hipokotil
7. Apabila telah selesai mintalah bantuan asisten untuk memeriksa
apakah setiap perlakuan sudah lengkap dan periksa pH larutan
masing–masing botol.
8. Pada minggu 2 dan 3 amati keadaan kecambah, ukurlah panjang
akar dan batang serta catat gejala-gejala kekurangan hara dari
masing–masing tanaman serta ukur pH larutan hara. Buang
kecambah yang mati atau tumbuhnya sangat lambat pada masing–
masing botol.
9. Pada akhir pengamatan minggu ke 3, ambil foto pada tanaman yang
menunjukkan defisiensi. Buanglah semua larutan hara dan cucilah
botol-botol percobaan dan serahkan kembali pada
penanggungjawab peralatan.

18
Tabel Komposisi Larutan Hara (300 ml)
Komponen yang dItambahkan
Mikr
Perlakuan Ca o
KN Mg KH2 FeE NaN Mg Na2 NaH CaC KCI
(NO nutri
O3 SO4 PO4 DTA O3 Cl2 SO4 PO4 l2
3) en

Lengkap 1.5 1.5 0.6 0.3 0.3 0.3 - - - - - -


-N - - 0.6 0.3 0.3 0.3 - - - - 1.5 1.5
-K 1.5 - 0.6 - 0.3 0.3 - - - 0.3 - -
-P 1.5 - - - 0.3 0.3 1.5 - - - - 0.3
- Ca - 1.5 0.6 - 0.3 0.3 3 - - - - -
- Mg 1.5 1.5 - 0.3 0.3 0.3 - - 0.6 - - -
-S 1.5 1.5 - 0.3 0.3 0.3 - 0.6 - - - -
- Fe 1.5 1.5 0.6 0.3 - 0.3 - - - - - -
- Mikronu 1.5 1.5 0.6 0.3 0.3 - - - - - - -
trien

Catatan :
Stok makro dibuat 1 M
Mikronutrien (minus besi) per liter berisi :
2.86 g H3BO3 ; 1.81 g MnCl2 ; 4H2O ; 0.11 g ZnCl2 ; 0.65 CuCl2 ; dan 0.025 g Na2Mo O4
NaFeDTA = Kompleks besi-khelat
1 ml stok mengandung 5 mg Fe–metal (= 42 mg chelate commercial/sequestrene–misalnya)

Pertanyaan :
1. Gejala apa yang tampak pada tanaman yang diletakkan di larutan
yang tidak mengandung unsur makronutrien tertentu?
2. Mengapa kadang-kadang larutan berwarna hijau pada akhir
percobaan?

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 19


TOPIK V
PERAN AUKSIN DAN SITOKININ DALAM PEMBENTUKAN
TUNAS DAN AKAR ADVENTIF

Dasar Teori
Tanaman hidup selalu melibatkan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan tanaman terutama berkaitan dengan
peningkatan secara kuantitatif pada tubuh tanaman, misalnya ketika
suatu kecambah sedang tumbuh terdapat suatu peningkatan panjang
akar dan batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering dan laun-
lain. Perkembangan yang merupakan perubahan kualitatif dapat dilihat
pada proses perkecambahan biji, pembentukkan bunga dan bji,
munculnya tunas llateral, jatuhnya daun dan buah.
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh tumbuhan dikontrol oleh
kedua perangkat internal yaitu nutrisi dan hormon. Perkembangan
tubuh tumbuhan yang seimbang dan terkoordinasi dilakukan oleh suatu
substansi pertumbuhan tanaman atau disebut sebagai zat pengatur
tumbuh (hormon) yang merupakan senyawa organik selain nutrisi, yang
dalam jumlah kecil dapat meningkatkan, mengurangi atau merubah
proses-proses fisiologis dalam tumbuhan.
Zat pengatur tumbuh terdiri dari senyawa kimia buatan dan
senyawa-senyawa yang disintesis oleh tumbuhan itu sendiri. Secara
garis besar ada 5 jenis hormon tumbuhan yaitu auksin, giberelin,
siokinin, asam absisat (ABA) dan etilen. Masing–masing hormon
tersebut dapat dibedakan satu dengan yang lain oleh struktur kimia
dan aktifitas fisiologisnya yang khas walaupun beberapa sifat-sifat
fisiologisnya sering hampir sama. Untuk pertumbuhan normal dalam
tubuh tanaman dibutuhan keseimbangan dari ke 5 hormon tersebut,
masing-masing dengan aktifitas yang sama atau berbeda. Hasil akhir
suatu proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil
interaksi dari hormon-hormon yang berbeda yang terdapat dalam
tubuh tanaman. Melihat fungsi dan peranan zat pengatur tumbuh yang
sangat penting maka senyawa-senyawa tersebut sering dipakai
terutama di bidang holtikultura.
Untuk menghindari variasi genetik maka sering dipakai beberapa
20
zat tumbuh untuk memacu perkembangan dan pertumbuhan dalam
perbanyakkan tanaman secara vegetatif, misalnya stek batang karena
beberapa tanaman tidak siap membentuk akar adventif.

Tujuan:
Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap
pembentukan tunas dan akar adventif

Bahan dan alat:


♦ Silet, Aluminium foil, foam
♦ 9 botol selai (jam)
♦ Kecambah kedelai umur 14 hari
♦ Larutan Hoagland (seperti larutan nutrisi pada praktikum nutrisi
tumbuhan)
♦ Larutan stok zat pengatur tumbuh NAA dan Kinetin
♦ Perlakuan :
1. Lar. Hoagland tanpa penambahan zat pengatur tumbuh
2. Lar. Hoagland + NAA 5 mg/l
3. Lar. Hoagland + NAA 10 mg/l
4. Lar. Hoagland + Kinetin 5 mg/l
5. Lar. Hoagland + Kinetin 10 mg/l
6. Lar. Hoagland + NAA 5 mg/l + Kinetin 5 mg/l
7. Lar. Hoagland + NAA 5 mg/l + Kinetin 10 mg/l
8. Lar. Hoagland + NAA 10 mg/l + Kinetin 5 mg/l
9. Lar. Hoagland + NAA 10 mg/l + Kinetin 10 mg/l

Cara kerja:
1. Isilah botol selai (vol 300 ml) dengan larutan Hoagland dan beri
perlakuan zat pengatur tumbuh di atas
2. Sisi luar botol dilapisi dengan plastik hitam dan bagian atas botol
ditutup dengan foam
3. Setiap kecambah kedelai (umur 14 hari) yang mempunyai daun
pertama yang mulai berkembang penuh dan trifoliat pertama mulai
mengembang dipotong pada bagian dasar hipokotil dengan silet
yang tajam sampai akar terputus (hati-hati jangan sampai
mengoyak kotiledon)
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 21
4. Tanam 3 kecambah ke larutan perlakuan dengan menyisipkan pada
foam yg telah dilubangi seperti gambar di bawah
5. Simpan tanaman pada tempat yang aman selama 2 minggu (hindari
intensitas cahaya yang terlalu tinggi)
6. Periksa dan tambahkan aquades untuk menggantikan air yang
hilang karena transpirasi
7. Setelah 2 minggu hitung jumlah akar adventif dan tunas serta
ukur tinggi tanaman dari dari masing-masing perlakuan
8. Jangan lupa untuk membuat tabel pengamatan di tiap seri
pengamatan

Kecambah kedelai pada botol perlakuan

Pertanyaan:
1. Diantara jenis zat pengatur tumbuh yang diperlakukan, jenis
zat pengatur tumbuh apa yang paling efektif mempengaruhi
pembentukan akar adventif atau tunas? Mengapa, jelaskan.
2. Sebutkan ciri khusus dari hormon auksin, sitokinin, giberelin.
Etilen, dan asam absisat

22
TOPIK VI
PENGARUH STRES KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
KECAMBAH DAN KANDUNGAN PROLIN

Teori dasar:
Air merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan
tanaman disamping unsur hara. Tanaman yang mengalami stres
kekeringan secara umum mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan
dengan tanaman yang tumbuh normal. Kandungan air tanaman untuk
mempertahankan turgor dijaga oleh keseimbangan laju transpirasi dan
penyerapan air oleh akar. Pada kondisi ketersediaan air tanah menurun
akan terjadi defisit kandungan air di jaringan tanaman yang selanjutnya
menjadi faktor pemicu respon fisiologis dan biokimia dalam sel tanaman
untuk mengatasi stres kekeringan. Respon tanaman terhadap stres
kekeringan dapat teramati pada level perkembangan, morfologis,
fisiologis dan biokimia.
Toleransi tanaman terhadap stres kekeringan dapat terjadi jika
tanaman dapat survive terhadap stres yang terjadi dan adanya
toleransi/mekanisme yang memungkinan tanaman menghindar dari situasi
stres tersebut. Tanaman mempunyai oleransi yang berbeda terhadap
stres kekeringan karena perbedaan dalam mekanisme morfologi,
fisiologi, biokimia dan molekuler. Toleransi stres kekeringan melibatkan
akumulasi senyawa yang dapat melindungi sel dari kerusakan yang terjadi
pada ssat potensial air rendah. Prolin merupakan salah satu senyawa
yang memegang peranan penting untuk toleransi terhadap stres
kekeringan.
Akumulasi prolin dalam respon terhadap stres kekeringan telah
dilaporkan pada beberapa tanaman secara in vitro dan in vivo. Jumlah
prolin yang meningkat dianggap merupakan indikasi toleransi terhadap
stres kekeringan karena prolin berfungsi sebagai senyawa penyimpan N
dan osmoregulator dan/atau sebagai protektor ensim tertentu, osmotic
adjustment, menjaga integritas membran dan stabilisator protein.
Tanaman yang overproduksi prolin dianggap mempunyai sifat toleransi
terhadap stres kekeringan yang lebih baik. Akumulasi prolin pada
tanaman yang mengalami strres kekeringan disebabkan oleh aktivasi
biosintesis prolin dan inaktivasi degradasi prolin.
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 23
Tujuan:
Mengetahui pengaruh stres kekeringan, yang disimulasi dengan
PEG, pada fase perkecambahan terhadap pertumbuhan
kecambah dan kandungan prolin

Bahan dan Alat:


• Biji jagung
• Pasir
• Polietilena glikol (PEG): 5% dan 10%
• Etanol,
• Asam sulfosalisilat,
• Asam ninhidrin,
• Asetat glasial,
• Toluen
• Sentrifuse refrigerated, spektrofotometer, gelas plastik,
tabung reaksi, mikropipet, beker glas, gelas ukur, mortal &
pestel, lampu 200 watt, aluminium foil, kertas label

Cara Kerja:
Uji kekeringan pada fase perkecambahan
1. Perkecambahan dilakukan menggunakan media pasir yang
dimasukkan ke dalam gelas plastik (± 220 ml). Bagian dasar
gelas plastik dilubangi sebanyak empat lubang kemudian diisi
pasir sampai ketinggian ± 1 cm di bawah mulut gelas.
2. Simulasi kekeringan dilakukan dengan PEG. Masing-masing
gelas disiram dengan larutan perlakuan PEG (0, 5 dan 10%)
untuk pertama kalinya sebanyak 50 ml. Tiap perlakuan diulang
3 kali (3 gelas plastik)
3. Setiap gelas diisi lima benih jagung lalu benih ditutup dengan
pasir. Kemudian masing-masing gelas disiram lagi dengan
larutan sesuai perlakuan sebanyak 15 ml. Sebagai kontrol
benih yang ditanamn pada gelas disiram dengan air.
4. Benih dikecambahkan selama 14 hari dan disiram dengan
larutan perlakuan setiap 3 hari sekali sebanyak 15 ml.
5. Kecambah jagung berumur 14 hari diamati pertumbuhan
kecambah (meliputi jumlah & berat basah kecambah, panjang
24
akar & pucuk, rasio akar/pucuk) dan dianalisis kandungan
prolin daun.

Analisis prolin
1. Kadar prolin dianalisis berdasarkan metode Bates et al. (1973).
2. Daun tanaman ditimbang seberat 2 g, digerus dan dihomogenasi
dengan 10 ml asam sulfosalisilat (3%).
3. Campuran disentrifugasi pada 9000 × g selama 15 menit,
supernatan yang didapat dipisahkan.
4. Supernatan sebanyak 2 ml direaksikan dengan 2 ml larutan asam
ninhidrin dan asam asetat glacial dalam tabung reaksi dan
dipanaskan pada penangas air dengan suhu 100oC selama 60
menit.
5. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es
selama 5 menit.
6. Hasil reaksi diekstraksi dengan 4 ml toluene sehingga terbentuk
kromoform.
7. Kromoform yang terbentuk diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
8. Sebagai standart digunakan DL-proline 5-30 µg yang dilarutkan
dalam asam sulfosalisilat (3%).
9. Kadar prolin dinyatakan sebagai µmol/g berat basah.

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 25


LAPORAN LATIHAN 1

Judul Latihan : PENGUKURAN POTENSIAL AIR JARINGAN


TANAMAN
Tanggal Praktikum :
Nama Asisten :

A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum


B. Dasar Teori
C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram)
D. Hasil Pengamatan

D-1. Perubahan berat jaringan dan potensial osmotik


Kons. Berat Rata2 Berat Rata2 Perubah % ψs
Sukrosa awal (g) berat akhir (g) berat an berat perubah
(molal) awal (g) akhir (g) (selisih an berat
rerata)
0.00 -
-
0.05 -
-
0.10 -
-
0.15 -
-
0.20 -
-
0.25 -
-
0.30 -
-
0.35 -
-
0.40 -
-
0.45 -
-
0.50 -
-
0.55 -
-
0.60 -
-

26
D-2. Pada konsentrasi berapa penambahan air tidak terjadi?
D-3. Beri contoh perhitungan ψs pada no. b
D-4. Beri 1 contoh perhitungan yang lain!
D-5. Buat grafik % perubahan berat (y) dan ψs (x) dan grafik %
perubahan berat (y) dan konsentrasi larutan (x)

E. Pembahasan (difusi, isotonis, hipotonis, hipertonis, faktor-faktor yang


mempengaruhi difusi
F. Kesimpulan
G. Jawaban Pertanyaan
H. Daftar Pustaka

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 27


LAPORAN LATIHAN 2

Judul Latihan : TRANSPIRASI


Tanggal Praktikum :
Nama Asisten :

A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum


B. Dasar Teori
C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram)
D. Hasil Pengamatan

D-1. Jenis tanaman 1: ……………………………..

- Luas Daun dan kerapatan somata


Daun ke - Luas daun Kerapatan stomata/LBB
1
2
3
4
Rata-rata

- Laju transpirasi
Perlakuan Waktu Berat Berat Selisih Laju Rata-rata
awal (g) akhir (g) berat (g) transpirasi laju
transpirasi
0’
Didalam kelas 15’
30
45’
0’
15’
Di luar kelas,
30
berangin
45’

D-2. Jenis tanaman 2: ……………….


- Luas Daun dan kerapatan stomata
Daun ke - Luas daun Kerapatan stomata/LBB
1
2
3
4

28
Rata-rata
- Laju transpirasi
Perlakuan Waktu Berat Berat Selisih Laju Rata-rata
awal (g) akhir (g) berat (g) transpirasi laju
transpirasi
0’
Didalam kelas 15’
30
45’
0’
15’
Di luar kelas,
30
berangin
45’

E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawaban Pertanyaan
H. Daftar Pustaka

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 29


LAPORAN LATIHAN 3

Judul Latihan : PENGUKURAN KANDUNGAN GULA REDUKSI


Tanggal Praktikum :
Nama Asisten :

A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum


B. Dasar Teori
C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram)
D. Hasil Pengamatan

Glukosa (ug) Nilai Absorbansi pada λ 620 nm


50
75
100
125
150

Perlakuan Nilai Absorbansi pada Kandungan gula (ug)


λ 620 nm
Tanaman di dalam ruangan
Tanaman di luar ruangan terkena cahaya
matahari langsung
Tanaman di luar ruangan tidak terkena cahaya
matahari langsung/di bawah naungan

E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawaban Pertanyaan
H. Daftar Pustaka

30
LAPORAN LATIHAN 4

Judul Latihan : NUTRISI MINERAL


Tanggal Praktikum :
Nama Asisten :

A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum


B. Dasar Teori
C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram)
D. Hasil Pengamatan

Jenis Leng -N -K -P -Ca -Mg -S -Fe -


pengukuran kap mikro
nutri
en
Awal :
pH
Panjang akar
Panjang batang
Minggu 1:
pH
Panjang akar
Panjang batang
Minggu 2:
pH
Panjang akar
Panjang batang
Minggu 3:
pH
Panjang akar
Panjang batang

E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawaban Pertanyaan
H. Daftar Pustaka

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 31


LAPORAN LATIHAN 5

Judul Latihan : PERAN AUKSIN DAN SITOKININ PADA


PEMBENTUKAN TUNAS DAN AKAR ADVENTIF
Tanggal Praktikum :
Nama Asisten :

A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum


B. Dasar Teori
C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram)
D. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Tana Tinggi Jumlah Jumlah Panjang


man Tanaman tunas akar akar
1 Kontrol 1
2
3
2 NAA 5 mg/l 1
2
3
3 NAA 10 mg/l 1
2
3
4 Kinetin 5 mg/l 1
2
3
5 Kinetin 10 mg/l 1
2
3
6 NAA 5 mg/l + Kinetin 5 1
mg/l 2
3
7 NAA 5 mg/l + Kinetin 10 1
mg/l 2
3
8 NAA 10 mg/l + Kinetin 5 1
mg/l 2
3
9 NAA 10 mg/l + Kinetin 10 1
mg/l 2
3

32
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Jawab Pertanyaan
H. Daftar Pustaka

Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 33


LAPORAN LATIHAN 6

Judul Latihan : PENGARUH STRES KEKERINGAN TERHADAP


PERTUMBUHAN KECAMBAH DAN KANDUNGAN
PROLIN
Tanggal Praktikum :
Nama Asisten :

A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum


B. Dasar Teori
C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram)
D. Hasil Pengamatan

Tabel . Pengaruh stres kekeringan pada pertumbuhan kecambah jagung dan kandungan
prolin
Konsentrasi Ulangan Pertumbuhan Kecambah Kandungan
PEG (%) Jumlah Berat basah Panjang Panjang Rasio prolin
kecambah kecambah akar pucuk akar/pucuk
0 1
2
3
Rerata
5 1
2
3
Rerata
10 1
2
3
Rerata

E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Daftar Pustaka

34
Praktikum Fisiologi Tumbuhan-2018 35

Anda mungkin juga menyukai