Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

Pengendalian Vektor dan Reservoir Penyakit

SURVEI LALAT

Oleh:

Selvia Wardani (J410171186)

Pengampu:

Mitoriana Porusia S.KM., M.Sc.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. Form Survey Lalat

Terlampir

B. Alat dan Bahan

1. Fly grill

2. Counter

3. Stopwatch

C. Pembahasan

1. Kegiatan

Pada praktikum survei lalat kali ini ditargetkan pada tempat yang banyak
lalat.Lokasi yang digunakan survei lalat adalah pasar kleco dengan target 10 tempat
untukperhitungan inspeksi kepadatan lalat.Cara pengukuran dengan meletakkan fly
grillpada tempat yang telah ditentukan (sampah, daging, ikan, buah dan lain-lain).
Flygrill yang telah diletakkan kemudian dihitung banyaknya lalat yang hinggap
selama30 detik dengan menggunakan counter dan stopwatch. Pengukuran ini juga
dilakukandengan cara yang sama pada 10 tempat tersebut dan terhitung berapa
kepadatan lalat pada masing-masing tempat selama 39 detik menggunakan stopwatch.

2. Identifikasi lalat

Kami menemukan jenis lalat yang didapatkan di 10 tempat pemasangan antara


lain :

a. Lalat daging

Genus : Sarchopaga

Spesies :Sarchopaga sp

Lalat daging termasuk dalam family Sarcophagidae dengan ciri-ciri yaitu


berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm
panjangnya. Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks,
dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur. Bersifat viviparous dan
mengeluarkan larva hidup pada tempat perkembangbiakannya seperti daging,
bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang membusuk. Siklus hidup lalat ini
berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung telur cacing Ascaris
lumbricoides dan cacing cambuk (Sucipto, 2011)
b. Lalat hijau

Genus : Crysomya

Spesies : Crysomya megacephala

Ciri umum Chrysomya megacephala dewasa selain memiliki warna tubuh hijau


kebiruan metalik, mengkilat, lalat ini memiliki ukuran kira-kira 1,5 kali lalat
rumah. Sayapnya jernih dengan guratan venasi yang jelas, seluruh tubuh tertutup
dengan bulu-bulu pendek diselingi dengan bulu-bulu keras dan jarang
letaknya.Mempunyai abdomen berwarna hijau metalik). Lalat jantan memiliki
sepasang mata yang cenderung bersatu atau holoptik sedangkan lalat betina
memiliki sepasang mata yang sedikit terpisah antara satu dan lainnya atau dikoptik
(Fardaniyah, 2007). Biasanya lalat ini berkembangbiak di bahan yang cair atau
semi cair yang berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging busuk, bangkai,
sampah penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah yang mengandung
kotoran hewan (Kemenkes RI, 2012)

c. Lalat buah

Genus : Bactrocera

Spesies : Bactrocera spp

Ciri-ciri lalat buah yaitu memiliki tubuh berwarna kuning atau coklat dan
memiliki mata yang berwarna merah. Lalat buah ini merupakan hewan yang
habitatnya kosmopolitan, artinya bisa hidup dimana saja sesuai dengan
habitatnya. Lalat kecil ini menyukai bunga dan buah yang matang. Lalat buah
umunya ditemui bergerombol pada buah-buahan yang masak mengandung air,
misalnya buah nanas, papaya, pisang dan buah lainnya. Sedangkan larvanya
tumbuh dan berkembang pada buah yang membusuk (Suputa, 2006)

