OLEH KELOMPOK 3 :
BERMEILINA SIMANJUNTAK
P00933121004
MELISA SIPAHUTAR
P00933121012
ZEVANYA SINAGA
P00933121033
DOSEN PENANGGUNGJAWAB
Jernita Sinaga, SKM.MPH
BAB I
PENDAHULUAN
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta
yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat mempunyai sifat kosmopolitan,
artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan
diseluruh dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di
Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca
domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia
canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat
yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang
dapat memindahkan atau menularkan agent infection dari sumber infeksi kepada host yang
rentan (Kusnoputranto, 2000).
Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu–bulu badannya, kaki-kaki serta
bagian tubuh yang lain dari la0lat merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit
yang dapat berasal dari sampah, kotoran manusia, dan binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke
makanan manusia, maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dikonsumsi oleh
manusia sehingga akhirnya akan timbul gejala sakit pada manusia yaitu sakit pada bagian perut
serta lemas. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, thypus
perut, diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk (Depkes,
2001).
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting, mengingat dampak yang
ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah
dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menetukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap
populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat.
Lalat merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman
lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yang merupakan dampak
negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengundang
lalat untuk datang dan berkontak dengan manusia. Dengan didorong oleh rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat akan higiene dan sanitasi, pada akhirnya lalat akan menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.
Penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti :
bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta fesesnya. Upaya pengendalian penyakit
menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan dengan salah satu
kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit termasuk lalat. Saat ini terdapat sekitar ±
60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa
diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah daerah
tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Metode pengukuran kepadatan
lalat yang populer dan sederhana adalah dengan menggunakan alat fly grill. Prinsip kerja dari
alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut
tajam vertikal.
Keuntungan penggunaan flygrill diantaranya adalah mudah, cepat dan murah. Dengan
demikian dapat dengan cepat menentukan kriteria suatu daerah potensial atau tidak. Kendati
demikian, fly grill mempunyai beberapa kelemahan. Utamanya adalah bahwa fly grill
sangat tidak cocok untuk menghitung kepadatan lalat, dimana populasinya sangat banyak
atau sangat sedikit. Dalam kondisi seperti itu, penghitungan kepadatan lalat dengan fly grill,
hasilnya tidak dapat mewakili keadaan yang sesungguhnya. Lokasi yang perlu dilakukan
pengukuran kepadatan lalat, utamanya adalah perumahan, rumah makan dan tempat
pembuangan sampah. Selain itu, bisa juga dilakukan di kendang ternak yang berdekatan
dengan pemukiman manusia
2.Untuk Mengetahui Berapa jumlah rata – rata Tingkat Kepadatan Lalat yang ada disekitar
tempat Pasar Brastagi
TINJAUAN PUSTAKA
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu
insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat mempunyai sifat
kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi.
Diperkirakan diseluruh dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat
terdapat di Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah
(Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine
(Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan
masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan.
Fly grill merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat di
suatu tempat. Fly grill dapat dibuat dari bilah- bilah Bambu yang lebarnya 1,2 cm dan tebalnya
0,64 cm dengan panjang masing- masing 91 cm sebanyak 16-24 dan dicat warna kuning. Bilah-
bilah yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 1-2 cm pada kerangka kayu yang telah
disiapkan dan pemasangan bilah kayu pada kerangkanya sebaiknya memakai sekrup sehingga
dapat dibongkar pasang. Fly grill dipakai untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dengan cara
meletakkan Fly grill pada tempat yang akan diukur kepadatan lalatnya. Kemudian dihitung
jumlah lalat yang hinggap di atas Fly grill dengan menggunakan alat penghitung ( hand counter )
selama 30 detik. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 9 kali perhitungan kemudian dari 5 kali
hasil perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata – ratanya dan dicatat dalam kartu hasil
perhitungan.
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa
betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi
pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang
arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.
2. Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada kotoran hewan yang lembab
dan masih baru (normal nya lebih kurang satu minggu).
4. Kotoran Organik
Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah dan makanan ikan adalah
merupakan tempat yang cocok untuk berkembang biaknya lalat.
5. Air Kotor
Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang terbuka.
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai karier
penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan. Lalat dewasa aktif pada
siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat
beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
1. Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-
tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat
tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang
sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta
terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran
tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya
pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
b. Kotoran Manusia
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna mencegah
perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya
menggunakan model leher angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu
dipasang kawat kasa guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank
(HAKLI, 2009).
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah merupakan hal yang penting
karena lalat masih dapat berkembang biak pada tempat tersebut. Pembuangan sampah akhir pada
TPA yang terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap
hari dengan tanah setebal 15 – 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan tempat perkembang
biakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus berjarak beberapa kilometer
dari rumah penduduk(DEPKES, 1992).
d. Fly Grill
Fly Grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat, membutuhkan waktu
permenit atau perdetik. Buat warna putih pembuangan sampah atau pembuangan air 3-5
pengamanan pengembangan( < 50 Padat) (>20 sangat Padat.) pengendalian = (Lem, Lilin,kipas
Air). Pengendalian alat kimia : brinting atau penyemprotan.
Lalat menyukai tempat – tempat yang berbau menyengat dan tempat yang cukup lembab.
Sedangkan warna yang disukai lalat adalah warna natural seperti warna coklat pada batang kayu
dan warna hijau pada buah atau sayur segar.
Cara pembuatan
A.Potong kayu, fly grill dibuat bilah-bilah kayu lebar 1-2 cm, panjang 80 cm, sebanyak 16-24
bilah.
B.Bilah-bilah tersebut disusun sejajar dengan jarak 1-2 cm pada kerangka kayu yang telah
disiapkan.
C.Pemasangan bilah sebaiknya menggunakan paku sekrup sehingga dapat dibongkar pasang
pada saat dipakai.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Metode praktikum yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dimana peneliti
melakukan observasi/pengamatan secara langsung di tempat pengukuran kepadatan lalat.
Gergaji
Paku
2.Memotong kayu, fly grill dibuat bilah-bilah kayu lebar 1-2 cm, panjang 80 cm, sebanyak 16-24
bilah.
3.Menyusun bilah-bilah dengan sejajar, dengan jarak 1-2 cm pada kerangka kayu yang telah
disiapkan.
4.Memaku kayu menggukan paku
5.Mengecat kayu dengan menggunakan warna cat yang disukai oleh lalat
1.5 Prosedur Praktikum
4.1 Hasil
Dari praktikum pengukuran tingkat kepadatan lalat maka hasil yang saya dapatkan adalah
sebagai berikut:
6 Selatan 5-12 m 4 3 0 0 1 1 0 0 0 1 2
8 Barat 5-12 m 1 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1
Rata-rata 5,62
Angka rata – rata hasil perhitungan digunakan sebagai petunjuk (indeks) populasi pada satu
lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interpretasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap
lokasi (Blok Grill) sebagai berikut :
d) >21 : Sangat tinggi / sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat –
tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian lalat.
Hasil rata-rata pengukuran pada formulir tingkat kepadatan lalat daerah tempat
pembuangan sampah disetiap sekitar pekarangan rumah di pajak berastagi adalah 6 (tinggi)
berarti perlu pengamanan terhadap tempat – tempat berkembangbiakan lalat dan bila mungkin
direncanakan upaya pengandaliannya.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum tentang Pengukuran Kepadatan Lalat yang saya lakukan dapat
dianalisa bahwa lalat yang berada di pajak berastagi yang dilakukan perhitungan kepadatan lalat
adalah 6 jadi lalat tersebut masuk dalam tingkat kepadatan lalat yang tinggi/padat. Lalat berada
disekitar tempat pembuangan sampah karena kondisi lingkungan yang tidak bersih dan lembab
akibat sampah tertumpuk dan jarang dibakar karena di pajak belum ada petugas pengangkut
sampah.
Karena lalat di sekitar tempat pembuangan sampah tergolong dalam tingkat kepadatan
yang tinggi/padat maka perlu dilakukan cara pengendalian untuk mengurangi tingkat kepadatan
lalat adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan
maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek
samping yang membahayakan lingkungan.
3. Kotoran Manusia
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna mencegah
perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya
menggunakan model leher angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu
dipasang kawat kasa guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank
(HAKLI, 2009).
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah merupakan hal yang
penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada tempat tersebut. Pembuangan sampah
akhir pada TPA yang terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah terlebih dahulu dan
ditutup setiap hari dengan tanah setebal 15 – 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan tempat
perkembang b.iakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus berjarak
beberapa kilometer dari rumah penduduk (DEPKES, 1992).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat yang dilakukan di sekitar Pasar
Berastagi maka dapat disimpulkan bahwa cara pengukuran kepadatan lalat yaitu letakkan Tegak
Lurus Fly Grill pada tempat yang sudah ditentukan sebagai tempat pengukuran, kemudian
hitung jumlah lalat yang hinggap pada block grill dan hitung dalam waktu 30 detik dengan
menggunakan stopwatch, lakukan pengukuran selama 9 kali. Dan jumlah rata – rata tingkat
kepadatan lalat yang ada disekitar tempat pembuangan sampah adalah 6 dan tergolong dalam
tingkat kepadatan tinggi.
Maka dari itu cara pengendalian lalat adalah Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan,
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
usaha menanggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun
pemukiman. Tindakan pemberantas lalat, perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat-
tempat potensial sebagai tempat perindukan dan pemberantasan dengan menggunakan racun
serangga.
5.2 Saran
Dari hasil praktikum Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat maka saran saya adalah dalam
pengukuran tersebut hasil yang didapatkan yaitu 5,18 hal ini dipengaruhi karena disekitar tempat
Pasar Berastagi berarti kondisi lingkungan yang tidak bersih dan lembab karena tumpukan
sampah sehingga lalat banyak, sebaiknya lingkungan harus bersih terutama tempat sampah harus
dalam kondisi tertutup agar lalat tidak ada dan sering melakukan pembakaran sampah atau
melakukan pengomposan pada sampah organik agar mengurangi tingkat kepadatan sampah.
DOKUMENTASI
1.Pusat 2. utara
Darjono. 2006. CP-bulletin Service: Kontrol Lalat dalam Mencegah Penyebaran Penyakit. Edisi
Februari 2006 nomor 74/tahunVII. POKPHAND
https://nisaasrisaid.wordpress.com/2017/05/30/kepadatan-lalat/