Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH : PENYEHATAN AIR-B

DOSEN : AIN KHAER,SST.,M.Kes

“LAPORAN KEPADATAN LALAT”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : FATIMAH TIARA CEET BAHASOAN

NIM : PO714221181060

KELAS : DIV/III B

KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D.VI
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lalat merupakan salah satu insekta ordo Diptera yang merupakan anggota
kelas Hexapoda atau insekta mempunyai jumlah Genus dan spesies yang terbesar
mencakup 60-70% dari seluruh speseis Anthropoda. Lalat dapat menggangu
kenyamanan hidup manusia, menyerang dan melukai hospesnya (manusia dan
hewan) serta menularkan penyakit. Mulutnya digunakan sebagai alat untuk
menghisap dan menjilat. Lalat merupakan vektor mekanis dari berbagai macam
penyakit, terutama penyakit penyakit pada saluran pencernaan manakanan.
Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dadi tubuh lalat seperti:
bulu badon, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Dalam upaya
pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan
lingkungan, salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit.

Siklus hidup Lalat dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan
yaitu mulaidari telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan
bertelur, berwarna putihdengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali
bertelur akan menghasilkan 120 – 130 telur dan menetas dalam waktu 8 – 16 jam.
Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas(dibawah 12 – 13 ºC). Telur yang
menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm.
Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ketempat
yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, setelah itu berubah menjadi
kepompongyang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak
bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30 -
35 º C, kemudian akan keluarlalat muda dan sudah dapat terbang antara 450 – 900
meter. Siklus hidup dari telur hinggamenjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa
panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai4 garis yang agak gelap hitam
dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada
kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali.Umur lalat
pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa
sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin (Rudianto,
2002)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam menghitung tingkat
kepadatan lalat
2. Untuk Memahami cara Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat
3. Untuk Mengetahui Berapa jumlah rata – rata Tingkat Kepadatan Lalat yang
ada disekitar Perumahan Dosen

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam
menghitung tingkat kepadatan lalat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Berapa jumlah rata – rata Tingkat Kepadatan
Lalat yang ada disekitar Perumahan Dosen.
BAB II

DASAR TEORI

A. Lalat

Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari Sub ordo


Cyclorrapha Ordo Diptera yang pada umumnya mempunyai sepasang sayap asli
serta sepasang sayap kecil yangdigunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang
(id.Wikipedia.org, 2012). Selain itu,lalat memiliki kecenderungan untuk memilih
warna alami batang (coklat), dan warnaalami dari buah yaitu warna hijau
( seperti : apel, mangga).

Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan


masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti:
kolera, typhus, disentri, dan lain lain Pada soot ini dijumpai + 60.000 - 100.000
spesieslalat, tetapi tidak semua speciesperlu diawasi karena beberapa diantaranya
tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat.

Pola Hidup Lalat terdiri atas: Tempat Perindukan yang disenangi lalat
adalah tempat basah, benda-benda organik,tinja,sampah basah, kotoran binatang,
tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yangmenumpuk secara kumulatif sangat
disenangi oleh lalat dan larva lalat, sedangkanyang tercecer dipakai tempat
berkembang biak lalat. Untuk Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makan
yang tersedia.Jarakterbang efektif adalah 450 - 900 meter. Lalat tidak kuat terbang
menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km. Untuk
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu kemakanan
yang lain. Lalat sangat tertarik pada makan yang dimakan oleh manusia sehari-
hari,seperti gula, susu, dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah.
Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau
makan yang basah, sedangkan makan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih
dahulu lalu dihisap

Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan, mereka akan beristirahat
pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik,
sertatempat-tempat dengan yang tepi tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya
tempat istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makannya atau tempat
berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut
biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah. Lama Hidup lalat
Pada musim panas, berkisar antara 2-4 pekan. Sedangakan pada musim
dingin bisa mencapai 20 hari. Lalat mulai terbang pada temperatur 15°C dan
aktifitas optimumnya pada temperatur 21°C. Pada temperatur di bawah 7,5°C
tidak aktif dan diatas 45°C terjadi kematian. Kelembaban erat kaitannya dengan
temperatur setempat. Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu
menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya
sinar buatan

B. Fly Grill

Fly Grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat,
membutuhkan waktu permenit atau perdetik. Buat warna putih pembuangan
sampah atau pembuangan air 3-5 pengamanan pengembangan( < 50 Padat) (>20
sangat Padat.) pengendalian = (Lem, Lilin,kipas Air). Pengendalian alat kimia :
brinting atau penyemprotan.

Lalat menyukai tempat – tempat yang berbau menyengat dan tempat yang
cukup lembab. Sedangkanm warnayang disukai lalat adalah warna natural seperti
warna coklat pada batang kayu dan warna hijau pada buah atau sayur segar.

Standar Penilaian

0 – 2 ekor :rendah (tidak jadi masalah)

3 – 5 ekor :sedang (perlu dilakukan pengamanan)

6 – 20 ekor :cukup (lakukan penanganan pada tempat berkembang biaknya,


jika perlu lakukan pengendalian)

≥ 20 ekor :sangat (lakukan pengendalian) (DEPKES RI, 1992)


BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Hari/Tanggal Dan Tempat Praktikum


Hari/Tanggal : Kamis, 12 November 2020

Waktu : 09.00-Selesai WITA

Tempat : Jl. Wijaya Kusuma II

Praktek :Praktikum Kepadatan Lalat

B. Alat Dan Bahan


 Fly Grill
 Hand Counter
 Hp (untuk mengukur suhu, kelembaban, dan stopwatch)
 Kamera
 Alat Tulis (buku dan pensil)

C. Prosedur Kerja
1. Tentukan lokasi untuk pengukuran kepadatan lalat
2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Ukur suhu dan kelembaban yang ada pada lokasi
4. Letakkan Fly Grill secara mendatar pada tempat yang sudah ditentukan
5. Kemudian ukur lalat yang hinggap di atas Fly Grill menggunakan hand
counter selama 30 detik menggunakan stopwatch dengan 10 kali pengukuran
6. Setelah selesai pindah ke tempat yang lain dengan jarak ± 100 meter dan
lakukan selama 10 kali pengukuran
7. Setelah 30 detik pertama, catat hasil dan jumlah lalat yang hinggap pada fly
grill tersebut pada kertas blanko yang telah disediakan, dan lakukan hal
tersebut sebanyak 10 kali perhitungan
8. Kemudian ambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat tertinggi,
kemudian dirata-ratakan
9. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per block
grill
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Jumlah 5
nilai
Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tertinggi
dibagi 5
I 11 13 5 3 8 13 11 8 15 4 12,6

II 2 7 8 14 11 4 6 0 0 6 9,2

III 2 2 0 1 1 7 0 2 2 1 3
12,6+9,2+3
3
Total
=8,26
=9 lalat

Lokasi :Jl. Wijaya Kusuma II

Suhu :31°C

Kelembaban :66%

B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang di lakukan di jln. Wijaya Kusuma II untuk


mengetahui kepadatan lalat dapat dianalisa bahwa lalat yang berada di sekitar
lokasi tersebut rata rata 9 ekor/blok grill jadi lalat tersebut masuk dalam kategori
Cukup padat menurut DEPKES RI 1992 sedangkan menurut PERMENKES
NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR BAKU MUTU
KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN KESEHATAN UNTUK
VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT SERTA
PENGENDALIANNYA telah melebihi batas baku mutu vektor lalat yaitu <2
ekor/blok grill.

Tingginya tingkat kepadatan lalat di area wijaya kusuma II dapat terjadi


karena lokasinya yang agak kumuh dan suhu juga kelembaban yang tinggi juga
mempengaruhi tingkat kepadatan lalat karena lalat menyukai tempat yang lembab.
Tingginya kepadatan lalat pada lokasi tersebut juga dapat dipengaruhi kerana
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang tidak ditutup pada saat pengukuran
sehingga banyak vektor lalat yang hinggap pada saat praktikum. Juga Lalat
merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu menyukai cahaya, sehingga
akan aktif mencari makan pada siang hari.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang di lakukan di jln. Wijaya Kusuma II untuk


mengetahui kepadatan lalat dapat disimpulkan bahwa tingkat kepadatan lalat
termasuk dalam kategori Cukup padat sedangkan Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 50 Tahun 2017 rata - rata kepadatan lalat di jln. Wijaya
Kusuma II tidak memenuhi syarat baku mutu vektor lalat.

B. Saran

Saran untuk mahasiswa dan masyarakat agar selalu menjaga kebersihan


lingkungan sekitar dan menutup tempat pembungan sementara dengan rapat agar
tidak ada lalat yang hinggap pada sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Laporan Praktikum Fly Grill.


https://www.academia.edu/9275688/1_LAPORAN_PRAKTIKUM_Fly_Gri
ll. (Diakses tanggal 14 November 2020)

Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat. Jakarta: Ditjen
PPM & PLP

Magdalena, Arien. 2019. Mekanisme Penularan Penyakit Oleh Lalat. Senayan:


perebit sehati intermedia

Republik Indonesia. Permenkes RI Nomor 50 Tahun (2017). Standar Baku Mutu


Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan
Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya. (Online). http
://aspphami-dki.or.id/wpcontent/uploads/2018/07/PMK_No._50_ttg_
Standar_Baku_mutu_KESLING_dan_Persyaratan_Kesehatan_Vektor_.pdf.
(Diakses tanggal 14 November 2020)

Said, nisa asri. 2017. Kepadatan lalat. https://nisaasrisaid.wordpress.com


/2017/05/30/kepadatan-lalat/ (Diakses tanggal 14 November 2020)

Yunus, Husni dan Juherah juherah. 2020. Gambaran Penanganan Sampah


Dengan Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Di Kota Makassar.
http://journal.poltekkesmks.ac.id/ojs2/index.php/Sulolipu/article/view/1478/
1142. (Diakses tanggal 14 November 2020)
LAMPIRAN

GAMBAR KET

Pengukuran pada titik I

Pengukuran pada titik I

Pengukuran pada titik II

Pengukuran pada titik II


Pengukuran pada titik III

Pengukuran pada titik III

Proses pengukuran

Dokumentasi kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai