Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lalat merupakan hewan yang banyak dijumpai baik di perumahan,
tempat makan, tempat umum, dan hampir dapat di temukan di semua tempat.
Indonesia hanya memiliki dua musim dan merupakan daerah tropis sehingga
memungkinkan lalat untuk dapat berkembangbiak dengan baik. Perhitungan
kepadatan lalat pada suatu tempat merupakan hal yang penting karena lalat
sebagai salah satu indikator sebuah tempat bersih atau tidak. Selain itu juga
keberadaan lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia,
melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi
oleh lingkungan yang mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya.
Lalat dapat mengancam kesehatan manusia yaitu dengan cara memindahkan
penyakit dan lalatlah sebagai perantara penyakit tersebut. Aktivitas lalat
dimana kegiatannya terbang dan hinggap diberbagai tempat, termasuk ke
tempat-tempat yang kottor dan membawa patogen dari tempat tersebut,
hinggap di makanan manusia (penyebaran mekanis). Penyakit yang dapat
ditularkan oleh lalat beberapa diantaranya adalah jenis food/waterborne
seperti Vibrio Cholera, Salmonella Thyphosa, dan Shygella Dysentriae.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan
apakah daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau
tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah
dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada
sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam
vertikal. Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat, utamanya
adalah perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah, tempat
ternak.
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting,
mengingat dampak yang ditimbulkan yaitu sebagai vektor pembawa penyakit.
Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah

1
dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menetukan kepadatan lalat,
pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan
daripada pengukuran populasi larva lalat. Keberadaan lalat memang cukup
mengganggu, tidak hanya dalam estetika saja, tetapi juga menyebabkan
penyakit. Untuk mengetahui kepadatan lalat digunakan suatu alat yang
bernama Fly grill.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui angka kepadatan lalat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk


ordo Dipthera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk
membran. Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai
merata hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh dunia terdapat
lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis
lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca
domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat
latrine (Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam
masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran
pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan agent infection dari sumber infeksi kepada host yang rentan
(Kusnoputranto, 2000).
Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu–bulu badannya,
kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan tempat menempelnya
mikroorganisme penyakit yang dapat berasal dari sampah, kotoran manusia, dan
binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke makanan manusia, maka kotoran tersebut
akan mencemari makanan yang akan oleh manusia sehingga akhirnya akan timbul
gejala sakit pada manusia yaitu sakit pada bagian perut serta lemas. Penyakit-
penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, thypus perut, diare
dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
(Depkes, 2001).
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting, mengingat
dampak yang ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik
buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam
menetukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan
biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat.

3
Untuk mengetahui angka kepadatan lalat disuatu wilayah dilakukan
dengan cara mengukur angka kepadatan lalat. Pengukuran populasi lalat
hendaknya dapat dilakukan pada :
a. Setiap kali dilakukan pengendalian lalat (sebelum dan sesudah)
b. Memonitoring secara berkala, yang dilakukan setidaknya 3 bulan sekali.
Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks) populasi
pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil pengukuran
indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau fly grill adalah sebagai berikut :
a. 0–2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
b. 3–5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
berkembang biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain
c. 6 – 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat
berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya.
d. > 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat–tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian
lalat.

4
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktkum


Hari/Tangggal : Rabu, 9 Mei 2018
Waktu : 10.00 WIB

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
kepadatan lalat yaitu :
1. Block Grill
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Counter
5. Alat Tulis
6. Stopwatch

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Merangkai block grill yang akan digunakan
3. Menyiapkan stopwatch
4. Meletakkan block grill di titik tengah zona III , kemudian menghitung lalat
yang hinggap setiap 30 detik dan diulangi sebanyak 10 kali. Setiap
pergantian waktu 30 detik tersebut, diusahakan agar lalat hinggap
sebelumnya pergi.
5. Kemudian mencatat setiap hasil dari perhitungan lalat.
6. 5 perhitungan lalat yang tertinggi di buat rata-ratanya dan dicatat dalam
kartu hasil perhitungan. Angka rata-rata itu merupakan petunjuk (indeks)
populasi satu lokasi tertentu.

BAB IV

5
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil
Setelah dihitung lalat yang hinggap di fly grill selama 30 detik sebanyak 10
kali, didapatkan hasil sebagai berikut :
30 detik ke-1 :8
30 detik ke-2 : 30
30 detik ke-3 :5
30 detik ke-4 :0
30 detik ke-5 :0
30 detik ke-6 :0
30 detik ke-7 : 21
30 detik ke-8 :2
30 detik ke-9 :2
30 detik ke-10 :3

5 perhitungan lalat tertinggi


Nilai kepadatan lalat =
5
30+21+8+5+3
=
5
67
= 5

= 13,4

4.2 Pembahasan
Praktikum mengukur kepadatan lalat dilakukan dengan cara menaruh
fly grill pada tempat yang dirasa memiliki populasi lalat yang tinggi, lalu di
tunggu sampai 30 detik menggunakan stopwatch. Selama 30 detik tersebut
hitung jumlah banyak lalat yang hinggap diatas fly grill. Setiap pengukuran
dilakukan hingga 10 kali di titik-titik yang berbeda pula. Setelah itu akan
diambil 5 terbanyak dan dirata-rata dan kategorikan rata-rata tersebut dalam
interprestasi hasil pengukuran indeks :
a. 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

6
b. 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-
tempat berkembang biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan
lain-lain
c. 6 – 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat
berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya.
d. > 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat–tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan
pengendalian lalat.

Dari praktikum yang dilakukan pada zona III yaitu pada zona control
landfill didapatkan nilai kepadatan sebesar 13,4 , maka pada zona III
memperoleh interprestasi 6-20 yaitu Tinggi/padat dan perlu pengamanan
terhadap tempat- tempat berkembang biakan lalat dan bila mungkin
direncanakan upaya pengendaliannya. Lalat yang hinggap semua berjenis
musca domestia.

BAB V

PENUTUP

7
5.1 Kesimpulan
Fly grill adalah alat yang digunakan untuk menghitung kepadatan
lalat. Pada zona III yaitu zona control landfill diperoleh angka kepadatan lalat
sebesar 13,4. Hal ini menyebabkan TPA pada zona III yaitu zona control
landfill memperoleh interpretasi 6-20 yang artinya tinggi/padat dan perlu
pengamanan terhadap tempat tempat berkembang biakan lalat dan bila
mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.

5.2 Saran
Sebaiknya para praktikum melakukan praktik ini dengan baik dan
bersungguh-sungguh dalam menghitung angka kepadatan lalat, agar
memperoleh hasil yang sesuai dengan kenyataan.

DAFTAR PUSTAKA

8
 http://lingk-sehat.blogspot.co.id/2012/12/menghitung-kepadatan-lalat.html
 https://updoc.tips/download/free-pdf-ebook-laporan-kepadatan-lalat-tps

DOKUMENTASI

9
Gambar 1 : Fly grill yang tidak di hinggap lalat

Gambar 2 : Fly grill yang dihinggap lalat

10

Anda mungkin juga menyukai