3. Penyakit yang ditularkan

Menurut Sucipto (2011) beberapa penyakit yang disebabkan oleh lalat yaitu
disentri, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas karena terhambatperedaran
darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push. Diare, dengan gejala sakit pada
bagian perut, lemas dan pencernaanterganggu. Disentri dan diare termasuk
karena Shigella spp atau diare bias juga karena Escherichia coli. Thypoid, gejala sakit
pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu,penyebabnya adalah Salmonella
spp. Cholera, gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi, penyebabnyaadalah Vibrio
cholera. Pada beberapa kasus, sebagai vektor penyakit lepra dan yaws (Frambusiaatau
Patek). Kasus kecacingan pada manusia dan hewan juga banyak ditularkan olehlalat
rumah, lalat hijau dan Sarcophaga sp. Misal cacing jarum ataucacing kremi
(Enterobius vermin cularis), cacing giling (Ascaris lumbricoides), cacing kait
(Ancylostoma sp, Necator), cacing pita (Taenia,Dypilidium caninum), cacing cambuk
(Trichuris trichiura). Belatung lalat Musca domestica, Chrysomya dan
Sarcophaga dapat jugamenyerang jaringan luka pada manusia dan hewan. Infestasi
inidisebut myasis atau belatung.

4. Cara pengendalian

1) Fisik, dapat menggunakan :

a) Sticky tape (umpan kertas lengket)

b) Fly trap (perangkap lalat)

c) Light trap with electroculator (perangkap dan pembunuh elektronik)

2) Kimia menggunakan insektisida

3) Biologi menggunakan predator alami

a) Semut phiedoloqelon affinis


b) Tanamlah herba pengusir lalat di rumah ( Basil, daun salam,
rosemary,lavender)

Dari 10 tempat pemasangan fly grill, kepadatan lalat yang paling tinggi ditemukandi
pedagang ikan dengan jumlah lalat 14 selama 30 detik dengan kategori cukup.

D. Tujuan dan Manfaat Survey Lalat

Tujuan dan manfaat dari survey ini adalah mengetahui populasi kepadatan lalat di
suatuwilayah tertentu.Tingginya tingkat kepadatan lalat merupakan suatu indikator
buruknyapengelolaan sampah maupun kondisisanitasi yang padat mengakibatkan
penurunankualitas lingkungan. Arah pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun
2005-2025 mempunyai tujuan yaitu meningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidupsehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat bangsa dan negara Indonesiayang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungansehat, memilki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secaraadil dan merata,
serta memilki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruhwilayah Republik
Indonesia.

Arah pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun2005-2025 mempunyai tujuan


yaitu meningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuanhidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya dapat terwujud, melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidupdengan perilaku dan dalamlingkungan sehat, memilki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yangbermutu, secara adil dan merata, serta memilki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginyadi seluruh wilayah Republik Indonesia yang salah satu caranya adalah
pengendalianvector.

Lalat berperan sebagai vektor yang membawa kuman penyebab penyakit dariorang yang
sakit ke orang yang sehat, serta dapat membawa kotoran dari tempathinggapnya yang tidak
sehat menuju kerumah bahkan langsung kebahan makanan jadi.Vektor penyakit merupakan
suatu organisme yang membawa virus atau bakteri pathogen dan parasit dari host terinfeksi
(manusia dan hewan) ke pada host lain. Penyakit tularvektor merupakan penyakit yang
berbasis lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkunganfisik, biologi dan sosial budaya.Ketiga
faktor tersebut saling mempengaruhi kejadianpenyakit tular vektor di daerah penyebarannya.

Beberapa faktor yang menyebabkantingginya angka kesakitan bersumber binatang antara


lain adanya perubahan iklim,keadaan social ekonomi dan perilaku masyarakat. Pasar sebagai
tempat jual beli makananbaik makanan jadi maupun bahan makanan merupakan tempat yang
seharusnya bersihdan sehat. Pasar yang sehat adalah pasar yang memenuhi syarat sanitasi
salah satunyaadalah adanya suatu pengendalian penyakit Pasar, khususnya pasar tradisional
merupakantempat yang ideal bagi lalat sebagai salah satu vector penyakit untuk berkembang
biakSebagai tempat yang disenangi lalat pasar merupakan tempat yang ideal
untukberkembang biak, karena pasar banyak menghasilkan sampah basah, sampah
organik,dari hasil kegiatan di los buah, sayuran, ikan, daging, dan TPS yang merupakan
sebagaisumber lalat di pasar. Keadaan seperti itu dapat mempengaruhi keberadaan lalat di
tempatpenjualan makanan atau jajanan terbuka yang dijual di pasar. Kepadatan lalat
disuatutempat perlu diketahui untuk menentukan apakah daerah tersebut potensial
untukterjadinya fly borne diseases atau tidak.

Penelitian ini juga bertujuan agar dapat melihatfaktor-faktor penyebab kepadatan lalat,
dan diharapkan dapat memberikan upayapengendalian dan pengamanan dari lalat termasuk di
dalamnya kapan, dimana danbagaimana pengendalian yang efektif dan efisien.

Usaha pengendalian lalat seharusnyamerupakan salah satu program di setiap daerah.Perlu


diadakan pengendalian lalat yangmelibatkan partisipasi masyarakat serta dukungan dari stake
holder stake holder terkaityang berkesinambungan agar tujuan dari pengendalian lalat demi
meningkatnya kualitaslingkungan dapat tercapai.Salah satu habitat lalat yang cukup baik
adalah ditempat yang kotor.Hal ini berhubungan dengan insting dan bionomik lalatmemilih
tempat-tempat yang kelak secara langsung dijadikan sumber makanan bagi larvasetelah
menetas dari telur, yang semuanya dapat ditemukan pada sampah.Keberadaansampah dapat
memberikan pengaruh kesehatan bagi masyarakat karena sampahmerupakan sarana dan
sumber penularan penyakit.

Pengaruh sampah terhadap kesehatansecara tidak langsung dapat berupa penyakit bawaan
vektor yang berkembangbiak di dalamsampah, sampah yang telah mengalami penimbunan
dapat dimanfaatkan oleh lalat sebagaisarang dalam proses perkembang biakannya. Upaya
pengendalian lalat yang dilakukan adalahupaya yang diharapkan dapat mencegah adanya
tempat perindukan lalat seperti membersihkan sampahsecara rutin setiap waktunya dari hasil
kegiatan para pedagang dan pengangkutan sampah dari tempatpembuangan sementara (TPS)
ke tempat pembuangan akhir (TPA) secara rutin.

E. Foto Kegiatan
F. Daftar Pustaka

Fardaniyah, F 2007, Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon nardus [L]


Rendle) Terhadap Infestasi Lalat Hijau (Chrysomya megacephala [Fab]), Skripsi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta

Masyhuda, Retno Hestiningsih, Rully Rahadian. 2017. Survei Kepadatan Lalat ditempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jatibarang tahun 2017.(e-Journal) Undip Volume 5,
Nomor 4, Oktober 2017

Noviyani,Eva. La Dupai, Yasnani. 2019. Gambaran Kepadatan Lalat Di Pasar Basah


MandongaDan Pasar Sentral Kota Kendari Tahun 2018 . Jimkesmas Jurnal Ilmiah
Mahasiswa KesehatanMasyarakat Vol.4/No.1/ Januari 2019; Issn 2502-731x. Diakses
Tanggal 21 Mei 2019 Pukul22.16 Wib

Nurjanah, Dewi. 2006. Perbedaan Kepadatan Lalat pada Berbagai warna Fly Grill.Skripsi.
Surabaya: UniversitasAirlangga

Poedji Hastutiek, Loeki Enggar Fitri.2007. POTENSI Musca domestica Linn.


SEBAGAIVEKTOR BEBERAPA PENYAKIT. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol.
XXIII, No. 3, Desember 2007

Prayogo Sigit, Khomsatun. 2015. Deskripsi Kepadatan Lalat Di Pasar Kota Banjarnegara
Tahun2015. Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang KeslingmasVol. 34 Hal. 124 – 223 September 2015

Santi, Devi Nuraini. 2001. MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT. USU digital library

Siwi SS, Hidayat P & Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat BuahPenting di
Indonesia (Diptera: Tephritidae). Bogor: Balai BesarPenelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya GenetikPertanian
Soviana S. 2010. Ektoparasit Pengenalan, Diagnosa, danPengendaliannya. Bogor (ID): IPB
Press

Sucipto CD. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Gosyen Publishing


Laporan Praktikum
Pengendalian Vektor dan Reservoir Penyakit
SURVEY LALAT

Oleh :
Tifani Julian Primasputri (J410171187)

Pengampu :
Mitoriana Porusia S.KM., M.Sc.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai